Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MENGIDENTIFIKASI PERBEDAAN IKAN JANTAN DAN BETINA


SECARA PRIMER

M GATHAN RAPOUNDRA ILYAS


21744018

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Tujuan........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUN PUSTAKA.............................................................................................5
2.1 Pengertian Reproduki................................................................................5
A. Nisbah Kelamin.........................................................................................5
B. Tingkat kematangan gonad.......................................................................5
C. Indeks kematangan gonad (IKG)..............................................................7
D. Fekunditas..................................................................................................7
E. Diameter telur dan pola pemijahan...........................................................8
BAB III....................................................................................................................9
METODOLOGI PRAKTIKUM..............................................................................9
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................9
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................9
3.3 Prosedur Kerja...........................................................................................9
BAB IV..................................................................................................................10
PEMBAHASAN....................................................................................................10
4.1 Seksualitas...............................................................................................10
4.2 Sifat Seksual Primer................................................................................10
4.3 Hasil.........................................................................................................14
BAB V....................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
5.1 Kesimpulan..............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Asia ada lebih dari 1300 spesies ikan Cyprinidae yang dimanfaatkan sebagai
sumber makanan baik perikanan tangkap, budidaya dan spesies hias. Namun saat ini hanya
sedikit yang baru dibudidayakan dan masih banyak spesies lain yang memiliki potensi untuk
dikembangkan (Penman, Gupta, dan Dey, 2005). Di daerah tropis seperti Indonesia,
komunitas ikan perairan tawar didominasi oleh famili Cyprindae. Menurut Kottelat, Whitten,
Kartikasari dan Wiroatmojo (1993), beberapa dari ikan family Cyprinidae ini adalah ikan
yang masih ditemukan liar di alam. Sehingga untuk memperolehnya baru hanya didapatkan
dari alam.

Pengetahuan mengenai perbedaan jenis kelamin dalam budidaya ikan sangat penting
dalam penentuan induk jantan dan betina yang akan digunakan dalam proses pemijahan pada
kegiatan pembenihan ikan. Pada umumnya suatu spesies ikan terdiri dari dua jenis kelamin,
betina dan jantan. Penentuan jenis kelamin ikan dapat dilakukan dengan mengetahui perbedaan
ciri kelamin (seksual) pada ikan jantan dan ikan betina. Ciri seksual ikan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu ciri seksual sekunder dan ciri seksual primer.

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia telah menempatkan ikan


nila sebagai salah satu ikan budidaya air tawar yang mempunyai nilai ekonomis penting dan
merupakan salah satu dari 10 komoditas utama kegiatan budidaya. Terkait dengan program
tersebut, maka sudah tepat apabila anggota pokdakan di seluruh Indonesia ditingkatkan
keterampilannya dalam melakukan budidaya ikan nila agar target pemerintah tersebut dapat
tercapai. Salah satu kegiatan budidaya ikan nila yang akhir-akhir ini banyak diminati adalah
pemeliharaan tunggal kelamin, khususnya tunggal kelamin jantan, mengingat pertumbuhan
ikan jantan relatif lebih cepat daripada ikan betina. Akan tetapi cara memproduksi benih nila
1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui perbedaan jantan dan betina pada ikan nila dan mas secara primer.
2. Untuk mengetahui perbedaan kelamin jantan dan betina pada ikan nila dan mas
secara primer.
3. Untuk mengetahui dimana letak kelamin jantan dan betina pada ikan nila dan ikan mas.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Pengertian Reproduki

Reproduksi merupakan aspek yang penting dalam pengelolaan suatu sumber daya
perairan. Keberhasilan suatu spesies ikan dalam daur hidupnya ditentukan dari kemampuan
anggotanya untuk bereproduksi di lingkungan yang berfluktuasi dan menjaga keberadaan
populasinya (Moyle & Cech 2004). Beberapa aspek reproduksi antara lain: Nisbah kelamin,
tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas dan sebaran diameter telur
merupakan mata rantai dalam siklus ikan yang berhubungan dengan mata rantai lain untuk
menjamin kelangsungan hidup spesies tersebut (Nikolsky 1963)

