Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS QUALITY CONTROL PROSES PRODUKSI TUNA KALENG

DI PT. BLAMBANGAN FOODPACKERS INDONESIA (BFPI)

Oleh :
Dennys Andrian Chrisnugroho 171710101056

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
Bab 3 Bab 5
• Profil
• Pendahuluan • Penutup
• Metodologi Perusahaan
• Pembahasan
Kegiatan

Bab 1 Bab 4 Bab 6


BAB 1 . PENDAHULUAN
Latar Belakang
• Bahan Pangan yang biasa dikonsumsi bersifat mudah membusuk (perishable food) karena
itu dalam pengolahannya perlu dilakukan dengan cepat dan tepat
• Pengalengan merupakan salah satu cara mengawetkan makanan terutama ikan dari proses
pembusukan. pengalengan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak secara
hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang
kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba patogen (penyebab
penyakit) dan pembusuk (Adawiyah 2007).

• PT. Blambangan FoodPakers Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
pengalengan ikan. Setiap proses yang ada di perusahaan ini tidak lepas dari pengawasan pengendalian
mutu yang secara berkala terus dilakukan. Pengendalian mutu menjadi sangat penting agar produk
akhir yang dihasilkan benar benar bermutu tinggi dan memiliki kandungan gizi yang tetap terjaga.

• Pengendalian mutu (quality control) merupakan kegiatan yang tidak bisa terlepaskan dari dunia
industri pangan untuk menjaga mutu produk agar terjamin sampai ke tangan konsumen, sehingga
konsumen merasa aman untuk mengkonsumsi suatu produk pangan tersebut.
• Melatih jiwa profesionalisme mahasiswa dalam penerapan
pengetahuan dan teknologi hasil pertanian atau teknologi
Tujuan pangan pada industri pengolahan ikan tuna kaleng dan
pengalengan ikan tuna
• Mempelajari Quality Control / pengendalian mutu pada
produksi tuna kaleng di PT. Blambangan Foodpackers
Indonesia

