Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA

KARBOHIDRAT

Oleh:

Kelas: C

Kelompok: 9

KEVIN HAERNURYADIN 200110140248

NUR MUHAMMAD GHIFARI 200110140249

RIKI RISWARA 200110140250

SINDY BELAMITA 200110140251

YULYSTIRA 200110140252

Tanggal Praktikum:

Selasa, 03 Maret 2015 (Karbohidrat 1)

Selasa, 10 Maret 2015 (Karbohidrat II)

LABORATORIUM BIOKIMIA DAN FISIOLOGI TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lipida merupakan suatu kelompok senyawa organik yang heterogen, banyak

terdapat dalam tanaman, hewan dan manusia. Lipida tidak mempunyai rumus

empiris dan struktur yang sama tetapi terdiri atas beberapa golongan. Lipida

mempunyai sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar

seperti eter, kloroform, aseton, dan benzene. Lemak adalah ester antara gliserol

dan asam lemak dimana ketiga radikal hidroksil dari gliserol semuanya diesterkan.

Jadi jelas bahwa lemak adalah trigliserida.

Lipida merupakan unsur makanan yang penting, selain kalorinya yang

tinggi, juga mengandung vitamin-vitamin yang larut dalam lemak dan asam-asam

assensial. Lipida mencakup minyak, lilin, lemak dan senyawa yang sejenis. Lipida

merupakan komponen penting dalam membrane sel, termasuk diantaranya

fosfolipid, glikolipid dan dalam sel hewan adalah kolestrol. Kolestrol merupakan

senyawa induk bagi steroid lain yang disintesis dalam tubuh. Steroid adalah

hormon-hormon yang penting seperti hormon korteks, adrenal, hormon seks,

vitamin D dan asam empedu. Meskipun manusia dan mamalia memiliki

metabolisme untuk memecah dan membentuk lipid, beberapa lipid tidak dapat

dihasilkan melalui cara ini dan harus diperoleh melalui makanan.

1. Struktur Kimia Lemak

Lemak atau lipida tersusun oleh C, H, dan O, dan kadang-kadang fosforus

(P) serta nitrogen (N). Lemak merupakan ester dari asam lemak dengan gliserin
yang membentuk trigliserida, yaitu zat yang tersusun oleh satu senyawa gliserol

dan tiga senyawa asam lemak. Berdasarkan komposisi kimianya, lemak dibedakan

menjadi tiga macam yaitu lemak sederhana, lemak campuran, dan derivat lemak.

Berdasarkan ikatan kimianya, asam lemak dibedakan menjadi dua, yaitu asam

lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.

2. Sumber Lemak

Lemak nabati adalah lemak tumbuhan yang dapat diperoleh dari kelapa,

zaitun, kemiri, berbagai jenis tanaman kacang, dan buah alpukat. Lemak hewani

adalah lemak hewan yang dapat diperoleh dari keju, lemak daging, mentega, susu,

ikan basah, minyak ikan, dan telur.

3. Fungsi Lemak

Di dalam tubuh kita lemak berfungsi penting antara lain:

 Sebagai pelindung tubuh dari pengaruh suhu rendah.

 Sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K

 Sebagai pelindung alat-alat tubuh yang vital ( antra lain jantung dan lambung),

yaitu sebagai bantalan lemak

 Sebagai penghasil energi tertinggi,

 Sebagai salah satu bahan penyusun membran sel.

 Sebagai salah satu bahan penyusun hormon dan vitamin (khusus untuk sterol)

 Sebagai salah satu bahan penyusun garam empedu, asam kholat dan hormon

seks.
4. Metabolisme Lemak

Asam lemak bersenyawa kembali dengan gliserol membentuk lemak, dan

selanjutnya diangkut oleh pembuluh getah bening usus atau pembuluh kil menuju

ke pembuluh getah bening kiri pembuluh dada terus ke pembuluh balik bawah

selangka. Selanjutnya lemak disimpan di jaringan adiposa (jaringan lemak). Hal

ini terjadi apabila masih ada glukosa yang dipergunakan sebagi sumber energi.

Jika dibutuhkan, lemak akan diangkut ke hati dalam bentuk senyawa lesitin.

Oleh karena itu, kami melakukan uji lipida supaya kami bisa mengetahui mana

yang termasuk lemak atau bukan, bisa membedakan mana yang termasuk lemak

jenuh atau lemak tidak jenuh pada berbagai sampel.

