D1
D1
Insy Sabina 200110200032
Nuri Indah Khoreunnisa 200110200033
Mira Alfiana 200110200034
Masarga Surya Gumilang 200110200067
Adinda Deaniva Imani 200110200068
Oleh :
D1
Insy Sabina 200110200032
Nuri Indah Khoreunnisa 200110200033
Mira Alfiana 200110200034
Masarga Surya Gumilang 200110200067
Adinda Deaniva Imani 200110200068
Menyetujui :
iii
KATA PENGANTAR
Proksimat dan Analisis Energi Bruto King Grass”. Shalawat dan salam tak lupa
yang telah menyebarkan pedoman hidup yakni Al Qur’an dan sunnah untuk
berbagai pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada Dr. Ir. Budi Ayuningsih,M.Si. dan Dr. Ir. Nyimas Popi
Indriani,M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah nutrisi ternak, Ramdan Agus
pembimbing dalam penulisan laporan akhir, serta berbagai pihak yang turut andil
penulisan maupun penyusunan laporan akhir ini. Kritik dan saran yang
Penulis
iv
ANALISIS PROKSIMAT DAN ENERGI BRUTO KING GRASS
D1
ABSTRAK
Pada praktikum ini menghitung dan menentukan kadar pada king grass atau
rumput raja menggunakan analisis proksimat dan energi bruto. Analisis proksimat
merupakan suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan zat
makanan dari suatu bahan. Energi bruto dalam makanan/pakan dapat diukur
dengan alat bomb calorimeter. Nilai energi bruto dari suatu bahan pakan
tergantung dari proporsi karbohidrat, lemak dan protein yang dikandung bahan
pakan tersebut. Air dan mineral tidak menyumbang energi pakan tersebut.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan kandungan air, abu,
protein kasar, lemak kasar, serat kasar, serta energi bruto dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) pada bahan pakan king grass. Kadar kandungan air pada bahan
pakan king grass ialah 87,74%. Kandungan abu pada king grass 20,14%. Untuk
kandungan protein kasar pada bahan pakan king grass 14,60%. Kandungan lemak
kasar pada king grass 3,15%, kemudian kandungan serat kasar pada king grass
33,77%. Kandungan energi bruto pada bahan pakan king grass ialah 3,197 kcal/g.
Kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) king grass yaitu -59,4%.
v
KING GRASS GROSS PROXIMATE AND ENERGY ANALYSIS
D1
ABSTRACT
In this practicum, calculating and determining the level of king grass or king grass
using proximate analysis and gross energy. Proximate analysis is a chemical
analysis method to identify the nutrient content of an ingredient. The gross energy
in food / feed can be measured with a bomb calorimeter. The gross energy value
of a feed ingredient depends on the proportion of carbohydrates, fat and protein
contained in the feed ingredient. Water and minerals do not contribute to the
energy of the feed. This practicum aims to determine and determine the content of
water, ash, crude protein, crude fat, crude fiber, as well as gross energy and
extract ingredients without nitrogen (BETN) in king grass feed ingredients. The
water content of king grass feed ingredients is 87.74%. The ash content of king
grass is 20.14%. For the crude protein content in king grass feed ingredients
14.60%. The crude fat content in king grass was 3.15%, then the crude fiber
content in king grass was 33.77%. The gross energy content of king grass feed
ingredients is 3.197 kcal / g. The content of king grass non- nitrogen extract
(BETN), namely -59,4%.
