TUGAS AKHIR
OLEH :
NURLAELA
1522050219
TUGAS AKHIR
OLEH :
NURLAELA
1522050219
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Dr. Ir. H. Darmawan, M.P Dr. Nur Alam Kasim, S.Pi, M.Si
NIP : 19670202 199803 1 002 NIP : 19730620 200212 1 001
Nama : Nurlaela
Nim : 1522050219
Jurusan : Agribisnis
Menyetujui,
Tim Penguji :
Mengetahui,
Ketua Program Studi,
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir tidak terdapat karya yang
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
Nurlaela
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT Tuhan pencipta alam dan seluruh
isinya atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada
kita semua dalam menjalani setiap aktifitas keseharian kita. Tak lupa juga saya
haturkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan bagi
para ummatnya dan rahmat bagi seluruh alam semesta sehingga kita dapat
dilaksanakan mulai dari bulan Januari sampai bulan April 2018 di PT. Mustika
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta
akhir ini dapat selesai tepat pada waktunya. Selain itu terima kasih pula penulis
haturkan kepada beberapa pihak yang turut berperan dalam penyusunan tugas
3. Dr. Nur Alam Kasim.,S,Pi., M,Si selaku Ketua Jurusan Agribisnis Perikanan
5. Dr. Nur Alam Kasim., S,Pi., M,Si selaku Penguji I dan Nurjannah Bando,
Utara.
10. Sahabat saya Rismayanti Mustaman, Murni, Sri wahyuni Darwis, Rosmawati,
terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya
Penulis
DAFTAR ISI
Hal.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah.................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian................................................................... 4
1.5. Hal Baru Dalam Karya Ilmiah/Penelitian ................................. 4
Hal.
Tabel 2.1. Persyaratan Mutu ......................................................................... 14
Tabel 4.1. Jumlah Karyawan Berdasarkan Status dan Tingkat
Pendidikan.................................................................................... 32
Tabel 5.1. Tim HACCP PT. Mustika Minanusa Aurora................................. 60
Tabel 5.2. Deskripsi Produk .......................................................................... 63
Tabel 5.3. Rencana Penggunaan Produk ........................................................ 65
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 5.1. Proses Pengolahan Udang Windu Beku Headless Pada
PT. Mustika Minanusa Aurora ................................................... 37
Gambar 5.2. Penerapan Prinsip HACCP Pada Pengolahan Udang
Windu Beku Headless Pada PT. Mustika Aurora ...................... 38
Gambar 5.3. Proses Pengangkutan Udang ..................................................... 40
Gambar 5.3. Diagram Alir ............................................................................ 66
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
PENDAHULUAN
Indonesia terletak didaerah tropis yang kaya akan berbagai macam hasil
Jepang diantara negara pengeskpor lainnya. Hal ini menunjjukkan bahwa hasil
menghasilkan devisa negara yang cukup tinggi. Perikanan adalah semua kegiatan
yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan
perikanan maka periode Januari hingga Agustus 2016 mencapai 136, 3 ribu ton
dengan nilai sebesar US$ 1,13 milyar. Secara volume, ekspor udang naik 6,84%
dan secara nilai ekspor udang naik 3,75% dibanding tahun 2015 (KKP, 2016).
negeri maupun di luar negeri. Pembekuan udang merupakan salah satu cara
Tercatat data dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Tarakan,
dalam lima tahun terakhir produksi udang windu di Kalimatan Utara sebesar
70.000 sampai 10.000 ton per tahun. Dari jumlah tersebut hampir 70% di
antaranya diekspor ke Jepang dan sisanya ke negara Eropa, Amerika dan negara-
negara Asia (Taiwan, Hongkong, Cina dan Korea). Diperkirakan kebutuhan udang
Point (HACCP) yang mampu memberikan jaminan mutu dan keamanan hasil
penuh dari manajemen dan tenaga kerja. HACCP dapat diterapkan pada seluruh
rantai pangan dari produk primer sampai pada konsumsi akhir dan penerapannya
harus di pedomani dengan bukti secara ilmiah terhadap resiko kesehatan manusia.
