OLEH
SITI RAHMAH
J1A016096
i
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
OLEH
SITI RAHMAH
J1A016096
ii
RINGKASAN
PT. Eka Timur Raya (PT ETIRA) merupakan salah satu perusahaan di Indonesia
yang bergerak dalam bidang pengolahan hasil pertanian berupa jamur kancing.
Perusahaan ini terletak di Jalan Nangkojajar KM 1,4 Desa Cowek, Kecamatan
Purwodadi, kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.Perusahaan ini juga merupakan
industri swasta yang didirikan pada tanggal 19 Desember 1999 oleh Bapak Cholid
Bawazir. Pendirian perusahaan ini telah memiliki izin dari dinas dan pemerintah
daerah terkait, seperti dengan diterbitkannya Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
dengan nomor 132610100414. Kegiatan usaha pokok perusahaan ini yaitu
budidaya dan pengalengan jamur. Proses pengalengan jamur kancing di PT. Eka
Timur Raya dimulai dari penerimaan bahan baku, pencucian, blancing,sortasi 1
dan 2, pemotongan (slicing), pengayakan (shaking), pencucian kaleng dan
pemberian kode lid, pengisian (filling), penimbangan, pembuatan larutan brine,
pengisian larutan brine, exhausting, closing/seaming, perendaman dalam kolam
creating, sterilisasi (retorting), can drying, pengemasan (packaging), inkubasi,
penyimpanan dan pendistribusian. Untuk mencapai sasaran mutu yang diinginkan
PT. Eka Timur Raya melakukan pengendalian mutu pada setiap bahan baku dan
proses pengolahan. Pengendalian mutu bahan baku dan proses pengolahan
dilakukan oleh Quality Assurance (QA) yang sekaligus juga sebagai Quality
control (QC). Pengendalian mutu dilakukan setiap proses produksi berlangsung.
Proses pengendalian mutu di PT. ETIRA terdiri dari pengendalian mutu bahan baku oleh
QA Werehouse kecuali untuk jamur, pengendalian mutu proses pengolahan oleh QA raw
material, QA semi produk, QA closing dan pengendalian mutu produk jadi oleh QA
laboratorium.
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing/Penguji I Pembimbing/Penguji II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan
Tanggal Pengesahan: .
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
Timur Raya (Pt Etira), Purwodadi,Jawa Timur” ini dapat diselesaikan tepat
khususnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Satrijo Saloko, M.P. selaku Ketua Program Studi Ilmu dan
Mataram.
2. Ibu Yeni Sulastri, S.TP., M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Rucitra
Widyasari, S.TP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II.
3. Bapak Wahyu Raditya Ardi selaku pembimbing lapangan, Ibu Ninik, Pak Eko,
Pak Nabil, Pak Juardi, Pak Supri, Pak Afandi, Ibu Iin, Mbak Fir, Mba Susi,
4. Ibu Nur dan Bapak Arifin, mbak Ufi dan mbak Anggi atas bantuannya selama
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun.
Mataram,
Penulis
v
BAB I
PENDAHULUAN
serta memberikan gambaran tentang ilmu yang didaptkan di fakultas dengan dunia
sebagai suatu upaya untuk menerapkan berbagai macam teori dan praktik yang
konsumsi akan produk olahan pangan dalam bentuk yang lebih tahan lama serta
praktis.. Jamur kancing merupakan hasil budidaya yang berasal dari bahan-bahan
sisa seperti ampas tebu, jerami padi, pupuk kandang, dan bungkil-bungkil kacang.
respirasi.
PT. Eka Timur Raya (PT ETIRA) adalah salah satu perusahaan yang
1
pengalengan jamur kancing di PT ETIRA meliputi beberapa tahapan mulai dari
penerimaan bahan baku sampai penyimpanan di gudang barang jadi (Finsh good
sampai akhir merupakan salah satu hal yang penting untuk diketahui. Penanganan
yang benar pada setiap tahapan dapat menentukan produk akhir yang dihasilkan.
Oleh karena itu, kegiatan PKL ini penting dilakukan guna mengetahui bagaimana
terutama terkait pengendalian mutu pada bahan baku, proses dan pengendalian
keterampilan yang dimiliki sehingga menjadikan mahasiswa yang unggul dan siap
kancing.
kancing di PT. Eka Timur Raya (PT ETIRA), Purwodadi, Jawa Timur.
2
1.3.Kegunaan PKL
Adapun beberapa kegunaan atau manfaat dari PKL ini antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
1. Realisasi terkait adanya misi sebagai fungsi dan tanggung jawab sosial
kelembagaan.
2. Bagi Mahasiswa
formal.
3
1.4. Tempat PKL
PKL ini dilaksanakan di PT Eka Timur Raya (ETIRA) yang terletak di Jalan
Jawa Timur. Batas wilayah tempat PKL sebelah utara pabrik agar-agar, sebelah
Timur sungai kaki Gunung Baong, sebelah selatan jalan raya Nangkojajar dan
PKL ini dlaksanakan pada tanggal 29 Juli 2019 sampai dengan 23 Agustus
2019. PKL dilaksanakan setiap hari senin sampai jum’at selama 8 jam kerja
(08.00-16.00 WIB) dan hari sabtu selama 5 jam kerja (07.00-12.10 WIB). Adapun
4
BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL
PT. Eka Timur Raya (PT ETIRA) adalah sebuah perusahaan swasta
terletak sekitar 65 km dari kota pelabuhan Surabaya yang juga merupakan bandara
baku untuk produksi jamur dan kondisi ideal pertumbuhan alami yang ada di
1800 meter di atas permukaan laut dekat Gunung Bromo. Bahan baku jamur
kancing dari Gunung Bromo kemudian dibawa ke pabrik yang berjarak sekitar 28
km. Etira memproduksi sekitar 7.200 ton jamur kancing (Agaricus bisporus) per
tahun untuk diolahan sebagai produk kaleng atau beku dengan pengemasan sesuai
BV dari Belanda untuk masuk ke dalam dunia produksi jamur beku. Asosiasi ini
adalah contoh dari kerjasama yang sangat baik antara kedua perusahaan yang
berpartisipasi dari timur dan barat. Perusahaan baru yang terbentuk bernama PT
kancing secara utuh, diiris, dibelah dua dan dipotong tergantung pada kebutuhan
5
seperti Amerika, Arab Saudi dan Timur Tengah. Produksi lokal hanya pada
telah menetapkan standar sesuai dengan FDA (Food and Drug Administration).
FDA adalah standar internasional di bidang manajemen mutu. Suatu lembaga atau
organisasi yang telah mendapatkan akreditasi (pengakuan dari pihak lain yang
Lampiran 2.
Adapun visi dari PT ETIRA adalah “berproduksi secara efektif dan efisien
dalam lingkungan yang bersih, rapi, higienis sesuai aturan yang ditetapkan”.
6
2. Selalu berpegang pada nilai dasar : Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab, Kerja
berikut:
berlaku.
Adapun sasaran mutu perusahaan PT. EKA TIMUR RAYA adalah sebagai
berikut :
1. Kepuasan pelanggan (tidak ada komplain terkait dengan kemanan dan kualitas
produk).
2. Break down time mesin penutup (total jam berhenti mesin karena rusak/ setting
7
3. Total packaging loss (losses can di produksi + losses produk di FGS dibagi
4. Efisiensi pemakaian bahan baku (FM) total FM yang terproses dalam satuan
Kg.
Suatu perusahaan harus memiliki suatu struktur organisasi yang baik yang
dalam suatu bagian. Dengan adanya struktur organisasi akan memudahkan dalam
organisasi dapat diartikan sebagai cara untuk mengatur perusahaan agar dapat
mungkin.
8
kualias , mutu dan pengembangan produk. Pada departemen factory terdapat
Quality Accurance (QA) yang bertugas dan bertanggung jawab atas kualitas
dan mutu bahan baku yang masuk ke dalam perusahaan untuk diproduksi
sesuai dengan aturan perusahaan. Selain itu, departemen ini juga bertugas dan
pengembangan pegawai.
