Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU DAN REPRODUKSI TERNAK


“Sinkronisasi Estrus”

Oleh:
Kelas: D
Kelompok: 1

Insy Sabina 200110200032


Mira Alfiana 200110200034
Endang Ervina 200110200035
Hepia Rahmadita 200110200036
Gilang Mulya Putra 200110200037
Faiz Faisal Azhar 200110200056
Adinda Deaniva Imani 200110200068
Fitriyani Fujiyanti 200110200071
Dandy Rizaldi Idriansyah 200110200072

LABORATORIUM REPRODUKSI TERNAK


DAN INSEMINASI BUATAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
TEKNIK PEMASANGAN CIDR DAN SPON PADA KAMBING
UNTUK PENYERENTAKAN BIRAHI
Eko Koswara dan Baehaki
Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor

RINGKASAN
Sebanyak 16 ekor kambing peranakan etawa (PE) betina dewasa diserentakkan
birahinya dengan teknik “Intravaginal” dengan menggunakan Controlled Internal Drug
Release (Perangkat pelepasan obat internal atau disebut juga CIDR yang terkontrol
digunakan pada ternak untuk sinkronisasi estrus) dan spons selama 18 hari yang berisi
hormon progesteron (40mg Fluorogeston Asetat). Teknik pemasangan dilakukan dengan
empat cara mengenai kedalaman: (1) Spons dengan kedalaman vagina 13cm sebanyak 4
ekor, (2) Spons dengan kedalaman vagina 10cm sebanyak 4 ekor, (3) CIDR dengan
kedalaman vagina 8cm sebanyak 4 ekor, (4) CIDR dengan kedalaman vagina 4cm
sebanyak 4 ekor. Dari hasil pengamatan didapatkan ternak yang dipasang spons dengan
kedalaman 13 cm hasil pemasangan baik dengan 100 % spons tidak ada yang lepas.
Ternak yang dipasang CIDR dengan kedalaman 8 cm hasil pemasangan baik dengan 100
% CIDR tidak ada yang lepas.
Kata Kunci: Kambing, Teknik pemasangan, CIDR, Spon, Penyerentakan birahi.

PENDAHULUAN
Pada usaha peternakan kambing upaya menyerempakan musim beranak akan
memudahkan manajemen pemeliharaan, mengontrol produksi dan meningkatkan
efisiensi penggunaan tenaga kerja. Penyerentakan musim beranak dan produksi susu
berarti harus menyerempakkan birahi.
Penyerentakan birahi adalah usaha dari manusia dalam memanipulasi reproduksi
pada ternak sehingga dapat birahi pada waktu yang hampir bersamaan. Penyerempakan
birahi yang umum dilakukan adalah dengan cara kimiawi yaitu menggunakan preparat
hormon progesteron baik yang dikemas dalam bentuk spons maupun CIDR (Hastono et
al.2000)
Tujuan penelitian adalah mengetahui ketepatan dan kedalaman pemasangan spons
dan CIDR pada kambing.

BAHAN DAN METODE


Kegiatan ini dilakukan di kandang percobaan Balai Penelitian Ternak Ciawi
Bogor dengan menggunakan 16 ekor induk kambing PE yang akan diserentakan
birahinya dengan menggunakan spons dan CIDR secara intravaginal dan 4 ekor pejantan
untuk pengecekan birahi. Alat yang digunakan:

Prosiding Temu Teknis Jabatan Fungsional Non Peneliti, Malang, 17-19 Juli 2019 149
a. Spons dan Aplikatornya
b. CIDR dan Aplikatornya
c. Vaseline
d. Alkohol 70%
e. Sarung tangan karet

CIDR dan Aplikatornya merupakan alat bantu utuk pemasangan CIDR ke dalam
vagina dengan kedalamanyang telah di tentukan berdasarkan panjang aplikatornya ±7cm.
Spons dan Aplikatornya merupakan alat bantu untuk pemasangan spon kedalam
vagina yang terdiri dari pipa berdiameter 1inchi, panjang ± 23cm. Salah satu ujung pipa
dipotong menyerong dan batang pipa yang kedua ujungnya tertutup berfungsi sebagai
tongkat dengan diameter lebih kecil dari pipa, dengan panjang ± 37cm. Fungsi tongkat
ini untuk mendorong spon masuk ke dalam vagina.
Teknik pemasangan dilakukan dengan empat cara mengenai kedalaman:
1. Spons dengan kedalaman vagina 13cm sebanyak 4 ekor;
2. Spons dengan kedalaman vagina 10cm sebanyak 4 ekor;
3. CIDR dengan kedalaman vagina 8cm sebanyak 4 ekor;
4. CIDR dengan kedalaman vagina 4cm sebanyak 4 ekor;

Dengan maksud untuk mengatasi semua siklus birahi kambing. Pipa paralon yang
sudah berisi spons diolesi vaselin untuk memudahkan masuk kedalam vagina. Ternak
yang akan diberi perlakuan dipegangi tubuhnya oleh seorang petugas. Sedangkan petugas
yang akan memasang CIDR dan spons jongkok menghadap bagian belakang ternak.
Petugas pemasang CIDR atau spons harus menggunakan sarung tangan karet.
CIDR dan spons dipasang pada aplikator yang berujung rata, kalau untuk pemasangan
spon menggunakan batang pipa spons didorong hingga posisinya ada diujung aplikator
yang permukaannya serong (Adiati et al. 1997).
Ujung aplikator yang permukaannya serong dimasukan ke vagina ternak dengan
kedalaman yang pas 10cm s/d 13cm. Dengan bantuan batang pipa spons didorong masuk
kedalam vagina, biarkan benang nilonnya terjulur keluar, dengan hati-hati batang pipa
ditarik keluar yang diikuti tabung aplikator, dan biarkan spons atau CIDR didalam vagina
selama 18hari.

150 Prosiding Temu Teknis Jabatan Fungsional Non Peneliti, Malang, 17-19 Juli 2019
Pencabutan spons dengan cara menarik tali nilon sedangkan CIDR diakukan
dengan tali seperti dari plastik yang keluar. Pengamatan birahi dilakukan setiap hari
dengan menggunakan pejantan untuk mengetahui ada tidaknya birahi pada ternak betina
dan langsung dikawinkan bila terjadi birahi (Sutama et al. 1994).
Kambing betina dinyatakan birahi jika betina tersebut mengibas-ngibaskan
ekornya dan berdiri diam ketika kambing jantan menaiki punggungnya dari belakang,
pengamatan dilakukan 3 jam sekali.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perbandingan tingkat keberhasilan pemasangan CIDR dan spons ditingkat
kedalaman pemasangannya terdapat pada Tabel 1:
Tabel 1. Data Perbandingan tingkat keberhasilan pemasangan CIDR dan spons pada
tingkat kedalaman pemasangannya
Kedalaman Spons dan
No. U Kelompok No. Ternak Hormon
Pemasangan CIDR lepas
1 1524
1557
2 P1 Spons 13cm 0%
3 5175
4 498
1 1622
2
P2 1630 Spons 10cm 75%
3 1577
4 1618
1 5162
2
P3 5157 CIDR 8cm 0%
3 16182
4 16188

Prosiding Temu Teknis Jabatan Fungsional Non Peneliti, Malang, 17-19 Juli 2019 151
152 Prosiding Temu Teknis Jabatan Fungsional Non Peneliti, Malang, 17-19 Juli 2019
Jurnal Veteriner September 2015 Vol. 16 No. 3 : 343-350
ISSN : 1411 - 8327
Terakreditasi Nasional SK. No. 15/XI/Dirjen Dikti/2011

Pemanfaatan Ekstrak Hipotalamus Kambing Sebagai


Upaya Optimalisasi Kesuburan Kambing Kejobong Betina
(THE USE OF GOAT HYPOTHALAMIC EXTRACT
TO OPTIMALIZE FERTILITY OF FEMALE KEJOBONG GOATS)

Zulkarnain1, Sutiyono2, Enny Tantini Setiatin2

Program Magister Ilmu Ternak, Program Pascasarjana


1

Laboratorium Pemuliaan dan Reproduksi,Fakultas Peternakan dan Pertanian,


2

Universitas Diponegoro, Jl.Kampus drh. R. Soejono Kusumowardojo, Tembalang,


Semarang, Jawa Tengah. 50275 Telp 024 - 7478348
Email :zul86tekno@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh level ekstrak hipotalamus terhadap kualitas
berahi, persentase kebuntingan, dan jumlah anak per kelahiran (litter size). Materi yang digunakan adalah
kelenjar hipotalamus kambing dan 23 ekor kambing kejobong betina umur 3-4 tahun. Perlakuan yang
diterapkan dalam penelitian ini adalah T0 (kontrol) penyuntikan 5 mL NaCl fisiologi 0,9%, T1 penyuntikan
dengan larutan yang terdiri dari 2 mL ekstrak hipotalamus ditambah 3 mL NaCl fisiologi 0,9%, T2
penyuntikan dengan larutan yang terdiri dari 4 mL ekstrak hipotalamus ditambah 1 mL NaCl fisiologi
0,9%. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap
subsampling dengan tiga perlakuan,T0 (tujuh ulangan), T1 (delapan ulangan) dan T2 (delapan ulangan).
Parameter yang diamati adalah persentase berahi, kualitas berahi, onset berahi, lama berahi, persentase
kebuntingan, dan jumlah anak per kelahiran. Data yang diperoleh dianalisis denganChi-square dan sidik
ragam. Hasil penelitian menunjukan pemberian ekstrak hipotalamus berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
terhadap lama berahi dan tidak berpengaruh (P >0,05) terhadap parameter lain. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ekstrak hipotalamus dapat mengoptimalisasikan kesuburan kambing kejobong betina
dari lama berahi, persentase kebuntingan dan jumlah anak per kelahiran (litter size).