vi
DAFTAR ISI
Bab Halaman
DAFTAR ISI……………………………………………………...iii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan ..................................................................2
1.4 Waktu dan Tempat ...................................................................3
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi King grass ...................................................................4
2.2 Kandungan zat nutrien King grass ...........................................4
vii
2.5 Analisis Protein Kasar ...............................................................9
ix
4.3 Analisis Protein Kasar ...............................................................26
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
xi
DAFTAR ILUSTRASI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Dokumentasi Praktikum ............................................................ 38
2 Daftar Distribusi Tugas ............................................................... 45
3 Perhitungan Data ......................................................................... 46
4 Konversi Perhitungan BK ............................................................ 49
xiii
1
PENDAHULUAN
Pakan adalah suatu bahan pakan atau campuran bahan pakan yang
dimakan hewan atau ternak serta mengandung energi, protein, dan nutrien lainnya
yang dibutuhkan oleh ternak serta tidak membahayakan untuk ternak. Analisis
proksimat merupakan cara analisis kimia bahan pakan berdasarkan atas komposisi
kimia dan kegunaannya, dari analisis proksimat dapat diketahui enam macam
fraksi yaitu kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, kadar
serat kasar dan kadar bahan ekstra tanpa nitrogen (BETN). Analisis proksimat
dulu dikenal dengan analisis Weende yang berarti hasilnya hanya mendekati
sempurna. Praktikum ilmu nutrisi ternak bertujuan untuk menganalisis proksimat,
mengetahui kandungan nutrisi dalam sampel bahan pakan. Manfaat praktikum
analisis proksimat adalah mengetahui kadar air, kadar abu, kadar protein kasar,
kadar lemak kasar, kadar serat kasar dan kadar bahan ekstra tanpa nitrogen
(BETN) dari bahan pakan gandum.
Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk
mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat
kasar. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan
terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya,
selain itu manfaat dari analisis prokismat adalah dasar dari prosedur uji kecambah
pakan (Reswari, 2009).
Nilai nutrisi bahan pangan ditetapkan berdasarkan komposisinya dan
dalam labelisasi pangan, produsen pangan harus mencantumkan nilai yang andal
(cermat dan tepat) dari unsur-unsur tersebut. Dalam upaya memberikan
mendapatkan data yang andal, pengetahuan mengenai metode analisis yang
mendasari penentuan setiap unsur diatas perlu dipahami dengan baik. Selain itu
2
perlu pula dipahami titik kendali kritis (critical control point) dari setiap metode.
Saat ini labelisasi pangan di Indonesia dapat dikatakan masih bersifat sukarela.
II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
mengayu (keras). Dmeikian juga jangan dipotong terlalu pendek, karena akan
mengurangi mata atau tunas muda yang tumbuh.
Air memiiki banyak fungsi, sebagai pelarut umum, air digunakan oleh
organisme untuk reaksi-reaksi kimia dalam proses metabolisme serta menjadi
transportasi nutrisi dan hasil metabolisme. Bagi manusia, air memiliki peranan
yang sangat besar bukan hanya untuk kebutuhan biologisnya, yaitu untuk bertahan
hidup. Air tawar diperlukan manusia untuk keperluan masak dan minum,
mencuci, mengairi tanaman, untuk keperluan industri dan lain sebagainya.
Sehingga tidak dipungkiri terkadang keterbatasan ketersediaan air untuk
kebutuhan menjadi pemicu timbulnya konflik sosial di masyarakat (Wiryono,
2013).
Jika dilihat dari beberapa pendapat tubuh manusia terdiri dari 60-70% air,
tergantung dari ukuran badan. Agar berfungsi dengan baik, tubuh manusia
membutuhkan antara 1,5 liter sampai 2,5 liter air mineral setiap hari untuk
menghindari kekurangan cairan tubuh, jumlah pastinya bergantung pada tingkat
aktivitas, suhu, kelembaban dan beberapa faktor lainnya.
Air dalam tubuh manusia diperoleh dari tiga sumber yaitu dari minuman,
makanan dan hasil metabolism (air metabolik). Tidak semua air dapat digunakan
untuk kesehatan manusia. Keriteria air yang layak minum didasarkan pada total
padatan terlarut (Total Dissolved Solid, TDS). Air layak minum bila kadar TDS
kurang lebih sama dengan 100 ppm. Bila total padatan melebihi 100 ppm, air ini
tidak layak untuk diminum (Budi dkk, 2011).
Kadar air sendiri merupakan persentase kandungan air suatu bahan yang
dapat dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Kadar air
7
berdasarkan berat basah adalah perbandingan berat air dalam suatu bahan dengan
berat total bahan. Sedangkan kadar air berdasarkan berat kering adalah
perbandingan antara berat air dalam bahan dengan berat kering bahan tersebut
(Syarifdan Halid, 1993).
melalui oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi
beberapa makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang
mudah terbang) yang bisa hilang pada pemanasan tersebut. Jumlah kehilangan air
meningkat dengan meningkatnya suhu pengeringan (Asri, 2009).
