FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2019 A. PENGANTAR
Lembaga kemasyarakatn merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang
berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Wujud konkret lembaga kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi (association). Robert Maclver dan Charles H. Page mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antarmanusia yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamaknnya asosiasi. Leopold von Wiese dan Howard Becker lembaga kemasyarakatn diartikannya sebagai suatu jaringan prose-proses hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya.
Lembaga kemasyarakatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok
manusia pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Memebrikan pedoman pada anggota masyarakat,
2. Menjaga keutuhan masyarakat 3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan system pengendalian social. B. PROSES PERTUMBUHAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN 1. Norma-norma Masyarakat
Supaya hubungan antar manusia didalam suatu masyarakat terlaksan sebagaimana
diharapkan, dirumuskan norma-norma masyarakat. Norma-norma tersebut dibuat secara sadar. Misalnya, dahulu didalam jual beli, seorang perantara tidak harus diberi bagian dari keuntungan. Akan tetapi, lama-kelamaan terjadi kebiasann bahwa perantara harus mendapat bagiannya, dimana sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung itu, yaitu pembeli ataukah penjual. Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma di masyarakat, secara sosiologis dikenal adanya empat pengertian, yaitu : a. Cara (usage), menunjuk pada suatu bentuk perbuatan. b. Kebiasaan (folkways) adalah perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. c. Tata kelakuan (mores) merupakan kebiasaan yang dianggap sebagai cara berperilaku dan diterima norma-norma pengatur. d. Adat-istiadat (custom) adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola masyarakat Norma-norma tersebut jika sudah mengalami suatu proses, maka akan berakhir menjadi lembaga kemasyarakatan. Lembaga kemasyarakatan dianggap sebagai peraturan apabila norma-norma tersebut membatasi dan mengatur perilaku orang- orang. Suatu norma tentu dikatakan lebih melembaga, apabila norma tersebut: diketahui, dipahami atau dimengerti, ditaati, dan dihargai.
2. Sistem Pengendalian Sosial
Pengendalian social bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Atau, suatu system pengendalian social bertujuan untuk mencapai keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan/kesebandingan. Pengendalian social dapat bersifat preventif atau represif, atau bahkan kedua-duanya. Prevensi merupakan suatu pencegahan terhadap terjadinya gangguan-gangguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan. Sementara itu, usaha-usaha yang represif bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah mengalami gangguan. Paksaan lebih sering diperlukan dalam masyarakat yang berubah karena di dalam keadaan seperti itu, pengendalian sosial juga berfungsi untuk membentuk kaidah-kaidah baru yang menggantikan yang lama karena telah goyah. Namun, cara- cara kekerasan juga ada batasnya dan tidak selalu diterapkan karena biasanya akan memunculkan reaksi yang negatif. Reaksi negatif akan mencari kesempataan saat agent of control berada dalam keadaan lengah. Dikenal juga beberapa cara lain seperti compulsion, dan pervasion. Setiap masyarakat memerlukan alat-alat yang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Perwujudan dari pengendalian sosial pada akhirnya adalah pemidanaan, kompensasi, terapi maupun konsiliasi. Pemidaan adalah suatu larangan yang apabila dilanggar akan mengakibatkan penderitaan. Kompensasi adalah perjanjian di mana ada pihak yang dirugikan dalam prosesnya. Sedikit berbeda, terapi memiliki sifat seperti remedial, bertujuan untuk mengembalikan situasi ke keadaan semula. Dengan adanya norma-norma tersebut, di dalam setiap masyarakat diselenggarakan pengadilan sosial atau social control. Karena apabila kelakukan manusia diatur oleh hukum tertulis atau perundang-undangan, maka pengendalian masyarakat akan menjadi lebih mudah.
C. CIRI-CIRI UMUM LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Menurut Gillin dan Gillin, lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa cirri umum, yaitu sebagai berikut. 1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. 2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan cirri semua lembaga kemasyarakatan. 3. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu 4. Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan 5. Lambanga biasanya juga merupakan cirri khas lembaga kemasyarakatan 6. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai suatu tradisi tertulis atau yang tidak tertulis. D. TIPE-TIPE LEMBAGA KEMASYARAKATAN Menurut Gillin dan Gillin, lembaga-lembaga kemasyarakatan tadi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Cresive institutions dan enacted institutions merupakan tipe lembaga dari segi sudut perkembangannya. Misal, hak milik, perkawinan, agama dsb. 2. Basic institutions dan subsdiary institutions jika dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat, untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. 3. Approved dan social sanctioned institutions dari sudut penerimaan masyarakat. Contohnya adalah sekolah dan kelompok penjahat. 4. Perbedaan antara general institutions dan restricted institutions timbuh apabila klasifikasinya didasari oleh faktor penyebarannya. Jika agama termasuk dalam general, maka Islam, Katolik dan sebagainya merupakan restricted. 5. Berdasarkan fungsinya, ada perbedaan pada operative institutions dan regulative institutions, operative berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga. Regulative bertujuan untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakkan yang berasa di kebiasaan lembaga itu sendiri.
E. CARA-CARA MEMPELAJARI LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Cara-cara pendekatan atau mempelajari lembaga kemasyarakatan dapat dirinci ke dalam:
1. Analis historis, meneliti sejarah timbul dan perkembangan suatu lembaga
kemasyarakatn tertentu. 2. Analis komparatif, menelaah suatu lembaga kemasyarakatan tertenu pelbagai masyarakat berlainan ataupun pelbagai lapisan social masyarakat tersebut. 3. Analis hubungan antara lembaga-lembaga kemasyarakatan yang terdapat dalam suatu masyarakat tertentu. F. CONFORMITY DAN DEVIATION
Conformity berarti proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara
mengindahkan kaidah dan nilai-nilai masyarakat. Sebaliknya, deviation adalah penyimpangan terhadap kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Soekanto, S. (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. Depok: Rajawali Pers.