• Meningkatkan kualitas leadership mahasiswa melalui


praktek secara langsung di dunia kerja.
• Meningkatkan jiwa profesionalisme mahasiswa
melalui praktik secara langsung di dunia kerja.
• Meningkatkan kemampuan mahasiswa belajar mandiri Manfaat
dan bersosialisasi dalam menekuni dunia kerja.
• Penambahan alternatif solusi penyelesaian masalah
perusahaan (jika ada) sebagai luaran aktivitas
magang di PT. Blambangan Foodpackers Indonesia.
• Meningkatkan eksistensi dan rekognisi di PT.
Blambangan Foodpackers Indonesia.
BAB 3. METODOLOGI KEGIATAN
Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan
• Waktu pelaksanaan kegiatan Magang Kerja
 Observasi
yaitu selama 30 (tiga puluh) hari pada
 Wawancara
tanggal 02 November sampai dengan 02
 Pencatatan
Desember 2020.
 Pengambilan Data
 Studi Pustaka
• Kegiatan Magang Kerja dilaksanakan di PT.
 Dokumentasi
Blambangan FoodPackers Indonesia yang
 Penyusunan Laporan
beralamat di Jalan Sampangan No.1
Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur, 68472.
BAB 4. PROFIL PERUSAHAAN
 Pada tahun 1967, di Banyuwangi didirikan pabrik pengalengan ikan lemuru "sarden"
dengan nama PT. Nafo yang berlokasi di JL. Bawean No. 07 Banyuwangi. Kemudian
pada tahun 1969 PT. Nafo meluaskan usahanya dengan membuka PT. Nafo cabang
Muncar yang berlokasi di JL. Pelabuhan No. 1 Muncar.
 Pada tanggal 22 Januari 1972 didirikan PT. Blambangan Raya dengan lokasi yang
berjarak sekitar 200 meter dari lokasi PT. Nafo cabang Muncar. Semua perangkat dan
semua kegiatan produksi di PT. Nafo cabang Muncar dipindahkan ke pabrik yang baru.
 Sejak Desember 1988 PT. Blambangan Raya secara intensif memproduksi tuna dalam
kaleng untuk pasaran Eropa. Pada November 1988 PT. Blambangan Raya bekerja sama
dengan perusahaan tuna di Amerika yaitu "Van Camp Sea Food" dengan merk produk
"Chicken of The Sea" dengan demikian sebagian besar (98%) produksi tuna PT.
Blambangan Raya diproyeksi untuk pesanan di Amerika.
 Setelah sempat mengalami vakum seitar 1 tahun pada tahun1993, PT. Blambangan
Raya mulai memproduksi kembali Lemuru dan juga Tuna dalam kapasitas kecil.
Dari waktu ke waktu produk lemuru tetap terus berjalan dan mengalami
peningkatan hingga pada saat ini. Seiring dengan berjalannya waktu pada tahun
2005 PT. Blambangan Raya mengalami perubahan nama menjadi PT. Blambangan
FoodPackers Indonesia, Sebuah nama baru tetapi tidak menghilangkan identitas
Blambangan.
 PT. Blambangan Foodpackers Indonesia juga bekerja sama dengan PT Heinz yang
memproduksi lemuru dan makarel dalam kaleng dengan merek ABC. Kerja sama
ini dinamakan maklon. Maklon adalah sebuah istilah yang digunakan oleh
masyarakat industri di Banyuwangi yang berarti mennyediakan jasa untuk
menghasilkan produk kepada perusahaan lain. Kerjasama dengan PT. Heinz
hingga saat ini masih berlangsung.
 Produk PT. Blambangan Foodpackers Indonesia yang dipasarkan di Indonesia
antara lain CIP (sarden, mackerel dan tuna kaleng), New Kiku (sarden, mackerel
dan tuna kaleng), Melvin (tuna kaleng) Wilmond (Sarden, mackerel dan tuna
kaleng). Sedangkan beberapa produk untuk ekspor antara lain Captain Catch
(tuna kaleng), Surebuy (tuna kaleng), Giant (tuna kaleng), Suri Bonda (sarden).
Visi-Misi

 Visi : Menjadi perusahaan terdepan di bidang


makanan dalam kaleng
 Misi : Mengutamakan kualitas dengan harga bersaing
dan pengiriman tepat waktu
 Motto: kepuasan pelanggan adalah kebanggaan kami.

Lokasi Perusahaan

PT. Blambangan Foodpackers Indonesia (BFPI)


berlokasi di Jalan Sampangan No. 1, Desa Kedung Rejo,
Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Jarak pabrik dengan
Kota Banyuwangi sekitar ± 45 km ke arah Tenggara,
sedangkan jarak antara pabrik dengan pendaratan ikan ±
200 meter.
Struktur Organisasi
DIRECTOR

OPERATION MARKETING FINANCE &


MANAGER MANAGER ACCOUNTING
MANAGER

QUALITY DOMESTIC/NATIONAL
ASSURANCE PRODUCTION FINANCE
MARKETING EDP &
R&D DEPARTMENT DEPARTMENT
DEPARTMENT ADMINISTRATION
DEPARTMENT SUPPORT

HUMAN ACCOUNTING
RESOURCES PROCUREMENT LOCAL MARKETING DEPARTMENT
GENERAL COLD STORAGE DEPARTMENT
AFFAIRS DEPARTMENT
DEPARTMENT