Pada analisis air dilakukan penguapan air yang terdapat dalam bahan
pakan dengan oven suhu 105o C. Namun pada saat penguapan, tidak hanya air
yang menguap tetapi terdapat juga senyawa-senyawa asam basa organik
sederhana yang memiliki berat molekul rendah yang ikut menguap. Misalnya
asam asetat, asam butirat, asam propionate, ester atsiri dan lain- lain, sehingga
terhitung sebagai komponen air. Hal ini menyebabkan adanya fraksi air. Fraksi
adalah satu item hasil analisis merupakan kumpulan dari beberapa zat makanan
yang mempunyai sifat yang sama. Fraksi air diantaranya adalah air dan asam basa
organik yang mudah menguap (asam asetat, asam butirat, asam propionate, ester
atsiri dan lain-lain).
2.3.4 Kandungan Air King Grass
Kadar air dari suatu bahan pakan ternak merupakan salah satu indikator
kualitas dari suatu bahan pakan. Bahan pakan yang mengandung kadar air lebih
tinggi umumnya akan lebih rentan terkena kontaminasi mikroorganisme seperti
jamur yang dapat menurunkan daya guna dari suatu bahan pakan tersebut.
Kandungan air king grass berbeda-beda. Perbedaan kadar air dari king grass
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia pemanenan, kondisi tanah, cara
penanaman dan dosis pemupukan yang sangat mempengaruhi nilai kandungan
nutrisinya.
2.4 Analisis Abu
2.4.1 Abu
Abu adalah zat organik sisa suatu pembakaran zat organik dalam bahan
pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan
sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Penentuan kadar abu dapat digunakan
untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu
9
2.5.1 Protein
Protein merupakan molekul biologis fungsional yang terbentuk dari satu
atau lebih polipeptida yang melipat dan menggulung menjadi struktur spesifik
tiga dimensi dan memiliki berat molekul tinngi. Didalam protein terkandung
unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Protein memiliki zat gizi
yang sangat penting karena memliki hubungan yang erat dengan kehidupan.
Protein memiliki unsur-unsur C,H,O dan N. Protein berfungsi membentuk
jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang sudah ada, karena protein
merupakan materi penyusun dasar dari seluruh jaringan.
Protein adalah suatu zat pakan yang berperan penting dalam menentukan
produktivitas ternak. Kandungan protein dalam pakan bergantung pada
kandungan nitrogen dalam bahan pakan, kemudian dikalikan dengan faktor
protein sebesar 6,25. Jumlah 6.25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein tersebut
mengandung 16% nitrogen. Kelemahan dari analisis terbaru tentang protein kasar
itu sendiri terletak pada asumsi-asumsi dasar yang digunakan. Pertama,
diasumsikan bahwa semua nitrogen dalam bahan pakan adalah protein, padahal
tidak semua nitrogen berasal dari protein Kedua, kadar nitrogen protein 16%,
tetapi ternyata kadar nitrogen protein tidak selalu 16%.
dilakukan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara
tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogen.
hemiselulosa, lignin, kutin dan pentosan – pentosan. Pada hewan ruminansia, serat
kasar berperan dalam produksi saliva sebagai penyeimbang (buffer) tingkat
keasaman pada rumen. Selain itu, serat kasar akan difermentasikan oleh
mikroorganisme dalam sistem pencernaan ruminansia sehingga dihasilkan volatile
fatty acids (asam lemak terbang) yang berfungsi sebagai sumber energi bagi
ternak ruminansia.
Tidak hanya pada ternak ruminansia, serat kasar juga diperlukan oleh
hewan ternak non ruminansia seperti jenis unggas dan babi. Pada jenis hewan ini
serat kasar yang dikonsumsi berfungsi sebagai pengisi perut, membantu gerak
peristaltik usus, mencegah penggumpalan pakan pada seka, mempercepat laju
digesta dan memacu perkembangan organ pencernaan.