9
2.3. Kegiatan Umum Perusahaan
produksi jamur kancing yang dimulai dari pengambilan bahan baku atau
harinya yang dumulai pukul 13.00- 20.00 WIB. Jam kerja di PT ETIRA setiap
hari adalah 8 jam kerja pada hari senin hingga jumat dimulai dari pukul 08.00-
16.00 WIB dan 5 jam kerja pada hari sabtu dimulai dari 07.00-12.10 WIB. Pukul
11.30-12.30 WIB adalah waktu istirahat makan siang dan sholat dzuhur. Adapun
jam istirahat di bagian produksi dilakukan secara bergantian dengan tujuan agar
proses produksi terus berjalan sehingga bahan baku tidak menumpuk pada salah
Tenaga kerja yang terdapat di PT ETIRA meliputi tenaga kerja tetap dan
tenaga kerja tidak tetap. Tenaga kerja tetap terdiri dari tenaga structural,
pemgawas atau supervisor. Tenaga kerja tetap mendapatkan gaji setiap bulannya
dan mendapat tunjangan. Tenaga kerja tidak teap merupakan tenaga kerja yang
dari pekerja kontrak dan pekerja borongan. Pekerja kontrak direkrut oleh
waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan, sedangkan tenaga kerja borongan
produksi ditujukan pada dua sasaran yaitu untuk tujuan ekspor seperti Amerika
dengan brand Springfield, Shoprite, Golden Value, Festival, Imperial Choice dan
10
Meijer. Arab Saudi dengan brand Hiba, Food Island dan Aloha. Kemudian Timur
Tengah dengan brand Alalali. Produksi lokal ditujukan ke daerah Surabaya dan
Jakarta Selatan. Surabaya yaitu PT Adib Global Food Supplies, sedangkan Jakarta
Selatan yaitu PT Delta Adib Distribusi dan PT Sari Melati Kencana dengan brand
etira.
11
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Diagram Alir
Fresh Mushroom
(FM)
Penerimaan
Penimbangan
Air Pencucian 1
Klorin Pencucian 2
Blanching
T = ± 98°C, t = 7’
Cooling
T = 25-26°C, t = 4’
EFM, BS,
Sortasi 1
Pathology, SOS
Magnet Trap
Trimming
Roll Brush
Plus reject
Size Grading
12
Sortasi 2
MagnetTrap
Jamur
whole slice
slicing Slicing
Metal detector
Stone Trap
Can washer
Dewatering
Can Filling
Penimbangan
13
Brine filling
Exhausting
T= 70-85°C
Seaming
Cratting
T= 60-75°C
Sterilisasi T = 129°C
(Venting, cooking, cooling)
Can Drying
T = , t = 1 jam
Observasi
Pelabelan
Pengemasan
Penyimpanan
Stuffing
14
Perusahaan PT ETIRA dalam produksi rutinnya menghasikan produk jamur
kancing segar dalam berbagai kemasan seperti kemasan kaleng dan pouch dengan
berbagai brand. Produk jamur kancing ini dikemas dengan ukuran kaleng yang
berbeda-beda. Pada dasarnya semua bahan alami dalam bentuk tanaman setelah
dipanen masih tetap akan mengalami proses respirasi. Apabila tidak ditangani
dengan benar akan terjadi perubahan fisik yang dapat menurunkan kualitas jamur
kancing segar tersebut. Jamur kancing merupakan salah satu komoditi pertanian
cara pengalengan. Produk jamur kancing segar yang di produksi oleh PT ETIRA
telah didistribusikan ke berbagai tempat baik itu dalam negeri maupun luar negeri.
memproduksi berbagai jenis olahan dari jamur kancing tersebut seperti sambal
jamur dan nugget jamur. Namun produk-produk tersebut masih belum dapat
dipasarkan lebih luas. Selain itu, PT. ETIRA juga memproduksi jamur kancing
segar frozen, singkong stik frozen, bakso jamur krispi dan lainnya. Namun produk
jamur kancing dalam kaleng merupakan produk utamanya. Secara umum proses
pengalengan jamur kancing kaleng di PT Eka Timur Raya terdiri dari beberapa
pencucian, blancing, cooling, sortasi 1, magnet trap, roll brush, size grading,
stone trap, deatering, pencucian kaleng, filling, penimbangan, making brine, brine
15
filling, exshausting, seaming (penutupan kaleng), cratting, retorting (sterilisasi),
Bahan baku jamur kancing diterima dari Desa Ngadirejo dan Kalitejo yang
terletak di kaki Gunung Bromo (Jawa Timur). Jamur kancing yang diolah setiap
harinya tidak menentu, tergantung dari jumlah jamur yang dipetik dan dibawa ke
tempat produksi. Jamur dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu fancy dan non
fancy. Jamur fancy disebut juga dengan jamur KW 1 (Gambar 3.1 (a), jamur ini
memiliki ciri-ciri yaitu bentuknya kokoh dan lamella jamur tertutup. Sedangkan
jamur non fancy disebut juga dengan jamur KW 2 (Gambar 3.1 (b), jamur ini
memiliki ciri-ciri yaitu bentuknya tidak kokoh (mudah hancur) dan lamella jamur
terbuka. Lama pembibitan sampai jamur tumbuh biasanya 1,5 bulan atau 2 bulan
dan pemanenan jamur juga tergantung pada banyaknya jamur yang tumbuh dalam
pot.
16
Jamur kancing segar yang didapatkan dari lokasi penanaman dibawa
menggunakan mobil box berkapasitas tujuh tumpuk keranjang dengan enam baris
sehingga total jamur kancing yang dibawa mobil box yaitu sebanyak 42
keranjang. Jamur yang datang akan dimasukkan ke ruangan raw material yaitu
ruangan tempat tempat penerimaan bahan baku dan tempat awal jamur diproses.
Perlu diketahui bahwa pada saat pengambilan jamur dari lokasi pemanenan
apabila jamur sudah penuh dalam satu keranjang maka akan langsung dimasukkan
kedalam chilling room yang berada pada tempat pengambilan jamur tersebut
sampai pada akhirnya mencapai kapasitas yang sesuai untuk dimasukkan kedalam
mobil box.
benda asing atau hama yang kemungkinan berada dalam mobil box. Adapun
dapat diketahui susut bobot dan kelebihan berat. Selain itu, penimbangan
berfungsi untuk mengetahui susut bobot jamur yang datang dan mengetahui
jumlah kedatangan jamur fancy atau non fancy. Susut bobot dapat dipengaruhi
oleh peristiwa respirasi pada jamur, hal ini karena jamur setelah dipanen masih
Jarak lokasi penanaman sampai lokasi pengolahan cukup jauh sekitar 1 jam.
17
Adanya jarak Inilah yang akan mempengaruhi susut berat pada jamur. Selain itu,
cuaca juga dapat mempengaruhi susut bobot jamur, contohnya pada saat musim
produk jadi atau recovery. Dalam hal ini untuk menghitung KPC.
3.1.1.2.Pencucian (Washing)
terdiri dari dua tahap yaitu pencuican 1 dan pencucian 2. Proses pencucian 1
dilakukan dengan cara bahan baku dimasukkan ke dalam bak pre-Washing yang
bak pre washer dengan menggunakan air bersih. Air pencucian pada bak pre
washer akan diganti setelah pencucian jamur sebanyak 3 rit jamur. Waktu
pengopyokan dilakukan selama ± 3 menit dan dilakukan secara manual oleh 2-5
kotoran-kotoran seperti tanah, plastik dan benda asing lainnya. Jamur bergerak
dari bak pre wahser menuju bak washer menggunakan lifting yang didesain
dengan lubang kecil dan bergerak keatas dan bertujuan untuk meniriskan jamur
sehingga sisa air dari bak pre washer tidak terikut kedalam bak washer. Adapun
diatas lifting ada pipa kecil untuk membersihkan sisa kotoran yang masih
18
menempel pada jamur. Kemudian jamur yang sudah melewati lifting akan jatuh
kedalam bak washer yang sudah ditambahkan klorin dengan kemurnian 12%
sebagai disinfektan.