PPIC
TECHNICAL PURCHASING
ENGINEERING INTERNAL SALES
DEPARTMENT DEPARTMENT

MATERIAL, WIP, FINISH


PRODUCT WAREHOUSE
DEPARTMENT
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengendalian Mutu yang dilakukan oleh PT. BFPI di
setiap prosesnya adalah sebagai berikut :
5.1 Penerimaan Bahan Proses penerimaan bahan baku pada PT. BFPI
5.1.1 Bahan Baku Ikan Tuna ini memiliki tujuan untuk mendapatkan bahan
• Pada produk ikan tuna segar, suhu dari ikan yang baku dengan standart yang baik.
diperbolehkan untuk proses selanjutnya ialah berkisar antara -
1˚C hingga 4˚C. Sedangkan pada ikan tuna beku, suhu dari
ikan yang diperbolehkan untuk proses selanjutnya ialah -15˚C • Dari segi fisik, akan dilakukan pengecekan
karena apabila suhu lebih dari -15˚C, ikan biasanya sudah secara visual oleh petugas QC seperti mata
mengalami penurunan kualitas. Apabila suhu bahan baku bening dan tidak merah, tekstur tubuh padat dan
melebihi suhu yang ditentukan, maka ikan akan di HOLD. tidak lembek, bau seperti ikan segar / normal,
• Kemudian akan dilakukan pengecekan histamine, apabila warna insang merah, dan daging utuh tidak
kadar histamine melebihi 100ppm, ikan akan ditolak. Pada tercuil. Selain itu, juga dilakukan pengecekan
PT. BFPI, ikan yang diterima rata-rata hanya memiliki kadar apakah ada benda asing yang menempel pada
dibawah 50ppm. ikan seperti plastik ataupun benda lain.
5.1.2 Bahan Pembantu

1. Kaleng :
• Diambil 2 kaleng setiap pallet untuk diuji
menggunakan cairan CU (berkarat / tidak)
• Dicek printing kaleng serta barcode kaleng.
• Tutup kaleng yang diterima harus memiliki
pengemasan kayu kuat mengelilingi semua
sisi, hal ini dimaksudkan agar tutup kaleng
yang tipis tidak mudah pesok saat terkena
benturan.
2. Minyak (minyak soya, monyak zaitun, dan minyak
bunga matahari)
• Pengecekan visual dilakukan terkait kemasan,
warna dan tanggal kedaluarsa dari produk.
• Selain itu, pihak supplier juga harus melampirkan
Certificate of Analysist (COA) serta sertifikat halal
pada setiap minyak yang dikirim ke PT. BFPI
5.1.2 Bahan Pembantu

3. Karton dan Layer : 4. Label


• Pengecekan yang dilakukan terhadap • Pengecekan untuk label ini meliputi dimensi
karton meliputi keutuhan karton (tidak (pxl),
• nomor MD,
ada bagian yang sobek atau lobang),
• nomor halal,
• printing karton yang sesuai dan utuh,
• barcode,
• kesesuaian dimensi karton (pxlxt), • SNI,
• penggunaan staples / lem pada karton. • komposisi,
• Standart ketebalan karton dan layer • kesesuaian warna label,
yang diterima ialah 2,5mm • stiker label dicek kesesuaian diameternya.
5.2 Pencairan (thawing)
• Proses ini biasanya dilakukan selama 6-7
jam dengan menggunakan shower dan
box untuk penempatan ikan.
• Air yang digunakan ialah air bersih dan 5.3 Penghilangan Isi Perut
tidak terkontaminasi zat zat apapun. • Proses ini dilakukan dengan menggunakan
• Pengendalian mutu pada saat thawing ini pisau tajam dan harus dibersihkan dengan air
dapat dilihat secara fisik bahwa daging
bersih yang mengalir.
ikan harus lembek dan tidak beku.
• Pengendalian mutu yang ada di proses ini
• Parameter yang digunakan biasanya
ialah suhu, jika suhu sudah mencapai - yaitu pengecekan secara visual setelah
1˚C hingga 4˚C maka ikan siap untuk di dibersihkan dan memastikan isi perut benar
proses, jika belum maka harus ditunggu benar telah hilang.
lagi hingga suhu tercapai. • Selain itu, juga dilakukan pengecekan
mengenai ada atau tidaknya benda asing
pada ikan. Apabila ditemukan ikan yang rusak
dan tidak sesuai dengan spek, ikan harus di
reject.
5.4 Pengukusan (pre-cooking)
• Air yang digunakan ialah air bersih dan tidak terkontaminasi
zat zat apapun.
• Waktu pengukusan harus cukup untuk menjamin pemasakan
yang memadai (ditandai dengan suhu tulang punggung ikan
sebelum pemasakan berkisar ±2˚C dan suhu tulang
punggung ikan setelah pengukusan berkisar antara 60˚C
hingga 70˚C).
• Suhu pengukusan ialah 100˚C dan waktu pengukusan
ditentukan oleh ukuran ikan.