A. Nisbah Kelamin

Nisbah kelamin adalah perbandingan ikan jantan dan ikan betina dalam suatu
populasi. Untuk beberapa spesies ikan, perbedaan jenis kelamin dapat ditentukan
melalui perbedaan morfologi tubuh (dimorfisme seksual) (Tjakrawidjaja 2006 ;
Satyani 2003) atau perbedaan warna tubuh (dikromatisme seksual) antara ikan jantan
dan betina. Nisbah kelamin 1 : 1 merupakan kondisi yang ideal (Ball & Rao 1984).
Tetapi di alam sering terjadi penyimpangan dari kondisi yang ideal, hal ini disebabkan
oleh adanya pola tingkah laku bergerombol antara ikan jantan dan ikan betina,
perbedaan laju mortalitas dan pertumbuhan. Apabila dilihat dari segi laju pemijahan,
bahwa perbandingan kelamin dapat berubah menjelang dan selama proses pemijahan
(Nikolsky 1963). Dalam ruaya ikan untuk memijah terjadi perubahan nisbah kelamin
secara teratur. Pada awalnya ikan jantan dominan daripada ikan betina, kemudian
nisbah kelamin berubah menjadi 1:1 diikuti dengan dominansi ikan betina.
Perbandingan jenis kelamin dapat digunakan untuk menduga keberhasilan pemijahan,
yaitu dengan melihat imbangan jumlah ikan jantan dan ikan betina di suatu perairan,
juga berpengaruh terhadap produksi, rekruitmen, dan konservasi sumberdaya ikan
tersebut (Effendie 2002).

B. Tingkat kematangan gonad

Tingkat kematangan gonad (TKG) merupakan tahap perkembangan gonad sebelum


dan sesudah ikan memijah (Effendie, 1979). Perkembangan gonad merupakan bagian
dari
proses reproduksi. Terjadinya perkembangan gonad ini sebagai akibat adanya proses
vitellogenesis, yaitu proses akumulasi di dalam sel telur (Effendie 2002). Pencatatan
perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui
perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi atau tidak. Berdasarkan tahap
kematangan gonad juga dapat diketahui kapan ikan akan memijah, baru memijah atau
sudah memijah. Pendugaan puncak pemijahan dapat dilakukan berdasarkan persentase
jumlah ikan yang matang gonad pada suatu waktu (Sulistiono et al. 2006). Lagler et al.
(1977) menyatakan bahwa ada dua faktor yang memengaruhi saat pertama kali ikan
matang gonad, yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor dalam antara lain :
perbedaan spesies, umur, ukuran serta sifat-sifat fisiologi dari ikan tersebut seperti
kemampuan adaptasi terhadap lingkungan. Sedangkan faktor luar yang
mempengaruhinya yaitu makanan, suhu, arus, dan adanya individu yang berlainan
jenis kelamin yang berbeda dan tempat berpijah yang sama. Tiap-tiap spesies ikan
pada waktu pertama kali gonadnya matang memiliki ukuran yang tidak sama,
demikian juga dengan ikan yang spesiesnya sama. Misalnya pada ikan gabus (Channa
striata) betina di suaka perikanan Sungai Sambujur DAS Barito, Kalimantan Selatan,
yang mulai matang gonad pada ukuran 14 cm (Makmur & Prasetyo 2006)
dibandingkan dengan ikan gabus betina di DAS Musi yang matang kelamin pada
ukuran 18 cm (Makmur 2003). Perbedaan ukuran ini terjadi akibat perbedaan kondisi
ekologis perairan (Blay & Egeson 1980 dalam Makmur & Prasetyo 2006). Faktor
utama yang memengaruhi kematangan gonad ikan antara lain suhu, dan makanan
selain faktor keberadaan hormon (Tang & Affandi 2000). Implan hormon dapat
mempercepat kematangan gonad ikan jambal siam (Pangasius hypopthalmus)
(Ernawati 2002). Penambahan vitamin E pada pakan dapat mempercepat kematangan
gonad pada ikan beronang (Siganus canaliculatus) (Lamidi et al. 1996). Dalam
reproduksi, sebelum pemijahan ukuran gonad akan mencapai puncaknya pada waktu
ikan akan memijah, kemudian menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung
sampai selesai (Effendie 1979). Parameter fisika juga dapat berpengaruh terhadap
pemijahan ikan, misalnya posisi matahari dan fase bulan yang dapat mempengaruhi
pemijahan pada ikan giru (Amphiprion percula) (Yusuf et al. 2001). Keberadaan ikan
TKG III dan IV di suatu daerah mengindikasikan bahwa adanya ikan yang memijah di
daerah tersebut.
C. Indeks kematangan gonad (IKG)

