Anda di halaman 1dari 11

PRODUKSI DAN MANAJEMEN TERNAK UNGGAS KOMERSIAL

“PROBLEM SOLVING MANAJEMEN AYAM PEDAGING (BROILER)”

Oleh :
Kelompok 1
Kelas D

Insy Sabina 200110200032


Mira Alfiana 200110200034
Endang Ervina 200110200035
Hepia Rahmadita 200110200036
Gilang Mulya Putra 200110200037
Fais Faishal Azhar 200110200056
Adinda Deaniva Imani 200110200068

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Peternakan merupakan setor yang sangat potensial di kembangkan di Indonesia untuk


menyediakan sumber protein berupa daging, susu, serta telur. Salah satu komoditi peternakan yang
meningkat dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein adalah daging. Daging ayam broiler kian
digemari oleh masyarakat Indonesia dikarenakan harganya yang cukup terjangkau. Usaha
peternakan ayam broiler memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan. Untuk
mencapai produksi yang optimal, diperlukan sistem pemeliharaan yang baik.
Tingkat keberhasilan usaha peternakan ayam pedaging pada umumnya ditunjukkan oleh
performance produksi atau index performance (IP) yang akan dihitung pada akhir pemeliharaaan.
Penampilan atau performance ayam pedaging tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
tingkat kematian (mortalitas), bobot badan ayam hidup, feed convertion ratio (FCR) dan umur
panen (Pakage et al., 2020). Tingkat kematian sekitar 5% dalam satu kali produksi pada
peternakan ayam pedaging dianggap berhasil . Semakin rendah tingkat mortalitas, maka
performans usaha peternakan ayam menjadi lebih baik. Berdasarkan latar belakang diatas, dapat
dirumuskan tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengertahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi indikator tingkat mortalitas terkait dengan persentase ayam hidup, dan bagaimana
solusi yang harus diimplementasikan agar tingkat mortalitas selama pemeliharaan rendah.
BAB II

ANALISIS FAKTOR

2.1 Faktor yang Mempengaruhi indikator tingkat mortalitas terkait dengan presentase
ayam hidup dan solusi yang harus diimplementasikan agar tingkat mortalitas
pemeliharaan rendah
Mortalitas ataupun kematian merupakan salah satu aspek yang mampu mempengaruhi
keberhasilan usaha peternakan ayam. Tingkat kematian yang tinggi pada ayam broiler kerap
terjadi pada periode awal ataupun starter serta semakin rendah pada periode akhir ataupun
finisher. Angka mortalitas diperoleh dari perbandingan jumlah ayam yang mati dengan jumlah
ayam yang dipelihara (Samuelson, 1996). Mortalitas merupakan angka kematian dalam
pemeliharaan ternak. Ada banyak hal yang berpengaruh terhadap mortalitas dalam
pemeliharaan unggas. Misalnya, adalah karena penyakit, kekurangan pakan, kekurangan
minum, temperatur, sanitasi, dan lain sebagainya. Penyakit didefinisikan sebagai segala
penyimpangan gejala dari keadaan kesehatan yang normal. Tingkat kematian yang disebabkan
oleh penyakit tergantung dari jenis penyakit yang menyerang unggas. Dalam kelompok
pedaging, kematian maksimum per tahun normalnya adalah sekitar 4%.

Mortalitas merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam
suatu usaha peternakan ayam broiler. Kesejahteraan ayam dapat direfleksikan
dengan tingkat mortalitas yang terjadi. Hasil pengamatan menujukkan,kumulatif
tingkat mortalitas ayam kurang dari 5%, dengan tingkat mortalitas terendah 0,9% di
kandang tertutup pada periode. Tingkat mortalitas pada periode I di kandang terbuka 1,9%
dan di kandang tertutup 0,9%. Pada periode II tingkat mortalitas di kandang terbuka 4,8% dan
di kandang tertutup 3,3%. North & Bell (1990) menyatakan bahwa pemeliharaan ayam
broilerdinyatakan berhasil jika angka mortalitas secara keseluruhan kurang dari 5%

