Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

MANAJEMEN PARASIT IKAN

DISUSUN OLEH :

Nizar Niwashika

2020.02.5.0015

PRODI PERIKANAN

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HANG TUAH

SURABAYA
2023
1. Monogenea Trematoda
1.1 Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Monogenea
Ordo : Monopisthocotylea,Polyopisthocotylea
Parasit trematoda monogenea pada insang atau yang lebih dikenal
dengan cacing insang memiliki panjang tubuh berkisar antara 0,7-0,9 mm
dengan lebar 0,05-0,10 mm. Monogenea adalah kelas dari anggota hewan tak
bertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. Hewan dari
kelas Monogenea umumnya parasit. Hewan ini juga tidak memiliki rongga
tubuh. Monogenea mempunyai sistem pencernaan sederhana yang mencakup
lubang mulut, usus, serta anus. Contohnya Noebenedenia.
1.2 Siklus Hidup
Pada tahap awal hidupnya, Monogenea memiliki sebuah organ mirip
kait di bagian posteriornya yang disebut haptor. Hewan dewasa
memiliki prohaptor (untuk makan) dan opisthaptor (untuk menempel).
Monogenea dapat ditemukan dikulit, sirip, dan insang ikan.
Perkembangan parasit trematoda monogenea sangat cepat di perairan.
Telur yang menetas di perairan akan berenang menggunakan cilia yang disebut
oncomirasidium untuk mencari insang definitif yang sesuai dan berkembang
infektif pada ikan tersebut (Rohde, 2005). Perkembangan parasit mencapai
dewasa terjadi di insang, tepatnya di lamella primer insang (Grabda, 1991).
Oncomirasidium masuk ke dalam sel epitel lamella primer dengan memakan
sel epitel lamella primer dan tulang rawan hyalin yang ada pada lamella primer
dan membentuk kista di dalamnya.
Monogenea biasanya hermafrodit. Siklus hidupnya tidak mengalami
reproduksi aseksual. Pada reproduksinya dihasilkan telur yang akan mengalami
tahap larva, disebut onkomirasidium. Hewan dewasanya memakan darah,
lendir, serta sel-sel epitel inangnya.
1.3 Cara infeksi pada Inang
Parasit insang (monogenea trematoda) menyerang dan menginfeksi
insang ikan, sehingga secara kasat mata sulit untuk menentukan apakah ikan
tersebut terinfeksi parasit insang. Gejala klinis kerapu yang terinfeksi parasit
insang seperti nafsu makan menurun, berenang abnormal di permukaan air, dan
tubuh menjadi pucat (Zafran et al., 1998).
Menurut Isshiki et al. (2007), ikan yang terinfeksi biasanya
menunjukkan gejala seperti menggosokgosokan operkulum insangnya pada
dinding tangki yang menyebabkan abrasi dan pendarahan pada kulit operkulum
atau permukaan tubuh yang diikuti oleh infeksi sekunder sesekali dengan
Vibrio spp. Ikan yang terinfeksi menjadi lesu dan melayang di dekat
permukaan air atau diam di dasar bak pemeliharaan. Ikan akan menghasilkan
lendir keputihan di seluruh permukaan tubuh, ditambah insang pucat dan organ
dalam karena berkurangnya nafsu makan. Infestasi trematoda monogenea pada
insang dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Insang bisa membengkak
dan pucat, laju pernapasan bisa meningkat, dan ikan akan kurang toleran
terhadap kondisi oksigen rendah. Pada ikan dengan gangguan pernapasan
parah akan terlihat berenang ke atas permukaan air untuk menghirup udara
(gasping). Sejumlah besar trematoda monogenea pada kulit atau insang dapat
menyebabkan kerusakan dan mortalitas yang signifikan (Reed et al., 2012).
1.4 Cara Pengendalian
1. Dengan cara mempertahankan kualitas air terutama stabilitas suhu air >29℃.
2. Mengurangi kadar bahan organik terlarut dan meningkatkan frekuensi
pergantian air.
3. Memberikan treatment pengobatan dengan cara memberikan beberapa jenis
desinfektan antara lain :
- Larutan garam dapur pada konsentrasi 500-10.000 ppm (tergantung jenis
dan umur ikan) selama 24 jam.
- Larutan kalium permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam.
- Larutan formalin pada dosis 25 - 50 ppm selama 24 jam atau lebih.
- Asam asetat glasial 0,5 ml/L selama 30 detik setiap 2 hari selama 3-4 kali.
Sumber : BPKIL Serang.
2. Dactylogyriasis sp
2.1 Klasifikasi