• Waktu yang digunakan biasanya selama 100 menit untuk ukuran ikan
sedang dan biasa digunakan dalam kemasan kaleng 185gr, sedangkan
ukuran ikan kecil untuk kemasan kaleng 95gr diperlukan waktu
pengukusan selama 60 menit.
• Selain itu, juga dilakukan pengecekan berkala setiap harinya untuk
alat yang digunakan untuk pengukusan oleh petugas teknik.
Pengecekan ini berupa pembersihan alat setiap harinya dan
pengecekan pipa steam yang digunakan.
5.5 Pendinginan (spraying)
• Pengendalian mutu yang ada di pendinginan
ini yaitu waktu dan suhu yang harus sesuai.
• Lama waktu pendinginan ditentukan
berdasarkan ukuran ikan. 5.6 Penghilangan Kepala dan Pembersihan Kulit
• Waktu yang digunakan biasanya selama 50 • Syarat agar bisa dilakukan proses ini yaitu
menit untuk ukuran ikan sedang dan biasa suhu tulang punggung ikan yang telah
digunakan dalam kemasan kaleng 185gr, mencapai 35˚C hingga 41˚C.
sedangkan ukuran ikan kecil untuk kemasan • Proses ini dilakukan dengan menggunakan
kaleng 95gr diperlukan waktu pendinginan pisau tajam.
selama 60 menit. • Afval (bagian yang terbuang) dipindahkan ke
• Suhu setelah pendinginan ini harus berkisar box untuk dibawa ke unit tepung ikan.
antara 35˚C • Ikan yang telah bersih tanpa kepala dan kulit
harus ditempatkan pada nampan dan segera
dilakukan pembersihan
5.7 Pembersihan (triming)
• Pengendalian mutu dilakukan saat proses pembersihan ini seperti pengecekan
ulang terkait keberadaan kulit yan masih menempel pada daging ikan.
• Setelah itu, ikan dibelah menjadi 4 bagian berbentuk loin untuk memeriksa
adanya kerusakan seperti honeycomb, bau, dan tekstur.
• Apabila ditemukan ikan yang tidak sesuai spek, ikan harus direject.