Indeks kematangan gonad merupakan cara untuk mengetahui perubahan yang terjadi
pada gonad pada setiap kematangan secara kuantitatif. Menurut Effendie (1979),
Indeks kematangan gonad (IKG) adalah perbandingan antara bobot gonad dengan
bobot tubuh ikan yang dinyatakan dalam persen (%). Sejalan dengan pertumbuhan
gonad, gonad akan semakin bertambah berat dan bertambah besar mencapai ukuran
maksimum ketika ikan akan memijah. Pada TKG yang sama, IKG ikan jantan akan
berbeda dengan IKG ikan betina. Umumnya IKG ikan betina akan lebih besar
daripada IKG ikan jantan. Misalnya pada ikan lemuru (Sardinella longiceps)
(Tampubolon et al. 2002). Hal ini disebabkan perbedaan ukuran gonad ikan jantan
dengan gonad ikan betina. Ovarium (betina) lebih berat daripada testis (jantan).
Pertambahan bobot gonad pada ikan betina adalah 10-25% dari bobot tubuh dan pada
ikan jantan hanya 5- 10% (Tang & Affandi 2000). Namun ada juga IKG ikan jantan
yang lebih besar daripada IKG ikan betinanya, misalnya pada ikan paray (Dewantoro
dan Rachmatika, 2004) dan ikan buntal (Sulistiono et al. 2001) IKG ikan kerapu sunu
(Plectropomus leopardus) di perairan Sulawesi dan Maluku berkisar antara 0,10-
3,23%. Ikan kerapu sunu dinyatakan telah matang gonad apabila IKG lebih besar dari
1,5% (Andamari 2005).

D. Fekunditas

Fekunditas merupakan jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan
memijah (Effendie 2002). Menurut Nikolsky (1969), fekunditas individu adalah jumlah
telur dari generasi tahun itu yang dikeluarkan pada tahun itu pula. Royce (1972)
mengemukakan bahwa fekunditas total diartikan sebagai jumlah telur yang dihasilkan
oleh ikan selama hidupnya, sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur persatuan
bobot atau panjang. Besarnya fekunditas suatu spesies dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain fertilitas, frekuensi pemijahan, perlindungan induk (parental care),
kondisi lingkungan, kepadatan populasi, ketersediaan makanan, ukuran panjang dan
bobot ikan, ukuran diameter telur, dan faktor lingkungan (Satyani 2003; Moyle &
Cech 2004).
E. Diameter telur dan pola pemijahan

Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang suatu telur yang diukur
dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Ukuran diameter telur dipakai untuk
menentukan kualitas telur (Effendie, 2002). Telur yang berukuran besar akan
menghasilkan larva yang berukuran lebih besar dari pada telur yang berukuran kecil.
Perkembangan diameter telur semakin meningkat dengan meningkatnya tingkat
kematangan gonad, karena semakin mendekati waktu pemijahan.Frekuensi pemijahan
dapat diduga dari pola penyebaran diameter telur dalam gonad yang sudah matang,
yaitu dengan melihat modus penyebarannya. Ikan dengan sebaran frekuensi diameter
telur yang modus penyebarannya satu adalah ikan yang mengeluarkan telur yang telah
matang serentak (pemijahan serentak) misalnya Puntius gonionotus, Puntius
bramoides, Mystacoleucus marginatus (Kartamihardja, 1996) dan ikan nilem
(Osteochillus hasseltii) (Brojo dan Sjafei, 2002). Ikan-ikan yang memiliki modus
sebaran frekuensi diameter telur lebih dari satu mengindikasikan bahwa ikan tersebut
merupakan ikan yang memijah sebagian atau bertahap (pemijahan sebagian), misalnya
ikan butini (Glossogobius matanensis) (Sulistiono et al., 2006), ikan janjan bersisik
(Parapocryptes sp) (Sulistiono et al., 2007), dan ikan tajuk emas (Pristipomoides
multidens) (Hukom et al., 2006
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan praktek lapang ini dilaksanakan di Laboratorium B Politeknik Negeri


Lampung. Jalan Soekarno-Hatta No.10, Rajabasa, Bandar Lampung, Lampung Indonesia,
35141. pada tanggal 04 April 2022, Pukul 15:48 -s/d.

3.2 Alat dan Bahan

Alat :
 Cawan petri
 Timbangan
 Alat bedah
 Nampan seng
 Baskom kecil

Bahan :
 Ikan nila jantan dan betina
 Ikan mas betina

3.3 Prosedur Kerja

1. Mengambil ikan lalu ditimbang


2. Amati ikan kemudian dibedah
3. Mengamati letak gonad
Mengambil gonad ikan dan ditimbang kembali
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Seksualitas

Sebagian besar spesies ikan adalah gonokoristik (dioecious), di mana sepanjang


hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama. Gonokoristik terdiri atas dua kelompok: 1)
kelompok yang tidak berdifferensiasi, artinya pada waktu juvenil, jaringan gonad dalam
keadaan belum dapat di identifikasi (jantan atau betina) ; 2) kelompok yang berdiffrensiasi
artinya sejak stadia juvenil sudah tampak jenis kelamin ( jantan atau betina).

Secara umum seksualitas ikan dibedakan: Ikan jantan, ikan betina. Ikan jantan dicirikan
dengan kemampuan ikan untuk menghasilkan gamet jantan (spermatozoa) dan Ikan betina
dicirikan dengan kemampuan ikan untuk menghasilkan gamet betina (ovum). Untuk
membedakan ikan jantan dan ikan betina dapat secara langsung melihat organ reproduksinya
dengan cara membedah dan melihat gonad yang dimiliki ikan. Umumnya gonad ikan
bentuknya memanjang, longitudinal dan berjumlah satu pasang, terletak di bawah gelembung
renang. Pada beberapa ikan golongan catfish gonad jantan berbentuk pipih seperti pita dan
bergerigi, sehingga bila dilakukan striping pada ikan jantan, sperma (milt) sulit keluar. Pada
ikan mas gonad ikan jantan berbentuk seperti tabung, sehingga mudah keluar. Secara tidak
langsung untuk menentukan jenis kelamin dengan melihat ciri-ciri seksual sekunder, yaitu
terhadap performa ikan dengan melihat warnanya, ukuran, dan ciri-ciri lain yang dimiliki.

4.2 Sifat Seksual Primer

Sifat seksual primer pada ikan tandai dengan adanya organ yang secara langsung
berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan p embuluhnya pada ikan betina,
dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Dilakukan dengan cara membedah rongga
perut, hingga dapat ditemukan gonad jantan (testis) dengan salurannya atau gonad betina
(ovarium) dan salurannya.
Gamabar 1.1 Anatomi dan morfologi organ reproduksi ikan nila

Alat kelamin betina, yaitu ovarium. Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak,
terletak pada anterior rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium
kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang. Saluran reproduksi
Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya berfusi yang memiliki satu ostium
yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre.

