Anda di halaman 1dari 3

Mengenal Manfaat Daging Kerbau

Kerbau merupakan salah satu ternak potong yang memberikan kontribusi terhadap pemenuhan
kebutuhan bahan pangan hewani di Indonesia bahkan dibeberapa negara Asia, Eropa dan
Amerika. Produk kerbau yang dapat dimanfaatkan berupa daging, susu, kulit dan tulang.
Seiring dengan perkembangan teknologi pengolahan bahan makanan, produk kerbau telah
diolah menjadi berbagai macam bentuk makanan diantaranya daging kerbau diolah menjadi
bakso dan sosis.

Pada tahun 2015, Indonesia mulai mengalami kelangkaan kerbau. Hal ini terlihat dari
penurunan produktivitas ternak kerbau sebanyak 3% setiap tahunnya. Jumlah kerbau pada saat
itu hanya 1,5 juta ekor saja. Kerbau yang sudah negatif akan dipotong saat sudah tua sehingga
dagingnya menjadi alot mempengaruhi terjadinya penurunan ini, selain itu juga karena peminat
kerbau di masyarakat kalah bersaing dengan sapi dan kambing. Kerbau merupakan produk
ternak sebagai sumber protein hewani sangat penting bagi pembentukan generasi bangsa
Indonesia yang sehat dan cerdas, sehingga dapat meningkatkan daya saing bangsa.

Daging kerbau belum populer karena ternak yang dipotong umumnya berasal dari ternak yang
tua (8-10 tahun) dan diperkerjakan sebagai untuk membajak sawah serta menarik barang
(sebagai kendaraan). Akibatnya, daging kerbau yang dijual di pasar tidak empuk, juiceness
rendah, flavornya kurang enak sehingga tidak memenuhi syarat sebagai daging yang bermutu
baik (Direktorat Jenderal Peternakan, 2005). Daging kerbau pada dasarnya sama dengan daging
sapi. Daging kerbau memiliki karakteristik nilai pH daging 5,4; kadar air 76,6%; protein 19%
dan kadar abu 1%. Daging kerbau memiliki warna lebih gelap dibandingkan dengan daging
sapi dan lemak kerbau berwarna lebih putih. Hal ini disebabkan lebih banyaknya pigmentasi
pada daging kerbau atau lemak intramuskulernya yang lebih sedikit (National Research
Council, 1981). Kadar lemak daging kerbau lebih rendah sehingga dapat memenuhi keinginan
konsumen dewasa ini. Selain itu, daging kerbau juga lebih banyak mengandung jaringan ikat
dan berwarna lebih gelap sehingga cenderung mengurangi kualitasnya dibandingkan dengan
daging sapi (Lawrie, 2003). Ketebalan lemak subkutan kerbau lebih tipis dibandingkan dengan
sapi. Karkas kerbau adalah tubuh kerbau yang telah disembelih, utuh atau dibelah membujur
sepanjang tulang belakangnya, setelah dikuliti, isi perut dikeluarkan, tanpa kepala, kaki bagian
bawah dan alat kelamin kerbau jantan atau ambing kerbau betina dipisahkan dengan/atau tanpa
ekor. Walaupun kulit dan kepalanya lebih berat, persentase karkas (dressing percentage) kerbau
hampir sama dengan sapi, yaitu mencapai sekitar 53% dari berat karkas.

Manusia saat ini lebih mengenal daging ayam, kambing maupun sapi. Bahkan ketiga daging
itu paling banyak dikonsumsi manusia. Padahal, daging kerbau tidak kalah menarik dengan
daging lainnya yang familiar di mata masyarakat. Daging kerbau sendiri memiliki banyak
manfaat bagi tubuh manusia. Daging kerbau mengandung protein yang tinggi, sehinga
bermanfaat untuk pertumbuhan sel bagi anak dan dewasa. Tak hanya itu, daging kerbau juga
menjaga sistem peredarah darah manusia jadi lebih baik, bisa meningkatkan massa otot, bisa
juga untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia dan yang terpenting daging kerbau
mengandung vitamin B1 dan B12. Manfaat lain selain yang disebutkan di atas ternyata daging
kerbau dapat mencegah hilangnya pengelihatan, mencegah kanker prostat, meredakan
peradangan sendi dan mengurangi risiko depresi atau stress. Meski beragam manfaat yang
didapat, kebanyakan masyarakat Indonesia tidak menyukai daging kerbau. Pasalnya, daging
hewan ini memiliki tekstur yang lebih keras, selain rasa olahan daging kerbau yang kurang
sedap.

Terlepas dari banyaknya manfaat dan kandungan nutrisi yang sangat potensial pada tubuh, ada
beberapa kerugian atau efek samping yang harus dipertimbangkan ketika mengonsumsi daging
kerbau. Daging kerbau merupakan salah satu jenis makanan yang sangat sulit untuk dicerna
tubuh akibatnya enzim pencernaan terganggu dan menyebabkan proses pengolahan makanan
dan penyerapan nutrisi di dalam tubuh juga ikut terganggu.
DAFTAR PUSTAKA

Albercht, E. F., K. Teuscher, Ender, & J. Wagner. 2006. Growth- and breed-related changes of
muscle bundle structure in cattle. J. Anim. Sci 84:2959-2964.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Methods of Analyses of


The Association of Official Analytical Chemist. 18th Ed. Assoc. Off. Anal. Cem.,
Arlington.

Banovic, M., K. G. Grunert, M. M. Barreira, & M. Aguiar Fontes. 2009. Beef perception at the
point of purchase: A study from Portugal. Food Quality and Preference 20:335-342.

Anda mungkin juga menyukai