• Kriteria tekstur yakni daging harus memiliki tekstur seragam dan lembut,
apabila ber tekstur seperti bubur tidak bisa diterima.
• Kriteria bau yang tidak dapat diterima antara lain bau daging dengan bau
asam, busuk, tercemar, rusak, bahan bakar ammonia, bau bahan kimia.
• Kriteria warna yang direject antara lain warna pink kecoklatan atau warna
hijau.
• Prosedur pembersihan ini dilakukan dengan pisau tajam dengan tujuan
untuk memperoleh daging putih yang sesuai spek.
• Hasil dari pembersihan ini dipisahkan antara loin, chunk dan flakes nya.
• Ikan yang telah dibersihkan diletakkan ditalam dan dilakukan
pengecekan ulang terkait benda asing yang masih ada didaging ikan.
Apabila masih ditemukan benda asing seperti tulang ataupun kulit, harus
dilakukan pembersihan ulang.
5.8 Penimbangan dan Analisis Metal
Detector
Proses penimbangan dilakukan dengan
menimbang berat talam terlebih dahulu kemudian
dilanjut dengan menimbang daging putih yang • Pengendalian mutu pada proses ini yaitu
telah dibersihkan. Kemudian daging akan terletak pada standart metal yang ditetapkan
dilewatkan dimesin metal detector untuk dilakukan oleh PT. BFPI antara lain Fe 3,0 (mg), Sus 3,5
pengecekan adanya kandungan metal. (mg), dan Non Fe 4,0 (mg).
• Apabila terindikasi adanya metal, talam akan
berhenti sementara dan ikan akan di HOLD
untuk dilakukan sortasi ulang hingga ikan
benar-benar bebas dari metal.
• Setelah daging lolos dari mesin metal detector,
akan dilakukan pengecekan ulang visual
untuk mengetahui adanya adanya benda
asing non metal seperti benang dan plastik.
5.10 Pengisian Media
 Medium yang digunakan harus disaring agar
5.9 Pengisian Kedalam Kaleng terhindar dari benda asing dan harus
dipanaskan sebelum diisikan dalam kaleng
• Kaleng yang hendak digunakan untuk diisi media  Suhu medium harus mencapai 80-90°C. Hal
harus disemprot dengan uap panas terlebih dahulu tersebut untuk memenuhi standar hot filling
untuk menjaga kondisi agar tetap dalam keadaan yang akan membuat kondisi vakum pada
steril. kaleng.
• Pengisian daging tuna dalam kaleng dilakukan  Pengisian media pengisi tidak boleh
secara manual untuk beberapa tipe produk dalam berlebihan. Kaleng yang isinya berlebihan
kaleng ukuran 1880gr (603x408), 95gr (211x111) dapat menyebabkan kaleng membengkak atau
atau secara automatis dengan mesin pack shaper bocor setelah penutupan.
untuk kaleng ukuran 185gr (307x111).  Pada pengisian medium harus diberikan
• Tuna kaleng pada umum nya berisikan daging ruang kosong yang akan berfungsi sebagai
loin, chunk dan flakes. Isi flakes maksimal yang head space.
bisa diterima didalam kaleng ialah 30%. Namun,  Berat bersih yang diperoleh setelah pengisian
pada PT. BFPI, presentase flakes yang ada dalam daging ikan dan medium adalah sebanyak 95
kaleng hanya 25%. gram untuk ukuran kaleng 211x111, 185 gram
untuk ukuran kaleng 307x111, dan 1880 gram
untuk ukuran kaleng 603x408.
5.11 Penutupan Kaleng
• Penutupan kaleng ini harus dilakukan dengan
cepat dan tepat agar memperkecil kemungkinan
• Pengendalian mutu pada saat penutupan adanya kontaminasi dari mikroorganisme dalam
kaleng ini yaitu pengecekan satu per satu produk.
dari kaleng secara visual oleh petugas QC • Setelah kaleng tertutup, kaleng akan otomatis
setiap 15 menit sekali. melewati mesin rotary can washer dengan tujuan
• Head seamer harus menutup sempurna, untuk membersihkan bagian luar kaleng.
tidak boleh ada cutover pada tutup Pencucian ini dilakukan menggunakan sabun
kaleng, dan sambungan antar kaleng dan (Qchem FC-20 HD), sikat dan air mengalir
penutup harus normal. untuk memaksimalkan pembersihan.
• Apabila ditemukan kaleng defect, maka
tindakan pengnendalian mutu yang harus • Kaleng yang lolos pemeriksaan akan langsung
dilakukan ialah menghentikan proses ditampung dalam keranjang / basket yang berisi air
penutupan dan memperbaiki mesin / bersih. Tujuan dari basket yang berisi air ini ialah untuk
menseting ulang mesin agar diperoleh menghindari pesok pada kaleng yang keluar. Air akan
hasil yang memenuhi standart. diganti secara berkala apabila sudah kotor.
• Selain itu, untuk pemeliharaan mesin, • Jika basket sudah penuh, akan dilakukan penataan
ulang pada basket yang lain dengan posisi kaleng
dilakukan pelumasan pada rantai dan
terbalik (penutup kaleng berada dibagian bawah).
piringan mesin setiap harinya agar mesin Tujuan dari penataan ini ialah untuk menghindari
dapat berfungsi optimal. kembungnya kaleng saat proses sterilisasi / retort.
5.12 Sterilisasi (retorting)
• Holding time untuk produk tuna tidak boleh melebihi 3 jam.
• Waktu dan suhu sterilisasi tergantung pada jenis produk dan kaleng yang
disterilisasi, waktu proses ini terhitung dari mulai suhu mencapai 118˚C.
• Suhu sterilisasi yang digunakan PT. BFPI adalah sebesar 118˚C