kebijakan yang berupa PERMEN RI No. 57 pasal 15 ayat 3 tahun 2015 tentang
sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan serta peningkatan nilai
tambah produk hasil perikanan dan penerapan Hazard Analysis Critical Control
mencegah atau mengurangi bahaya yang kemungkinan dapat timbul pada setiap
yang bergerak dalam bidang penanganan dan pengolahan udang mentah beku
yang berada di daerah Tarakan, Kalimantan Utara. Daerah yang menjadi tujuan
pertimbangan diatas untuk itulah dalam tugas akhir ini, penulis mengambil judul
“Penerapan Prinsip HACCP pada pengolahan udang windu beku headless pada
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dalam tugas
akhir yaitu :
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
dunia kerja.
TINJAUAN PUSTAKA
Udang windu atau biasa disebut udang pacet memiliki kulit yang tebal
dan keras, berwarna hijau kebiruan dengan garis melintang yang lebihgelap, ada
dengan udang-udang yang lain. Udang windu bersifat euryhaline, yakni secara
alami bisa hidup di perairan yang berkadar garamdengan rentang yang luas, yakni
tiger shrimp, atau tiger prawn. Udang windu menurut Mujiman dan Suyanto
tergolong ke dalam
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Genus : Penaeus
C. Morfologi
bagian, yakni bagian kepala yang menyatu dengan bagian dada (kepala-dada)
disebut cephalothorax dan bagian perut (abdomen) yang terdapat ekor dibagian
belakangnya. Semua bagian badan beserta anggota anggotanya terdiri dari ruas-
ruas (segmen). Kepala-dada terdiri dari 13 ruas, yaitu kepalanya sendiri 5 ruas dan
dadanya 8 ruas, Sedangkan bagian perut terdiri atas 6 segmen dan 1 telson. Tiap
ruas badan mempunyai sepasang anggota badan yang beruas-ruas. Seluruh tubuh
tertutup oleh kerangka luar yang disebut eksoskeleton, yang terbuat dari zat chitin.
Udang windu memiliki toleransi yang luas terhadap salinitas sampai pada
kisaran 35-45 ppt. Pertumbuhan udang windu ditunjukkan pada adanya proses
pergantian kulit (moulting). Kondisi udang saat ganti kulit sangat lemah sehingga
akan sangat mudah diserang oleh sesama udang lainnya. Hal ini disebabkan udang
untuk menghindari ancaman tersebut. Udang windu aktif di malam hari dalam
mencari makan. Makanan dari udang ini sangat bervariasi yaitu dari jenis
crustacea rendah, moluska, ikan-ikan kecil, cacing, larva serangga, maupun sisa
bahan organik.
E. Habitat
Udang windu bersifat bentik, dan menyukai dasar perairan yang lembut,
biasanya terdiri dari campuran lumpur dan pasir. Udang windu lebih suka
moulting, hal ini dilakukan udang untuk menghindari pemangsaan. Udang dewasa
bertelur di laut kemudian larva yang menetas bergerak ke daerah muara. Semakin
dewasa udang akan bergerak secara berkelomok menuju ke laut untuk melakukan
perkawinan.
Produk olahan yang diamati adalah produk udang windu beku headless.
Untuk mendapatkan mutu udang windu beku headless yang memenuhi standar,
maka harus dilakukan penanganan dan pengolahan yang baik dan benar akan
memberi mutu terhadap udang kupas mentah beku yang memenuhi standar sesuai
dengan SNI. Tahapan penanganan dan pengolahan udang windu beku headless
sebagai berikut:
mendapatkan bahan baku sesuai dengan spsesifikasi, bahan baku dengan atau
tanpa kepala yaitu semua jenis udang segar komsumsi hasil penangkapan atau
budidaya dan bahan baku berasal dari perairan yang tidak tercemar dan bebas dari
kontaminasi kimia dan mikroba patogen karena kurangnya sanitasi dan higiene.