Namun serat kasar yang dikonsumsi oleh ternak ruminansia dan non-
ruminansia memiliki porsinya masing – masing. Hal ini karena serat kasar tidak
hanya memberikan dampak positif tetapi juga memberi dampak negatif. Dampak
negatif tingginya serat kasar pada pakan ruminansia dapat menyebabkan
tertinggalnya pakan dalam rumen lebih lama dan meninggalkan rasa kenyang
pada ternak sehingga asupan pakan menjadi rendah. Sama halnya dengan
ruminansia, tingginya serat kasar pada non ruminansia menjadikan laju
pencernaan dan penyerapan nutrisi menjadi lambat.
penyaringan dengan empat kali pembilasan dan tahap terakhir yaitu proses
menggunakan asam encer. Ekstrasi ini dilakukan selama 30 menit mulai pada titik
didih lalu sampel perlu ditambahkan basa encer dan dilakukan ekstrasi kembali
Lalu tahap kedua yaitu proses penyaringan yang dilakukan sekali dengan
dibakar diabukan dalam furnace pada 300-600 °C selama 3-6 jam dan setelahnya
disimpan pada eksikator lalu ditimbamg sebagai hasil akhir. Serat kasar
tergantung pada komposisi dari karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat
dalam bahan makanan tersebut nilai energi bruto dari berbagai makanan
bermacam macam dan tidak tertentu (Hendalia dkk, 2008). Bahan yang
digunakan dan memiliki energi bruto tinggi belum tentu bias menghasilkan energi
yang cukup untuk keperluan ternak untuk keperluan ternak karena tergantung dari
termetabolis atau metabo- lizable energy (ME). Proses pencernaan oleh ternak
selalu diikuti dengan hilangnya (lepasnya) energi yang dikenal dengan nama
energi termis (heat increment).
III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
3.1.1 Analisis Air
(1) Oven , berfungsi untuk mengeringkan bahan pakan dan alat.
(2) Timbangan analitik, berfungsi untuk menimbang bahan pakan.
(3) Cawan alumuninum, berfungsi untuk tempat sampel.
(4) Eksikator/Desikator, berfungsi untuk menyerap air akibat perubahan suhu.
(5) Tang penjepit, berfungsi untuk memindahkan cawan alumunium.
3.1.2 Analisis Abu
(1) Cawan porselen 30 ml, berfungsi sebagai tempat sampel.
(2) Kompor listrik atau hot plate, berfungsi untuk memanaskan sampel
sebelum ke tanur.
(3) Tanur listrik, berfungsi untuk mengabukan sampel
(4) Eksikator, berfungsi untuk menghilangkan kadar air dalam suatu bahan
pakan karena perbedaan suhu.
(5) Tang penjepit, berfungsi untuk menjepit atau memindahkan alat.
3.1.3 Analisis Protein Kasar
(1) Satu set alat destilasi, berfungsi untuk memisahkan larutan
(2) Labu Kjehdhal 300ml, berfungsi untuk proses destruksi
(3) Erlenmeyer 250ml, berfungsi untuk mewadahi larutan yang akan dititrasi
(4) Gelas Ukur, berfungsi untuk mengukur larutan
(5) Buret 50ml skala 0,1ml, berfungsi untuk meneteskan larutan.
(6) Labu didih, berfungsi sebagai wadah larutan hasil destruksi
3.1.4 Analisis lemak kasar
(3) Kapas dan biji hekter, berfungsi untuk menutupi sampel pada selongsong.
(1) Seperangkat pemasak dengan kondensor refluks, sebagai alat pada proses
pemasakan.
(5) Gelas piala, sebagai wadah untuk sampel dengan asam dan basa encer.
(6) Kertas alumuniun foil, sebagai alas dari sampel ketika sedang ditimbang.
(8) Kompor listrik, sebagai alat untuk proses pemasakan dan alat untuk proses
pembakaran.
(9) Kertas saring, sebagai penyaring residu dari hasil pemasakan. Oven,
sebagi tempat menyimpan alat atau bahan setelah di oven agar tidak
menguap lagi.
3.1.6 Analisis Energi Bruto
(1) Seperangkat alat BOMB kalori meter.
(2) Bejana BOMB yang digunakan untuk menentukan energy total dari
sampel makanan (Tillman,1998) yang terdiri:
a. Wadah, berfungsi sebagai tempat untuk pengujian
b. Tutup yang dilengkapi:
- Elektroda dari kabel elektroda, berfungsi sebagai media
penghantar elektroda
20
(2) HCl 6,25 ml, berfungsi sebagai angka konversi nitrogen ke protein.