Kata-kata kunci : ekstrak hipotalamus kambing, berahi, kesuburan, kebuntingan, kambing kejobong

ABSTRACT

The objective of this study was to investigate the effect of hypothalamic extracts level on quality level
of estrous, pregnancy percentage and litter size of Kejobong goats. The materials used in this experiment
were the hypothalamus glands and 23 female Kejobong goats aged between 3-4 years. The experimental
design used in this study was a completely randomized design with 3 treatments 7-8 replicates. The
treatment groups used in this study were T0 injected with 5 mL of 0.9% physiologic saline, T1 injected with
a solution consisted of 2 mL of hypothalamic extract added 3 mL of 0.9% physiologic saline, T2 injected
with solution consisted of 4 mL of hypothalamic extract added 1 mL of 0.9%physiologic saline. The
parameters were the percentage of estrous, estrous quality, onset of estrous, estrous length, pregnancy
percentage and litter size. The data were analyzed by using analysis of variance and Chi-square. The
results showed that hypothalamic extract was highly significant (P <0.01) affected the estrous length and
had no effect (P> 0.05) on the other parameters. In conclusion hypothalamic extracts may optimize the
fertility of female Kejobong goats evaluated from estrous length, pregnancy percentage and litter size.

Keywords: hypothalamic extract, estrous, fertility, pregnancy, Kejobong goats

343
Zulkarnain, et al Jurnal Veteriner

PENDAHULUAN Perkembangan folikel yang baik akan memun-


culkan tanda-tanda berahi yang jelas dan diikuti
Kambing merupakan salah satu jenis oleh ovulasi. Ketepatan waktu perkawinan akan
ternak yang banyak terdapat di Indonesia, meningkatkan jumlah kebuntingan dan jumlah
terutama di daerah pedesaan. Kambing banyak anak per kelahiran, sehingga secara tidak
dipelihara oleh peternak kecil karena langsung akan meningkatkan populasi ternak
pemeliharaanya mudah dan cukup dengan kambing.
modal relatif kecil. Kambing kejobong adalah Tujuan penelitian ini adalah untuk
kambing asli Indonesia yang berada di Kabu- mengetahui pengaruh level ekstrak hipotalamus
paten Purbalingga, Jawa Tengah (Kurnianto et untuk meningkatkan kesuburan ternak
al., 2013). Populasi kambing kejobong di kambing meliputi persentase berahi, onset
Kabupaten Purbalingga tersebar di 18 berahi, kualitas berahi, lama berahi, persentase
kecamatan dengan jumlah populasi 43.708 ekor kebuntingan, dan jumlah anak per kelahiran
pada tahun 2011 (Dinas Peternakan dan (litter size).
Perikanan Purbalingga, 2011).
Jumlah pemotongan ternak terus menga-
lami peningkatan seiring dengan meningkatnya METODE PENELITIAN
permintaan daging kambing di masyarakat.
Tahun 2010, permintaan daging kambing Penelitian telah dilaksanakan pada bulan
sebesar 66.793 ton dan terjadi peningkatan pada April-September 2013 di Laboratorium Genetika,
tahun 2011 menjadi 68.345 ton(Direktorat Pemuliaan dan Reproduksi, Fakultas Peter-
Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, nakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
2011). Pemotongan ternak kambing memenga- Semarang dan di Kecamatan Kejobong, Kabu-
ruhi penurunan populasi kambing, karena paten Purbalingga. Kambing yang digunakan
banyak ternak kambing yang dipotong pada usia adalah kambing kejobong betina sebanyak 23
produktif akibat kurangnya pasokan kambing ekor berumur 3,5 – 4,0 tahun (poel 3 dan 4 ).
yang akan dipotong. Oleh karena itu perlu upaya Penelitian ini menggunakan rancangan
untuk meningkatkan laju pertambahan populasi acak lengkap subsampling dengan tiga
dengan optimalisasi kesuburan. perlakuan T0 (tujuh ulangan)disuntik dengan
Optimalisasi kesuburan kambing dapat 5 mL NaCl fisiologi 0,9%, T1 (delapan ulangan)
dilakukan dengan cara memaksimalkan disuntik dengan larutan yang terdiri atas 2 mL
kemampuan kambing betina dalam mempro- ekstrak hipotalamus ditambah 3 mL NaCl
duksi follicle stimulating hormone (FSH) dan fisiologi 0,9%,dan T2 (delapan ulangan)disuntik
luteinizing hormone (LH). Pelepasan FSH dengan larutan yang terdiri atas 4 mL ekstrak
berasal dari kelenjar hipofisis anterior dipe- hipotalamus ditambah 1 mL NaCl fisiologi 0,9%.
ngaruhi oleh gonadotropin releasing hormone Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap
(GnRH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipota- yaitu persiapan dan pelaksanaan penelitian.
lamus (Geary et al., 2001). Sekresi GnRH dari Persiapan penelitian meliputi pembuatan spons
hipotalamus langsung menuju ke hipo- vagina dan pembuatan ekstrak hipotalamus.
fisis melalui kapiler berbentuk jaring,
disebut hypothalamic-pituitary portal system. Pembuatan Spons Vagina. Pembuatan
Optimalisasi kesuburan kambing betina spons vagina dilakukan berdasarkan metode
dilakukan dengan penyuntikan berbagai level Sutiyono et al., (1998), diawali dengan mengiris
ekstrak hipotalamus. Ekstrak hipotalamus yang spons hingga berbentuk silinder dengan tinggi
mengandung GnRH, akan memberikan 4 cm dan diameter 3 cm. Spons diikatkan benang
rangsangan pada hipofisis anterior, tepatnya sedemikian rupa sehingga bila spons
pada sel gonadotrof dan laktotrof untuk mele- dimasukkan ke dalam vagina, benang masih
paskan FSH dan LH sehingga terjadi pertum- terlihat di bagian luar dan bisa ditarik pada saat
buhan serta pematangan folikel yang diikuti pelepasan. Selanjutnya spons direndam dengan
dengan berahi dan diakhiri ovulasi (Hafez dan deterjen selama empat jam. Spons yang telah
Hafez, 2000). direndam kemudian dicuci bersih dengan air
Menurut Hunter (1995), jumlah sel telur mengalir, selanjutnyaspons disterilkan
yang tumbuh dan diovulasikan sangat menggunakan alkohol 70%. Setelah spons
bergantung pada banyaknya kadar FSH dalam kering, spons dicelupkan kedalam cawan petri
darah yang disekresikan oleh hipofisis anterior. yang berisi 20 mg medroxy progesterone acetate

344
Jurnal Veteriner September 2015 Vol. 16 No. 3 : 343-350

yang dilarutkan dalam 5 mL etanol. Selanjutnya Jumlah Anak Per Kelahiran (litter
spons dikeringkan di dalam kotak pengering size).Jumlah anak kambing yang dilahirkan
dengan suhu 40oC selama tiga hari. dibagi jumlah induk yang beranak.