Bahan baku kemudian ditangani secara hati-hati, cepat, cermat dan saniter dengan
2) Pencucian I
Selain itu sebagaimana telah diketahui bahwa salah satu cara untuk mendapatkan
bahan baku yang bersih sesuai dengan cara pencucian yaitu bahan baku dicuci
menggunakan air mengalir secara cepat, cermat dan saniter dengan dalam kondisi
3) Pemotongan Kepala
mendapatkan bahan baku tanpa kepala (headless) dan cara pemotongan kepala
yaitu kepala udang dipotong dengan atau tanpa alat pemotong dari bagian atas
kepala ke bawah secara cepat, cermat dan saniter dengan dalam kondisi dingin.
Potensi bahaya yaitu kontaminasi mikroba patogen karena kurangnya sanitasi dan
higiene.
4) Pencucian II
sesuai spesifikasi dan cara pencucian yaitu bahan baku dicuci menggunakan air
mengalir secara cepat, cermat dan saniter dengan dalam kondisi dingin. Potensi
bahaya yaitu kontaminasi mikroba patogen karena kurangnya sanitasi dan higiene.
5) Sortasi
penangananya adalah bahan baku dipisahkan berdasarkan jenis, mutu, dan ukuran
dimana sortasi mutu dilakukan secara organoleptik dan sortasi dilakukan secara
hati-hati, cepat, cermat dan saniter dengan dalam kondisi dingin. Potensi bahaya
6) Penimbangan
Sesuai SNI 2705: 2014 tentang udang beku tujuan penimbangan yaitu
secara cepat, cermat dan saniter dengan dalam kondisi dingin. Potensi bahaya
proses penanganan dan pengolahan hasil perikanan salah satunya adalah mecuci
tangan.
7). Pencucian III
Sesuai SNI 2705 : 2014 tentang tujuan pencucian III adalah mendapatkan
bahan baku yang bersih sesuai spesifikasi dan cara pencucian yaitu bahan baku
dicuci menggunakan air mengalir secara cepat, cermat dan saniter dengan dalam
kurangnya sanitasi dan higiene . SNI 3457 : 2014 suhu air maksimal -5°C
Berdasarkan sesuai SNI 2705: 2014 tentang tujuan penyusunan dalam pan
yaitu untuk mendapatkan susunan udang yang rapi dan sesuai denga spesifikasi
yang bebas dari mikroba patogen dan cara penyusunan udang dalam pan adalah
udang disusun dalam pan pembekuan satu persatu sesuai spesifikasi dan proses
penyusunan dilakukan secara cepat, cermat dan saniter dengan dalam kondisi
9). Pembekuan
mendapatkan produk beku dalam suhu pusat maksimum -18ºC dimana produk
dibekukan dengan pembekuan cepat, dengan cara disusun dalam pan selanjutnya
dimasukkan dalam alat pembeku Contact Plate Freezer (CPF), atau Air Blast
Freezer (ABF) untuk Semi Block dan Frozen Block, sedangkan untuk Individual
Quick Frezing (IQF), produk di sebar secara merata di atas konvayer Belt IQF
atau di tebar dalam pan dan dibekukan dalam ABF hingga mencapai suhu pusat
melapisi produk agar tidak terjadi pengeringan pada ssat penyimpanan. Untuk
produk frozen block di celupkan dalam air dingin atau di siram air dingin. Potensi
penanganan.
11). Pengemasan
masukkan dalam plastik, selanjutnya di masukkan dalam inner carton yang telah
di beri label. Pengemasan di lakukan secara cepat, cermat, dan saniter. Potensi
bahaya yaitu kontaminasi bakteri patogen karena kurannya sanitasi dan higiene
untuk menjamin produk bebas dari serpihan logam yang dapat membahayakan.
spesimennya. Proses dilakukan secara cepat, cermat, dan saniter. Potensi bahaya
13). Penyimpanan
d) Memenuhi batas maksimum cemaran kimia, biologis, fisik, dan racun hayati,
sehingga kadar cemaran yang terdapat dalam bahan baku tersebut tidak
tentang “yang dimaksud dengan bahan baku bermutu segar adalah bahan baku
yang bebas dari setiap bau yang menandakan pembusukan, bebas dari tanda
masuknya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam perairan
sehingga ikan yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan sebagai bahan baku.”
