Sejarawan mencatat bahwa Islam mulai memasuki Jakarta pada abad ke-9,
dan berkembang di sana pada abad ke-15.1 Pada saat itu, Jakarta memiliki nama
lain, yaitu Jayakarta. Penyebaran Islam disana terbilang memiliki dampak yang
besar bagi masyarakat, karena Jayakarta memiliki Sunda Kelapa, yaitu salah satu
pelabuhan penting kala itu.
1
Islamil Yaqob, Sejarah Islam di Indonesia, (Jakarta: Wijaya, 2001), hal. 42.
2
Ibid, hal. 43.
1
Hal ini diperkuat oleh adanya karya Al-Mas’udi dalam bukunya
Murujuzzahab yang menyatakan bahwa bangsa Arab telah terlebih dulu datang ke
Indonesia sebelum kedatangan Belanda.3 Bahkan di Jakarta saat itu sudah ada
Kampung Jawa yang dihuni oleh bangsa Arab untuk melaksanakan dakwah
Islamiyah, yang sekarang berada dalam kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung.
2
antara pemimpin Jayakarta dengan J.P Coen memunculkan terjadinya
peperangan antara kedua belah pihak.8
Pada tanggal 30 Mei 1619, nama Jayakarta diubah oleh Coen menjadi
Batavia. 9 Hal ini merupakan dampak yang dialami oleh pihak Jayakarta
setelah mengalami kekalahan dalam peperangan. Sejak itu, banyak kaum
pribumi melarikan diri ke pedalaman untuk menghindari penguasaan VOC.
Hal ini karena dahulunya Sunda Kelapa merupakan tempat yang ramai
dengan berbagai aktivitas. Sehingga memungkinkan agama Islam dapat
tersebar dengan cepat. Namun sejak runtuhnya Jayakarta, maka kegiatan
penyebaran agama Islam berpindah ke Kampung Melayu dan wilayah
Jatinegara dan sekitarnya.
Dengan berkembangnya Islam di Kampung Melayu dan wilayah
Jatinegara, hal ini telah mendorong pembangunan sarana ibadah untuk kaum
muslimin setempat. Bukti dari adanya aktivitas keislaman yang terjadi di
wilayah tersebut adalah keberadaan masjid As-Salafiyah di Jatinegara dan
masjid Al-Atiq di Kampung Melayu. 10 Pembangunan masjid Al-Salafiyah di
Jatinegara didirikan oleh Pangeran Jakarta yang merupakan putera Pangeran
Jayakarta Wijayakrama.
Aktivitas dakwah yang dilakukan oleh para Ulama selanjutnya relatif
dapat berjalan mulus. Namun sejak jatuhnya Jayakarta ke pihak Belanda yang
kemudian beralih nama menjadi Batavia membuat terhambatnya kegiatan
8
Yaqob, Op. Cit.
9
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1983), hal. 85.
10
Ibid, hal. 92.
3
penyebaran Islam. Hal ini karena orang-orang Belanda pada masa itu
mencoba menanamkan pengaruhnya terhadap pribumi.
Adanya upaya penanaman ajaran Kristen membuat perkembangan
Islam mendapat tantangan, apalagi pada masa itu pengaruh kebudayaan
Belanda berjalan sangat cepat. 11
Adanya pengajaran melalui gereja yang dilakukan oleh pihak Belanda
tidak membuat perjuangan penyebaran Islam menjadi terhenti. Hal ini
terbukti penduduk pribumi yang masih banyak melakukan kegiatan pengajian
baik itu di langgar, madrasah, maupun di rumah guru ngaji walaupun
jumlahnya lumayan terbatas. 12
Dengan digantikannya Jayakarta menjadi Batavia, hal itu membuat
wilayah tersebut menjadi berkembang. Apalagi Belanda mendirikan kantor-
kantor pemerintahan, rumah pejabat dan sebagainya.
Adanya semangat Islam yang berkobar di dalam sanubari pribumi
semakin meningkatkan adanya semangat anti penjajahan. Adanya serangan
dari Mataram pada tahun 1628 dan Banten pada tahun 1658 yang tidak
menyukai Batavia memiliki peranan bagi perkembangan Islam, mengingat
dua kerajaan tersebut berada dalam pengaruh Islam, walau akhirnya
kemenangan ada di pihak Belanda. Adanya berbagai peristiwa yang terjadi di
Jayakarta relatif berpengaruh terhadap kegiatan dakwah Islamiyah dan
perkembangan Islam di Jakarta pada abad ke-17.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberadaan pelabuhan Sunda
Kelapa sangatlah berperan bagi penyebaran agama Islam pertama di Jakarta.
Apabila dikaitkan dengan keberadaan Kerajaan Islam lainnya seperti Demak dan
Cirebon, maka kedua Kerajaan tersebut memiliki peran penting dalam penamaan
Jayakarta pada tahun 1527.
Jayakarta yang berada di bawah kepemimpinan para penguasa Islam
membuat penyebaran agama Islam semakin berkembang pesat. Pada abad ke-17
banyak sekali ulama yang berperan dalam menyiarkan agama Islam di Jakarta.
Adapun nama tokoh yang berperan bagi penyebaran Islam di Jakarta antara lain:
Datuk Wan, Datuk Makhtum, Haji Ahmad, Kyai Haji Mahmud serta para raja
yang pernah menjadi pemimpin Jayakarta.
11
Ibid, hal. 90.
12
Hoesin, Op. Cit., hal. 66.
4
6. Daftar Pustaka