Pembuatan Ekstrak Hipotalamus. Pelaksanaan Penelitian


Pembuatan ekstrak hipotalamus dilakukan Sebelum perlakuan (penyuntikan) ekstrak
berdasarkan metode Sutiyono et al. (1998). hipotalamus, kambing betina diserentakkan
Sejumlah 12 hipotalamus kambing (11,24 g) berahinya menggunakan 20 mg medroxy
direndam didalam larutan alkohol 90% selama progesterone acetate dalam spons vagina dan
16 jam yang setiap empat jam dilakukan diimplantasikan dalam vagina kambing selama
penggantian larutan alkohol. Rendaman 14 hari. Sesaat (1-3 menit) setelah pencabutan
hipotalamus dikeringudarakan sehingga spons, kambing-kambing disuntik larutan
didapatkan bobot kering hipothalamus 9,84 g. secara intramuskuler (IM) pada muskulus
Hipotalamus kemudiandihaluskan menggu- deltoideus (kaki depan bagian atas) sesuai
nakan mortal. Tepung hipotalamus dimasukkan dengan perlakuannya. Pengamatan berahi dila-
kedalam tabung sentrifus dan ditambah larutan kukan menggunakan pejantan pemacek sejak
NaCl fisiologi 0,9% sebanyak 60 mL sehingga hari pertama setelah pemberian perlakuan, pada
dihasilkan larutan dengan konsentrasi 16,4%. pagi (06.00-08.00) dan sore hari (16.00-18.00)
Larutan kemudian disentrifus dengan kecepatan selama lima hari.
3000 rpm selama 30 menit. Supernatan
dipisahkan dari endapannya dan disaring Analisis data
menggunakan kertas saring sehingga didapat Data persentase berahi, kualitas berahi dan
ekstrak hipotalamus sebanyak 48 mL dengan persentase kebuntingan dianalisis menggu-
konsentrasi 16,4%. Larutan ekstrak hipota- nakan uji Chi-square. Data onset berahi, lama
lamus kemudian dibagi menjadi 12 botol kecil, berahi dan jumlah anak perkelahiran dianalisis
sehingga setiap botolnya berisi 4 mL yang disebut menggunakan sidik ragam. Apabila ada
sebagai satu dosis ekstrakhipotalamus. perbedaan maka dilanjutkan dengan uji Duncan
untuk melihat rataan perbedaan antarper-
Parameter yang diamati lakuan.
Persentase Berahi. Kambing betina
dinyatakan berahi apabila diam saat ditung-
gangi pejantan pemacek. Jumlah kambing HASIL DAN PEMBAHASAN
berahi dibagi dengan jumlah kambing tiap
perlakuan dan dinyatakan dalam persen. Persentase Berahi
Kualitas Berahi. Perubahan vulva pada Hasil penelitian menunjukkan bahwa
saat berahi meliputi perubahan warna vulva semua kambing yang digunakan dalam
menjadi kemerahan dan adanya pembeng- penelitian ini berahi (100%) dengan ciri-ciri diam
kakan.Perubahan tingkah laku berupa saat dinaiki oleh pejantandanpersentase
penurunan nafsu makan, gelisah, menggerak- kambing yang berahi dari tiga perlakuan
gerakan ekor dan mengeluarkan suara tersebuttidak berbeda nyata (P<0,05) (Tabel 1).
mengembik yang khas. Tidak berbedanya pengaruh dari perlakuan
Onset Berahi.Waktu (dalam jam) saat karena terjadinya berahi pada kambing
terlihat berahi pertama, dihitung sejak percobaan tidak disebabkan oleh GnRH yang
pencabutan spons vagina. berasal dari ekstrak hipotalamus, tetapi karena
Lama Berahi.Selang waktu antara saat tidak terdapat corpus luteum (CL) di dalam
munculnya gejala berahi pertama sampai waktu ovarium kambing yang digunakan sehingga
hilangnya gejala berahi yang dinyatakan dalam kambing memasuki fase proestrus, setelah
jam. pencabutan spons vagina.Pencabutan spons
Persentase Kebuntingan.Dinyatakan vagina menyebabkan penurunan konsentrasi
dalam persen dan dihitung banyaknya kambing hormon progesteron di dalam darah, sehingga
yang bunting dibagi dengan jumlah keseluruhan diekskresikan hormon gonadotropin yang
kambing yang dikawinkan kemudian dikali mampu merangsang proses folikulogenesis.
100%. Folikel tersebut mensintesis hormon estrogen

345
Zulkarnain, et al Jurnal Veteriner

344
WARTAZOA Vol. 23 No. 4 Th. 2013

MANFAAT LEMAK TERPROTEKSI UNTUK MENINGKATKAN


PRODUKSI DAN REPRODUKSI TERNAK RUMINANSIA

Elizabeth Wina dan Susana IWR

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002


winabudi@yahoo.com

(Makalah masuk 11 Oktober 2013 – Diterima 3 Desember 2013)

ABSTRAK

Lemak atau asam lemak merupakan salah satu sumber energi yang berdensitas tinggi dan menghasilkan energi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan karbohidrat atau protein. Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar yaitu asam lemak sawit
sebagai alternatif bahan pakan sumber energi bagi ternak ruminansia. Tetapi lemak atau asam lemak bebas dalam jumlah tertentu
menimbulkan efek negatif terhadap fungsi rumen sehingga ada beberapa teknologi yang dikembangkan untuk memproteksi
lemak atau asam lemak. Pada masa awal laktasi, ternak sapi perah membutuhkan energi yang tinggi untuk laktasi. Tetapi
kemampuan makan yang terbatas menyebabkan perlunya penambahan energi yang berdensitas tinggi tanpa mengakibatkan efek
negatif terhadap rumen. Makalah ini menguraikan metabolisme lemak dalam rumen dan pasca rumen dan teknologi yang
memproteksi lemak atau asam lemak serta pengaruh lemak atau asam lemak terproteksi terhadap nilai nutrisi, performans
produksi dan reproduksi ternak, kualitas karkas dan susu. Disimpulkan bahwa lemak atau asam lemak terproteksi mempunyai
manfaat positif terhadap performans produksi dan reproduksi ternak.
Kata kunci: Lemak, asam lemak, proteksi, metabolisme, ruminan

ABSTRACT

BENEFIT OF PROTECTED FAT FOR IMPROVING PRODUCTION


AND REPRODUCTION OF RUMINANT

Fat or free fatty acid is one of the energy sources which is high density and gives higher energy than any other nutrients.
Indonesia has a huge potency for free fatty acid as alternative energy source for ruminant. However, in a certain amount, fat or
fatty acid will cause negative effect on the rumen function. Therefore, several technologies to protect fat or fatty acid were
developed. In early lactation, dairy cow requires additional energy from high density ingredient without causing any negative
effect on rumen function. This paper describes fat metabolism in the rumen and post rumen, technology to protect fat or free fatty
acid and the effect of protected fat or fatty acid on nutritional value, production and reproductive performances, carcass quality
and milk quality. In conclusion, the utilization of protected fat or fatty acid gives positive effects on productive and reproductive
performances.
Key words: Fat, fatty acid, protection, metabolism, ruminant

PENDAHULUAN energi lemak menurut NRC (2001) sedikitnya dua kali


lebih besar daripada karbohidrat.
Pakan yang bernutrisi baik, bila diberikan kepada Indonesia memproduksi minyak sawit terbesar di
ternak akan menghasilkan performans produksi dan dunia. Saat ini dilaporkan bahwa produksi minyak
reproduksi ternak yang baik pula. Salah satu nutrien sawit kasar (crude palm oil, CPO) di Indonesia sebesar
yang penting di dalam pakan adalah energi. Ternak 26,7 juta ton dan yang diproses menjadi minyak goreng
ruminansia dapat mencerna hijauan sebagai sumber sebesar 16,67 juta ton. Dari proses minyak sawit kasar
serat di dalam rumen menjadi asam lemak terbang yang menjadi minyak goreng akan dihasilkan hasil samping
kemudian dapat menjadi sumber energi. Selain itu, berupa stearin dan asam lemak bebas. Asam lemak ini
ternak ruminansia tetap membutuhkan energi yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti
lebih cepat atau mudah tersedia/terdegradasi di dalam sabun, bahan kosmetik dan lain-lain (Sekretaris
rumen seperti pati atau lemak. Lemak berfungsi Jenderal Departemen Perindustrian 2007). Asam lemak
sebagai sumber energi yang berdensitas tinggi. Asam ini juga dapat dipakai sebagai sumber energi pada
lemak akan menghasilkan energi yang lebih tinggi ternak baik unggas maupun ruminan. Sumber energi
dibandingkan dengan nutrien lain seperti karbohidrat dari jagung atau bahan lain dapat digantikan oleh asam
atau protein ketika dimetabolisme dalam tubuh. Nilai lemak.