2.1.1 Penyebab Mortalitas Pada Ayam Pedaging

Tingkat kematian atau mortalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Bobot badan
b. Tipe Kandang
Hasil ini mengindikasikan bahwa ada korelasi (hubungan) antara tipe kandang dan
tingkat mortalitas ayam broiler, dimana risiko mortalitas ayam broileryang dipelihara
dikandang terbuka 1,5 hingga 2,2kali lebih tinggidibandingkan dengan ayam broileryang
dipelihara di kandang tertutup.Hal ini karena temperatur udara di kandang tertutup relatif
mudah dikontrol. Seperti yang dilaporkan oleh (Limbergen et al. 2019) bahwa ventilasi
kandang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat mortalitas
ayam broiler, selain kualitas alas kandang, dan profesionalisme peternak dalam
mengelola peternakannya. Komponen kandang yang menjadi salah satu faktor
predisposisi mortalitas pada ayam adalah ventilasi dan alas kandang. Ventilasi
berperan penting dalam menyeimbangkan kepadatan kandang dengan meningkatkan
kualitas udara, membuang udara panas, dan menurunkan kelembapan (Mendes et
al. 2013). Menurut Abreu et al. (2011)jumlah mortalitas relatif tinggi ketika ayam
broiler dipelihara di lantai dengan alas (litter) kandang yang kotor dengan tingkat
kontaminasi coliformsp. tinggi.
c. Iklim
Sistem perkandangan yang disarankan di Indonesia adalah yang sesuai dengan
kondisi iklim di lokasi peternakan. Sistem (tipe) kandang terbuka merupakan kandang
yang baik untuk daerah tropis karena konstruksi bangunannya yang sederhana dan
biaya operasionalnya murah.Akan tetapi, pada kandang terbuka perubahan suhu dan
kelembapan sulit dikontrol, sehingga secara langsung mempengaruhi fisiologi ayam,
dengan efek negatif pada asupan pakan dan kemampuan untuk menghilangkan
panastubuh, dan pada akhirnya dapat membahayakan ayam
d. Lingkungan
Faktor suhu/cuaca pada ayam ketika musim hujan dalam waktu yang lama. Hal ini
sejalan dengan pendapat Nova (2008) bahwa lingkungan memberikan pengaruh sebesar
70% terhadap keberhasilan suatu peternakan. Kondisi cuaca yang tidak normal akan
mempengaruhi penurunan konsumsi pakan, penurunan bobot badan dan akhirnya akan
menyebabkan kematian.
e. Sanitasi peralatan dan kandang
Kebersihan kandang dan peralatan adalah mutlak dalam setiap usaha peternakan
ayam. Kandang yang kotor, peralatan yang kotor merupakan tempat yang sangat disukai
oleh penyakit dan tempat sangat nyaman bagi penularan penyakit sehingga bibit penyakit
dapat tumbuh dengan baik oleh karena itu pembersihan kandang sangatlah penting.
f. Penyakit
Penyebab penyakit pada unggas dapat dibagi menjadi aspek infeksius dan non
infeksius. Penyakit infeksius disebabkan adanya agen penyakit yang masuk dan
menyerang, sehingga berdampak pada kondisi fisiologis ternak. Penyakit ini dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa dan parasit. Penyakit non infeksius disebabkan
oleh faktor lain, misalnya kekurangan vitamin, mineral, keracunan atau gangguan
hormonal

2.1.2 Manajemen Kesehatan dan Pengendalian Penyakit untuk Mengurangi Tingkat


Mortalitas pada Ayam broiler

Pencegahan mortalitas dapat dilakukan dengan diterapkannya manajemen kesehatan dan


pengendalian penyakit pada ayam broiler, diantaranya :

a. Manajemen Kesehatan
Manajemen kesehatan merupakan salah satu kunci sukses usaha beternak ayam
broiler. Memisahkan ayam sakit (isolasi) dan membuang ayam mati dari kandang
penampungan sangat bermanfaat dalam mencegah penularan penyakit (Sukada et al.,
2010). Membuang ternak ayam yang mati dilakukan dengan cara dibakar atau
mengubur pada tempat yang aman. Penyakit yang menyerang ternak ayam sering kali
gejalanya hampir sama dengan ayam sehat. Penyakit pada ayam dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, jamur, protozoa, tetapi kekurangan mineral dan vitamin juga dapat
menyebabkan penyakit (Wiedosari dan Wahyuwardani, 2015).
b. Penerapan Biosekuriti
Penerapan biosekuriti dilakukan agar terhindar dari penyakit. Biosekuriti
merupakan sistem terdepan pada peternakan yaitu untuk melindungi ternak dari
berbagai macam penyakit, penerapan biosekuriti dapat menekan biaya pada kesehatan
ternak (Mappanganro et al., 2018). Aspek-aspek program biosekuriti termasuk upaya
pencegahan, pemberantasan, dan pengendalian penyakit. Jumlah ternak ayam yang
sehat dan ditempatkan dalam satu kandang biasanya mudah terkena serangan penyakit
(Trijaya, 2017).
c. Pengendalian Penyakit
Program pengendalian penyakit dilakukan dengan cara vaksinasi dan pengobatan
dini pada umur tertentu ketika gejala penyakit pada ayam broiler yang sakit mulai
tampak. Perubahan iklim berdampak pada ternak berupa stress yang mengakibatkan
lebih mudah terinfeksi penyakit menular (Bahri dan Syafriati, 2011). Vaksinasi dan
penerapan biosekuriti yang ketat dan berkelanjutan sangat menentukan keberhasilan
pengendalian penyakit (Damayanti et al., 2012). Upaya menjaga kebersihan
lingkungan peternakan perlu dilakukan agar terhindar dari penyakit.
d. Pemberian Vaksin
Program pemberian vaksinasi biasanya disesuaikan dengan kasus penyakit.
Terdapat dua strategi utama pembuatan vaksin virus, yaitu menggunakan virus hidup
(aktif) dan virus tidak aktif (Dewanti, 2017). Vaksin perlu diberikan pada ternak agar
terhindar dari macam penyakit. Menurut (Lima et al., 2004) menyatakan bahwa ayam
yang berumur tiga hari, peternak harus memberikan vaksin. Keefektifan vaksin hanya
berlangsung 1-2 bulan sehingga perlu dilakukan vaksinasi secara berulang.
e. Pemberian Obat-obatan
Pemberian obat-obatan sesuai dengan cara penerapan dosisnya. Obat-obatan
memiliki peranan penting dalam merangsang pertumbuhan dan memperbaiki efisiensi
di dalam saluran pencernaan (Daud, 2005). Berbagai macam obat-obatan yang
diberikan salah satunya dengan mencampurkan ke dalam pakan dan air minum.
Penggunaan obatobatan dibutuhkan untuk mengatasi penyakit, meningkatkan
kekebalan tubuh, dan menunjang pertumbuhan ayam broiler (Aziz, 2009).
BAB III