Pada bak washing terdapat dossing pump atau pipa penyalur klorin. Proses
untuk membunuh sebagian besar mikroba pada jamur. Adapun pada bak washing
terdapat 3 sprayer yang bertujuan untuk mendorong jamur menuju meja trimming
kurang dari 100oC selama beberapa menit menggunakan air panas atau uap
(Winarno, 1997). Tujuan utama blanching pada pengolahan jamur kancing yaitu
untuk memasak jamur kancing sehingga gas-gas yang terdapat di dalam jamur
keluar dan menyebabkan tekstur jamur lunak dan kenyal. Tekstur jamur yang
lunak dan kenyal tersebut menyebabkan jamur tidak mudah hancur saat proses
19
selanjutnya. Tujuan lain dari blanching yaitu untuk menginaktivasi enzim
dengan air yang dipanaskan menggunakan uap. Mekanisme kerja blancer yaitu air
bersih terdapat didalam blancer (Gambar 3.3) dan di bawahnya terdapat uap panas
yang akan menyebabkan air menjadi panas. Suhu blanching yang digunakan yaitu
92±2oC selama 7 menit. Kapasitas air dalam blancer yaitu 6000 liter, sedangkan
kapasitas jamur yang ada sekitar 2,5 sampai 3 ton/jam. Apabila terjadi kelebihan
air dalam blancer terdapat overflow yang berfungsi untuk membuang air keluar
blanching secara drastis atau dengan waktu yang cepat. Cooling bertujuan untuk
20
memastikan proses pendinginan sesuai standar sehingga memudahkan proses
inspeksi atau sortasi 1 oleh karyawan serta untuk memberikan efek thermal shock
mempengaruhi bobot jamur yang berdampak pada KPC. Selain itu, pendinginan
atau cooling juga berfungsi untuk menurunkan suhu jamur, serta mengefisiensikan
waktu.
cooler (Gambar 3.4) berkapasitas sekitar 2,5-3 ton jamur dengan suhu 25-26oC
selama 4 menit. Adapun penurunan suhu dari proses Blancing sampai proses
cooling disebut thermal shock. Thermal shock merupakan penurunan suhu secara
mikroba termofilik.
21
Adapun fungsi sortasi 1 yaitu untuk memisahkan jamur yang memiliki brown spot
(BSP) dan soli on stem (SOS). BSP adalah adanya bercak coklat pada tudung
jamur, sedangkan SOS merupakan adanya tanah yang menempel pada batang
jamur. Apabila jamur memiliki BSP dan SOS maka akan dilakukan trimmimg.
bersih dan layak konsumsi dengan yang kotor dan tidak layak konsumsi.
Trimming jamur dilakukan dengan cara memotong bagian jamur yang mengalami
BSP dan SOS. Setelah proses trimming maka akan diperoleh jamur yang bersih
dan bisa diproses lebih lanjut. Selain memisahkan BSP dan SOS, sortasi 1 ini juga
bertujuan untuk memisahkan benda asing (tali, plastik, serabut dan lain-lain) atau
EFM (Extronous Foregin Material). Pada sortasi 1 pada bagian ujung belt
logam yang dapat ditarik oleh magnet seperti seng, tembaga dan lainnya.
22
3.1.1.6 Roll Brush
Setelah sortasi 1 maka selanjutnya jamur akan melewati roll brush. Roll
benda asing khususnya serabut, ijuk, benang, tali rapia dan lainnya.
dan ukurannya. Selain itu, size grading berfungsi untuk menyeragamkan ukuran
jamur yang akan diiris. Grader didesain degan bentuk berlubang-lubang dengan
Sortasi 2 bertujuan untuk memisahkan jamur fancy dan non fancy, untuk
memisahkan jamur yang sifatnya phatologi dan untuk memisahkan benda asing
atau EFM (Extronous Foregin Material). Pada sortasi 2 pada bagian ujung belt
23
seperti stainless steall, logam (besi, mangan, seng dan lain-lain) dan selain besi
kurang lebih 9 orang. Pada sortasi 2 ini disediakan dua jenis keranjang, keranjang
merah untuk jamur yang sifatnya phatologi. Sedangkan untuk keranjang biru
untuk jamur yang apabila pada produksi jamur non fancy lebih banyak dari pada
fancy maka jamur tersebut akan dilewatkan menuju bak dan untuk fancy akan
masuk kedalam keranjang biru. PT Eka Timur Raya memproduksi jamur kancing
jenis fancy yang dapat dibuat menjadi produk mushroom whole dan mushroom
slice. Sedangkan untuk jamur non fancy menjadi mushroom sliced and piece
(PNS). Untuk diameter range mushroom whole yaitu 17-20 mm, 21-23 mm, 24-26
Slicing adalah proses pengirisan jamur menjadi ukuran yang lebih kecil.
Tujuan slicing yaitu untuk memastikan hasil pemotongan jamur sesuai dengan
standart dan jenis produk berdasarkan kelompok diameternya. Jamur akan diiris
sehingga akan didapatkan irisan jamur fancy dan non fancy. Jamur slicing akan
24
menghasilkan dua jenis produk yaitu mushroom sliced dan mushroom pieces and
stem. Produk mushroom sliced dihasilkan oleh jamur fancy sedangkan produk
Mushroom pieces and stem (PNS) dapat dihasilkan oleh jamur yang telah di
potongan vertikal, sedangkan untuk produk PNS (mushroom pieces and sliced)
hasil yang seragam. Sedangkan untuk jamur mushroom sliced and piece
Terdapat dua jenis slicer (mesin iris) yaitu slicer untuk jamur fancy dan non
fancy. Jarak antar pisau fancy 4,2 mm sedangkan non fancy adalah 5,3 mm. Jarak
pisau slicer non fancy lebih besar dari pada fancy, hal ini karena jamur non fancy
sifatnya lebih lunak sehingga mudah hancur. Mekanisme slicing yaitu dimana
jamur akan dimasukkan kedalam bak (cekungan yang terdapat pada slicer) dan
dibawahnya terdapat pompa air yang dapat mendorong jamur keatas menuju
mesin slicer. Keuntungan adanya cekungan pada slicer berfungsi untuk mencegah
setelah sortasi 2, dimana benda-beda asing ini harus memiliki berat yang melebihi
berat jamur. Setelah slicing jamur kemudian melewati magnet trap yang bertujuan
25
3.1.1.10 Pengayakan (Shaking)
dilakukan proses slicing. Shaking bertujuan untuk membersihkan jamur dari mite
dan maggot untuk jamur slice, untuk jamur jenis slice untuk membersihkan mite
saja serta memisahkan serpihan jamur yang telah diiris. Pengayakan dilakukan
dengan alat underwater shaker, untuk jamur segar dilakukan satu kali shaking.
Shaking dilakukan pada air sehingga serpihan jamur yang berukuran kecil akan
jatuh kedalam air melewati jaringan-jaringan shaker. Shaker jamur non fancy
memiliki ukuran saringan yang lebih kecil dari pada shaker jamur fancy. Ukuran
saringan jamur non fancy adalah 5 mm, sedangkan saringan jamur fancy
berukuran 10 mm. Ukuran shaker untuk fancy lebih besar dari non fancy, hal ini
disebabkan karena standart defect jamur fancy dan non fancy yang berbeda-beda.