Phylum : Plathyhelmintes
Kelas : Trematoda
Ordo : Dactylogyridea
Famili : Dactylogyridae
Genus : Dactylogyrus
Species : Dactylogyrus sp
Dactylogyrosis adalah penyakit ikan yang disebabkan oleh infeksi
cacing Dactylogyrus sp.pada insang. Umumnya cacing ini menyerang pada
spesies-spesies ikan air tawar. Cacing Dactylogyrus merupakan cacing
golongan Trematoda Monogenea. Bentuk cacing ini pipih seperti daun. Ukuran
panjang cacing ini antara 0,2 – 0,5 mm dan dapat mencapai 2 mm pada cacing
dewasa (Anonim, 2004).
2.2 Siklus Hidup
Siklus hidup cacing ni secara langsung, di mana cacing ini berkembang
biak secara ovipar dan menghasilkan telur-telur yang memiliki filamen yang
panjang. Telur-telur cacing akan berkembang menjadi onchomiracidium, yang
selanjutnya akan menempel pada insang ikan.

2.3 Cara Infeksi pada Inang


Sebagian besar monogenea baik yang menyerang kulit maupun insang
mampu membuat perubahan yang berarti pada tingkat kerusakan dan mortalitas.
Infeksi sekunder dari bakteri dan jamur dapat terjadi pada jarinngan yang telah
rusak oleh monogenea (Reed et al, 2005). Semua Dactylogyrus sp. akan
merangsang sekresi mukus berlebihan, dapat menyebabkan tepi lamella insang
tercabik atau luka.
Pada infeksi berat akan mengganggu penyerapan oksigen sehingga ikan
kekurangan oksigen dan operkula memerah (Irianto, 2005). Kulit juga pucat,
bintik-bintik merah dibagian tubuh tertentu, produksi lendir tidak normal dan
pada sebagian atau seluruh tubuh berwarna lebih gelap, sisik dan kulit
terkelupas. Organ target Dactylogyrus adalah lamela primer (Kordi, 2004).
Gejala yang dapat diamati pada ikan yang terinfeksi parasit Dactylogyrus sp.
adalah :
- Frekuensi pernafasan ikan meningkat
- Ikan kehilangan keseimbangan untuk berenang
- Kulit banyak mengeluarkan lendir
- Warna tubuh pucat
- Siri-siripnya menguncup
2.4 Cara Pengendalian
Pengendalian dan treatment yang dapat dilakukan pada ikan yang
terinfeksi parasit Dactylogyrus sp,yaitu dengan cara :

1. Mempertahankan suhu air >29 ℃


2. Menjaga stamina dan meningkatkan ketahanan tubuh
3. Menjaga kualitas air, dan frekuensi pergantian air lebih sering
4. Perendaman dalam larutan Kalium
5. Permanganat (PK) pada dosis 0,01%
6. Perendaman dalam larutan garam dapur (NaCl) 1-2% selama 10
menit, dilakukan berulang-ulang
7. Perendaman dalam larutan formalin 25-40 ppm selama 12-24 jam