SOLUSI PENCAPAIAN TARGET

3.1 Manajemen Kesehatan

Untuk menjaga agar kondisi ayam tetap sehat dan meminimalisir mortalitas pada ayam, maka
manajemen kesehatan harus terus terjaga dengan melakukan

1. Program vaksinasi
Vaksinasi adalah salah satu cara untuk mencegah penyakit terutama yang berasal dari virus
seperti Newcastle Disease (ND), Gumboro, Infectious Bronchitis (IB), Avian Influenza (AI).
Murtidjo (1992) menyatakan bahwa vaksin yang biasa digunakan selama pemeliharaan ayam
broiler yaitu vaksin Newcastle Disease (ND) dan gumboro. Vaksinasi bertujuan untuk
merangsang pembentukan zat kebal yang sesuai dengan jenis vaksinnya (Tamalluddin, 2015).
Vaksinasi yang dilakukan dapat disesuaikan juga dengan kondisi dari masing-masing peternakan
2. Pemberian obat dan vitamin
Pemberian suplemen vitamin untuk ayam peternakan adalah wajib, bahkan jika diprogram
secara teratur. Tapi ketika peternak ditanya mengapa mereka memberi ayam vitamin, ada banyak
alasan. Dalam beberapa kasus, itu hanya sesuai dengan "program" pemeliharaan (untuk kemitraan
plasma) yang dibuat oleh kelompok inti. Ada juga alasan yang kuat, karena berdampak besar
terhadap lingkungan.
Sehubungan dengan kebutuhan vitamin ayam, pakan siap saji yang dijual di pasaran
mengandung vitamin yang ditambahkan oleh pabrik pakan sesuai dengan standar kebutuhan
vitamin masing-masing ayam. Namun, hanya mengandalkan asupan vitamin dari pakan saja
tidak cukup, dan petani mungkin perlu menambahkan vitamin melalui air minum. Sebelum
menjelaskan alasannya, pertama-tama mari kita jelaskan peran vitamin umum.
Seperti yang telah disebutkan, vitamin biasanya merupakan zat gizi mikro yang sudah ada
dalam pakan ayam. Ahli gizi gristmill menghitung ketersediaan vitamin dalam pakan yang dia
siapkan setelah semua nutrisi utama telah terisi.
Sampai saat ini, ahli gizi telah dikeluarkan oleh NRC (National Research Council), National
Research Institute Amerika Serikat, atau ARC (Agricultural Research Council) Inggris untuk
memenuhi persyaratan vitamin dalam pakan ternak. . Namun, kriteria tersebut saat ini merupakan
satu-satunya nilai yang perlu dipenuhi, sehingga bukan merupakan nilai mutlak. Ini karena
kebutuhan vitamin sebenarnya untuk ayam jauh lebih tinggi daripada standar NRC untuk
kebutuhan vitamin.
3. Biosekuriti secara ketat
Biosekuriti merupakan upaya untuk mencegah masuknya bibit penyakit ke dalam sebuah area
peternakan dan keluar area peternakan, biosekuriti dilakukan agar ayam terbebas dari berbagai
macam infeksi virus dan penyakit. Pengendalian sarana peternakan merupakan salah satu upaya
untuk menjaga kebersihan dan kesehatan area peternakan, karena lalu lintas kendaraan yang
keluar masuk peternakan dapat menjadi pembawa bibit penyakit. Selain itu, pengaturan jadwal
kunjungan operator/PPL yang membawahi beberapa kandang, saat kunjungan harus diawali dari
ayam berumur muda baru ke ayam tua atau ayam sehat ke ayam sakit. Jika sebelumnya kunjungan
ke ayam sakit maka tidak boleh berkunjung ke kandang ayam sehat karena operator pun bisa
menjadi sumber pembawa bibit penyakit. Desinfeksi tempat ransum dan tempat minum ayam
secara rutin menggunakan desinfektan juga merupakan upaya sanitasi yang penting dilakukan.
Desinfeksi ini akan meminimalkan jumlah bibit penyakit di daerah peternakan.
BAB IV
KESIMPULAN
Peternakan merupakan setor yang sangat potensial di kembangkan di Indonesia untuk
menyediakan sumber protein berupa daging, susu, serta telur. Tingkat keberhasilan usaha
peternakan ayam pedaging pada umumnya ditunjukkan oleh performance produksi atau index
performance (IP) yang akan dihitung pada akhir pemeliharaaan. Penampilan atau performance
ayam pedaging tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat kematian (mortalitas),
bobot badan ayam hidup, feed convertion ratio (FCR) dan umur panen (Pakage et al., 2020).