Dimana defect fines (serpihan) untuk jamur non fancy sebesar 6%. Fines
merupakan serpihan jamur yang ukurannya kurang dari 5 ml. Fines yang melebihi
Sedangkan untuk jamur fancy defect finesnya sebesar 0%, dan smal side slide
maksimal 5% sehingga diperlukan saringan yang lebih besar agar sesuai dengan
Ukuran shaker untuk fancy lebih besar dari non fancy. Setelah jamur slice,
jamur whole (utuh) juga dilakukan proses shaking. Untuk jamur whole, shaking
berfungsi untuk meniriskan jamur sehingga kandungan air pada jamur tidak
terlalu tinggi maka drain weight akan tercapai untuk merontokkan jamur yang ada
26
fancy. Selain itu, Shaking pada jamur whole juga bertujuan untuk menginspeksi
Alat shaker berbeda-beda sesuai proses, dimana untuk jamur fancy terdapat
metal detector. Metal detector berfungsi untuk mendeteksi logam yang beratnya
minimal 1,5 mm. Jamur yang terdeteksi mengandung logam yang melewati metal
detector akan menyebabkan jamur berhenti sedangkan jamur yang tidak terdeteksi
maupun kotoran lainnya yang terdapat pada kaleng dan mencegah terjadinya
kerusakan pada kaleng kosong. Selain itu pencucian kaleng juga berfungsi untuk
dahulu. Pencucian kaleng dilakukan secara otomatis dan manual. Secara otmatis
hanya untuk ukuran kaleng 4 oz dan secara manual 8 oz, 16 oz dan 68 oz yang
27
bagian kaleng tercuci, setelah kaleng bersih akan dilettakkan pada nampan yang
bersih agar tidak kontak langsung dengan lantai. Kaleng yang telah tercuci
dilewati pada can truck dan ditata pada turn table pada posisi terbuka.
Pengisian (filling) jamur kedalam kaleng dilakukan dengan dua cara yaitu
secara manual dan auto filling. Pengisian secara manual dilakukan pada filling
table (untuk ukuran 8 oz, 16 0z dan 68 oz) sedangkan auto filling menggunakan
mesin (hanya untuk ukuran 4 oz). Adapun jenis jamur yang diisi secara auto
filling adalah jamur jenis sliced sedangkan pengisian secara manual adalah jenis
jamur whole dan slice. Produksi jamur whole yang tidak terlalu banyak, oleh
karena itu pada pengisian manual juga dilakukan pengisian terhadap jamur jenis
jamur pada lubang-lubang yang dibagian bawahnya terdapat kaleng. Sebelum diisi
sehingga kadar air pada jamur tidak terlalu tinggi. Ketika jamur ditumpahkan ke
filling table, maka jamur akan jatuh kedalam lubang-lubang yang dibawahnya
terdapat kaleng. Ukuran lubang filling table adalah mengikuti besar diameter
kaleng sehingga jamur akan mudah masuk kedalam kaleng dan jamur tidak
tumpah.
tahapan proses yaitu dewatering, feeding, vibrating, dan agitating. Jamur yang
telah di slice akan ditumpahkan kedalam mesin filling kemudian akan dialirkan
28
oleh air menuju stone trap. Stone trap merupakan perangkap batu atau bnda berat
lainnya yang dapat mengkontaminasi produk akhir. Apabila terdapat batu atau
benda berat pada jamur, maka benda berat tersebut akan tenggelam sedangkan
jamur, elevator juga berfungsi untuk meniriskan (dewatering) jamur karena desain
elevator yang berlubang dan bergerak keatas. Setelah ditiriskan, jamur akan
dewatering ke vibrator yang berfungsi untuk menurunkan kadar air dan meratakan
jamur sehingga jamur yang masuk kedalam kaleng dapat merata. Setelah proses
memberikan getaran yang bersumber dari mesin vibrator. Setelah itu, jamur akan
masuk ke dalam kaleng dan akan melalui proses agitating. Agitating bertujuan
untuk mengurangi bobot jamur yang ada didalam kaleng. Saat melewati proses
agitating kaleng yang berisi jamur akan digoyangkan sehingga kaleng yang
memiliki bobot lebih banyak akan berkurang. Proses agitating akan membantu
29
3.1.1.13. Penimbangan (Weighing)
Kaleng yang sudah diisi jamur kemudian dipindahkan kemeja penimbangan untuk
tergantung dari bentuk dan ukuran jamur, serta ukuran kaleng yang digunakan.
Penimbangan harus dapat memennuhi berat standar produk akhir (drain weight).
berat produk akhir. Standar berat produk akhir . Standar berat produk akhir yang
ditetapkan untuk kaleng 4 oz adalah 113 gram, 8 oz adalah 227 gram dan untuk 68
Brine adalah larutan yang ditambahkan pada kaleng berisi jamur yang
terdiri dari garam, asm sitrat dan vitamin C. Pembuatan larutan brine dilakukan
didalam steam pan dengan kapasitas air 400 L. Pembuatan brine per hari
tergantung dari jumlah jamur yang diproses. Biasanya berkisar antara 20 sampai
40 kali pembuatan
30
3.1.1.15. Pengisian Brine (Brine Filling)
dengan saluran pengisian larutan brine ke dalam kaleng yang terdapat pada
exhauster. Pada pipa Brining terdapat saringan plastik yang berfungsi untuk
menyaring larutan brine yang akan masuk kedalam kaleng sehingga mencegah
Larutan brine diisikan ke dalam kaleng secara otomatis melalui pipa-pipa kecil
yang terletak di sebelah luar alat exhauster, baik di bagian awal maupun di bagian
brine yang diisikan kurang, maka penambahan larutan dilakukan secara manual
Selain itu, komposisi pada larutan brine juga memiliki manfaat bagi produk.
Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat larutan brine adalah garam,
asam sitrat, dan vitamin C. Garam berfungsi untuk menambah citarasa pada
aroma dan cita rasa jamur. Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan untuk
31
3.1.1.16.Exhausting
exhausting yaitu untuk mengeluarkan udara dari dalam kaleng dan bahan.
mengalirkan uap panas kedalam kaleng. Kondisi vakum didapatkan setelah kaleng
dalam keadaan dingin dimana uap air yang dialirkan terjebak didalam kaleng dan
titik-titik air. Selain itu exhausting bertujuan untuk mendapatkan kondisi anaerob
yang dapat mencegah terjadinya oksidasi kaleng sehingga kaleng terhindar dari
kebocoran kaleng karena tekanan dalam kaleng yang terlalu tinggi yang akan
menurunkan mutu produk jamur itu sendiri. Ruang hampa (vakum) perlu
diperhatikan karena ketika terjdi pengembangan isi terdapat ruangan yang dapat
terlalu penuh akan menyebabkan kaleng menjadi cembung yang meskipun tidak
Disamping itu, adanya ruang hampa tersebut akan berguna untuk merapatkan
penutupan kaleng, karena pada saat uap air mengembun didalam kaleng, maka
tekanan didalam ruang hampa menjadi turun, sehingga tekanan atmosfer dari luar
lebih besar daripada tekanan didalam kaleng sehingga akan menekan tutup kaleng
kondisi vakum yaitu headspace, suhu produk, udara dalam produk dan penutupan.
32
Target dari exhausting ini sendiri adalah center temperature tercapai. Suhu
tengah produk setelah exhausting untuk semua ukuran kaleng adalah 75-78 0C.
Untuk mecapai suhu exhausting, ukuran kaleng yang lebih besar membutuhkan
waktu yang lebih lama ketika proses exhausting karena perambatan panasnya
lebih lama. Oleh karena itu kecepatan yang dimiliki mesin exhausting berbeda-
seamer. Proses ini dilakukan secara hermetis dengan menggunakan double seamer
sehingga disebut metode double seam. Proses seaming dilakukan secara hermetis
artinya tidak ada sirkulasi udara yang masuk dan keluar kaleng sehingga
keamanan produk tetap terjaga. Proses penutupan kaleng dilakukan segera setelah
33
medium pemanas diisikan kedalam kaleng. Untuk menutup kaleng diperlukan
penutup kaleng (lid). Sebelum dilakukan penutupan, lid kaleng harus terlebih
dahulu diberi kode mengenai style produk. Style produk meliputi mushroom
whole, mushroom sliced dan mushroom pieces and stem. Pemberian kode pada lid
berfungsi untuk dapat membedakan style produk ketika dilakukan proses labeling.