3. Gyrodactylosis salaris

3.1 Klasifikasi

Phylum : Vermes
Class : Trematoda
Ordo : Monogenea
Famili : Gyrodactylidae
Genus : Gyrodactylus
Spesies : Gyrodactylus sp.
Gyrodactylus salaris bertahan pada semua suhu antara 0°C dan 25°C.
Toleransi terhadap suhu di atas 25°C tidak diketahui. Itu tidak tahan terhadap
pembekuan. Salaris Gyrodactylus tidak tahan kekeringan dan harus dikelilingi
oleh air untuk bertahan hidup. Gyrodactylussalaris mati setelah beberapa hari
pada pH 5. Ikan ini lebih sensitif terhadap pH rendah (5,1<pH<6,4) dalam
kaitannya dengan aluminium dan seng dari pada ikan salmon Atlantik inang.

3.2 Siklus Hidup

Gyrodactylus salaris merupakan parasit obligat dengan siklus hidup


langsung. Parasit melahirkan keturunan hidup, dan tidak ada telur, tahap
istirahat, tahap transmisi khusus atau inang perantara. Kelangsungan hidup
parasit yang terlepas bergantung pada suhu, misalnya sekitar 24 jam pada
19°C , 54 jam pada 13°C, 96 jam pada 7°C dan 132 jam pada 3°C. Demikian
pula, kelangsungan hidup yang menempel pada inang mati bergantung pada
suhu: G.salaris dapat bertahan hidup pada salmon Atlantik mati selama 72, 142,
dan 365 jam masing-masing pada suhu 18, 12, dan 3°C

3.3 Cara infeksi pada inang

Salaris Gyrodactylus terjadi pada sirip salmon Atlantik yang paling


terinfeksi, tetapi preferensi lokasi tergantung pada intensitas infeksi ,MOTA
(1992). Parasit juga banyak ditemukan di tubuh dan lebih jarang di insang.
Pada inang lain, distribusinya mungkin berbeda, tetapi pada beberapa spesies
inang parasit relatif lebih sedikit pada sirip dan relatif lebih umum pada tubuh
dibandingkan dengan salmon.
Gyrodactylus salaris telah menyebar antara sungai dan peternakan
terutama dengan pengangkutan/penimbunan kembali ikan hidup.Migrasi ikan
yang berenang melalui air payau juga dapat menyebabkan penyebaran parasit
antar sungai. Jika G.salaris diperkenalkan ke tambak/tangki dengan salmon
Atlantik yang rentan, kemungkinan besar semua ikan di tambak akan
terinfeksi , tergantung tata letak tambak. Sungai dengan salmon Atlantik yang
rentan terletak di dekat sungai yang terinfeksi berisiko besar terkena infeksi
jika sungai ini terletak di dalam sistem air payau yang sama. Meskipun
G.salaris terutama hidup di air tawar, dia bereproduksi secara normal pada
salinitas hingga 5–6 ppt. Kelangsungan hidup pada salinitas yang lebih tinggi
bergantung pada suhu. Misalnya pada suhu 1,4°C, G.salaris dapat bertahan
selama 240 jam, 78 jam dan 42 jam pada salinitas 10 ppt, 15 ppt dan 20 ppt,
sedangkan pada suhu 12°C dapat bertahan selama 72 jam, 24 jam dan 12 jam.
jam pada tiga salinitas yang sama, masing-masing (Soleng A dan Baketa, tahun
1997).

Adapun tahapan gejala yang dialami pada ikan yang terinfeksi


Gyrodactylus salaris yaitu Pada fase awal penyakit, peningkatan flashing (ikan
menggaruk kulitnya di substrat) adalah tipikal. Belakangan, ikan bisa menjadi
keabu-abuan karena peningkatan produksi lendir dan siripnya bisa terkikis.
Ikan yang sakit lesu dan biasanya ditemukan di air yang bergerak lambat.
Flashing biasa terjadi pada ikan budidaya yang terinfeksi sedang hingga berat
saat mereka menggaruk kulitnya di bagian bawah atau dinding tangki atau
kolam. Ikan yang terinfeksi berat mungkin telah mengurangi aktivitas dan
bertahan dalam arus bawah.

