Anda di halaman 1dari 2

Nama : Afifah Nur Pramudi

NIM :18/426063/SV/15205
Prodi : Pengelolaan Hutan

Kerukunan Umat Beragama

“Kerukunan” adalah perihal hidup rukun, sepakat dan damai, bersal dari kata “rukun”
yang artinya baik dan damai, tidak bertengkar, dsb. Kerukunan erat kaitannya dengan persatuan.
Tanpa kerukunan persatuan tak akan terwujud. Malah peraturan akan bubar kalau warganya
tidak rukun, tidak harmonis, terjadi pertengkaran antar warga umpanya. Di negara kita terdapat
unit terkecil wadah kerukunan tetangga (RT) dan rukun warga (RW) sangat membantu
terwujudnya kerukunan dan persatuan. RT terdiri dari beberapa keluarga, dan RW terdiri dari
beberapa RT. Kalau terjadi hal-hal yang sepele sekalipun yang kemungkinan menjadi pemicu
keruhnya suasana yang tidak harmonis, segera diupayakan penyelesaiannya di tingkat RT dan
kalau perlu sampai ke tingkat RW. Pengurus RT dan RW adalah terdiri dari anggota penduduk
setempat yang bekerja sosial secara suka rela dan ikhlas, tanpa digaji.
Rasa aman, damai, dan rukun yang nampak dalam masyarakat kita selama ini, hendaklah kita
pertahankan. Adanya wadah dari unit paling bawah RT dan RW, dapat mengantisipasi berbagai
kemungkinan yang akan mengganggu ketenangan, kedamaian, dan kerukunan dalam masyarakat.

Kerukunan Intern Umat Beragama


Kerukunan hidup umat beragama merupakan salah satu tujuan pembangunan bidang
keagamaan di Indonesia. Gagasan ini muncul terutama dilatarbelakangi oleh meruncingnya
hubungan antar umat beragama. Adapun sebab musabab timbulnya keteganagn umat beragama ,
dan antar umat beragama dengan pemerintah dapat bersumber dari berbagai aspek sebagai
berikut:

1. Sifat-sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah dan misi.
2. Kekurangan pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama pihak
lain.
3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan
memandang rendah agama lain.
4. Kaburnya batas antar sikap memegang teguh keyakinan agama toleransi dalam kehidupan
masyarakat.
5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran masing-masing pihak lain, baik antar umat
beragama, maupun antar umat beragama dengan pemerintah,
6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
Untuk mengatasi hubungan yang tidak harmonis ini dan untuk mencari jalan keluar bagi
pemecahan masalahnya, maka Prof. Dr. HA. Mukti Ali, ketika itu menjabat sebagai menteri
Agama, pada tahun 1971 melontarkan gagasan untuk melakukan dialog agama. Dialog agama
diperlukan sebagai usaha untuk mempertemukan tokoh-tokoh agama dalam rangka pembinaan
kerukunan umat beragama. Dialog agama bukanlah polemik tempat orang beradu argumentasi
lewat pesan. Dialog bukan debat untuk saling mengemukakan kebenaran pendapat dari seseorang
dan mencari kesalahan pendapat orang lain. Dialog bukan berusaha mempertahankan
kepercayaan karena merasa terancam. Dialog agama pada hakikatnya adalah suatu percakapan
bebas, terus terang dan masalah kehidupan bangsa, baik material maupun spiritual. Oleh karena
itu perlu dikembangkan prinsip “agree in disagrement” (setuju dalam perbedaan). Hal ini berarti
setiap dialog agama harus berlapang dada dalam sikap dan perbuatan (Tarmizi Taher, 1997:5)

Kita hendak menyadari bahwa masalah yang menyangkut kehidupan beragama merupakan
masalah yang sangat peka dan sensitif di dalam masyarakat. Oleh karena itu dialog kerukunan
merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi hal-hal yang dapat merusak kerukanan hidup
umat beragama.

Jadi, kerukunan umat beragama adalah terciptanya hubungan yang harmonis dan dinamis, rukun,
dan damai di antara sesama umat beragama, yaitu hubungan yang harmonis antara sesama umat
dalam satu agama, antara umat yang berbeda agama dan antara umat bergama dengan
pemerintah. Kerukunan umat beragama ini sangat diperlukan dalam menciptakan kehidupan
yang damai dan harmonis. Saling menghargai dan tidak menganggap agama lain rendah menjadi
kunci dalam menjaga kerukunan umat beragama. Kemudian dialog antar umat beragama harus
dilakukan dalam rangka membina kerukunan umat beragama.

Sumber Referensi:
Dr. Kaelany HD., MA. 2009. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/09/01/73949/kerukunan-umat-
beragama/#ixzz5PHwpayfZ 

Anda mungkin juga menyukai