Mortalitas merupakan angka kematian dalam pemeliharaan ternak. Ada banyak hal yang
berpengaruh terhadap mortalitas dalam pemeliharaan unggas. Misalnya, adalah karena penyakit,
kekurangan pakan, kekurangan minum, temperatur, sanitasi, dan lain sebagainya.Adapun beberapa
faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas yaitu bobot badan, tipe kandang, iklim, lingkungan,
sanitasi peralatan dan kandang dan penyakit. Pencegahan mortalitas dapat dilakukan dengan cara
menerapkan manajemen kesehatan dan pengendalian penyakit pada ayam broiler,diantaranya yaitu
manajemen kesehatan, penerapan biosekuriti, pengendalian penyakit, pemberian vaksin,
pemberian obat-obatan. Untuk menjaga agar kondisi ayam tetap sehat dan meminimalisir
mortalitas pada ayam,maka manajemen kesehatan harus terjaga dengn cara melakukan program
vaksinasi, pemberian obat dan vitamin, dan melakukan biosekuriti secara ketat.
DAFTAR PUSTAKA

Abreu VMN, de Abreu PG, Jaenisch FRF, Coldebella A, de Paiva DP. 2011. Effect of floor type (Dirt or
Concrete) on litter quality, house environmental conditions, and performance of broilers. Rev
Bras Cienc Avic. 13:127–137

Fitra Yosi, Mutia Nurrrahmandani. 2020. Manajemen Kesehatan dan Pengendalian Penyakit Ayam
Broiler di Peternakan Din Dahlan Desa Seri Kembang III Kecamatan Payaraman
Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Peternakan. Palembang

Helmy, A. M. 2012. Pengaruh Skala Usaha Dan Tingkat Mortalitas Terhadap Tingkat Pendapatan
Peternakan Kemitraan Ayam Broiler Di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros. Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Limbergen T, Sarrazin S, Chantziaras I, Dewulf J, Ducatelle R, Kyriazakis I, McMullin P, Méndez J,


Niemi J, Papasolomontos S. 2019. Risk factors for poor health and performance in European
broiler production systems. 3:1–13.

Mendes AS, Moura DJ, Nääs IA, Morello GM, Carvalho TMR, Refatti R, Paixão SJ. 2013. Minimum
ventilation systems and their effects on the initial stage of Turkey production. Rev Bras Cienc
Avic. 15:7–13.

North MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th ed. New York (USA): Van
Northland Reindhold

Pakage, S., Hartono, B., Fanani, Z., Nugroho, B. A., Iyai, D. A., Palulungan, J. A., Ollong, A. R.,
& Nurhayati, D. (2020). Pengukuran Performa Produksi Ayam Pedaging pada Closed
House System dan Open House System di Kabupaten Malang Jawa Timur Indonesia.
Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 15(4), 383–389.
https://doi.org/10.31186/jspi.id.15.4.383-389

Rikawati, 2011. Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Peternakan Ayam Ras Pedaging.
Jurusan Manajemen Fakultas Ekomoni dan Manajemen IPB, Bogor.

Samuelson, A. Paul dan William. D. Nordhaus. 1996. Mikroekonomi. Edisi Keempat Belas. Penerbit
Erlangga, Jakarta.

Medion Ardhika Bakti. 2017. Strategi Melewati Masa Kritis Broiler. www.medion.co.id

Anda mungkin juga menyukai