Seamer yang digunakan ada dua macam, yang pertama yaitu seamer
single head (1 kepala) dan yang kedua seamer four head (4 kepala) atau head
1,2,3 dan 4. Jumlah seamer yang terdapat pada proses pengalengan ini sebanyak 6
mesin, seamer pertama (SM 1), dan kedua (SM 2) digunakan untuk menutup
kaleng dengan ukuran 4 oz, seamer ketiga (SM 3) dan keempat (SM 4) digunakan
untuk menutup kaleng ukuran 8 oz, semer 5 (SM 5) digunakan untuk menutup
kaleng dengan ukuran 68 oz dan terakhir seamer 6 (SM 6) juga digunakan untuk
Mesin seamer terdiri atas base plate, seaming chuck, roll 1, dan roll 2.
Bagian base plate berfungsi menekan badan kaleng pada posisinya, seaming
chuck memegang tutup kaleng (id) dan menekannya pada operasi 1 dan operasi 2.
Oprasi penutupan kaleng dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) kaleng yang berisi
bahan akan dialirkan kebagian alat double seamer disertai dengan masuknya tutup
kaleng. (2) Setelah bergabung, roll 1 akan menyentuh lekukan pada tutup kaleng
dengan adanya putaran mesin, tutup terlipat kebawah lalu dibengkokan lagi
keatas. Sementara itu juga bibir kaleng juga tertekan dan membengkok kebawah.
Sampai disini saja kerja roll 1 selesai lalu menjauhi seamingchuck. (3) Begitu roll
1 selesai bekerja, roll 2 mulai bekerja yaitu mendekati seamingchuck dan dengan
34
lekukan yang lebih lebar, akan menekan lipatan yang sudah terbentuk pada roll 1,
sementara itu mesin berputar terus. (4) setelah roll 2 selesai bekerja dan menjauhi
seaming chuck, base plate bersama-sama kaleng yang telah tertutup turun lagi dan
akan menuju kolam creating persiapan untuk sterilisasi. Kolam creating berfungsi
untuk mempertahankan suhu awal (IT) produk atau Holding Time To Long
35
(HTLT). Suhu produk sebelum sterilisasi harus dipertahankan agar proses
dalam keranjang dikolam creating, suhu kaleng harus tetap berada diatas 60 0C
untuk memenuhi standar suhu awal produk sebelum proses sterilisasi dimulai.
Dengan demikian, bila proses tersebut terlalu lama yang menyebabkan kaleng
mulai mendekati suhu minimum, maka kaleng harus segera dimasukkan kedalam
retort.
mempertahankan suhu produk digunakan media air dengan suhu 60 0C±5. Pada
mencegah proses pengkaratan pada kaleng. Selain itu, kolam creating berfungsi
unruk mencegah benturan pada kaleng yang dapat menyebabkan kerusakan fisik
pada kaleng. Kolam creating juga berfungsi untuk mempercepat penataan kaleng
kolam creating dilakukan untuk semua ukuran produk kaleng kecuali ukuran 68
oz karena ukuran kaleng yang cukup besar dan berat dikhawatirkan akan terjadi
secara manual oleh pekerja, tidak memerlukan waktu tunggu dan langsung
masuk kedalam retort yaitu IT produk, ukuran produk, style produk, jumlah
produk, nomor retort, retort cycle dan posisi keranjang yang dicatat dalam blanko
laporan.
36
3.1.1.19.Retorting
Apabila holding time terlalu lama, maka jumlah mikroba awal sebelum sterilisasi
akan terlalu banyak, sehingga standar proses sterilisasi akan terlalu banyak,
sehingga standar proses sterilisasi yang telah ditetapkan tidak dapat membunuh
semua mikroba pembusuk dan patogen yang ada. Kondisi standar yang digunakan
Suhu awal kaleng harus berada diatas 60 oC, apabila kurang dari suhu
tersebut, maka proses sterilisasi tidak dapat dilakukan dan kaleng harus diproses
o
ulang dibagian exhausting. Hal ini disebabkan pada suhu dibawah 60 C
termofilik yang tumbuh pada kisaran suhu 37-55 oC, dengan demikian akan
37
proses sterilisasi. Bila kondisi tetap dipertahankan sesuai dengan standar yang
ditetapkan, maka kemunginan akan terjadi under process yaitu proses tidak cukup
untuk membunuh mikroba patogen dan pembusuk yang ada. Sedangkan bila
kondisi diubah untuk menyesuaikan dengan jumlah mikroba awal, maka akan
terjadi over process yaitu proses berlebihan yang akan menyebabkan kerusakan
Jumlah maksimum keranjang yang dapat dimasukkan kedalam satu retort untuk
tahapan yaitu venting, cooking dan cooling. Tahapan pertama yaitu Venting adalah
proses pengeluaran udara yang terdapat didalam retort sebelum proses sterilisasi
penetrasi panas dari retort kedalam kaleng yang akan mempengaruhi proses
antara suhu dan tekanan. Apabila tidak dilakukan venting maka akan terjadi suhu
yang tidak sesuai dengan tekanan. Venting juga bertujuan untuk meningkatkan
Proses kedua yaitu cooking (sterilisasi) seteh suhu retort mencapai suhu
proses, maka waktu sterilisasi mulai diukur sesuai dengan standar. Tekanan harus
dipertahankan, hal ini perlu diperhatikan karena bila suhu kurang dari standar
akan terjadi under process, sedangkan bila suhu melebihi standar akan
uap panas harus diatur. Bila suhu tinggi maka uap panas akan dikurangi, namun
38
apabila suhu rendah uap panas akan ditambah. Tekanan akan tetap stabil selama
keran-keran lainnnya. Air pendinginan dapat dialirkan melalui dua saluran yaitu
bagian bawah dan bagian atas retort. Proses pendinginan dinyatakan selesai bila
suhu air dalam retort telah mencapai 38-42 oC. Suhu tersebut dapat dilihat dalam
catatan recorder. Aliran air pendinginan kemudian dihentikan dan air dikeluarkan.
Tutup retort dibuka terlebih dahulu dan keranjang diangkat dari retort. Seluruh
proses sterilisasi sejak venting sampai pendinginan akan dicatat pada recorder.
Dari catatan tersebut dapat diketahui apakkah proses yang dilakukan berjalan
secara sempurna atau terjadi penyimpangan. Data ini penting untuk melakukan
kaleng :
1. Diangkat keranjang dan dicatat jam closing, jenis dan ukuran produk, dan jenis
mesin penutup.