176
Elizabeth Wina dan Susana IWR: Manfaat Lemak Terproteksi untuk Meningkatkan Produksi dan Reproduksi Ternak Ruminansia

Asam lemak yang menyusun lemak mempunyai rangkap, masing-masing menghadap ke posisi yang
efek yang baik untuk ternak maupun kesehatan sama, sedangkan orientasi “trans” artinya atom
manusia. Asam lemak tertentu yang diproduksi di Hidrogen yang menempel pada atom Carbon yang
dalam rumen mempunyai peranan penting sebagai berikatan rangkap, menghadap ke posisi yang
regulator dalam sintesis lemak susu. Penggunaan lemak berlawanan. Asam lemak konjugasi adalah asam
dalam campuran pakan ruminansia dapat menyebabkan lemak yang mempunyai posisi ikatan rangkap
efek negatif terhadap bentuk fisik pakan (menjadi (tidak jenuh) berdekatan/bersebelahan dan terpisah
lengket) dan terhadap mikroba rumen pencerna serat. hanya oleh satu ikatan jenuh (Gambar 1).
Oleh sebab itu, perlu diketahui bagaimana lemak
dimetabolisme di dalam tubuh ternak ruminansia, H
H H
bentuk lemak yang dapat meningkatkan produksi
maupun reproduksi ternak atau dapat mempengaruhi C−C=C−C
C−C=C−C
efisiensi produksi. Makalah ini menguraikan jenis-jenis H
lemak, metabolisme lemak dan absorbsi lemak dalam
orientasi “cis” orientasi “trans”
usus dan hasil-hasil penelitian tentang pemanfaatan
lemak terproteksi dalam pakan ternak dan pengaruhnya
terhadap performans produksi dan reproduksi ternak C=C−C−C=C C−C=C−C=C
ruminansia.
non-konjungasi konjungasi

JENIS-JENIS LEMAK Gambar 1. Orientasi “cis” dan “trans” pada asam lemak
tidak jenuh serta asam lemak non-konjugasi dan
konjugasi
Lemak merupakan golongan senyawa-senyawa
yang tidak larut baik dalam air atau larutan yang Sumber: Lock et al. (2004)
mengandung campuran air, tetapi lemak larut dalam
pelarut organik seperti heksan. Beberapa senyawa yang
METABOLISME DAN ABSORBSI LEMAK
termasuk dalam kelompok lemak antara lain fosfolipida,
glikolipida, asam lemak bebas dan trigliserida.
Bila lemak (trigliserida, glikolipida, fosfolipida)
Fosfolipida terdiri dari satu molekul gliserol yang
dikonsumsi oleh ternak ruminansia, maka ketika masuk
berikatan dengan dua molekul asam lemak dan satu
ke dalam rumen, akan terjadi dua proses besar yaitu
gugus fosfat. Glikolipida adalah jenis lemak yang
proses hidrolisis ikatan ester dalam lemak yang berasal
banyak ditemukan di dalam hijauan. Glikolipida terdiri
dari pakan dan proses biohidrogenasi asam lemak yang
dari satu molekul gliserol berikatan dengan dua
tidak jenuh yang terjadi setelah lemak dihidrolisis
molekul asam lemak dan satu atau dua molekul gula
menjadi asam lemak bebas (Bauman dan Lock 2006).
seperti galaktosa. Trigliserida adalah jenis lemak yang
Gambar 2 memperlihatkan lemak bila dikonsumsi oleh
paling banyak dijumpai dalam serealia, bijian yang
ruminansia dan mengalami proses metabolisme di
mengandung minyak. Trigliserida terdiri dari satu
dalam rumen dan pasca rumen. Lemak yang masuk ke
molekul gliserol yang berikatan dengan tiga molekul
dalam rumen akan mengalami proses hidrolisis oleh
asam lemak (Christie 2013).
bakteri rumen seperti Anaerovibrio lipolytica dan
Ada tiga faktor yang menentukan sifat asam lemak
Butyrivibrio fibrisolvens yang akan mengeluarkan
yaitu:
enzim lipase, galactosidase dan phospholipase (Doreau
1) Panjangnya rantai karbon penyusun asam lemak;
dan Chilliard 1997; Harfoot dan Hazlewood 1997).
ada yang berantai pendek, rantai menengah dan
Lock et al. (2006) menyatakan bahwa bakteri
rantai panjang (>C16).
memegang peranan penting dalam proses hidrolisis
2) Ada atau tidak adanya ikatan rangkap dan jumlah
lemak walaupun protozoa juga mampu menghidrolisis
ikatan rangkap; ada yang berikatan jenuh (tidak
lemak. Tingkat hidrolisis lemak di dalam rumen sangat
mempunyai ikatan rangkap) seperti asam palmitat
tinggi yaitu lebih dari 85% lemak terhidrolisis menjadi
(C16:0), asam stearat (C18:0), asam lemak yang
asam lemak bebas, gula, fosfat dan gliserol (Gambar
berikatan tidak jenuh tunggal (monounsaturated:
2). Gliserol dan gula akan mengalami proses perubahan
MUFA) contohnya: asam oleat (C18:1) sedangkan
menjadi asam lemak terbang (volatile fatty acid: VFA)
ikatan tidak jenuh jamak (polyunsaturated: PUFA)
dan kemudian VFA digunakan untuk membentuk sel
sebagai contoh: asam linoleat (C18:2) dan asam
mikroba rumen. Asam lemak bebas di dalam rumen
linolenat (C18:3) (Rustan dan Devron 2005).
kemudian akan mengalami beberapa proses yaitu
3) Lokasi dan orientasi dari ikatan rangkap ini;
proses isomerisasi dari posisi “cis” menjadi “trans” dan
konjugasi dan non-konjugasi serta orientasi “cis”
proses biohidrogenasi sehingga asam lemak yang tidak
atau “trans”. Orientasi “cis” artinya atom Hidrogen
jenuh akan menjadi asam lemak jenuh serta proses
yang menempel pada atom Carbon yang berikatan

177
WARTAZOA Vol. 23 No. 4 Th. 2013

Lemak: trigliserida; glikolipida; fosfolipida

hidrolisis
Asam lemak: isomerisasi Asam lemak:
• tidak jenuh • terkonjugasi
Asam lemak
• cis-cis (CLA)
biohidrogenasi jenuh
• trans
• jenuh

Asam lemak Sel mikroba Fosfolipida


Gliserol
terbang (VFA) (fosfolipida mikroba
Gula
mikroba)

Rumen Pascarumen/usus halus

Gambar 2. Metabolisme lemak di dalam rumen


Sumber: Davis (1990)
konjugasi pada asam lemak tidak jenuh (lebih dari 2 Gambar 3 memperlihatkan metabolisme lemak di
ikatan rangkap) sehingga terbentuk asam lemak dalam pasca rumen. Asam lemak yang keluar dari
konjugasi (contohnya: conjugated linoleic acid: CLA) rumen dan masuk ke duodenum biasanya menempel
(Bauman dan Lock 2006). pada partikel pakan atau bakteri. Asam lemak akan
Proses biohidrogenasi terjadi tidak secepat proses terlarut oleh garam empedu. Lesitin yang merupakan
lipolisis tetapi proses biohidrogenasi akan mengurangi fosfolipida mikroba akan dihidrolisis oleh enzim
pengaruh negatif dari asam lemak tidak jenuh terhadap fosfolipase membentuk lysolesitin. Asam lemak, garam
bakteri rumen. Selain itu, proses biohidrogenasi empedu dan lysolesitin akan membentuk misel
merupakan proses untuk menghilangkan kelebihan (bulatan-bulatan kecil). Misel inilah yang
hidrogen yang terbentuk selama proses fermentasi memungkinkan asam lemak diserap di dalam usus
rumen. Proses biohidrogenasi asam lemak tidak jenuh (jejunum). Pada sel epitel di usus kecil, asam lemak
juga berguna karena mengurangi pengaruh asam lemak mengalami proses esterifikasi dan triacylgliserol dan
tidak jenuh yang menekan pertumbuhan bakteri-bakteri phospholipid akan diikat ke dalam chyclomicron dan
rumen. Proses biohidrogenasi melibatkan dua grup very low density lipoprotein (VLDL) dan dibawa ke
bakteri rumen (grup A dan B) (Lock et al. 2006). Grup kelenjar limpa (Doreau dan Chilliard 1997).
A terdiri dari bakteri-bakteri yang menghidrogenasi
asam lemak tidak jenuh menjadi asam lemak trans
18:1. Dalam proses biohidrogenasi di dalam rumen TEKNOLOGI LEMAK TERPROTEKSI
terbentuk senyawa antara (intermediate) yang sangat
spesifik yaitu “cis” 9, “trans” 11 asam linoleat Bila kadar lemak di dalam pakan terlalu tinggi (di
konjugasi (CLA) dan senyawa ini mempunyai atas 5% dari total ransum) maka akan timbul pengaruh
pengaruh yang menguntungkan manusia karena bersifat negatif lemak terhadap kecernaan serat pakan di dalam
anti kanker dan anti atherogenic (Bauman et al. 2006). rumen. Ada beberapa alasan mengapa lemak dapat
Bakteri grup B hanya terdiri dari beberapa spesies menimbulkan pengaruh negatif (Palmquist dan Jenkins
bakteri rumen yang berfungsi dalam proses akhir 1980), yaitu: 1) lemak akan menyelubungi serat pakan
hidrogenasi asam lemak trans 18:1 menjadi asam stearat sehingga mikroba rumen tidak mampu mendegradasi
(Bauman dan Lock 2006). Tingkat hidrogenasi dari serat, 2) lemak PUFA (lemak tidak jenuh majemuk)
asam lemak tidak jenuh bervariasi dari 70-100% bersifat toksik terhadap bakteri rumen tertentu sehingga
menjadi asam lemak jenuh yaitu asam stearat, yang terjadi perubahan populasi mikroba di dalam rumen, 3)
merupakan asam lemak yang paling banyak lewat dari pengaruh negatif asam lemak terhadap membran sel
rumen dan masuk ke duodenum. sehingga menghambat aktivitas mikroba rumen,