(3) Keras licin, berfungi mengalasi bahan yang digunakan.
(4) CuSO 4,5H 2 O, K 2 SO 4 , berfungsi sebagai katalis.
(5) Akuades, sebagai bahan pelarut.
(6) Vaselin, berfungsi sebagai pengoles bibir Erlenmeyer.
(1) bahan pakan(sampel king grass), sebagai sampel yang akan dianalisis.
(2) Asam encer (H2SO4 1,25%) sebanyak 50mL, sebagai asam encer
(4) Aquades panas 100mL, sebagai pembilas pertama kertas pada proses
penyaringan.
(6) Aquades panas 100 mL, sebagai pembilas ketiga pada proses penyaringan.
(6) Didinginkan dalam eksikator kurang lebih 30 menit dan ditimbang dengan
teliti. Dicatat sebagai C gram.
(7) Dihitung kadar abunya.
3.3.3 Analisis Protein Kasar
(1) Timbang sampel king grass yang dibutuhkan dengan dialasi kertas licin.
(2) Ambil sampel dan masukkan ke dalam labu kjeldahl.
(3) Tambahkan 6 gram katalis, yaitu CuSO 4,5H 2 O, K2 SO4 dengan
perbandingan 1:5.
(4) Tambahkan sebanyak 20 ml asam sulfat pekat.
(5) Pastikan api kecil di lemari asam. Jika tidak berbuih diteruskan api besar.
Proses destruksi dianggap selesai bila larutan sudah berwarna hijau
jernih, setelah itu dinginkan.
(6) Pindahkan ke dalam labu didih, lalu bilas dengan ak uades kurang lebih
50ml.
(7) Erlenmeyer didih dimasukkan ke keramik/porselen untuk meredam
letupan saat didihkan.
(8) Bibir Erlenmeyer diolesi dengan vaksin.
(9) Pasangkan Erlenmeyer pada saat destilasi kemudian klem dikencangkan.
(10) Masukkan asam borax 5% sebanyak 5ml, masukkan padaa Erlenmeyer
dan beri indikator campuran sebanyak 2 tetes.
(11) Larutan dibuat menjadi basa dari bahan destruksi. Keran corong ditutup
setelah lartutan tersebut masuk ke Erlenmeyer didih
(12) Pemanas Bunsen dinyalakan dan alirkan kedalam keran pendingin tegak.
(13) Destilasi dilakukan hingga semua N pada larutan dianggap telah
terambil oleh asam borax dan ditandai dengan menyusutnya larutan
dalam labu didih sebanyak 2/3 bagian.
(14) Erlenmeyer yang diisi sulingan diambil.
(15) Titrasi dengan HCl yang sudah diketahui normalitasnya kemudian catat
sebagai B.
24
(16) Titik titrasi selesai ketika ditandai dengan perubahan warna dari hijau ke
abu-abu.
IV
4.1.2 Pembahasan
Berdasarkan pengujian analisis air pada gandum didapatkan kadar air
dalam king grass adalah 87,74%. Sedangkan menurut Askar, S dan Darwinsyah L
(1985), bahwa kadar air pada king grass adalah 87,57%. Hal ini bisa dilihat
bahwa kadar air pada king grass yang diuji mendekati dengan kadar air pada king
grass yang lainnya.
Kadar air dari suatu bahan pakan ternak merupakan salah satu indikator
kualitas dari suatu bahan pakan. Bahan pakan yang mengandung kadar air lebih
tinggi umumnya akan lebih rentan terkena kontaminasi mikroorganisme seperti
jamur yang dapat menurunkan daya guna dari suatu bahan pakan terseb ut.
Perbedaan kadar air dari rumput raja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia
pemanenan, kondisi tanah, cara penanaman dan dosis pemupukan yang sangat
mempengaruhi nilai kandungan nutrisinya.
28
4.2.1 Hasil
4.2.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum analisis abu yang dilakukan. Dimana praktikum ini
bertujuan untuk mengidentifikasi kadar abu yang terdapat dalam bahan khususnya
King Grass (Rumput raja). Setelah dilakukan perhitungan didapatkan hasil kadar
abu yang terdapat dalam King Grass adalah 20,14 %. Jika dilihat dari hasil kadar
abu yang didapatkan yaitu 18,6% (Elsi Ramadhani dkk, 2020).