a. Tanggal produksi
c. Posisi keranjang
39
4. Cek IT produk dan dicatat dalam retort log.
5. Ditutup retort.
Tahapan proses sterilisasi beserta cara pengoprasian retort untuk produk kaleng
1. Venting
b. Pastikan jumlah retort yang sedang venting tidak lebih dari 5 retort (3 dari
retort 1-4 dan 2 dari retort 5-7). Jumlah retort yag dioprasikan secara
bersamaan tidak boleh lebih dari 5 karena uap yang dialirkan air dari
c. Pastikan posisi
Posisi yang harus dipastikan seperti kran air utama tertutup, kran angin
utama turtup, kran air trap terbuka, krain air atas tertutup, kran air bawah
40
tertutup, semua bleeder terbuka, kran vent terbuka, kran drain terbuka dan
d. Buka kran uap utama dan tekan tombol start, dicatat waktu dimulainya
venting
f. Dicatat suhu dan waktu venting bila keduanya telah terpenuhi, ulangi
proses venting bila salah satunya tidak terpenuhi. Suhu dan waktu venting
114 oC dalam waktu 11 menit. Apabila dalam waktu 11 menit suhu belum
2. Cooking
a. Jika suhu MIG (Mercury in glass) recording telah tercapai dicatat waktu
b. Bila suhu cooking turun melebihi 1oC maka dinaikkan suhu sampai dengan
suhu proses dan dihitung waktu cooking dari 0 kembali serta dicatat
3. Cooling
b. Jika cooking telah selesai, lakukan proses cooling dengan menutup kran
uap utama, tutup kran angin trap dan buka kran angin utama secara
perlahan-lahan, tutup kran air trap dan buka kran air utama, buka kran air
bawah secara perlahan setelah suhu turun ±10 oC, atur tekanan retort
dengan membuka kran overflow. Jika air mencapai ±3/4 bagian retort buka
41
krain air atas secara perlahan. Tutup kran air bawah secara perlahan jika
air telah penuh. Lalu urunkan tekanan retort jika suhu retort mencapai ±40
o
C
c. Cek/ukur residu klorin dengan mengambil air dari gelas penduga (kadar
d. Tutup kran air dan angin utama jika suhu air 40 oC±2 oC
f. Untuk menghindari buckle dan panel cek suhu produk (CT) setelah keluar
dari exhausting, sesuaikan antara suhu produk (CT), tekanan cooking dan
cooling
retort. Begitu pula jika suhu exhaustingnya kurang maka tekanan dalam retort
dinaikkan 0,05-1,0 Kg/cm2 dengan tujuan yang sama. Suhu exhausting sangat
maka kemungkinan masih terdapatnya udara didalam kaleng, dimana udara dalam
saat proses cooling sangat dipertahankan. Hal-hal yang harus diperhatikan selama
a. Suhu awal penutupan (IT) harus mencapai 50-60 oC, apabila suhu IT kurang
dan standar tersebut maka proses sterilisasi tidak maksimal, dan apabila
42
b. Suhu DT (Discharge Temperature) 38-42 oC, apabila suhu DT kurang maka
bakteri mesofilik akan mudah tumbuh, dan jika suhu lebih dari standar yang
terjadi pada saat inkubasi, dengan adanya tanda-tanda kaleng penyok, kembung
dan terjadi kebocoran hingga berkarat. Apabila suhu dan waktu saat proses
menggunakan alat can dryer. Kaleng akan disemprotkan dengan angin sehingga
sisa air ada kaleng dapat dikurangi. Pengeringan kaleng perlu dilakukan untuk
mencegah rekontaminasi debu atau mikroba yang mudah menempel pada kaleng
5. Kaleng dilewatkan pada track dan pastikan angin berfungsi dengan baik,
begitu juga dengan sikat kain. Sikat kain diganti setiap hari
43
6. Penataan produk dengan pallet yang dialasi layer karon dengan jumlah
maksimal 11 layer.
8. Jika pallet sudah penuh, tarik dari lifter dengan menggunakan hand truck
a. Tanggal produksi
b. Kode produksi
c. Ukuran kemasan
d. Jenis produk
a. Kode barang
Dengan bukti pemindahan barang dan ditanda tangani lengkap. Dokumen terkait
meliputi :
44
2. Laporan kerusakan bahan kemas
3. Kartu pallet
observasi. Observasi terdiri dari grading dan inkubasi. Produk disimpan dan ditata
pada pallet. Paletting adalah proses penyusunan kaleng pada pallet agar produk
akhir tersusun dengan rapi ketika penmpanan pada gudang. Finish Good Storage
(FGS). FGS adalah gudang penyimpanan produk akhir. Produk di-palleting dan
45
Gambar 3.12 Produk Akhir Selama Masa Observasi
(Sumber: https://www.etiramushrooms.com/baru2/factory.html)
kaleng dengan cara mengetuk permukaan kaleng. Kaleng yang rusak akan
berbunyi nyaring. Keadaan tersebut dapat terjadi apabila kaleng kembung, hal ini
maka akan dilakukan repack, namun apabila kembung yang disebabkan oleh
yang dilakukan tap test merupakan produk yang telah diberi status accepted.
Sebelum melakukan labelling, proses ini harus dilakukan guna untuk memastikan
Negara konsumen ETIRA beserta nama perusahaannya yaitu : New York, United
State (Hop chong), Jepang (Cargil Japan Limited), Dubai, UAE (Qual Pro),
South korea (Havan Food Supply), Seattle, WA (Mulsen Trading), Jeddah, Saudi
46
Arabia (SBTC),New York (JFE Shoji) dan Netherland (Champimer).Perusahaan-
yang tersusun diatas pallet dipindahkan menuju turn table yang kemudian melalui
yang telah diberi label akan melewati conveyor dan dimasukkan kedalam kardus.
tergantung besar kaleng. Satu kardus berisi 24 kaleng ukuran 4 oz, 12 kaleng
barang jadi) di area asepti. Karton-karton yang berisi kaleng diletakkan di atas
pallet tergantung dari besar kaleng. Untuk 4 oz 154 karton untuk 1 pallet, untuk 8
oz yang isi 24 kaleng dalam satu karton terdiri dari 80 karton untuk 1 pallet.
47
Sedangkan untuk 8 oz yang berisi 12 kaleng pada satu karton berisi 160 karton
produk. Proses penyimpanan ini akan terus berlangsung hingga karton siap untuk
Amerika Serikat, Jepang dan Timur Tengah. Produk yang dijual lokal hanya
sebagian kecil, yaitu untuk daerah disekitar pabrik dan Pangan Lestari Surabaya.
Adapun untuk produk yang akan didistribusikan ke luar negeri harus dikemas
dengan menggunakan kemasan tersier. Kemasan tersier terdiri dari begel, slip
sheet dan layer cover. Begel adalah sudut dari kemasan. Sedangkan slip sheet
48
adalah lembaran karton yang digunakan pada bagian bawah tumpukkan dus dan
layer cover adalah lembaran karton bagian atas dari tumpukkan dus. Setelah itu,
kemudian produk yang sudah dikemas akan lapisi oleh plastic wrap agar produk
1. Timbangan
Timbangan yang digunakan di PT ETIRA merupakan timbangan digital.
49
2. Conveyor
sortasi. Conveyor ini bergerak secara automatic, sehingga sangat efektif dalam
membantu pekerja.
3. Exhaust Box
50
Gambar 3.16. Exhaust box
(Sumber :Tokopedia, 2019)
4. Seamer
51
Tabel 3.8. Spesifikasi Mesin Penutup Kaleng (Seamer)
Alat dan Spesifikasinya
Nama Seamer
Fungsi Menutup kaleng
Merk Shin-I
Bahan Stainless steel
Ukuran 1,35 m x 1,75 m x 0,75 m
(Sumber :Tokopedia, 2019)
5. Keranjang Besi
6. Retort Batch
Alat ini berfungsi untuk sterilisasi pada jamur kancing kaleng di PT ETIRA.
Sterilisasi ini bertujuan untuk mencegah kesempatan mikroba memperbanyak
diri.
52
Gambar 3.19. Retort
(Sumber : Tokopedia, 2018)
7. Pallet
dilakukannya can drying. Alat ini juga dapat digunakan untuk meletakan final
product yang bertujuan agar produk tidak bersentuhan langsung dengan lantai.