Kemasan (gr) Produk Waktu (menit)


95 Tuna In Soya Oil / Olive Oil 50
95 Tuna In Brine / Spring Water 40
Tuna In Soya Oil / Olive Oil /
185 90
Sunflower Oil
Tuna In Brine / Spring Water /
185 80
Chilli
1880 Tuna In Oil 180
1880 Tuna In Brine 115
Sumber : PT. Blambangan FoodPackers Indonesia

• Setelah selesai proses sterilisasi, akan langsung dilakukan pendinginan ditempat yang sama.
• Proses pendinginan ini dilakukan menggunakan air bersih selama 20-25 menit atau hingga
suhu produk mencapai 35˚C - 42˚C.
• Selain itu, juga terdapat pengecekan alat sterilisasi setiap 2 tahun sekali oleh pihak disnaker
dan dilakukan kalibrasi alat (thermometer analog) setiap 1 tahun sekali.
5.13 Inspeksi Sample Produk jadi

TIO Sby

02 K2

Keterangan :
TIO : Jenis produk (Tuna in Oil)
Sby : Surebuy (Merek produk untuk ekspor)
02 : Basket ke 2
K2 : Sterilisasi mesin K, pada waktu ke-2
(mesin sudah digunakan sekali
sebelumnya)
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada saat melakukan inspeksi produk jadi tuna
kaleng adalah sebagai berikut