1.2. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum kali ini, yaitu:

 Mengidentifikasi kelarutan lipid pada pelarut–pelarut tertentu,

 Mengetahui sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak,

 Untuk mengetahui kehadiran gliserol, dan

 Mengetahui adanya sterol (kolesterol) dalam suatu bahan secara kualitatif.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Lipid atau trigliserida adalah sekumpulan senyawa di dalam tubuh yang

memiliki ciri-ciri yang serupa dengan malam, gemuk (grease), atau minyak.

Trigliserida adalah triester yang terbentuk dari gliserol dan asam-asam lemak.

Lipid sebagai sekumpulan senyawa dengan struktur dan fungsi yang berbeda

tetapi bersifat sama, yaitu larut dalam pelarut organik atau non polar memiliki

fungsi sebagai penyimpan energi dan transport, struktur membran, penyampai

kimia, kulit pelindung dan komponen dinding sel.

Trigliserida bersifat hidrofobik sehingga golongan senyawa ini dapat

dipakai tubuh sebagai sarana yang bermanfaat untuk berbagai keperluan.

Misalnya jenis lipid yang dikenal sebagai trigliserida berfungsi sebagai bahan

bakar yang penting. Senyawa ini sangat efisien untuk dipakai sebagai simpanan

bahan penghasil energi karena terkumpul dalam butir-butir kecil yang hampir-

hampir bebas air, membuatnya jauh lebih ringan daripada timbunan karbohidrat

setara yang sarat air. Jenis lipid yang lain lagi merupakan bahan structural yang

penting. Kemampuan lipid jenis ini untuk saling bergabung menyingkirkan air

dan senyawa polar lain menyebabkannya dapat membentuk membran sehingga

memungkinkan adanya berbagai organisme yang kompleks. Membran tersebut

memisahkan satu sel dengan sel yang lain di dalam jaringan, serta memisahkan

berbagai organel di dalam sel menjadi ruangan-ruangan yang memiliki ciri kimia

tertentu sehingga dapat diatur sendiri (Gilvery & Goldstein, 1996).

Lipid adalah senyawa yang merupakan ester dari asam lemak dengan

gliserol yang kadang-kadang mengandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organic se[erti eter, aseton, kloroform, dan benzene.

Lipid tidak memiliki rumus molekul yang sama, akan tetapi terdiri dari beberapa

golongan yang berbeda. Berdasarkan kemiripan struktur kimia yang dimiliki, lipid

dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu Asam lemak, Lemak dan

fosfolipid (Salirawati et al, 2007).

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol, kedua istilah ini

berarti “triester (dari) gliserol”. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak bersifat

sebarang: pada temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair.

Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida

dalam tumbuhan cenderung berupa minyak (Fessenden & Fessenden, 1982).

Dengan reagen HubI’s Iod yang berupa larutan iod dalam alkohol dan

mengandung sedikit HgCl2, maka kemungkinan hilangnya warna iod akan

berbeda untuk penambahan jenis minyak yang berbeda, karena kandungan ikatan

rangkap setiap jenis minyak memang berbeda. Semakin banyak ikatan rangkap

semakin cepat warna iod hilang, karena berarti seluruh I2 telah digunakan untuk

memutuskan ikatan rangkap (Salirawati et al, 2007).

Proses hidrolisis yang menggunakan basa akan menghasilkan gliserol dan

sabun. Oleh karena itu sering disebut reaksi penyabunan (Saponifikasi). Apabila

rantai karbon pendek, maka jumlah mol asam lemak besar, sedangkan jika rantai

karbon panjang, jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah miligram KOH yang

diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak disebut bilangan

penyabunan(Salirawati et al, 2007).

Diantara sekian banyak jenis minyak, minyak kelapalah yang paling sering

digunakan. Minyak kelapa diperoleh dari ekstraksi terhadap. Minyak kelapa kasar

mengandung komponen bukan minayk seperti fosfatida, gum, sterol (0,06%-


0,8%), tokoferol (0,003%) dan asam lemak nenas kurang dari 5% . Menurut

ketaren (1986), warna pada minyak disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen

warna alam karoten yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh. Sedangkan

menurut Kisshenbuar (1960), warna pada minyak selain disebabkan oleh zat

warna karoten juga disebabkan oleh kotoran lain karena asam-asam lemak dan

gliserida murni tidak berwarna.