Hasil yang didapatkan kadar abu dari King Grass ini lebih tinggi dari pada
kadar abu yang tercantum diliteratur tersebut. Hal ini b isa terjadi jika ada
perbedaan antara data yang saya dapatkan dengan data yang ada pada literatur.
Tingginya kadar abu ini di sebabkan oleh keadaan King Grass itu sendiri, jika
keadaan King Grass masih segar maka hasil kadar abunya cukup tinggi sedangkan
jika keadaan King Grass sudah kering maka kadar abunya rendah.
Rumput raja memiliki keunggulan yaitu jenis pakan yang cukup lezat dan
berkualitas tinggi. ternak relatif lebih cepat di panen dan tahan kering.
Pemotongan rumput raja pertama kali pada umur 2 sampai 3 bulan dan
selanjutnya tiap 6 minggu sekali, keuali pada musim kemarau interval
pemotongannya diperpanjang (siregar,1994). Hal ini sesuai dengan pendapat
Hartadi et al (1990) yang menyatakan bahwa perbedaan nilai gizi hijauan terlihat
pada umur pemotongan, sebab semakin tua umur tanaman kandungan nutrisi
29
4.3.1 Hasil
………………………….gram………………….%
King 0,584 7,75 6,25 0,1258 14,60
Grass
4.3.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang ada yaitu bahan king grass atau rumput raja.
Diketahui berat sampelnya 0,584 dan volume titrasinya 7,75 yang dimana nilai
tetappannya yaitu 6,25 dan normalitas HCL nya 0,1258. Hasil dari perhitungan
protein kasar di atas di dapat 14,60%.
Berdasarkan jurnal zootek yang melakukan penelitian tentang pemberian
rumput raja. Di dapatkan kandungan SK nya 25,48% dengan protein kasarnya
atau PK ialah 11,68%. Sedangkan berdasarkan hasil dari perhitungan di atas
protein kasar di dapat 14,60% yang artinya cukup tinggi, dan memiliki perbedaan
pada hasil tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang dapat
menyebabkan perbedaan hasil penelitian adalah kondisi geografis tanah.
4.4.1 Hasil
Berat Berat Berat Berat Berat Kadar
sampel+ Selongsong Sampel Selongsong Selongsong Lemak
Selongsong + Sampel + + Sampel Kasar
30
Hekter + Biji
Hekter
Ekstraksi
1,481 gr 0,974 gr 0,507 gr 1.501 gr 1,485 gr 3,15%
4.4.2 Pembahasan
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui kadar lemak kasar yang ada
pada rumput raja, menggunakan sampel sebesar 0,507 gr, berat selongsong 0,9074
gr, berat sampel+selongsong 1,481 gr, berat selongsong+sampel+hekter 1,501 gr,
berat selongsong+sampel+hekter setelah ekstraksi 1,485 gr mendapatkan hasil
kadar lemak kasar 3,15%. Namun dalam sebuah penelitian yang menyatakan
bahwa kandungan lemak kasar dapat berbeda-beda tergantung dari waktu
pemotongan. Semakin lama waktu pemotongannya maka semakin besar juga
kandungan lemaknya. Rata-rata kandungan lemak kasar pada king grass yang
mengalami pemotongan pada waktu 60 hari adalah 3,72%. Yang mana jika
dibandingkan dengan hasil perhitungan di atas, tidak begitu jauh selisih
perbedaannya. Hal itu membuktikan sampel king grass yang dianalisis mengalami
waktu pemotongan kurang lebih 60 hari.
