Anda di halaman 1dari 13

Manajemen

Parasit Ikan
Nizar Niwashika
20200250015
Monogenea Trematoda
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Monogenea
Ordo : Monopisthocotylea,Polyopisthocotyla.

Parasit trematoda monogenea pada insang atau yang lebih


dikenal dengan cacing insang memiliki panjang tubuh
berkisar antara 0,7-0,9 mm dengan lebar 0,05-0,10 mm.
Monogenea adalah kelas dari anggota hewan yang tidak
bertulang belakang yang termasuk dalam filum
Platyhelminthes.
Siklus Hidup
Pada tahap awal hidupnya, Monogenea memiliki sebuah organ mirip kait di bagian
posteriornya yang disebut haptor. Hewan dewasa memiliki prohaptor (untuk makan)
dan opisthaptor (untuk menempel). Monogenea dapat ditemukan dikulit, sirip, dan
insang ikan.
Monogenea biasanya hermafrodit. Siklus hidupnya tidak mengalami reproduksi aseksual.
Pada reproduksinya dihasilkan telur yang akan mengalami tahap larva,
disebut onkomirasidium. Hewan dewasanya memakan darah, lendir, serta sel-sel epitel
inangnya.
Cara Infeksi pada Inang

Menurut Ishiki et al. (2007), ikan yang terinfeksi biasanya menunjukkan gejala seperti
menggosok gosokan operkulum insangnya pada dinding tangki yang menyebabkan abrasi dan
pendarahan pada kulit operkulum atau permukaan tubuh yang diikuti oleh infeksi sekunder
sesekali dengan Vibrio spp.

Infeksi trematoda monogenea pada insang dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Insang
bisa membengkak dan pucat, laju pernapasan bisa meningkat, dan ikan akan kurang toleran
terhadap kondisi oksigen rendah. Pada ikan dengan gangguan pernapasan parah akan terlihat
berenang ke atas permukaan air untuk menghirup udara (gasping). Sejumlah besar trematoda
monogenea pada kulit atau insang dapat menyebabkan kerusakan dan mortalitas yang signifikan
(Reed et al., 2012).
Cara Pengendalian
1. Dengan cara mempertahankan kualitas air terutama stabilitas suhu air >29 ℃.
2. Mengurangi kadar bahan organik terlarut dan meningkatkan frekuensi pergantian air.
3. Memberikan treatment pengobatan dengan cara memberikan beberapa jenis
desinfektan antara lain :
• Larutan garam dapur pada konsentrasi 500-10.000 ppm (tergantung jenis dan umur
ikan) selama 24 jam.
• Larutan kalium permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam.
• Larutan formalin pada dosis 25 - 50 ppm selama 24 jam atau lebih.
• Asam asetat glasial 0,5 ml/L selama 30 detik setiap 2 hari selama 3-4 kali.
Sumber : BPKIL Serang.
Dactylogyriasis sp

Phylum : Plathyhelmintes
Kelas : Trematoda
Ordo : Dactylogyridea
Famili : Dactylogyridae
Genus : Dactylogyrus
Species : Dactylogyrus sp
Dactylogyrosis adalah penyakit ikan yang disebabkan oleh infeksi
cacing Dactylogyrus sp pada insang. Umumnya cacing ini
menyerang pada spesies-spesies ikan air tawar. Cacing
Dactylogyrus merupakan cacing golongan Trematoda Monogenea.
Bentuk cacing ini pipih seperti daun. Ukuran panjang cacing ini
antara 0,2 – 0,5 mm dan dapat mencapai 2 mm pada cacing dewasa
(Anonim, 2004).
Siklus Hidup
Cara Infeksi pada Inang

Sebagian besar monogenea baik yang menyerang kulit


maupun insang mampu membuat perubahan yang berarti pada
tingkat kerusakan dan mortalitas. Infeksi sekunder dari bakteri
dan jamur dapat terjadi pada jarinngan yang telah rusak oleh
monogenea (Reed et al, 2005). Semua Dactylogyrus sp. akan
merangsang sekresi mukus berlebihan, dapat menyebabkan
tepi lamella insang tercabik atau luka.
Gejala yang dapat diamati pada ikan yang terinfeksi parasit
Dactylogyrus sp. adalah :
- Frekuensi pernafasan ikan meningkat
- Ikan kehilangan keseimbangan untuk berenang
- Kulit banyak mengeluarkan lendir
- Warna tubuh pucat
- Siri-siripnya menguncup
Cara Pengendalian

Pengendalian dan treatment yang dapat dilakukan pada ikan yang terinfeksi parasit
Dactylogyrus sp,yaitu dengan cara :
1. Mempertahankan suhu air >29 ℃
2. Menjaga stamina dan meningkatkan ketahanan tubuh
3. Menjaga kualitas air, dan frekuensi pergantian air lebih sering
4. Perendaman dalam larutan Kalium
5. Permanganat (PK) pada dosis 0,01%
6. Perendaman dalam larutan garam dapur (NaCl) 1-2% selama 10 menit, dilakukan
berulang-ulang
7. Perendaman dalam larutan formalin 25-40 ppm selama 12-24 jam
Gyrodactylosis salaris

Klasifikasi
Phylum : Vermes
Class : Trematoda
Ordo : Monogenea
Famili : Gyrodactylidae
Genus : Gyrodactylus
Spesies : Gyrodactylus sp.
Gyrodactylus salaris bertahan pada semua suhu antara 0°C dan 25°C.
Toleransi terhadap suhu di atas 25°C tidak diketahui. Itu tidak tahan
terhadap pembekuan. Salaris Gyrodactylus tidak tahan kekeringan
dan harus dikelilingi oleh air untuk bertahan hidup.
Gyrodactylussalaris mati setelah beberapa hari pada pH 5. Ikan ini
lebih sensitif terhadap pH rendah (5,1<pH<6,4) dalam kaitannya
dengan aluminium dan seng dari pada ikan salmon Atlantik inang.
Siklus Hidup

Gyrodactylus salaris merupakan parasit obligat dengan siklus hidup


langsung. Parasit melahirkan keturunan hidup, dan tidak ada telur, tahap
istirahat, tahap transmisi khusus atau inang perantara. Kelangsungan
hidup parasit yang terlepas bergantung pada suhu, misalnya sekitar 24
jam pada 19°C , 54 jam pada 13°C, 96 jam pada 7°C dan 132 jam pada
3°C. Demikian pula, kelangsungan hidup yang menempel pada inang
mati bergantung pada suhu: G.salaris dapat bertahan hidup pada salmon
Atlantik mati selama 72, 142, dan 365 jam masing-masing pada suhu 18,
12, dan 3°C
Cara infeksi pada inang

Adapun tahapan gejala yang dialami pada ikan yang terinfeksi


Gyrodactylus salaris yaitu Pada fase awal penyakit, peningkatan flashing
(ikan menggaruk kulitnya di substrat) adalah tipikal. Belakangan, ikan
bisa menjadi keabu-abuan karena peningkatan produksi lendir dan
siripnya bisa terkikis. Ikan yang sakit lesu dan biasanya ditemukan di air
yang bergerak lambat. Flashing biasa terjadi pada ikan budidaya yang
terinfeksi sedang hingga berat saat mereka menggaruk kulitnya di bagian
bawah atau dinding tangki atau kolam. Ikan yang terinfeksi berat
mungkin telah mengurangi aktivitas dan bertahan dalam arus bawah
Cara Pengendalian

Salah satu pengendalian Dactylogyrus sp. dilakukan dengan metode


perendaman terhadap ikan yang terserang parasit. Bahan pengobatan yang
dilakukan dalam peneliltian ini adalah garam karena murah, mudah didapat,
ramah lingkungan dan efektif untuk mengendalikan ektoparasit pada
lingkungan air tawar, serta dapat menghambat pertumbuhan ektoparasit pada
ikan (Hadiroseyani, 2009).

Anda mungkin juga menyukai