178
Elizabeth Wina dan Susana IWR: Manfaat Lemak Terproteksi untuk Meningkatkan Produksi dan Reproduksi Ternak Ruminansia

Hati Pankreas

Asam Garam
Asam lemak
empedu empedu “Misel”
jenuh
• Garam empedu
• Asam lemak Usus halus
Fosfolipida Lesitin Fosfolipase
Lysolesitin • Lysolesitin
mikroba

Gambar 3. Metabolisme lemak di dalam pascarumen


Sumber: Davis (1990) yang dimodifikasi
4) asam lemak rantai panjang akan membentuk Formaldehida
komplek dengan kation-kation sehingga ketersediaan
kation di dalam rumen berkurang yang mungkin Penggunaan formaldehida sebenarnya tidak
mempengaruhi kondisi pH rumen dan kebutuhan langsung bereaksi dengan lemak. Formaldehida akan
mikroba akan kation. Oleh karena itu, beberapa bereaksi dengan protein sehingga komplek protein-
tekonologi untuk memproteksi lemak telah dilakukan formaldehida inilah yang akan melindungi lemak
baik secara fisik maupun kimiawi dengan tujuan untuk (Garrett et al. 1976). Proses ini berfungsi ganda karena
mengurangi pengaruh negatif lemak terhadap tidak hanya lemak yang terproteksi tetapi juga protein
kecernaan karbohidrat dan bakteri rumen serta untuk terlindungi dari degradasi oleh mikroba rumen. Setelah
mengurangi proses hidrogenasi lemak di dalam rumen. melewati rumen, pelindung protein-formaldehida akan
lepas pada pH asam di dalam abomasum, dan lemak
yang terlepas akan terhidrolisis oleh lipase dari
Proses fisik
pankreas menjadi asam lemak yang akan diserap di
dalam usus. Teknologi ini termasuk teknologi lama dan
Proses fisik biasanya terjadi pada bungkil yaitu mempunyai kendala untuk dikembangkan karena
proses pengepresan untuk mengeluarkan minyak dari penggunaan formaldehida untuk dicampur ke dalam
bijian. Proses ini akan menimbulkan panas dan panas
bahan pakan tidak diijinkan di beberapa negara. Di
akan mendenaturasi protein yang ada di dalam bungkil
Indonesia, formaldehida juga tidak dianjurkan
sekaligus lemak yang tersisa di dalam bungkil akan
digunakan karena adanya penyalahgunaan
terproteksi di dalam bungkil seperti bungkil kedelai,
formaldehida sebagai bahan pengawet makanan dan
bungkil kanola. Proses dengan pemanasan juga dapat sulit untuk diperoleh di pasar.
dilakukan pada biji utuh seperti biji kanola atau biji
“flax” (Côrtes et al. 2010).
Saponifikasi

Proses kimiawi Saponifikasi dengan kalsium akan mengubah


bentuk lemak yang bersifat lengket menjadi sabun
Proses kimiawi dapat dilakukan dengan beberapa kalsium yang berbentuk butiran/granul sehingga mudah
cara yaitu: disimpan dan diangkut dalam transportasi. Proses
saponifikasi ini dilaporkan oleh Jenkins dan Palmquist
Hidrogenasi sebagian (partially hydrogenated (1984). Teknologi ini termasuk teknologi yang lebih
process) baru dari teknologi formaldehida dan sudah banyak
dimanfaatkan secara komersial. Kalsium adalah ion
Proses hidrogenasi sebagian akan mengubah dua valensi dan dapat bereaksi dengan gugus karboksil
kandungan asam lemak tidak jenuh dari 85% menjadi dari asam lemak membentuk garam kalsium. Pada pH
15% dalam lemak hewani atau nabati dan titik cair 6-7, garam kalsium lemak hanya sedikit terdisosiasi
meningkat sehingga pengaruh negatif dari asam lemak atau menjadi “inert” di dalam rumen sehingga bila
tidak jenuh terhadap bakteri rumen berkurang. Tetapi direaksikan dengan asam lemak tidak jenuh, dapat
proses ini menyebabkan produk ini sulit dipecah oleh memproteksi atau melindungi asam lemak tidak jenuh
bakteri rumen maupun lipolisis dalam usus (Suksombat tersebut sehingga tidak berpengaruh negatif terhadap
2009). bakteri rumen. Proses saponifikasi terhadap asam

179
WARTAZOA Vol. 23 No. 4 Th. 2013

lemak sawit yang merupakan hasil samping dari pabrik Prilled fat mengandung asam lemak jenuh yang tinggi
minyak goreng juga dilakukan di Balai Penelitian bila lemak sudah mengalami proses hidrogenasi
Ternak Ciawi. Produk awal (asam lemak bebas) dan sebelum diproses menjadi butiran halus. Ada juga
produk kalsium lemak ditampilkan dalam Gambar 4 prilled fat yang mengandung PUFA tinggi bila
serta komposisi kimianya ditampilkan pada Tabel 1. menggunakan lemak yang mengandung asam lemak
tidak jenuh majemuk. Teknologi ini termasuk teknologi
Tabel 1. Komposisi kalsium lemak yang diproduksi di Balai yang lebih baru dari teknologi yang menggunakan
Penelitian Ternak Ciawi dibandingkan dengan Ca- formaldehida atau kalsium dan mulai banyak
asam lemak sawit lainnya dan prilled fat digunakan secara komersial.
Kalsium
Ca-asam lemak Prilled
lemak MANFAAT LEMAK UNTUK TERNAK
Parameter sawit1-2 fat3
(Balitnak) RUMINANSIA
-----------------------%---------------------
Lemak 95,00 81,501 95,02 95,0 Nilai kecernaan pakan
kasar
Calcium 4,50 7,101 9,02 0 Suplementasi lemak dilaporkan menurunkan
1 kecernaan karbohidrat terutama kecernaan serat, tetapi
Energi kasar 7,02 6,49 ta ta
(Mkal/kg) besar atau kecilnya pengaruh lemak bergantung pada
Asam lemak beberapa faktor (Harvatine dan Allen 2005) yaitu: 1)
Jumlah lemak yang ditambahkan ke dalam pakan.
C14:0 1,25 1,52 ta
1
Semakin tinggi lemak, semakin besar pengaruh
C16:0 53,90 46,90 44,02 70,0-85,0 menekan proses degradasi serat. 2) Jenis pakan
C18:0 4,30 24,301 5,02 3,0-10,0 (konsentrat atau hijauan) yang diberikan kepada ternak.
C18:1 33,05 36,30 1
40,0 2
8,0-12,0 Pada ternak yang diberi pakan berbasis hijauan,
suplementasi lemak sebesar 3% akan memberikan
C18:2 6,95 9,301 9,52 2,0
1
pengaruh yang terbaik untuk ternak karena lemak
C18:3 ta 0,30 ta ta berfungsi sebagai sumber energi. Sedangkan, pada
1
ta: data tidak tersedia; Harvatine dan Allen (2005); Manso 2 ternak yang diberi pakan berbasis konsentrat tinggi,
et al. (2006); 3Conner (2007) suplementasi lemak sebesar 6% akan memberikan
sedikit pengaruh terhadap pemanfaatan komponen
Chill prilled lainnya (Hess et al. 2008). 3) Jenis lemak, semakin
tinggi kandungan lemak tidak jenuhnya, maka semakin
Proses dilakukan menurunkan temperatur lemak besar pengaruh negatifnya terhadap populasi bakteri
(dalam keadaan dingin), lemak yang membeku lalu pemecah serat.
disemprotkan dan langsung dikeringkan sehingga Pengaruh negatif lemak pada kecernaan terlihat
keluar dalam bentuk partikel halus (spray drying) pada uji in vitro yang dilakukan ketika lemak yang tidak
disebut prilled fat. Kandungan asam lemak bebas diproteksi dibandingkan dengan lemak yang diproteksi
dalam prilled fat lebih tinggi dibandingkan dengan (Tangendjaja et al. 1993). Nilai kecernaan pakan in
Kalsium lemak (99% dibandingkan dengan 84%) vitro menurun sejalan dengan semakin tingginya
karena tidak mengandung kalsium (Suksombat 2009). kalsium lemak dalam pakan tetapi pengaruh negatif