4.5.1 Hasil
Berat Kertas Berat Sampel Berat Cawan BeratCawan Kadar Serat
Saring + Sampel + Sampel Kasar
setelah Setelah
dioven ditanur
0,238 (gram) 0,459 (gram) 33,553 (gram) 33,16 (gram) 33,77 (%)
(2021)
31
4.5.2 Pembahasan
Pada data yang didapatkan, sampel yang digunakan yaitu king grass atau
rumput raja. Berat sampel yan gdigunakan sebesar 0,459 gr, berat kertas saring
0,238 gr, berat cawan + sampel setelah dioven sebesar 33,553 gr, dan berat cawan
+ sampel setelah ditanur yaitu 33,16 gr. Dari hasil data tersebut, dilakukan
pengolahan data dengan menggunakan rumus untuk mengetahui nilai kandungan
serat kasar 33,77%. Namun dalam setiap penelitian kanduran serat kasar akan
berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan berat sampel, berat kertas
saring, berat cawan+sampel setelah dioven, dan berat cawan _ sampel setelah
ditanur
4.6.1 Hasil
4.6.2 Pembahasan
bejana bomb, bejana air dan jacket dan alat lainnya, didapatkan hasil akhirnya
senilai 3.197,09 cal/gram dengan suhu awal(T1) 25 o C dan suhu akhir (T2)
Prinsip dari pengukuran energi bruto pakan yaitu konversi energi dalam
pakan menjadi energi panas dengan cara oksidasi zat makanan tersebut melalui
pembakaran (Hardadik dkk, 1980). Energi bruto adalah sejumlah panas yang di
bebaskan apabila suhu bahan pakan di oksidasikan secara total dalam bomb
ayam untuk mempertahankan suhu tubuh yang normal dan keaktifan fisik atau
biologis untuk kelangsungan hidupnya, selain itu energi juga berpengaruh pada
pertumbuhan suhu tubuh dan penambahan jaringan tubuh serta untuk keperluan
produksi (Scoff dkk, 1976). Tinggi rendahnya energi ini dipengaruhi oleh
mempengaruhi jumlah ransum yang masuk kedalam tubuh, nilai energi bruto
suatu bahan pakan tergantung dari proposi karbohidrat, lemak dan protein yang
4.7.1 Hasil
Bahan Air Abu Lemak Serat Protein BETN
Kasar Kasar Kasar
………………………….gram……………….%
King 87,74 20,14 3,15 33,7 14,60 -59,4
Grass
4.7.2 Pembahasan
Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen adalah fraksi analisi terakhir yang dapat
diketahui nilai kadarnya jika kandungan kadar air, abu,protein kasar,lemak kasar,
dan serat kasar sudah diketahui pada praktikum sebelumnya sudah di dapatkan
kadar air 87,74%, kadar abu 20,14%, lemak kasar 3,15%, kadar serat kasar 33,7%
dan kadar protein kasar 14,60%. BETN adalah bahan organik yang dapat
diekstrak dari bahan yang tidak mengandung nitrogen. Cara mengetahui kadar
BETN tidak melalui analisis kimia, tetapi langsung dari perhitungan berdasarkan
33
pada analisis proksimat yang sudah didapatkan, kandung BETN yang di dapatkan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
(1) Rumput raja adalah jenis rumput baru yang belum banyak dikenal, yang
merupakan hasil persilangan antara pennisetum purpereum (rumput gajah)
dengan pennisetum tydoides, rumput ini mudah ditanam, dapat tumbuh
dari dataran rendah hingga dataran tinggi, menyukai tanah subur dan curah
hujan yang merata sepanjang tahun. Produksi rumput ini jauh lebih tinggi
dibandingkan rumput lainnya.
(2) Kandungan air dalam king grass sebesar 87,74%.
(3) Kandungan abu dalam king grass sebesar 20,14%.
(4) Kandungan lemak kasar dalam king grass sebesar 3,15 %.
(5) Kandungan serat kasar dalam king grass sebesar 33,77%.
(6) Kandungan protein kasar dalam king grass sebesar 14,60%.
(7) Kandungan energi dalam king grass sebesar 3.197,09 cal/g.
(8) Kandungan BETN dalam king grass sebesar -59,4%.
5.2 Saran
lebih mengerti. Pada saat responsi diharapkan tidak membuat keadaan menjadi
tegang, agar bisa lebih mengerti. Jarak hari dari responsi terakhir ke ujian pra-
DAFTAR PUSTAKA
Analisis Air
Berg. J. M. 2009. Bahan Pakan dan Formula Ransum. Gadjah Mada
University.