Ikan yang terinfeksi berat dapat menjadi keabu-abuan sebagai akibat


peningkatan musifikasi, dan pada tahap selanjutnya sirip punggung dan dada
dapat menjadi keputihan akibat peningkatan ketebalan (terutama hipertrofi)
epidermis. Ikan yang terinfeksi berat mungkin telah mengikis sirip, terutama
sirip punggung, ekor, dan dada, karena di makan oleh parasit.

3.4 Cara Pengendalian


Gyrodactylus salaris peka terhadap perubahan komposisi kimia air. Ini peka
terhadap bahan kimia yang paling umum digunakan untuk perawatan
perendaman parr salmon dan telur salmon (misalnya air asin salinitas tinggi,
formaldehida dan senyawa yang mengandung klorin dan yodium). Selain itu,
G.salaris sensitif terhadap larutan aluminium sulfat ([Al2(SO4)3] yang sedikit
asam . Karena AlS kurang beracun bagi ikan daripada G.salaris di perairan yang
diasamkan sedang, bahan kimia ini telah digunakan dalam upaya membasmi
parasit dari sistem sungai di Norwegia. Telur yang dipindahkan dari peternakan
yang terinfeksi harus didesinfeksi (menggunakan senyawa yang mengandung
yodium).

Salah satu pengendalian Dactylogyrus sp. dilakukan dengan metode


perendaman terhadap ikan yang terserang parasit. Bahan pengobatan yang
dilakukan dalam peneliltian ini adalah garam karena murah, mudah didapat,
ramah lingkungan dan efektif untuk mengendalikan ektoparasit pada lingkungan
air tawar, serta dapat menghambat pertumbuhan ektoparasit pada ikan
(Hadiroseyani, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Monogenea#Referensi
Zafran, Roza, D., Koesharyani, I., Jhonny, F., & Yuasa, K. (1998). Manual for fish
diseases diagnosis. Marine fish and crustacean diseases in Indonesia. Gondol
Research Station for Coastal Fisheries, Central Research Institute for Fisheries,
Agency for Agriculture Research and Development and Japan International
Cooperation Agency, p. 1-44
Rohde, K. (2005). Marine parasitology. Australia: CSIRO Publishing, p. 189-196
Grabda, J. (1991). Marine fish parasitology. Warszawa: PWN–Polish Scientific
Publishers, 305 pp.
Isshiki, T., Nagano, T., & Miki, K. (2007). Occurrence of a monogenean gill parasite
Pseudorhabdosynochus epinepheli on red spotted grouper Epinephelus akaara
and its experimental treatment by hydrogen peroxide bathing. Fish Pathology,
42(1), 71-74.
Reed, P., Floyd, R.F., Klinger, R.E., & Petty, D. (2012). Monogenean parasites of fish.
University of Florida. Florida.
https://kkp.go.id/djpb/infografis-detail/14384-dactylogyriasis-cacing-insang
https://empangqq.com/2015/03/14/diagnosa-infeksi-dactylogyrus-sp/
http://repository.dharmawangsa.ac.id/419/6/BAB%20II_16310012.pdf
MOTA (1992). Variasi musiman dalam prevalensi dan intensitas infestasi
Gyrodactylus salaris Malmberg, 1957 (Monogenea: Gyrodactylidae) pada ikan
salmon Atlantik, Salmo salar L., di Sungai Batnfjordselva, Norwegia. J. Fish
Biol., 41, 697–707.
SOLENG A. & BAKKE TA (1997). Toleransi salinitas Gyrodactylussalaris
(Platyhelminthes, Monogenea):studi laboratorium. Bisa. J. Ikan. Aquat. Sci.,
55, 1837–1845
Hadiroseyani, Y., Hariyadi., Nuryati. 2006. Inventarisasi parasit lele dumbo Clarias
sp.di Daerah Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(2): 167-177.

Anda mungkin juga menyukai