Asam lemak bebas Asam lemak bebas dipanaskan Kalsium lemak


(sifat: padat dan lengket) (sifat: cair) (sifat: padat dan berbutir)
Gambar 4. Asam lemak dari minyak kelapa sawit yang belum direaksikan (padat dan lengket), lalu dipanaskan (bentuk cair) dan
setelah diproteksi atau direaksikan menjadi kalsium lemak (bentuk padatan)
Sumber: Koleksi pribadi

180
Elizabeth Wina dan Susana IWR: Manfaat Lemak Terproteksi untuk Meningkatkan Produksi dan Reproduksi Ternak Ruminansia

kalsium lemak terhadap kecernaan bahan kering pakan Suplementasi lemak terproteksi pada level 2,5%
dalam rumen tidak sebesar pengaruh lemak yang tidak dilaporkan dapat menurunkan konsumsi pakan pada
terproteksi. Nilai kecernaan bahan kering kalsium sapi yang digemukkan (feedlot) tanpa mempengaruhi
lemak dalam rumen rendah karena lemak terproteksi performans ternak sehingga efisiensi pakan menjadi
oleh kalsium sehingga tidak mudah terhidrolisis oleh lebih baik (Gillis et al. 2004). Begitu pula ketika lemak
bakteri rumen. Pada uji in vivo, pemberian kalsium terproteksi diberikan kepada domba, dilaporkan dapat
lemak tidak menyebabkan pengaruh negatif terhadap meningkatkan efisiensi pertumbuhan domba (Appeddu
kecernaan serat pada level 4% dalam pakan (Manso et et al. 2004).
al. 2006) maupun sampai level 10% pada ternak domba
(Tangendjaja et al. 1993).
Jenis lemak akan mempengaruhi nilai kecernaan Kualitas karkas
pakan di dalam rumen. Lemak jenuh akan menurunkan
nilai kecernaan bahan kering, bahan organik, NDF Pemberian 500 g konsentrat yang mengandung
(serat) di dalam rumen secara linier, yaitu semakin 10% kalsium lemak sawit pada domba Garut
tinggi kadar lemak dalam pakan, maka semakin tinggi menghasilkan persentase karkas (dressing percentage)
pula penurunan nilai kecernaannya. Total kecernaan yang lebih tinggi dari pada perlakuan kontrol tanpa
serat tetap tidak berubah dengan penambahan lemak penambahan lemak sawit (47,28 vs 43,62%) tetapi
jenuh (Harvatine dan Allen 2006). kualitas daging (pH, subcutaneous fat, ribeye area)
Kecernaan lemak di dalam rumen akan meningkat tidak berbeda nyata antara perlakuan. Kandungan total
dengan meningkatnya asam lemak tidak jenuh atau asam lemak jenuh dalam daging menurun sedangkan
berkurangnya asam lemak jenuh (Harvatine dan Allen total asam lemak tidak jenuh meningkat dengan diberi
2006). Bila lemak jenuh dengan kandungan asam 10% kalsium lemak sawit di dalam konsentrat. Asam
stearat lebih dari 50% atau asam palmitat sebesar 75%, lemak tidak jenuh yang meningkat secara nyata yaitu
maka lemak tersebut tidak mudah dicerna oleh ruminan asam linoleat (C18:2), asam linolenat (C18:3), asam
sehingga minyak sawit terhidrogenasi yang erurat (C22:1) (Lubis dan Wina 1998). Pemberian 2%
mengandung banyak asam lemak jenuh mempunyai kalsium lemak sawit yang mengandung 31%
nilai kecernaan lemak yang sangat rendah conjugated linoleic acid (CLA) pada sapi Angus
dibandingkan dengan nilai kecernaan lemak dari Hereford memberikan pengaruh yang sama dengan
kalsium lemak (Voigt et al. 2006). minyak jagung yang mengandung asam linoleat tinggi
(linoleic acid) terhadap berat karkas, ketebalan lemak,
luas otot longissimus, hasil dan kualitas grading (Gillis
Performans ternak ruminansia et al. 2004). Tetapi nilai marbling dan kualitas daging
sapi Hanwoo (sapi lokal Korea) meningkat secara
Asam lemak sawit yang diberikan sebanyak 10% nyata ketika diberi 100 g kalsium minyak sawit yang
di dalam pakan konsentrat tidak menurunkan konsumsi diperkaya dengan asam amino dibandingkan dengan
pakan, tetapi akan mengakibatkan pertambahan bobot kontrol. Hal ini mungkin disebabkan oleh terjadinya
badan (PBBH) domba yang lebih rendah dari perlakuan peningkatan total asam lemak, metionin dan lisin di
kontrol (87,68 vs 100,18 g/hari). Sebaliknya, bila asam dalam plasma darah. Untuk parameter lain seperti
lemak sawit yang diberikan diproteksi terlebih dahulu, ketebalan lemak punggung, skor grading hasil dan
maka PBBH domba menjadi lebih tinggi (112,86 indeks, luasan “ribeye” tidak berbeda antara pemberian
g/hari). Ketika kandungan asam lemak terproteksi ini asam amino-kalsium minyak sawit dengan kontrol
ditingkatkan di dalam pakan, performans domba tidak (Park et al. 2010).
menjadi lebih baik, sehingga Lubis dan Wina (1998)
menyimpulkan bahwa pemberian asam lemak
terproteksi sebaiknya tidak lebih dari 10% di dalam Reproduksi
pakan konsentrat.
Ca-asam lemak sawit menurunkan konsumsi Suplementasi lemak terproteksi akan memperkecil
pakan pada ternak sapi laktasi sedangkan asam lemak penurunan berat badan sapi induk setelah melahirkan
yang terhidrogenasi tidak mempengaruhi konsumsi dan juga mempercepat kenaikan berat badan sapi induk
pakan. Hal ini diduga karena komposisi asam lemak sehingga akan mempercepat estrus kembali pasca
yang berbeda antara keduanya. Ca-asam lemak sawit melahirkan (Suksombat 2009). Pada awal peripartum,
mengandung lebih banyak asam lemak ikatan rangkap perkembangkan folikel tidak dipengaruhi oleh
(tidak jenuh, 61%) dibandingkan dengan lemak yang suplementasi lemak terproteksi, tetapi setelah 12 hari
terhidrogenasi yang mengandung lebih sedikit asam masa laktasi, pemberian lemak terproteksi (yang
lemak ikatan rangkap (6%). Asam lemak tidak jenuh mengandung kadar asam lemak tidak jenuh yang
yang tidak diproteksi memberikan pengaruh negatif tinggi) sebanyak 215 g/hari akan meningkatkan
terhadap konsumsi pakan (Karcagi et al. 2010). konsentrasi progesterone dalam folikel aktif sehingga