Karoten merupakan hidrokarbon sangat tidak jenuh dan tiak stabil pada

suhu tinggi. Karoten tidak dapat dihilangkan dengan proses oksidasi, walaupun

minyak sampai menjadi tengik, tetapi dapat diserap oleh beberapa absorben,

sehingga minyak tidak berwarna lagi (Ketaren, 1986).

Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemaknya digolongkan dalam

minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya paling besar, yaitu 44-52%

dalam minyak. Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatidakan dengan

bilangan iod, maka minyak kelapa dapat dimasukkan kedlam golongan non

drying oil, karena bilangan iod minyak berkisar antara 7,5-10,5 (Ketaren, 1986).

Asam lemak jenuh minyak kelapa kurang lebih 90%. Minyak kelapa mengandung

84% trigliserida dengan tiga molekul asam lemak jenuh, 12% trigliserida dengan

dua asam lemak jenuh dan 4% trigliserida denganasam lemak

jenuh (Ketaren,1986).

Sifat fisik minyak kelapa yang terpenting adalah tidak mencair tahap demi

tahap seperti lemak yang lain akan tetapi langsung berubah menjadi cair, hal ini

disebabkan karena titik cair asam lemak penyusunnya bedekatan, asam lemak

laurat 44○C, asam lemak miristat 54○C, asam lemak palmitat 63○C. Dengan

demikian plastisitasa trigliserida juga terbatas (Murdijati Gardjito, 1980).


BAB III
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

3.1. Alat

 Tabung reaksi bersih dan kering

 Rak tabung

 Pipet

3.2. Bahan

 Kertas saring • Gliserol


 Alkohol panas • Larutan Hubl
 Alkohol dingin • H2 SO4 pekat
 Eter • Asam Asetat Anhidrida
 Aquades

 Kloroform

 Larutan Natrium karbonat 3%

 YodHubl

 Minyak curah

 Minyak kemasan

 Mentega

 Margarin

 Lemak hewan

 Asam oleat

 Asam palmitat

 Kalium hydrogen sulfat


3.3. Prosedur Kerja

a. Uji Kelarutan

 Sediakan 6 buah tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 mL Air,

alkohol panas, alkohol dingin, eter, kloroform, dan larutan natrium

karbonat 2%

 Teteskan lemak/minyak kedalam masing-masing tabung tersebut, kocok

hingga homogen

 Perhatikan kelarutan minyak/lemak dalam masing –masing tabung

tersebut!

 Catat pada pelarut mana yang paling sempurna

 Teteskan satu tetes larutan dari masing-masing tabung pada kertas saring.

 Amati bekas tetesan pada kertas saring. Apakah ada bercak noda atau

tidak.

 Catat hasil pengamatan.

b. Uji Ketidak Jenuhan

 Sediakan sebuah tabung reaksi yang kering dan bersih,

 Isi dengan 1 tetes asam oleat tambahkan 1mL kloroform,

 Tambahkan 2 atau 3 tetes larutan yod. Hubl.

 Kocok perlahan. Perhatikan apa yang terjadi dan catat.

 Ulangi percobaan di atas dengan menyediakan 6 buah tabung reaksi yang

bersih dan kering,

 Isi masing-masing tabung dengan minyak kelapa, kinyak kemasan,

mentega, margarine, lemak hewan, dan palmitat,

 Tambahkan sejumlah kloroform (jumlah yang sama dengan sampel),


 Tambahkan larutan yodHubl tetes demi tetes pada setiap sampel,

 Perhatikan dan catat perubahan warna yang terjadi pada setiap sampel.

c. Uji Alkrolein

 Sediakan 7 buah tabung reaksi yang kering dan bersih,

 Isi tabung reaksi dengan 10 tetes gliserol,

 Tambahkan serbuk kalium hydrogen sulfat,

 Panaska nsecara hati-hati di atasapi langsung,

 Perhatikan asap dan bau yang terbentuk, catat!

 Lakukan percobaan seperti di atas dengan menggunakan sampel asam

palmitat, minyakkelapa, minyak kemasan, mentega, margarine, lemah

hewan, dan asam oleat

 Perhatikan apa yang terjadi, catat!

d. Uji Kolestrol

 Sediakan1tabung reaksi yang kering dan bersih,

 Isi tabung dengan1 mL Kolesterol tambahkan 2 mL asam asetat

anhidrida,

 Tambah 4 tetes H2 SO4pekat,

 Amati perubahan warna yang terjadi. Catat!

