Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EKOSISTEM

Guna memenuhi tugas mata kuliah ekologi tumbuhan

OLEH :
SEFNI MARLIZA
2130106052

DOSEN PENGAMPU :
Dr. DWI RINI KURNIA FITRI, M.Si.

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah
serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Ekologi tumbuhan
ini dengan baik. Adapun maksud penyusunan makalah Ekologi tumbuhan ini sebagai
pemenuhan tugas mata ekologi tumbuhan meteri tentang “KEANEKARAGAMAN
VEGETASI”. Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa
dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Dwi Rini Kurnia Fitri selaku pembimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.

Segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan
makalah ini, agar menjadi terbaik bagi penyusun. Akhir kata kami berharap dengan adanya
penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penyusun sendiri, dan bagi
semua yang berkepentingan.

Batusangkar, 24 november 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
A Latar Belakang........................................................................................................1
B Rumusan Masalah ..................................................................................................1
C Tujuan ....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................2
A. Keanekaragaman Gen .............................................................................................2
B. Keanekaragaman Spesies.........................................................................................3
C. Keanekaragaman Populasi ......................................................................................4
D. Keanekaragaman Ekosistem ...................................................................................5
E. Manfaat Keanekaragaman Hayati............................................................................6
BAB III PENUTUP...........................................................................................................9
A. Kesimpulan .............................................................................................................9
B. Saran .......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN

2
A. Latar Belakang
Ekologi merupakan studi ilmiah tentang proses regulasi distribusi kelimpahan
dan salinginteraksi di antara mereka, dan sebuah studi tentang desain dari struktur dan
fungsi dari ekosistem. Istilah ekologi ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1866
oleh E. Haeckel (ahli biologi Jerman). Ekologi berasal dari dua akar kata Yunani
(oikos = rumah dan Logos=ilmu), sehinggasecara harfiah bisa diartikan sebagai kajian
organisme hidup dalam rumahnya.
Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa spesies tumbuh-tumbuhan yang
tumbuh bersama-sama pada satu tempat dimana antar individu penyusunnya terdapat
interaksi yang erat, baik diantara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan
yang hidup dalam lingkungan tersebut. Analisis vegetasi merupakan cara yang
dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi
yang ada.
Struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan dipengaruhi oleh komponen
ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara
alami merupakan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan. Struktur vegetasi adalah
suatu organisasi individu-individu di dalam ruang yang membentuk suatu tegakan.
Sedangkan komposisi hutan merupakan spesies-spesies penyusun yang menempati
vegetasi di suatu tempat (Rizka, 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana itu keanekaragaman gen
2. Bagaimana itu keanekaragaman spesies
3. Bagaimana itu keanekaragaman populasi
4. Bagaimana itu keanekaragaman ekosistem
5. Manfaat keanekaragaman hayati

C. Tujuan
1. Mengetahui keanekaragaman gen.
2. Mengetahui keanekaragaman spesies.
3. Mengetahui keanekaragaman populasi.
4. Mengetahui keanekaragaman ekosistem.
5. Mengetahui manfaat keanekaragaman hayati.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keanekaragaman Gen
Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik individu-individu suatu
populasi atau keanekaragaman genetik suatu spesies pada wilayah tertentu. Gen
adalah unit kromosom pembawa kode untuk pembuatan protein spesifik.
Keanekaragaman merupakan faktor utama dalam evolusi, meskipun prosesnya belum
sepenuhnya diketahui. Hal ini dikemukakan baik oleh Lamark maupun Darwin. Tanpa
adanya keanekaragaman, evolusi tidak terjadi. Di alam ada dua faktor yang bekerja
secara harmonis, yaitu: faktor yang mempertahankan keutuhan suatu jenis dan faktor
penyebab keanekaragaman. Apabila dilihat secara tersendiri, maka kedua faktor

4
tersebut seakan-akan bertentangan. Namun kedua faktor tersebut bekerja dengan
harmonis.
Variasi genetis muncul karena dalam organisasi molekulernya, individu
memiliki gen yang berbeda. Jumlah total gen yang ada pada suatu populasi disebut
gen pool. Pada organisme diploid masing-masing individu membawa gen-gen yang
berpasangan. Gen yang berpasangan tersebut discbut alel. Karena berpasangan, maka
jumlah total alel dalam suatu populasi adalah 2NG, dimana N = jumlah individu, G =
jumlah gen pada masing-masing individu.
Beragam alel dari suatu gen mungkin akan mempengaruhi perkembangan dan
fisiologi suatu organisme secara berbeda. Variasi genetik meningkat sewaktu
keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom dari induknya melalui
rekombinasi gen yang muncul selama meiosis, dan kombinasi baru disiapkan sewaktu
kromosom dari kedua induk dikombinasikan untuk membentuk keturunan yang unik
secara genetik.
Secara umum dapat dikatakan bahwa keanekaragaman genetic suatu populasi
ditentukan oleh proporsi loki polimorfik (lokus-lokus yang memiliki lebih dari satu
alel) pada suatu gen pool, rata-rata heterosigositas individu dalam satu populasi dan
jumlah alel per lokus. Spesies langka memiliki variasi genetik yang lebih sedikit dari
pada spesies yang umum dan karena itu lebih mudah punah jika kondisi lingkungan
berubah. Anjing mempunyai variabilitas genetik yang tinggi, sedangkan chetah sangat
rendah ( Amien S. 2011).
B. Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman hayati spesies adalah perbedaan yang dapat ditemukan pada
komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup pada suatu tempat. Menurut
Effendi (2010) keanekaragaman spesies merupakan karakteristik tingkatan komunitas
berdasarkan organisasi biologisnya. Keanekaragaman spesies disebut tinggi jika
terdiri dari banyak spesies dengan kelimpahan yang sama atau hampir sama. Artinya,
kelimpahan spesies memiliki kompleksitas yang tinggi karena terjadi interaksi yang
tinggi dan melibatkan kompetisi, rantai makanan, pembagian relung, serta tingkat
predasi suatu spesies.
Sebaliknya dikatakan rendah bila disusun oleh sedikit spesies dengan sedikit
yang dominan. Asumsi antara spesies-spesies dalam populasi yang sama-sama
terbentuk merupakan ide dari keanekaragaman. Interaksi satu dengan yang lainnya

5
pada lingkungan dengan berbagai cara menunjukkan jumlah spesies yang ada dan
kelimpahan relatifnya.
Magurran (1988) menyatakan bahwa keanekaragaman hayati tingkat spesies
terdiri atas dua komponen, yaitu variasi dan kelimpahan relatif spesies. Pada dasarnya
keanekaragaman spesies dibagi menjadi tiga, yaitu keanekaragaman a (alpha), B
(beta), dan y (gamma). Keanekaragaman α (alpha) maksudnya keanekaragaman
spesies pada suatu wilayah atau lanskap tempat pengambilan sampel. Kemudian
keanekaragaman B (beta) yaitu keanekaragaman antar wilayah pengambilan sampel
untuk melihat komposisi spesies dari suatu komunitas yang berbeda, sedangkan
keanekaragaman y (gamma) merupakan keanekaragaman suatu spesies pada kisaran
wilayah yang luas, atau secara sederhana keanekaragaman merupakan hasil
penggabungan dari keanekaragaman alfa dan beta (a dan ẞ).
Menurut Magurran (1988), keanekaragaman hayati tingkat spesies dapat
diukur berdasarkan jumlah spesies (species richness) dan kemerataan spesies
(evenness index) dengan menggunakan indeks keanekaragaman (diversity index).
Kemudian McNaughton dan Wolf (1998 dalam Maulina 2019) juga menyatakan
bahwa indeks keanekaragaman selain dapat diukur dengan kekayaan spesies, juga
dapat diukur dengan kelimpahan relatif spesies dan keanekaragaman taksonomi atau
filogenetik. Putrawan (2014) mengatakan bahwa keanekaragaman spesies dicirikan
oleh rasio antara jumlah spesies dan nilai kepentingannya (important value), seperti
banyak individu, biomassa, dan produktivitas. Diversitas akan rendah bila ekosistem
fisik dan biologis terkontrol. Hubungan antara spesies dengan jumlah dalam spesies
berbanding terbalik. Apabila dalam komunitas hanya terdapat beberapa spesies, maka
jumlah individunya sangat banyak untuk masing-masing spesies (spesies dominan).
Sebaliknya, apabila memiliki banyak spesies, maka individu masing-masingnya akan
sedikit (the rare species).
Indeks keanekaragaman merupakan ilustrasi secara matematik yang
mempermudah analisis informasi terkait jumlah individu serta berapa banyak jumlah
jenis individu yang ada dalam suatu area. Metode kuantitatif untuk mengukur
keanekaragaman spesies antara lain adalah indeks Simpson, Indeks Shannon (H)
information-theoretic indicates, dan evennes = kemerataan.
Keanekaragaman spesies (jenis) dipengaruhi oleh waktu, perbedaan ruang,
perbedaan ruang, kompetisi, pemangsaan, kestabilan iklim dan produktivitas (Kreb,
2000). Contohnya hasil penelitian yang mengatakan bahwa keanekaragaman serangga

6
pada umumnya sangat dipengaruhi oleh jenis vegetasi, iklim, garis lintang, dan
ketinggian tempat dari permukaan laut. Contoh keanekaragaman hayati tingkat
spesies:
Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat spesies pada tumbuhan atau
hewan, anda dapat mengamati antara lain ciri-ciri fisiknya seperti bentuk, ukuran
tubuh, warna, kebiasaan hidup dan lain-lain. Berikut ini merupakan beberapa contoh
keanekaragaman hayati tingkat spesies:
Contohnya tumbuhan dari famili (keluarga) Leguminosae (kacang-kacangan)
seperti: kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau, kacang panjang dan kacang buncis.
Pasti dengan mudah anda dapat membedakan jenis kacang-kacangan. tersebut
berdasarkan ciri-ciri yang berbeda antara satu kacang dengan kacang lainnya.
Perbedaannya bisa dari ukuran batang (ada yang pendek, ada yang tinggi), kebiasaan
hidup (ada yang merambat, ada juga yang tumbuh tegak), bentuk polong dan biji,
warna biji, jumlah biji, serta rasa.
Contoh lain dari keanekaragaman tingkat spesies adalah tanaman hias (bunga)
Begonia dari family Begoniaceae. Begonia merupakan jenis tanaman berbunga yang
mekar sepanjang tahun. Umumnya Begonia bisa ditemukan di daerah beriklim
subtropis atau tropis lembab, seperti Asia dan Amerika Selatan. Tanaman hias ini
adalah salah satu tanaman hias yang sangat diincar oleh banyak orang karena
kecantikannya ( Muhammad Nasril,dkk. 2022).
C. Keanekaragaman Populasi
Keragaman genetik adalah merupakan tingkatan yang paling rendah dalam tingkatan
keragaman hayati. Keragaman hayati mencakup segala aspek yang meliputi
keragaman habitat, komunitas, populasi dan jenis. Keragaman genetik ini dianggap
penting di samping keragaman hayati lainnya pada tingkatan yang tinggi seperti
ekosistem dan jenis. Hal ini disebabkan karena sumber daya genetik merupakan kunci
penting bagi suatu jenis untuk bertahan hidup sampai generasi yang akan datang.
Krisis biodiversitas atau keragaman hayati dimulai dari semakin menurunnya tingkat
keragaman genetik jenis. Keragaman genetik suatu populasi memiliki arti penting,
karena faktor yang mempengaruhi respons suatu populasi terhadap seleksi alam
maupun buatan yang dilakukan oleh manusia untuk mengeksploitasi sumber daya
hayati laut tersebut sesuai kebutuhannya. Populasi dengan keragaman genetik yang
tinggi memiliki peluang hidup yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena setiap gen
memiliki respons yang berbeda-beda terhadap kondisi lingkungan, sehingga dengan
7
dimilikinya berbagai macam gen dari individu-individu di dalam populasi maka
berbagai perubahan lingkungan yang ada akan dapat direspons lebih baik.
D. Keanekaragaman Ekosistem
Di lingkungan manapun Anda di muka bumi ini, maka Anda akan menemukan
makhluk hidup lain selain Anda. Semua makhluk hidup berinteraksi atau
berhubungan erat dengan lingkungan tempat hidupnya. Lingkungan hidup meliputi
komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotikmeliputi berbagai jenis
makhluk hidup mulai yang bersel satu (uni seluler) sampai makhluk hidup bersel
banyak (multi seluler) yang dapat dilihat langsung oleh kita. Komponen abiotik
meliputi iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dan kelembaban. Ini semua disebut faktor
fisik. Selain faktor fisik, ada faktor kimia, seperti salinitas (kadar garam), tingkat
keasaman, dan kandungan mineral.
Baik komponen biotik maupun komponen abiotik sangat beragam atau
bervariasi. Oleh karena itu, ekosistem yang merupakan interaksi antara komponen
biotik dengan komponen abiotik pun bervariasi pula.
Di dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalu
melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk hidup
dengan lingkungnnya atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik ini
menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem. Apa yang menyebabkan
terjadinya keanekaragaman tingkat ekosistem? Perbedaan letak geografis antara lain
merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentuk ekosistem Perbedaan letak
geografis menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya
perbedaan temperature, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya
penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan
fauna (hewan) yang menempati suatu daerah.
Di daerah dingin terdapat bioma Tundra. Di tempat ini tidak ada pohon, yang
tumbuh hanya jenis lumut. Hewan yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan
beruang kutub. Di daerah beriklim sedang terdpat bioma Taiga. Jenis tumbuhan yang
paling sesuai untuk daerah ini adalah tumbuhan conifer, dan fauna/hewannya antara
lain anjing hutan, dan rusa kutub.
Pada iklim tropis terdapat hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki
flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang sangat kaya dan beraneka ragam.
Keanekaragaman jenis-jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan
membentuk ekosistem yang berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman tingkat

8
ekosistem. Totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem menunjukkan terdapat pelbagai
variasi bentuk, penampakan, frekwensi, ukuran dan sifat lainnya pada tingkat yang
berbeda-beda merupakan keanekaragaman hayati ( Fajar Adinugraha. 2020).
Keanekaragaman hayati berkembang dari keanekaragaman tingkat gen,
keanekaragaman tingkat jenis dan keanekaragaman tingkat ekosistem.
Keanekaragaman hayati perlu dilestarikan karena didalamnya terdapat sejumlah
spesies asli sebagai bahan mentah perakitan varietas-varietas unggul. Kelestarian
keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem akan terganggu bila ada komponen-
komponennya yang mengalami gangguan.
Gangguan-gangguan terhadap komponen-komponen ekosistem tersebut dapat
menimbulkan perubahan pada tatanan ekosistemnya. Besar atau kecilnya gangguan
terhadap ekosistem dapat merubah wujud ekosistem secara perlahan-lahan atau secara
cepat pula. Contoh-contoh gangguan ekosistem, antara lain penebangan pohon di
hutan-hutan secara liar dan perburuan hewan secara liar dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem. Gangguan tersebut secara perlahan-lahan dapat merubah
ekosistem sekaligus mempengaruhi keanekaragaman tingkat ekosistem. Bencana
tanah longsor atau letusan gunung berapi, bahkan dapat memusnahkan ekosistem.
Tentu juga akan memusnahkan keanekaragaman tingkat ekosistem. Demikian halnya
dengan bencana tsunami ( Martha Alfiani. 2014).
E. Manfaat Keanekaragaman Hayati

Biodiversitas memiliki nilai intrinsik dan nilai kultural. Nilai intrinsik (nilai bawaan)
biodiversitas memiliki pengertian bahwa biodiversitas memiliki nilai estetika dan
manfaat. Manfaat senyawa-senyawa yang terkandung dalam biota perairan yang
berpotensi untuk dijadikan sebagai obat. Biodiversitas juga memiliki arti penting
berkaitan dengan kelestarian sumber daya hayati, termasuk kegiatan perikanan
komersial. Sedangkan nilai kultural dari biodiversitas antara lain adalah berpotensi
wisata, dapat menjadi sumber inspirasi, dan bagi beberapa kalangan masyarakat ada
yang menjadikan sebagai tradisi, misalnya tradisi menangkap cumi-cumi pada musim-
musim tertentu di daerah Gorontalo. Tidak dapat dipungkiri bahwa biodiversitas
adalah kunci utama bagi kesinambungan produksi perikanan, bukan hanya di
Indonesia, tetapi produksi perikanan di seluruh belahan dunia. Secara rinci manfaat
keanekaragaman hayati antara lain:

9
1. Sumber daya biologi berkelanjutan yang merupakan sumber kehidupan,
penghidupan, dan kelangsungan hidup bagi umat manusia, karena potensial
sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan, serta kebutuhan hidup
yang lain. Peran ini populer dikenal sebagai sumber daya genetik atau plasma
nutfah. Sumber daya genetik meliputi semua spesies hewan domestik dan liar,
mikroorganisme, dan tumbuhan yang berguna bagi manusia
2. Merupakan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Peran ekologi dalam proteksi alam, pengelolaan, dan penjagaan kualitas
lingkungan.
4. Mengembangkan sosial budaya umat manusia.
5. Membangkitkan nuansa keindahan yang merefleksikan penciptanya.

Keanekaragaman dapat digunakan sebagai ukuran dari kesehatan suatu ekosistem


hingga gen. Keanekaragaman hayati adalah sebagian fungsi dari iklim. Kajian pada tahun
2007 yang dilakukan oleh National Science Foundation menemukan bahwa
keanekaragaman genetik dan keanekaragaman hayati bergantung satu sama lainnya.
Keanekaragaman hayati dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu:

1. Keanekaragaman genetik, adalah berbagai variasi aspek biokimia, struktur, dan


sifat organisme yang diturunkan secara fisik dari induknya (orangtuanya). Genetik
ini dibentuk dari DNA (asam deoksiribonukleat) yang berbentuk molekul-molekul
yang terdapat pada hampir semua sel.
2. Keanekaragaman spesies, adalah kelompok organisme yang mampu saling
berbiak satu dengan yang lain secara bebas, dan menghasilkan keturunan, namun
umumnya tidak berbiak dengan anggota dari jenis lain.
3. Keanekaragaman ekosistem, adalah suatu unit ekologis yang memiliki komponen
biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dan antara komponen- komponen
tersebut terjadi pengambilan dan perpindahan energi, daur materi, dan
produktivitas.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

10
Keanekaragaman genetik adalah suatu tingkatan biodiversitas yang merujuk
pada jumlah total variasi genetik dalam keseluruhan spesies yang mendiami
sebagian atau seluruh permukaan bumi yang dapat didiami. Secara umum dapat
dikatakan bahwa keanekaragaman genetic suatu populasi ditentukan oleh proporsi
loki polimorfik (lokus-lokus yang memiliki lebih dari satu alel) pada suatu gen
pool, rata-rata heterosigositas individu dalam satu populasi dan jumlah alel per
lokus. Keanekaragaman hayati tingkat spesies ini menunjukkan keanekaragaman
atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam
genus yang sama atau familia yang sama. Pada berbagai spesies tersebut terdapat
perbedaan-perbedaan sifat. Keanekaragaman populasi adalah kumpulan dari
beberapa induvidual yang sejenis dalam suatu lingkungan dengan waktu tertentu.
Contohnya: populasi di sebuah kolam terdapat ikan lele, ikan gurame.
Keanekaragaman ekosistem merujuk pada keragaman habitat, yaitu tempat
berbagai jenis makhluk hidup melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi
dengan faktor abiotik dan biotik lainnya. Keanekaragaman hayati lebih dari
sekedar jumlah jenis-jenis flora dan fauna. keanekaragaman ekosistem merujuk
pada keragaman habitat, yaitu tempat berbagai jenis makhluk hidup
melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi dengan faktor abiotik dan biotik
lainnya. Keanekaragaman hayati lebih dari sekedar jumlah jenis-jenis flora dan
fauna.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jika ada kekurangan dan
kesalahan dalam menyusun ataupun menuliskan kalimat mohon dimaafkan dan
harap memberikan kritikan dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Amien S.Leksono,M.Si. PhD. 2011. Keanekaragaman Hayati. Malang: Universitas


Brawijaya Perss
Fajar Adinugraha dan Adisti Ratnapuri. 2020. Keanekaragaman Hayati. Yogyakarta:
Mirra Buana Media
Martha Alfiani. 2014. Biologi Keanekaragaman Hayati. Jakarta: Erlangga
Muhammad asril,dkk. 2022. Keanekaragaman Hayati. Jakarta: Yayasan Kita Menulis

11
Rizka, A. (2013). Study keanekaragaman tumbuhan herba pada area tidak bertajuk blok
curah jarak hutan musim taman nasional baluran. Jurnal biologi , 34.

12

Anda mungkin juga menyukai