181
WARTAZOA Vol. 23 No. 4 Th. 2013

hal ini akan mempercepat estrus dan mempercepat 32 publikasi menyimpulkan bahwa pemberian Ca-asam
kebuntingan sapi (Moallem et al. 2007). Lain halnya lemak sawit maupun prilled fat pada sapi perah
dengan yang dilaporkan oleh Lopes et al. (2011) yang menghasilkan produksi susu yang lebih tinggi per
melakukan 5 eksperimen menggunakan sapi betina Bos harinya (Rabiee et al. 2012).
indicus yang digembalakan. Pemberian kalsium asam Pemberian Ca-asam lemak sawit sebesar 0,5%
lemak tidak jenuh majemuk (Calcium-Poly unsaturated tidak hanya meningkatkan produksi susu tetapi
fatty acid: Ca-PUFA) sebanyak 100 g/hari pada sapi meningkatkan kadar laktosa dan menurunkan
betina Bos indicus tidak memberikan pengaruh yang kandungan lemak susu. Perubahan ini mungkin
nyata terhadap konsentrasi progesterone, lamanya disebabkan oleh adanya substitusi pati oleh lemak
luteolysis maupun kejadian siklus pendek pada tiga terproteksi yang menyebabkan keseimbangan energi
eksperimen pertama. Pada eksperimen keempat dan positif di dalam ternak sapi sehingga mengubah
kelima, pemberian kalsium asam lemak tidak jenuh metabolisme di kelenjar susu. Juga terjadi
(Ca-PUFA) berpengaruh nyata terhadap tingkat penghambatan sintesis asam lemak susu dan tersedianya
kebuntingan dibandingkan kontrol bila pemberian Ca- glukosa yang lebih banyak untuk sintesis laktosa pada
PUFA dilakukan sedikitnya selama 21 hari terhitung sapi yang diberi lemak terproteksi (Ca-asam lemak
saat dilakukan Inseminasi Buatan (IB). Persentase sawit) (Hammon et al. 2008). Tetapi hasil ini
kebuntingan Ca-PUFA dibanding kontrol pada bertentangan dengan laporan dari Purushothaman et al.
eksperimen empat dan lima masing-masing adalah 50,4 (2008) bahwa kadar lemak susu meningkat dengan
vs 24,4%; 46.8 vs 33,1% (Lopes et al. 2011). Ca-PUFA suplementasi 4% Ca-asam lemak sawit pada sapi
meningkatkan konsentrasi progesterone pada hari ke 6 crossbred.
setelah IB dan diperoleh korelasi positif antara Studi meta-analisis yang dilakukan oleh Rabiee et
konsentrasi progesterone dengan tingkat kebuntingan. al. (2012) melaporkan bahwa persentasi kadar lemak
Dibandingkan dengan kontrol, sapi yang diberi susu meningkat dengan adanya penambahan Ca-asam
lemak terproteksi mempunyai angka kegagalan lemak sawit, prilled fat tetapi Ca-lemak dari sumber
kebuntingan lebih rendah (12,6 dibandingkan dengan lain seperti minyak ikan, minyak linseed dan flax
18,3% untuk kontrol). Serum progesterone lebih tinggi menurunkan kadar lemak susu.
begitu pula serum insulin cenderung lebih tinggi pada Kadar protein susu sedikit menurun dengan
sapi yang mendapatkan lemak terproteksi dibandingkan penambahan kalsium lemak (Lohrenz et al. 2010).
dengan kontrol (4,50 vs 3,67 ng progesterone/mL dan Dalam studi meta-analisis, juga diperoleh bahwa kadar
10,4 vs. 7,5 µUI insulin/mL). Hal ini mempercepat protein susu menurun secara signifikan dengan
kebuntingan atau memperpendek jarak beranak (Reis et penambahan lemak bebas maupun lemak terproteksi
al. 2012). seperti Ca-asam lemak sawit atau prilled fat (Rabiee et
Pemberian 1,5% Ca-minyak ikan mackerel al. 2012).
meningkatkan berat badan induk kambing PE (148,47 Bila kadar conjugated linoleic acid (CLA) ingin
g/hari) pada kebuntingan tahap akhir dibandingkan ditingkatkan di dalam susu, maka CLA harus diberikan
dengan kontrol tanpa pemberian Ca-minyak (121,68 dalam bentuk garam kalsium. Semakin tinggi garam
g/hari) (Supriyati et al. 2008). Ca-CLA dalam pakan yang diberikan kepada sapi
perah, maka semakin tinggi pula kandungan CLA di
dalam susu, tetapi hal ini akan mengakibatkan
Produksi dan kualitas susu terhambatnya sintesis asam lemak C8:0 (asam caprilat),
C10:0 (asam caprat) dan C12 (asam laurat) (Giesy et al.
Pemberian kalsium lemak pada sapi perah 2002). Hal ini terjadi karena CLA menghambat sintesis
bervariasi dari 2,5-4% di dalam total ransum. Maeng et de novo asam lemak rantai pendek dan menengah di
al. (1993) melaporkan bahwa penambahan 3% kalsium dalam kelenjar susu berarti pula terhambatnya beberapa
lemak ke dalam pakan sapi perah menyebabkan enzim yang terlibat dalam sintesis de novo asam lemak
produksi susu meningkat dari 18,88 kg/hari menjadi (Han et al. 2012).
22,48 kg/hari. Hasil yang sama dilaporkan oleh Reis et
al. (2012) yang memperoleh hasil susu yang lebih
tinggi 37,8 kg/hari dari sapi yang diberikan kalsium POTENSI LEMAK TERPROTEKSI
lemak PUFA dibandingkan dengan 35,3 kg/hari dari DI INDONESIA
sapi kontrol. Sedangkan pada pemberian kalsium lemak
yang lebih tinggi (4%) pada sapi silangan dilaporkan Keterbatasan asam lemak minyak sawit adalah
produksi susu yang lebih tinggi dari pada kontrol sifatnya yang lengket pada saat padat dan cair pada
(Purushothaman et al. 2008). Pemberian kalsium lemak temperatur panas sehingga tidak dapat dipakai dalam
sawit (produksi sendiri di Balai Penelitian Ternak) pada jumlah yang banyak. Untuk ruminan, asam lemak juga
sapi perah menghasilkan produksi susu 10% lebih tidak dapat dipakai dalam jumlah banyak karena akan
tinggi daripada kontrol. Hasil studi meta-analisis dari mengganggu fungsi rumen. Proteksi asam lemak

182
Elizabeth Wina dan Susana IWR: Manfaat Lemak Terproteksi untuk Meningkatkan Produksi dan Reproduksi Ternak Ruminansia

dengan kalsium akan mengurangi pengaruh negatif Bauman DE, Lock AL, Corl BA, Ip C, Salter AM, Parodi
asam lemak terhadap rumen tetapi penggunaannya PW. 2006. Milk fatty acids and human health:
dalam pakan ruminan sangat terbatas (maksimum 5%). potential role of conjugated linoleic acid and trans
Di negara lain, yang tidak mengimpor CPO, fatty acids. In: Sejrsen K, Hvelplund T, Nielson MO,
editors. Ruminant physiology digestion, metabolism
kalsium asam lemak sawit baik, termasuk yang and impact of nutrition on gene expression,
mengandung PUFA yang tinggi atau prilled fat dari immunology and stress. Wageningen (Netherlands):
minyak sawit sudah diproduksi secara komersial dan Wageningen Academic Publishers. p. 529-561.
dimanfaatkan untuk ternak sapi perah. Potensi yang
besar untuk negara Indonesia sebagai penghasil CPO Bauman DE, Lock AL. 2006. Concepts in lipid digestion and
metabolism in dairy cows. In: Eastridge ML, editor.
terbesar di dunia memungkinkan untuk memproduksi
Proceeding of Tri-State Dairy Nutrition Conference.
kalsium asam lemak sawit atau prilled fat dalam jumlah Indiana, 25-26 April 2006. Port Wayne (Indiana): The
besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan sapi Oiho State University. p. 1-14.
perah dan juga diekspor sebagai penghasil devisa
negara. Teknologi pembuatan kalsium asam lemak Christie WW. 2013. What is a lipid. AOAC Lipid Library
[Internet]. [cited 2013 August 12]. Available from:
sawit maupun prilled fat dari minyak sawit tidak sulit.
http://lipidlibrary.aocs.org/ Lipids/whatlip/file.pdf
Dengan demikian, hasil samping dari pabrik minyak
goreng dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan Conner AS. 2007. Comparative total tract digestibility of
pakan sumber energi untuk ternak dan yang palmitic and stearic acid in sheep as a model of dairy
mempunyai nilai ekspor yang cukup tinggi. cattle [Master Thesis]. [Logan (Utah)]: Utah State
University.
Côrtes C, da Silva-Kazama DC, Kazama R, Gagnon N,
KESIMPULAN Benchaar C, Santos GTD, Zeoula LM, Petit H V.
2010. Milk composition, milk fatty acid profile,
Lemak terdiri dari beberapa senyawa kimia dan digestion, and ruminal fermentation in dairy cows fed
ada tiga faktor yang menentukan sifat lemak. Bila whole flaxseed and calcium salts of flaxseed oil. J
dikonsumsi ternak dan masuk ke dalam rumen, lemak Dairy Sci. 93:3146-3157.
akan mengalami proses hidrolisis dan hidrogenasi. Davis CL. 1990. Fats in animal feeds. Sycamore (IL):
Asam lemak bebas yang tidak jenuh akan meracuni Barnaby Inc.
mikroba rumen sehingga secara alami, bakteri di dalam
rumen akan menghidrogenasi asam lemak tidak jenuh Doreau M, Chilliard Y. 1997. Digestion and metabolism of
dietary fat in farm animals. Br J Nutr. 78 Suppl
menjadi asam lemak jenuh. Proses penyerapan asam
1:S15-S35.
lemak akan terjadi di dalam usus. Pemanfaatan lemak
dalam pakan ternak ruminansia harus diperhatikan Garrett WN, Yang YT, Dunkley WL, Smith LM. 1976.
karena bila terlalu tinggi (>5%) dalam pakan, lemak Energy utilization, feedlot performance and fatty acid
akan mengganggu proses pencernaan di dalam rumen. composition of beef steers fed protein encapsulated
tallow or vegetable oils. J Anim Sci. 42:1522-1533.
Proteksi lemak agar tidak mengganggu fungsi rumen
dapat dilakukan dengan beberapa teknologi dan yang Giesy JG, McGuire MA, Shafii B, Hanson TW. 2002. Effect
paling umum adalah proteksi lemak dengan membuat of dose of calcium salts of conjugated linoleic acid
garam kalsium. Kalsium asam lemak berfungsi sebagai (CLA) on percentage and fatty acid content of milk
sumber energi bagi sapi yang baru melahirkan dan fat in midlactation holstein cows. J Dairy Sci.
85:2023-2029.
laktasi sehingga kebutuhan energi yang tinggi tersebut
dapat terpenuhi. Kalsium asam lemak dapat Gillis MH, Duckett SK, Sackmann JR, Realini CE, Keisler
meningkatkan produksi susu, memperbaiki reproduksi DH, Pringle TD. 2004. Effects of supplemental
dan meningkatkan kebuntingan. Potensi kalsium asam rumen-protected conjugated linoleic acid or linoleic
lemak sawit di Indonesia sangat besar dan dapat acid on feedlot performance, carcass quality, and
diproduksi dengan skala industri karena melimpahnya leptin concentrations in beef cattle. J Anim Sci.
82:851-859.
minyak sawit di Indonesia.
Hammon HM, Metges CC, Junghans P, Becker F, Bellmann
O, Schneider F, Nürnberg G, Dubreuil P, Lapierre H.
DAFTAR PUSTAKA 2008. Metabolic changes and net portal flux in dairy
cows fed a ration containing rumen-protected fat as
Appeddu LA, Ely DG, Aaron DK, Deweese WP, Fink E. compared to a control diet. J Dairy Sci. 91:208-217.
2004. Effects of supplementing with calcium salts of
palm oil fatty acids or hydrogenated tallow on ewe Han LQ, Pang K, Li HJ, Zhu SB, Wang LF, Wang YB, Yang
milk production and twin lamb growth. J Anim Sci. GQ, Yang GY. 2012. Conjugated linoleic acid-
82:2780-2789. induced milk fat reduction associated with depressed
expression of lipogenic genes in lactating Holstein
mammary glands. Genet Mol Res. 11:4754-4764.