 Lakukan percobaan di atas dengan menggunakan sampel minyak kelapa,

minyak kemasan, mentega, margarine, asam olet, palmitat, dan lemak

hewan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

a. Uji Kelarutan

Pelarut Sampel Reaksi Noda


Air Minyak Kemasan - Ada
Alkohol panas Minyak Kemasan + Tidak ada
Alkohol dingin Minyak Kemasan - Ada
Eter Minyak Kemasan + Tidak ada
Kloroform Minyak Kemasan + Tidak ada
Larutan Natrium Karbonat 2% Minyak Kemasan + Tidak ada

b. Uji Ketidakjenuhan

Larutan Uji Reaksi Warna


Asam Oleat + Kuning
Asam Palmitat - Pink
Minyak Curah + Kuning
Minyak Kemasan + Kuning
Mentega + Kuning
Margarin + Kuning
Lemak Hewan + Kuning
c. Uji Akrolein

Larutan Uji Reaksi Aroma


Gliserol + Bau Menyengat (tengik)
Asam Palmitat - Tidak ada bau menyengat
Minyak Kemasan + Bau Menyengat (tengik)
Margarin + Bau Menyengat (tengik)

d. Uji Kolestrol

Larutan Uji Reksi Warna


Kolesterol +++ Hijau tua
Minyak Curah ++ Hijau muda/biru
Minyak Kemasan + Hijau muda
Mentega ++ Biru/hijau muda
Margarin + Hijau muda
Lemak Hewan ++ Hijau muda/biru

4.2. Pembahasan

a. Uji Kelarutan

Uji kelarutan lipid hampir semua jenis lipid, yaitu lemak dan minyak tidak
larut dalam pelarut polar seperti air, namun larut dalam pelarut non polar seperti

kloroform, eter, dan benzene (Armstrong, 1995). Kloroform merupakan senyawa

organik yang dapat melarutkan lemak.

Percobaan hasil akhir yang ditetesi minyak kemasan diperolah larutan

terbentuk menjadi dua lapisan. Hal ini menunjukan minyak tidak larut dalam air.

Dan pada kertas saring terbentuknya noda, itu menandakan bahwa lemak tersebut
tidak larut dalam air. Pada alcohol lapisan atas alcohol yang agak keruh dan

bagian bawah berupa minyak dan terbentuk gelembung cairan kecil-kecil. Hal ini

menunjukan minyak tidak larut dalam alcohol karena alcohol bersifat polar dan

lipid bersifat nonpolar. Selain itu tampak adanya emulsi yang tampak secara

makroskopis tampak homogen. Akan tetapi ketika di uji dengan kertas saring

tidak terdapat noda apapun, percobaan pada alcohol tidak sesuai dengan teori.

Larutan Natrium Karnonat 2% yang ditetesi minyak kemasan dan diperolah

minyak tidak larut dalam Na2CO 2 %. Seharusnya disamping lipid tidak larut dan

terbentuk emulsi. Di uji dengan kertas saring terdapat noda, itu berarti lemak tidak

larut dalam larutan Natrium karbonat 2%.

Uji larutan eter yang ditetesi lemak / minyak kemasan, dapat bercampur

sempurna artinya minyak dapat larut dalam eter karena kedua larutan ini dapat

berikatan dengan gaya vanderwalls dan kedua larutan sama-sam bersifat polar.

Pada percobaan hasil akhir pada yang ditetesi minyak kemasan/lemak diperoleh

hasil bening. Ketika diteteskan pada kertas saring terdapat suatu bercak noda.

b. Uji Ketidakjenuhan

Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap

dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod hubl

akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada

molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama

reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tidak jenuh telah mereduksi pereaksi iod

hubl. Dari hasil uji ketidakjenuhan, asam oleat, minyak kelapa, dan lemak

hewan menunjukkan hasil negatif, yaitu bahwa ia mempunya ikatan rangkap pada
molekulnya, sedangkan bahan lain yang diujikan menunjukkan hasil positif, yaitu

tidak adanya ikatan rangkap pada molekulnya.

Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan

tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zig

yang dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga

biasanya berwujud padat. Sedangkan asam lemak tidak jenuh merupakan asam

lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya(Gilvery

& Goldstein, 1996). Trigliserida tidak jenuh ganda (poliunsaturat) cenderung

berbentuk minyak. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi)

daripada asam lemak tidak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tidak jenuh

mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi).

Iod Hubl ini digunakan sebagai indikator perubahan. Reaksi positif

ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya warna merah ketika Iod

Hubl diteteskan ke asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal kuning

bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak

ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak. Warna merah yang kembali

pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon

asam lemak.

c. Uji Akrolein

Hasil uji akrolein, gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat dalam

lemak/minyak akan mengalami dehidrasi membentuk aldehid akrilat atau akrolein.