Bahan baku udang beku menurut SNI 2705: 2014, tentang persyaratan
bahan baku udang segar. Udang beku adalah produk dari udang segar yang
baku udang segar komsumsi hasil penangkapan atau budidaya, bentuk bahan
baku berupa udang segar dan atau tanpa kepala. Bahan baku berasal, dan dari
Mutu bahan baku harus bersih, bebas dari setiap bau yang menandakan
pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari sifat-sifat
Udang berbau segar, teksturnya elastis, padat dan kompak. Persyaratan mutu dan
keamanan udang beku sebagai bahan baku sesuai SNI SNI 2705: 2014, dapat
dilihat pada Tabel 2.1 persyaratan mutu dan keamanan udang beku.
Tabel 2.1 Persyaratan mutu dan keamanan udang beku
- Vibrio APM/g
parahaemolyticus
c. cemaran logam
- Benda asing
e. Cemaran fisik 0
- Filth
Bahan pembantu merupakan bahan yang terdiri dari atas komponen bahan-
1). Air
Air yang dipakai dalam sebagai bahan penolong untuk kegiatan diunit
2). Es
pengolahan harus dibuat secara higiene dan dari sumber air yang bersih dan
1. Pengertian HACCP
bahaya (hazard) yang kemungkinan dapat terjadi pada setiap tahapan dari rantai
persediaan makanan. Konsepsi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
7) Pencatatan.
titik kritis.
2. Penerapan HACCP
pencegahanya, penentuan titik titik kritis (CCP), penentuan batas kritis, penetapan
Utusan Tim ini harus dipilih oleh pihak manajemen (komitmen pihak
manajemen adalah syarat paling awal yang harus ada untuk mensukseskan
personil dengan pengetahuan dan keahlian spesifik produk tertentu cukup tersedia.
Tim HACCP terdiri dari personil yang bertanggungjawab dan terlibat langsung
HACCP, tim ini merancang program yang akan dilaksanakan. Apabila dalam
pembuatan program ini timbul masalah yang tidak dapat diselesaikan, tim ini
dapat meminta saran dari tenaga ahli di luar tim. Dalam pembentukan tim
2) Deskripsi Produk
Pada kegiatan ini tim akan mencatat penggunaan produk, cara penyajian,
harus dibuat termasuk informasi mengenai komposisi, struktur fisik atau kimia
(termasuk Aw, pH, dll). Menurut Purwiyatno dan Ratih tim HACCP memulai
pekerjaanya dengan mendeskripsikan produk pangan yang akan disusun rencana
HACCPnya.
sehingga dapat ditentukan tingkat resiko dari masing masing produk. Rencana
Afrianto perlu ditentukan secara tegas target grup, yaitu pemakai akhir dari
produk tersebut. Beberapa contoh target grup antara lain bayi, orang dewasa,
lanjut usia. Pada kasus-kasus tertentu penggunaan produk oleh populasi yang
Menurut SNI ISO bahwa diagram alir harus memberikan dasar untuk
keamanan pangan.
Menurut Edy Afrianto sebagai penyusun alur proses tim HACCP harus
dengan kondisi di lapangan. Satu persatu kegiatan yang tercantum di dalam alur
pencegahan.
1) Bahaya biologi
2) Bahaya kimia
bahan kimia yang sengaja ditambahkan, bahan pengawet, bahan pewarna, bahan
organ tubuh.