Gambar 3.20.Pallet
(Sumber : Tokopedia, 2018)
Tabel 3.11. Spesifikasi Pallet
Alat dan Spesifikasinya
Nama Pallet
Fungsi Mewadahi karton
Bahan Kayu
Ukuran 90 cm x 90 cm
(Sumber :Tokopedia, 2019)
53
8. Forklift
memindahkan barang.
sanitasi lingkungan kerja, sanitasi pekerja serta sanitasi mesin dan peralatan. Hal
54
Procedur(SSOP). Prosedur ini dibuat untuk membantu industri pangan dalam
monitoring sanitasi, serta memelihara kondisi dan praktik sanitasi. SSOP meliputi:
keamanan air, kondisi atau kebersihan permukaan yang kontak dengan makanan,
pembersihan sebanyak 3 kali sehari yaitu, saat proses produksi akan dimulai, saat
istrirahan (4 jam sekali) dan setelah proses produksi selesai. Ruang pengolahan
juga dilengkapi dengan blower yang berfungsi sebagai sirkulasi udara di dalam
ruang pengolahan. Setiap alur produksi, terdapat beberapa lampu yang tertutup
sehingga apabila bohlam atau neon yang gunakan sebagai penerangan pecah,
pecahan tidak akan mencemari produk. Kemudian pada dinding ruang pengolahan
dilapisi dengan keramik, sedangkan untuk lantai, tidak terbentuk sudut dan
control meliputi pemasangan kawat kasa pada dinding ruangan penerimaan bahan
baku, pintu utama gudang (FGS dan Ware House), penghubung dengan atap, dan
pada ventilasi. Selain itu, dilakukan juga pemasangan plastik pelindung / plastik
55
curtain pada tiap pintu masuk ruangan produksi. Sebelum memasuki ruang raw
material terdpat footbath yang telah berisi air dengan campuran clorin sebagai
memasuki ruang produksi dan saat bekerja di ruang produksi. Sebelum memasuki
56
ruang produksi seluruh pekerja diwajibkan untuk mengenakan sepatu boot,
penutup kepala dan masker dengan benar. Selain itu, prosedur memasuki area
proses produksi yaitu petugas melakukan pemeriksaan tangan, kuku, rambut dan
ke dalam bak air klorin 50 ppm. Selama proses produksi berlangsung, pekerja
dilarang makan, mengobrol, dan meludah. Hal ini menjadi usaha pencegahan
dan peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan harus dibersihkan secara
sebelum melakukan proses, saat istirahan (setelah 4 jam), dan saat proses produksi
selesai. Dalam melakukan proses sanitasi, air yang digunakan telah mengandung
untuk membersihkan mesin dan peralatan karena tidak berbau. Selain itu,
dilakukan dengan system CIP (Clean In Place) yaitu proses pembersihan mesin
57
dan peralatan di ruang produski, seperti washer, blancher, dan lain sebagainya.
nampan dan lain sebagainya dibersihkan menggunakan sistem COP (Clean Out
Pengendalian mutu produk merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan
dalam rangka menghasilkan produk yang memiliki mutu yang baik. Pengendalian mutu
suatu produk dapat ditempuh melalui upaya-upaya sebagai berikut pengendalian mutu
pengadaan bahan baku, pengendalian proses produksi dan pengendalian mutu produk
akhir.
dilakukan pemeriksaan oleh Quality Assurance (QA) bagian raw material untuk
mengetahui jenis-jenis kerusakan kimia, fisika dan patologi dan pemeriksaan mite
and maggot. Spesifikasi jamur segar dapat dilihat pada tabel 3.15.
2. Catat jam terima, tanggal, jumlah tiap rit, kualitas, kondisi kendaraan
pengangkut.
58
3. Sampel diambil sebanyak 0,1% dari berat total kedatangan masing-masing rit.
4. Cara pengambilan :
pallet.
manggot.
a. Soil on stem
b. Mekar/oven veil
c. Pathological damage
d. Broken
e. Mechanical damage
kerompong.
jumlah fancy.
59
b. Oversize mushroom > 35 mm
c. Diameter 22-35 mm
Berat defect
Berat defect = x100
Berat Total Sample
60
Tabel 3.15. Spesifikasi Jamur Segar
Standar
Fisik Keterangan
KW I KW II
Jamur Champignon kuncup, tight, Tidak
Fancy Min 50%
Diameter 23-50 mm ditemukan
Tanah yang terjepit jaringan max
SOS (Soil
diujung batang jamur dan tidak Max 1% 3%
On Stem)
bisa dicuci
Jamur yang membuka pada bagian Tidak
Open Veil Max 38%
lamella ditemukan
Open
(Mekar Jamur yang tudungnya membuka Max 0% 30%
Payung)
Jamur yang bentuknya tidak
Broken normal/tidak utuh lagi, pecah Max 5% 10%
menjadi 2 bagian atau lebih
Phatological Kerusakan pada jamur segar yang
Max 2% 5%
damage disebabkan oleh penyakit
Jamur yang terluka pada bagian
Mechanical stem dan atau cap akibat perlakuan Tidak
Min 50%
damage mekanis, seperti pisau, keranjang, ditemukan
kuku pemetik dll
Brown Spot Bercak kekuningan samapai Max 1% 2%
Stem Too Panjang stem melebihi diameter
Max 1% 3%
long cup
Kenampakan bersih, tidak
banyak terikat tanah casing
Warna putih normal jamur
Lain-lain
champignon
Tidak bercampur benda
asing
Insect
Serangga kecil yang berada hidup 2000 ekor/180 gram
Mite Max
dipermukaan sampel
4 ekor jika panjang >
Larva dari lalat yang hidup dalam
Maggot Max 2 mm 30 ekor jika
jamur
panjang < 2 mm
Sumber : (PT. Eka Timur Raya, 2019)
61
Untuk bahan tambahan seperti garam, vitamin C dan asam sitrat yang
untuk garam, vitamin C dan asam sitrat dapat dilihat pada tabel 3.16, tabel
62
Tabel 3.17. Spesifikasi vitamin C
Parameter Standard
Physical
Bentuk dan Warna Kristal, Putih, bersih, kering pada suhu ruang
Colour of solution Bening, Jernih
Sensoris
Rasa Sangat masam, tidak ada rasa asing
Bau negatif
Kimia
pH 2,1-2,8
Kadar Vitamin C Min 99%
Heavy metals 10 ppm
Oxalic acid/ 0,2%
Impurity E
Copper 5 ppm
Lead 5 ppm
Iron 2 ppm
Sulphated Ash/ 0,1 %
Residu on
Ignitation
Arsenic 3%
Mercury 1 ppm
63
Tabel 3.18. Spesifikasi Asam Sitrat
Parameter Standard
Physical
Bentuk dan Warna Kristal, Putih, bersih, kering pada suhu ruang
Colour of solution Bening, Jernih
Sensoris
Rasa Sangat masam, tidak ada rasa asing
Bau negatif
Kimia
pH Min 2,00
Max 2,40
Assay 99,5-105 %
Heavy metals 5 ppm
Iron 50 ppm
Chlorides 50 ppm
Oxalate 100 ppm
Sulphate 150 ppm
Sulphated Ash/ 0,05 ppm
Residu on
Calcium 200 ppm
Arsenic 1 ppm
Mercury 1 ppm
Aluminium 0,2 ppm
Lead 1 ppm
Halal Halal MUI
Alergen Nol
Sumber : (PT. Eka Timur Raya, 2019)
Pada proses produksi penanganan quality control di perusahaan PT. Eka Timur
Raya terdiri dari Quality control raw material, quality control semi produk,
quality control seamer, quality control can drying, quality control finish good
a. Pencucian (Washing)
64
mengetahui kadar chlorine yang digunakan yaitu dengan mengukur residu
chlorinenya dengan kadar chlorine yang boleh digunakan yaitu minimal yaitu 0,2
ppm dan kadar maksimal yaitu 1 ppm. Pengukuran residu chlorine dilakukan
organik dan senyawa non organik pada proses pencuncian jamur serta ada yang
tidak berikatan karena larutan sudah jenuh yang disebut free residual clorin.
berikatan dengan senyawa organik maupun senyawa non organik seperti jamur,
wadah dan mikroba yang berarti mikroba yang terdapat di dalam bak washer telah
mati karena telah berikatan dengan semua mikroba yang terdapat di dalam proses
washing.
b. Pemanasan (Blanching)
kedalam ember yang diisi dengan air dan diamkan selama 5 menit. Jamur yang
ditimbang sebagai jamur yang tidak matang. Persentasi kematangan jamur yang
standar, masa blancher dimatikan dan diatur suhu blancher sedangkan jika suhu
65
c. Pendinginan (Cooling)
sekali yang bertujuan untuk mengetahui suhu tengah jamur yang dicek dengan
cm) dan maksimal 45oC (diameter > 4 cm). Selain pemeriksaan suhu tengah,
pada saat cooling juga dilakukan pengecekan suhu air cooling pada bagian
tengah mesin screw cooler dengan suhu maksimal 30oC. Pengukuran tingkat
terjadinya proses oksidasi karena proses inaktivasi enzim penolase yang belum
slicing. Sedangkan jika jamur terlalu matang maka akan menyebabkan berat
Standar case). KPC (Kilogram per standar case) adalah hitungan untuk
satu standar case jamur kaleng. Standar case adalah satu karton yang berisi 24
kaleng 4 oz. Jika susut bobot tinggi, maka jamur segar yang dibutuhkan untuk
pencucian kaleng harus kering dan air pencuci tidak tertinggal di dalam kaleng.