Ella. H. 2010. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Askar, S dan Darwinsyah Lubis. 1985. Penuntun Analisis Bahan Makanan
Ternak. Laboratorium Makanan Ternak. Balai Penelitian Ternak Bogor.
P. 2-4; 13.
Triebold, HO and Leonard, W. A. 1963. Food Composition an analysis. D.
Van Nostrand Company inc. New York.
Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I rangkuman Lab Makanan Ternak
jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan. UGM :
Yogyakarta.
Mueen – ud – Din. G, Rchman, S., Anjun, F. M., dan Nawaz, H. 2007. Quality
of flat bread (Naan) from Pakistani, Wheat larieties. Institute of Food
Science and Technology. University of Agriculture : Pakistan.
Analisis Abu
Hartadi HS, Reksohadiprodjo, Tillman A.D. 1990. Table of Feed Composition for
Indonesia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Sudarmadji, Slamet dkk. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty
Yogyakarta : Yogyakata.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta.
Apriyanto, Anton. 1988. Analisis Pangan PAU Pangan dan Gizi. IPB : Bogor
Association of Official Analytical Chemist (AOAC). 1995-2005. Official
Metode of Analysis. AOAC : Arlington
36
Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky,
P.V., Jackson, R.B. (2012). Biologi Jilid 2. Edisi 8. Terjemahan D.T
Wulandari. Jakarta: Erlangga
Maaruf, Heriyanto. 2016. Pengaruh Pemberian Rumput Raja dan Tebon Jagung
Terhadap Perfomansi Sapi Peranakan Ongole Betina. Jurnal Zootek.
Fakultas Peternakan Universitas Sama Ratulangi, Manado.
Hartadi, H.S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tilam. 1997. Tabel Komposisi Pakan
untuk Ternak Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hernawati. 2000. Teknik Analisis Nutrisi Pakan, Kecernaan Pakan dan Evaluasi
Energi pada Ternak. UPI : Bandung.
Kamal, M. 1998. Bahan Pakan dan Ransum Ternak. Fakultas Peternakan. UGM
Press : Yogyakarta.
Panagan, T Almunady, Heni, Yohandini, dan Jojor Uli Gultom. 2011. Analisis
kuantitatif dengan kuantitatif asam lemak Tak Jenuh Omega 3 dari
MinyakIkan Patin (Pangasius Pangasius) dengan Metode Kromatografi
Gas. Jurnal penelitian sains vol. 14 nomor 4 (C) 14409
161-165. https://media.neliti.com/media/publications/233279-pengaruh-
substitusi-rumput-gajah-pennise-e0b2dfb2.pdf
BETN
Hartadi, H.S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tilam. 1997. Tabel Komposisi Pakan
untuk Ternak Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Analisis Air
Gambar 1. Oven
Gambar 4. Eksikator
Analisis Abu
Gambar 4. Eksikator
Gambar . Jacket
46
Gambar:Kertas selongsong
Gambar:eksikator
Gambar:timbangan analitik
Gambar:klorofom
47
Kasar
50
x 100%
= x 100%
= 87,74%
(2) Perhitungan Analisis Abu
Keterangan:
- A = berat cawan porselen
- B = berat sampel sebelum di bakar di tanur
- C = berat cawan porselen + abu
= x 100%
= x 100%
= 20,14 %
(3) Perhitungan Protein Kasar
Keterangan:
- A = berat sampel
- B = normalitas HCL
- C = volume titrasi
PK (%) = x 100%
= x 100%
= x 100%
= 14,60 %
51
LK (%) = x 100%
= x 100%
= x 100%
= 3,15 %
(5) Perhitungan Serat Kasar
Keterangan:
- A = berat kertas saring
- B = berat sampel
- C = berat cawan + sampel setelah di oven
- D = berat cawan + sampel setelah di tanur
SK (%) = x 100%
= x 100%
= x 100%
= 33,77 %
(6) Perhitungan Energi Bruto
Keterangan :
- T2 : Suhu Akhir
- T1 : Suhu Awal
- A : Berat Sampel
52
= x 2.417
= 3.197,09 cal/g
(7) Perhitungan BETN
BETN (%) = 100 – AIR – ABU – LK – SK – PK
= 100 – 87,74 – 20,14 – 3,15 – 33,77 – 14,60
= -59,4
53
KING GRASS