3) Bahaya fisik
Berasal dari adanya benda-benda asing seperti pecahan kaca atau gelas,
logam (peniti, klip steples), potongan kayu, rambut, serpihan plastik, tulang,
Critical Control Points (CCP) atau titik kendali kritis adalah suatu titik
keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan atau dikurangi sampai tingkat yang
dapat diterima. Penetapan CCP dilakukan setelah melalui tahap analisis bahaya,
yaitu analisis risiko ditandingkan peluang kejadian yang menentukan apakah titik,
Q1. Apakah ada tindakan pencegahan pada tahap ini atau berikutnya terhadap
Q2. Apakah tahap ini didesain khusus untuk menghilangkan atau mengurangi
Jika ya : CCP
yang diperbolehkan ?
Q4. Apakah proses selanjutnya akan dapat menghilangkan bahaya atau mampu
Batas kritis atau critical limit merupakan suatu batas maksimum yang
tidak boleh dilampaui. Untuk itu perlu dilakukan pengawasan atau monitoring
agar tidak terjadi penyimpangan yang melampaui titik kritis pada CCP. Apabila
tindakan perbaikan.
suatu prosedur pengolahan dan penanganan pada CCP (Critical Control Point)
evektifitas proses untuk mengendalikan CCP dan batas kritisnya dalam menjamin
dilakukan pada setiap CCP. Untuk setiap CCP harus ditetapkan prosedur
ditemukan kondisi kesalahan serius atau kritis atau juga bila batas kritis telah
timbul. Untuk setiap CCP harus dibuat secara tertulis berbagai petunjuk koreksi
menentukan bahwa sistem HACCP telah sesuai dengan rencana HACCP yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan dilakukan secara efektif dan konsisten,
lebih baik bila verifikasi dilakukan secara internal dan eksternal (Murniyati dan
Darwanto).
1) Internal apabila audit dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan sendiri,
misalnya anggota manajemen atau tim verifikasi yang ditunjang oleh uji
produk.
e) Merupakan sumber tinjauan data yang diperlukan apabila ada audit HACCP.
f) Catatan HACCP memusatkan pada isu keamanan pangan untuk dapat cepat
mengidentifikasi masalah.
1) Jika HACCP tidak diterapkan secara benar maka tidak akan menghasilkan
2) Bila hanya dilaksanakan oleh satu orang atau kelompok kecil industri
METODOLOGI
Tugas akhir ini disusun berdasarkan data yang diambil selama kurang
lebih tiga bulan dari tanggal 15 Januari – 2 April 2018 di PT. Mustika Minanusa
Aurora.
a. Data primer
Menurut sutrisno 2013 data primer merupakan data yang diperoleh dengan
primer dari tugas akhir dilakukan dengan cara pencatatan hasil observasi
b. Data sekunder
yang terkait.
a. Metode Wawancara
pada pengolahan udang windu beku headless pada PT. Mustika Minanusa Aurora.
b. Observasi
obyek, atau kejadian yang sistemis tanpa adanya pertanyaan dan komunikasi
dengan individu-individu yang diteliti. Observasi pada tugas akhir ini dilakukan
c. Literatur
media sosial seperti internet, dll sebagai pelengkap informasi data yang diperoleh
dalam tugas akhir ini diperoleh dari laporan-laporan, pustaka yang menunjang,
data dokumentasi, dan data dari PT. Mustika Minanusa Aurora tentang penerapan
d. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif adalah observasi dimana peneliti ikut melakukan apa yang
dilakukan dalam penerapan Prinsip HACCP pada pengolahan udang windu beku
headless
Jenis data yang digunakan penulis dalam tugas akhir yaitu deskriptif.
a. Penerapan
individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan.
b. Prinsip
c. HACCP
tahapan dari rantai persediaan makanan (Nomor 57 Tahun 2015 pasal 20 ayat 2
b).
d. Udang
atau danau. Udang dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang
berukuran besar baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman
bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah
permukaan.
e. Pengolahan
f. Udang beku
Udang beku adalah produk dari udang segar yang mengalami perlakuan
h. Produk
Produk adalah udang yang telah diolah dari bahan baku yang biasa menjadi