Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

3.4 CARA MENGATASI ISU VETERINER PADA TERNAK UNGGAS

Pada dasarnya lokasi bangunan RPU dapat berdiri sendiri, akan tetapi berada dalam satu lokasi

dengan bangunan tempat pemrosesan daging (TPD). Tempat pemroresan daging adalah suatu

bangunan atau komplek bangunan dengan design dan persyaratan-persyaratan teknis tertentu yang

dipergunakan sebagai tempat pemrosesan lebih lanjut yang berupa pemotongan bagian daging,

pengolahan/pemroresan jadi produk, pembungkusan dan pemberian label serta penyimpanan

hasil/produk hasil. Dengan demikian, maka RPU merupakan sarana pelayanan kepada masyarakat

dalam penyediaan daging sehat dan berfungsi pokok sebagai (a) tempat pelaksanaan pemotongan

hewan dan penanganan daging secara benar; (b) tempat pelaksanaan pemeriksaan hewan sebelum

dipotong dan pemeriksaan daging untuk mencegah penularan penyakit hewan kepada manusia dan (c)

tempat untuk menditeksi penyakit hewan yang ditemukan guna pencegahan dan pemberantasan

penyakit hewan menular didaerah asal serta (d) tempat pelaksanaan seleksi dan pengendalian

pemotongan hewan besar betina bertanduk yang masih produktif (DIRJEN PETERNAKAN, 1995).

Dalam rangka pembinaan RPU dan tempat pemrosesan daging (TPD) di Indonesian secara

bertahap dan berkesinambungan dengan telah adanya landasan hukum yang kuat dan mantap maka

pemerintah bermaksud:

1. Menata kembali fungsi, peranan dan citra RPU sebgai sarana pelayanan kepada masyarakat

untuk menyediaan daging sehat, aman, murni dan halal

2. Menetapkan setiap RPU dan tempat pemrosesan daging (TPD) harus memiliki Nomor

Kontrol Veteriner (NKV)

3. Menyeragamkan peraturan-peraturan daerah, khususnya yang menyangkut RPU dan usaha

pemotongan hewan/unggas serta penanganan daging.

4. Memberikan kepastian dan jaminan hukum, baik bagi pemerintah maupun masyarakat.
Yang dimaksud dengan Nomor Kontrol Veteriner (NKV) adalah registrasi Rumah

Pemotongan Unggas (RPU) tempat pemrosesan daging (TPD) atau usaha-usaha lainnya yang

bergerak dalam bidang pengumpulan, penampungan, penyimpanan dan pengawetan bahan asal

hewan yang diterbitkan oleh instansi yang bertanggung jawab dalam bidang Kesehatan

Masyarakat Veteriner dengan dilakukan langkah-langkah penataan kembali masalah RPU ini

antara lain dengan standarisasi dan akreditasi RPU, pengaturan/penggunaan jenis-jenis stempel

sesuai dengan jenis hewan, pemberian label pada kemasan daging unggas dan pemberian Nomor

Kontrol Veteriner pada setiap RPU dan tempat pemrosesan daging yang telah terakreditasi, maka

RPU dan tempat pemrosesan daging yang telah memenuhi persyaratan tersebut dapat

melaksanakan fungsinya secara maksimal (DIRJEN PETERNAKAN, 1995)

Tujuan pemberian Nomor Kontrol Veteriner (NKV) pada setiap Rumah Pemotongan Unggas

(RPU) dan tempat Pemrosesan Daging:

1. Memberikan jaminan dan perlindungan kepada masyarakat, baik/yang melaksanakan

kegiatan pemotongan hewan/ unggas dan pemrosesan/ pengelolaan daging maupun yang

mengkonsumsi daging bahwa daging berasal dari hasil pemotongan unggas di RPU dan

tempat pemrosesan daging yang telah memenuhi persyaratan.

2. Terlaksananya tertib hukum dan tertib administrasi dalam pendirian/ pengelolaan RPU

dan tempat pemrosesan daging

3. Mempermudah dan memperlancar pelaksanaan sistem pengawasan pemotongan

hewan/unggas dan peredaran daging

4. Meningkatkan daya guna dan produktivitas dalam mencapai mutu produk (daging) dan

hasil olahannya serta jasa pemotongan hewan/unggas yang memenuhi syarat/standar.

Sanksi yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan dikenakan kepada

pengelola RPU dan tempat Pemrosesan Daging yang telah melakuakn penyimpangan-

penyimpangan dalam pengelolaan RPU dan penerapan NKV sesuai dengan kategori

penyimpangan yang tertuang dalam ketentuan yag berlaku.


Sanksi dalam pengelolaan RPU dan peredaran daging dikategorikan dalam 3 (tiga) jenis

(DIRJEN PETERNAKAN, 1995) yaitu:

1. Sanksi Pidana, ayaitu sanksi yang dikenakan terhadap mereka yang melakuakn

tindakan pidana atau pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam

pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan

Masyarakat Veteriner, yaitu mengenai usaha pemotongan hewan.

2. Sanksi administratif bagi RPU yang dikelolah oleh Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) atau swasta, yaitu sanksi dibidang administratif yang dikenakan terhadap

pengelola RPU yang berupa pencabutan izin usaha pemotongan hewan/unggas dan

penurunan kelas RPU dan tempat Pemrosesan Daging atau peninjauan kembali

sertifikat NKV yang diberikan.

3. Sanksi administratif bagi RPU yang berfungsi sebagai pelayanan masyarakat, yaitu

sanksi dibidang administratif yang dikenakan terhadap Buku Pedoman PPDH-

Kesmavet 65 pengelolah RPH/RPU dalam rangka kepentingan pembinaan

kesehatan masyarakat veteriner yang berupa peninjauan ulang Sertifikat NKV yang

telah diberikan.

SUMBER:

Buku Pedoman PPDH - Kesmavet. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pernakan No

254/TN.520/Kpts/DJP/Deptan/1995. PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN NOMOR KONTROL

VETERINER (NKV) PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN/UNGGAS DAN TEMPAT

PEMROSESAN DAGING SERTA HASIL IKUTANNYA.

Anda mungkin juga menyukai