Senyawa pendehidrasi dalam uji ini adalah KHSO4 yang menarik molekul air dari

gliserol. Hasil uji akrolein menunjukkan bahwa semua bahan yang diuji

memberikan bau yang tajam kecuali pada margarin hal ini diidentifikasi oleh
sebagai bau akrolein. Pada teorinya, hanya gliserol dalam bentuk bebas atau yang

terikat berupa senyawa yang akan membentuk akrolein, sedangkan asam-asam

lemak tidak (Anwar, 1994).

Uji akrolein KHSO4 berfungsi menarik molekul air dari gliserol. Dalam uji

ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah

termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Iod

Hubl (Riawan, 1990).

Hasil percobaan menunjukan adanya bau khas gliserol dan adanya asap

yang sangat tipis menndakan bahwa pada minyak kelapa, minyak kemasan,

mentega, lemak hewan, sam oleat, dan asam palmitat menandakan hasil positif

yang artinya sampel tersebut mengandung gliserol.

d. Uji Kolestrol

Uji Lieberman-Buchard digunakan untuk mengidentifikasi adanya

kolesterol. Pada uji salkowski, terbentuk cincin coklat yang menunjukkan

terjadinya reaksi antara kolesterol dengan asam sulfat pekat. Warna hijau pada uji

lieberman-buchard menunjukkan reaksi antara kolesterol dengan asam asetat

anhidrat.

Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setat

anhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah

untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil

didalam kloroform (Lehninger, 1988).

Pada percobaan uji kolestrol dengan perekasi Lebermann-Burchard

didapatkan hasil positif dengan ciri perubahan warna hijau. Pada uji kolestrol ini

hanya asam oleat dan mentega yang menunjukan bahwa adanya kolestrol dalam
kandungan sampel tersebut. Sedangkan untuk sampel yang lain menunjukan hasil

yang negatif.

BAB V
KESIMPULAN

 Lemak merupakan senyawa yang dapat larut dalam larutan organik tetapi

tidak dapat larut dalam air.

 Gliserol yang terdehidrasi akan membentuk aldehid akrilat atau akrolein.

Lemak yang memiliki ikatan rangkap merupakan lemak tidak jenuh yang

bentuknya cair pada suhu ruangan.

 Lemak tidak jenuh yang memiliki ikatan rangkap mudah teroksidasi

sehingga menimbulkan ketengikan.

 Pengujian adanya lemak jenuh dan lemak tidak jenuh dilakukan uji

ketidakjenuhan dengan perubahan warna yang ditunjukan sebagai reasi

positif atau negatif.

 Reaksi positif pada uji ketidakjenuhan ditunjukan dengan perubahan warna

sampel menjadi merah muda/pink.

 Uji akrolein digunakan untuk menguji adanya gliserol pada sampel.

 Adanya gliserol pada sampel ditandai dengan adanya bau khas dan asap.

 Pengujian kolesterol dapat dilakukan dengan menggunakan uji Lieberman

Buchard.

 Perekasi Lebermann-Burchard merupakan campuran antara asam setat

anhidrat dan asam sulfat pekat.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta:

Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.

Armstrong, Frank B. 1995. Buku Ajar Biokimia. Edisi ketiga. EGC: Jakarta

Budha,K. 1981. Kelapa dan hasil pengolahannya. Denpasar: Fakultas teknologi

dan pertanian Universitas Udayana

Fessenden dan Fessenden. 1982. Kimia Organik II, edisi ketiga. Jakarta: Erlangga

Garjito,M.1980.Minyak: Sumber, penanganan, pengelolahan, dan pemurnian.

Yogyakarta: Fakultas Teknologi pertanian UGM

Gilvery dan Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi 3.

Airlangga University Press: Surabaya

Kristian. 2003. Kimia Organik I JICA. Malang: Universitas Negeri Malang.

Lehninger A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy

Thenawidjaya. Erlangga: Jakarta.

Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta:

Universitas Indonesia press

Riawan S. 1990. Kimia Organik. Edisi 1. Binarupa Aksara: Jakarta.

Salirawati et al. 2007. Belajar Kimia Menarik. Jakarta: Grasindo

Trilaksani,W. 2003. Antioksidan Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja, dan peran

terhadap kesehatan. Laporan penelitian. Bogor : IPB


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai