Dari kedua pengertian di atas maka dapat disimpulkan, penyuluhan pertanian adalah
sebuah kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh kepada para petani untuk meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan para petani.
Memperkuat pengembangan pertanian yang maju dan modern dalam sistem pembangunan
yang berkelanjutan;
Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui
penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi,
pemberian peluang, peningkatan kesadaran, dan pendampingan serta fasilitasi;
Memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya penyuluhan yang produktif, efektif,
efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka, berswadaya, bermitra sejajar, kesetaraan
gender, berwawasan luas ke depan, berwawasan lingkungan, dan bertanggung jawab yang
dapat menjamin terlaksananya pembangunan pertanian;
Memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum bagi pelaku utama dan pelaku
usaha untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan
penyuluhan; dan
Mengembangkan sumber daya manusia, yang maju dan sejahtera, sebagai pelaku dan
sasaran utama pembangunan pertanian.
Wahjuti (2007) menyatakan bahwa tujuan penyuluhan pertanian yang paling utama
adalah agar terjadi dinamika dan perubahan-perubahan pada diri petani sebagai pelaku utama
pembangunan pertanian dan pelaku usaha beserta keluarganya. Dinamika dan perubahan-
perubahan yang diharapkan mencakup perilaku (behavior) yang meliputi pengetahuan,
ketrampilan dan sikap maupun kepribadian (personality) yang meliputi kemandirian,
ketidaktergantungan, keterbukaan, kemampuan kerjasama, kepemimpinan, daya saing dan
sensitive gender sehingga mereka mau dan mampu menolong dirinya sendiri dalam mengatasi
permasalahan-permasalahn untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.