183
WARTAZOA Vol. 23 No. 4 Th. 2013

Harfoot CG, Hazlewood GP. 1997. Lipid metabolism in the Moallem U, Katz M, Lehrer H, Livshitz L, Yakoby S. 2007.
rumen. In: Hobson PN, Stewart CS, editors. The Role of peripartum dietary propylene glycol or
rumen microbial ecosystem. London (UK): Chapman protected fats on metabolism and early postpartum
& Hall. p. 382-426. ovarian follicles. J Dairy Sci. 90:1243-1254.
Harvatine KJ, Allen MS. 2005. The effect of production level NRC. 2001. Nutrient requirements of dairy cattle. 7th revised
on feed intake, milk yield, and endocrine responses to ed. Washington DC (USA): National Academy Press.
two fatty acid supplements in lactating cows. J Dairy
Sci. 88:4018-4027. Palmquist DL, Jenkins TC. 1980. Fat in lactation rations:
review. J Dairy Sci. 63:1-14.
Harvatine KJ, Allen MS. 2006. Effects of fatty acid
supplements on ruminal and total tract nutrient Park BK, Choi NJ, Kim HC, Kim TI, Cho YM, Oh YK, Im
digestion in lactating dairy cows. J Dairy Sci. SK, Kim YJ, Chang JS, Hwang IH, Jang HY, Kim
89:1092-1103. JB, Kwon EG. 2010. Effects of amino acid-enriched
ruminally protected fatty acids on plasma metabolites,
Hess BW, Moss GE, Rule DC. 2008. A decade of growth performance and carcass characteristics of
developments in the area of fat supplementation Hanwoo steers. Asian-Aust J Anim Sci. 23:1013-
research with beef cattle and sheep. J Anim Sci. 1021.
86:E188-E204.
Purushothaman S, Kumar A, Tiwari DP. 2008. Effect of
Jenkins TC, Palmquist DL. 1984. Effect of fatty acids or feeding calcium salts of palm oil fatty acids on
calcium soaps on rumen and total nutrient performance of lactating crossbred cows. Asian-Aust
digestibility of dairy rations. J Dairy Sci. 67:978-986. J Anim Sci. 21:376-385.
Karcagi RG, Gaál T, Ribiczey P, Huszenicza G, Husvéth F. Rabiee AR, Breinhild K, Scott W, Golder HM, Block E, Lean
2010. Milk production, peripartal liver triglyceride IJ. 2012. Effect of fat additions to diets of dairy cattle
concentration and plasma metabolites of dairy cows on milk production and components: a meta-analysis
fed diets supplemented with calcium soaps or and meta-regression. J Dairy Sci. 95:3225-3247.
hydrogenated triglycerides of palm oil. J Dairy Res.
77:151-158. Reis MM, Cooke RF, Ranches J, Vasconcelos JL. 2012.
Effects of calcium salts of poly unsaturated fatty
Lock AL, Harvatine KJ, Drackley JK, Bauman DE. 2006. acids on productive and reproductive parameters of
Concepts in fat and fatty acid digestion in ruminants. lactating Holstein cows. J Dairy Sci. 95:7039-7050.
In: Proceedings Intermountain Nutrition Conference.
New York (USA): Cornell University. p. 85-100. Rustan AC, Devron CA. 2005. Fatty acids: structures and
properties. In: Encyclopedia of Life Sciences. New
Lock AL, Perfield IIJW, Bauman DE. 2004. Trans fatty acids York (USA): John Wiley & Sons, Ltd. p. 1-7.
in ruminant derives foods: fact and fiction. In:
Proceedings Cornell Nutrition Conference. New York Sekretaris Jenderal Departemen Perindustrian. 2007.
(USA): Cornell University. p. 123-134. Gambaran sekilas industri minyak kelapa sawit.
Jakarta (Indonesia): Departemen Perindustrian.
Lohrenz AK, Duske K, Schneider F, Nürnberg K, Losand B,
Seyfert HM, Metges CC, Hammon HM. 2010. Milk Suksombat W. 2009. Improving the productivity of lactating
performance and glucose metabolism in dairy cows dairy cows through supplementation. Int Dairy Top.
fed rumen-protected fat during mid lactation. J Dairy 8:7-11.
Sci. 93:5867-5876. Supriyati, Puastuti W, Sutama IK, Budiarsana IGM, Mathius
Lopes CN, Cooke RF, Reis MM, Peres RFG, Vasconcelos IW, Lubis D. 2008. The effect of Ca-mackarel oil
JLM. 2011. Strategic supplementation of calcium supplementation on productivity, milk production and
salts of polyunsaturated fatty acids to enhance quality of PE goat. In: Proceedings International
reproductive performance of Bos indicus beef cows. J Seminar on Production Increases in Meat and Dairy
Anim Sci. 89:3116-3124. Goats by The Incremental Improvement in
Technology and Infrastructure for Small-Scale
Lubis D, Wina E. 1998. Carcass production and meat quality Farmer in Asia Asia. Bogor, 2008 August 4-8. Bogor
of sheep fed high level of rumen bypass fat diets. Bull (Indonesia): FFTCASPAC-IRIAP. p. 21-24.
Anim Sci. Suppl ed:401-407.
Tangendjaja B, Santoso B, Wina E. 1993. Protected fat:
Maeng WJ, Lim JH, Lee SR. 1993. Effects of calcium salts of technology and digestibility. In: Advances in small
long-chain fatty acids on ruminal digestibility, ruminant research in Indonesia. Proceedings of a
microbial protein yield and lactation performance. Workshop Held at the Research Institute for Animal
AJAS. 6:395-400. Production. Bogor, 1993 August 3-4. Bogor
(Indonesia): ARRD-SRCP. p. 105-114.
Manso T, Castro T, Mantec´on AR, Jimeno V. 2006. Effects
of palm oil and calcium soaps of palm oil fatty acids Voigt J, Kuhla S, Gaafar K, Derno M, Hagemeister H. 2006.
in fattening diets on digestibility, performance and Digestibility of rumen protected fat in cattle. Slovak J
chemical body composition of lambs. Anim Feed Sci Anim Sci. 39:16-19.
Technol. 127:175-186.

184

Anda mungkin juga menyukai