Gambar 2.1 Organ reproduksi ikan betina pada ikan mas

Gamabar 3.1 Organ reproduksi ikan betina pada ikan nila (Ovarium).
Oviduk ikan, sempit pada bagian anterior dan posteriornya. Pelebaran selanjutnya pada
uterus yang bermuara di kloaka. Pada teleostei punya oviduk pendek dan berhubungan
langsung dengan ovarium. Pada bagian posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang.

Alat kelamin jantan meliputi kelenjar kelamin dan saluran kelamin. Kelenjar kelamin jantan
disebut testis. pembungkus testikular yang mengelilingi testis, secara luas menghubungkan
jaringan-jaringan testis, membentuk batasan-batasan lobular yang mengelilingi germinal
epitelium. Spermatozoa dihasilkan dalam lobul yang dikelilingi sel-sel sertoli yang
mempunyai fungsi nutritif. Saluran sperma terdiri dari dua bagian : pertama berbatasan
dengan testis, berguna untuk membuka lobul ( juxta testicular part) dan bagian lainnya adalah
saluran sederhana yang menghubungkan bagian posterior testis ke genital papila. pada
beberapa ikan, misalnya pada ikan salmon, tidak memiliki kantong seminal, tetapi bagian luar
saluran sperma terdapat sel-sel yang berfungsi mengatur komposisi ion-ion seminal dan
mengekresi hormon.

Gambar 4.1 Organ reproduksi ikan jantan (testis).

Gambar 5.1 Organ reproduksi ikan jantan (testis dan saluranya).


Testis adalah organ reproduksi jantan yang terdapat berpasangan dan terletak di bawah tulang
belakang. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan
suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis pada jantan tersebut akan
mulai membesar pada saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas
deferens menuju celah/ lubang urogenital. Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada
dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang
kasar. Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus.

Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus, bagian anterior akan
menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus
deferen. Bagian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, dari sini
akan terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan bermuara di kloaka. Pada Teleostei
saluran dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menggunakan lubang yang sama.

Gambar 6.1 Penimbangan bobot pada ikan nila

Gambar 7.1 Penimbangan bobot ovarium pada ikan nila.


4.3 Hasil

Hasil dari praktikum mengidentifikasi perbedaan ikan jantan dan betina secara Primer
di Laboratorium B Politeknik Negeri Lampung adalah :

Tabel 1. Hasil identifikasi perbedaan ikan jantan dan betina secara sekunder
Jenis Bobot Bobot
No Kelompok Kelamin Ikan Gonad

1 1 Jantan 100 gr 0,78 gr


2 1 Jantan 100 gr 0,24 gr
3 2 Jantan 100 gr 0,46 gr
4 2 Jantan 90 gr 0,14 gr
5 3 Betina 140 gr 55,58 gr
6 3 Jantan 90 gr 1,57 gr
7 4 Betina 100 gr 1,15 gr
8 4 Betina 400 gr 35,52 gr
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan bagian dari sistem reproduksi
yang terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada ikan betina disebut
ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta salurannya. Pada prinsipnya, seksualitas
pada ikan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina.
1. Ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma.
2. Ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur.

Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung
berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina,
dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual sekunder ialah tanda- tanda
luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina.
waktu masih muda warna keputih-putihan dan menjadi kekuning-kuningan pada saat
matang.
DAFTAR PUSTAKA

http://scholar.unand.ac.id/17824/2/BAB.%20I.PENDAHULUAN%281%29.pdf

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/9317/fix%20prosiding%20SNPBS%20201
7%20Final%20Akhir%20fix%20deal%2023%20AGUSTUS_p106-p118.pdf?sequence=1

https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/66450/1/Beberapa%20Aspek%20Biologi%2
0Reproduksi%20Ikan%20Sebagai%20Dasar%20Konservasi.pdf

http://dspace.hangtuah.ac.id:8080/xmlui/bitstream/handle/123456789/118/BUKU%20AJAR%20BIO
REPRO.pdf?sequence=1&isAllowed=y

https://fpik.bunghatta.ac.id/files/downloads/E- book/Sistem%20Organ
%20Ikan/bab_10_sistem reproduksi.pdf

Anda mungkin juga menyukai