1. Timbang berat kaleng kosong sesuai dengan ukuran produk yang akan di inspeksi.
2. Timbang berat keseluruhan produk
3. Ukur vakum produk (dengan satuan hg), standart ekspor ±3,5 hg
4. Kaleng dibuka dan diukur head space (mm), standartnya ialah 1/10 tinggi kaleng.
Misalnya tinggi kaleng ialah 4,2 cm, maka standart head space nya ialah 4,2 mm. Apabila
headspace <3mm, kaleng akan menjadi tidak rata / menggembung. Sedangkan apabila
>9mm, kaleng akan pesok kedalam dan bisa jadi net weight nya kurang.
5. Ukur drained weight dengan cara menuangkan minyak yang berada di kaleng kedalam
gelas ukur selama 2 menit
6. Pengecekan visual produk (tekstur, kenampakan, rasa) dan pengukuran prosentase flake
yang ada. Standart maksimal keberadaan flake pada produk tuna kaleng 30%.
7. Pengecekan cleaning defect untuk mengecek apakah masih ada kulit, tulang atau benda
asing yang masuk kedalam produk jadi.
8. Pengukuran minyak dan non minyak (brine) (ml) yang berada pada gelas ukur. Standart
± 35 ml oil dan 10 ml brine.
5.14 Pengkodean, Barcode, dan X-Ray Pemberian kode produk pada bagian atas ataupun
bawah kaleng disusun 2(dua) baris, yaitu :
Sebelum dilakukan pengkodean, kaleng 1. Baris pertama : 11 digit, terdiri dari :
yag telah steril dikeringkan dengan  Baris pertama kedua, ketiga : Merk Produk
menggunakan can dryer agar kondisi (maks 5 huruf pertama)
kaleng benar benar kering.
 Posisi keempat, kelima, keenam Jenis Media
Kemudian kaleng diletakkan pada conveyor
untuk dilewatkan ke mesin pengkodean,
(maksimal 3 huruf pertama)
pengecekan barcode dan X-ray.  Posisi ketujuh : Sebagai Pembatas
Pengkodean ini dilakukan sesuai dengan  Posisi kedelapan & kesembilan : Jenis Ikan
kode yang tertera pada pallet  Posisi kesepuluh : Nomor Retort
menggunakan ink jet print.  Posisi kesebelas: Siklus Retort
Pengendalian mutu pada saat pengkodean  Posisi keduabelas : Nomor Seamer
ini yaitu pengecekan visual terkait lurus / 2. Baris kedua : 9 digit, terdiri dari :
tidaknya kode, tinta kode harus sempurna  Posisi pertama, kedua, ketiga : masa kedaluarsa
dan tidak belepotan.
(exp )
 Posisi keempat & kelima : tunggal kedaluarsa
 Posisi keenam dan ketujuh bulan kedaluarsa
Posisi kedelapan & kesembilan tahun kedaluarsa
5.14 Pengkodean, Barcode, dan X-Ray
Pengendalian mutu yang ada di mesin
pengecekan barcode meliputi :
• pengecekan utuh nya barcode dan
tidak ada kelecetan pada barcode,
• keberadaan barcode yang berbeda
produk tidak boleh ada, Pengendalian mutu yang dilakukan pada
• neck in terbalik yang menyebabkan saat produk melewati mesin X-Ray
kesalahan pembacaan pada barcode meliputi :
• pengecekan pada monitor apakah ada
bahan non pangan yang masuk kedalam
kaleng.
• Standart minimum mesin dapat membaca
keberadaan benda asing ialah keberadaan
minimal 1,5 mg stainless stell didalam
kaleng.
5.16 Inkubasi
• Proses ini biasanya memakan waktu selama 5-
5.15 Pengemasan 7 hari. Produksi yang dilakukan pada hari
yang sama diletakkan pada satu lane yang
• Kaleng yang telah diberi label harus dikemas dalam sama untuk mempermudah pengecekan.
karton box, masing masing karton terdiri dari 6 • Suhu inkubasi yang digunakan mengikuti
kaleng ukuran 1880gr (603x408), 24 kaleng ukuran suhu ruang pada gedung penyimpanan yaitu
95gr (211x111) dan 48 atau 24 kaleng ukuran berkisar antara 32˚C - 37˚C.
185gr (307x111). • Beberapa sample akan diambil untuk
• Penataan karton pada pallet biasanya ditata
mengetahui ada atau tidaknya kaleng defect.
sehingga saling mengunci agar tidak jatuh apabila
diangkut menggunakan forklift. 1 pallet berisikan Indikator kaleng defect antara lain :
14 tumpukan karton dan setiap tumpuk nya 1. Lecet body.
terdapat 11 karton. Sehingga jika ditotal terdapat 2. Pesok.
154 karton disetiap palletnya. 3. Side seam berkarat.
• Pengendalian mutu yang dilakukan di proses 4. Side seam mengelupas.
pengemasan ialah penataan kaleng agar tidak 5. Kaleng kembung.
terbalik, pengecekan kode, pengecekan karton 6. Print kaleng luntur.
terkait sobek / lobang, pengecekan bentuk kaleng 7. Terdapat body spot.
yang tidak sempurna.
BAB 6. PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari kegiatan magang kerja ini, yaitu :
1. Proses produksi tuna kaleng di PT. Blambangan Foodpackers Indonesia (BFPI) terdiri
dari penerimaan bahan, thawing, penghilangan isi perut, pengukusan (pre-cooking),
pendinginan, penghilangan kepala dan pembersuhan kulit, pembersihan (triming),
penimbangan dan analisis metal detector, pengisian kedalam kaleng, pengisian media,
penutupan kaleng, sterilisasi (retorting), inspeksi sample produk jadi, pengkodean,
barcode dan X-Ray, pengemasan, inkubasi.
2. Penerapan pengendalian mutu (Quality Control) pada PT. Blambangan Foodpackers
Indonesia (BFPI) dilakukan disetiap prosesnya dan dilakukan setiap hari oleh petugas QC
yang ada dilapangan. Produk yang dihasilkan PT. BFPI sudah baik karena dari awal
proses pengendalian mutunya sudah baik sehingga produk akhir yang dihhasilkan juga
baik.

Anda mungkin juga menyukai