66
e. Pengisian jamur (Filling weight)
setiap 15 menit sekali yang bertujuan untuk mengetahui berat jamur yang diisikan
ke dalam kaleng. Untuk jamur segar, filling weight ditentukan oleh drain weight
dan persentasi susut steril. Sehingga diperoleh jumlah filling weight sebesar 121
gram. Jika drain weight rendah maka filling weight harus ditambahka begitu juga
membagi jumlah drain weight dengan persentase susut steril. Adapun untuk
jenis pemeriksaan pada jamur. Parameter jenis pemeriksaan tergantung dari jenis
jamur yang akan di cek. Pada umunya pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa
soil on stem dan Extranous Foreign Material dengan batas standar 0% sedangkan
jamur yang mengalami serius damage memiliki batas standar 10%, broken dengan
standar 10%, cracked gill dengan standar 5% dengan total defect sebesar 20% dan
hanya dilakukan pada jamur whole dan sliced berdasarkan diameter rangenya.
jamur PNS merupakan jamur yang dipotong tidak teratur dalam ukuran bentuknya
dan merupakan potongan dari bagian cup dan stem. Adapun ketentuan defect yang
diperbolehkan pada setiap jenis produk terdapat pada tabel sebagai berikut :
67
Tabel 3.19. Standar Pemeriksaan pada Jamur Whole
Jenis yang diperiksa Standar
Soil On Stem 0%
Extranous Foreign Material 0%
Damage
Serius damage 10%
Broken 10%
Cracked gills 5%
Uniformity 85%
Diameter range
Total defect 20%
Sumber : PT Eka Timur Raya (2019).
68
Tabel 3.21. Standar Pemeriksaan pada Jamur PNS (Pieces and Stem)
Jenis yang diperiksa Standar
Soil On Stem 0%
Extranous Foreign Material 0%
Damage
Serius damage 10%
Fine (serpihan) 8%
Total defect 20%
Repack 10%
Stem Only 10%
Dark colour 5%
Thickness 4-6 mm
Sumber : PT Eka Timur Raya (2019).
Sampel larutan brine dibawa ke laboratorium untuk diukur nilai pH dan Salt
Level. Tujuan pengukuran nilai pH dan salt level adalah untuk mengetahui pH
dan salt level produk sebelum dan setelah ditambahkan brine.Control brine
dilakukan dengan parameter pH sebesar 2,75-3,20 dan salt level 1,8-2,2 yang
dilakukan setiap 15 menit sekali pada setiap kali pembuatan brine dan pada
69
g. Exhausting
bertujuan untuk mengetahui suhu tengah produk atau titik terdingin pada produk
75-78 oC. Apabila suhu CT (Central Temperature) kurang dari 75 oC maka akan
membentuk tekanan vakum yang rendah karena masih terdapat udara didalam
pada produk karena keadaan produk yang hampa udara atau sangat vakum.
Ukuran kaleng yang lebih besar membutuhkan waktu yang lebih lama ketika
proses exhausting karena penambahan panasnya lebih lama yaitu 80oC untuk
kaleng 68 oz. Oleh karena itu, kecepatan yang dimiliki mesin exhausting berbeda-
beda.
yang keluar dari seamer akan diambil dan direndam selama 5 menit kemudian
70
menggunakan counter sink gouch. Pemeriksaan pembedahan dilakukan dua kali
a. Scartch : yaitu goresan yang dapat mengakibatkan karat. Scartch bisa terjadi
b. Cut Over : Terpotongnya bagian cover yang terletak anatara bagian apnel
e. Vee : Double seam turun membentuk huruf “V” (Jarak cover hook kurang dari
standar).
g. Kock Down Flange (KDF) : Body dan cover terlipat namun tidak menyatu dan
h. Dent : Suatu keadaan body kaleng penyok diakibatkan karena seaming chuck
(bagian kaleng yang mengait dengan lid), cover hook, over lap, thigtness rating,
71
3.4.1.3. Pengendalian Mutu Produk Akhir dan Penyimpanan
a. Observasi
ketahanan, kualitas dan masa simpan produk. Produk jadi yang telah diterima
a. Inkubasi
ditentukan selama satu minggu dengan tujuan untuk mengetahui ada atau
diambil dari masing-masing retort cycle sebanyak dua buah kaleng. Sampel
b. General Grading
setelah sterilisasi. Jika hasil yang di grading tidak memenuhi standar yang telah
72
Tabel 3.23 Spesifikasi Jamur Sliced Mushroom
CAN
Berat produk (gram) 211 x 212 300 x 400 300 x 407 603 x 700
Net weight 195 – 210 370 – 390 395 - 425 2850 – 3000
Drained weight 113 227 227 1927
Gross slack Fill 105 215 215 1891
Diameter Range (mm) 23-42 23-42 23-42 23-42
Headspace (mm) max 7 max 10 max 10 max 17
Vacum Min 5 inHg
Ph 4,6-6,5
Salt Level 1,4-2,6 % Bx
Tebal Irisan Min 4,2 mm
Tabel 3.9 Spesifikasi Jamur Sliced Mushroom (Lanjutan)
CAN
Berat produk (gram) 211 x 212 300 x 400 300 x 407 603 x 700
Net weight 195 – 210 370 – 390 395 - 425 2850 – 3000
Drained weight 113 227 227 1927
Gross slack Fill 105 215 215 1891
Texture Liat dan kenyal
Colour Of Mushroom Standard USD colour guide #3-4, No #5
Colour Brine Bening/sedikit keruh, berwarna kuning sampai coklat
muda
Flavour Bau dan rasa yang normal, bebas dari bau asing
Detective unit :
SOS Tanah casing yang terikut di bagian stem/batang
jamur (nol)
Extranous Foreign
Selain jamur dan larutan pengisi (nol)
Material
Damage Disebabkan oleh penambahan warna, cacat mekanis,
cacat patologis, sebab lain yang menyebabkan
kenampakan /kualitas warna berkurang. Max 10%
Broken Unit irirsan jamur yang bentuk normalnya rusak/
yang terpisah menjadi 2/ lebih beberapa bagian veil.
Max 5%
Small Side Slices Irisan jamur tanpa stem, hanya terpotong di satu sisi
dan memiliki ukuran panjang. Max 12,7 mm Max.
5%
Horizontal Cuts Irisan jamur yang arah potongannya tidak sejajar
dengan stem. Max 20%
Mite Count Maksimal 75 ekor/100 gram, jika ukuran >1 mm
Maggot Count Maksimal 20 ekor/kemasan jika ukuran <1 mm
Chemical Limit
Leads (Pb) Max 2,0 mg/kg
Coppas (Cu) Max 5,0 mg/kg
73
Zink (Zn) Max 4,0 mg/kg
Merang (Hg) Max 0,03 mg/kg
Arsen (As) Max 1,0 mg/kg
Tin (Sn) Max 250 mg/kg
Microbial Limits
Coliform < 3 MPN/g
C. Perfringens Negative
C. Botulinum Negative
Sumber : (PT Eka Timur Raya, 2019)
74
Tabel 3.24 Spesifikasi Jamur Whole Mushroom
CAN
Berat produk (gram) 211 x 212 300 x 400 300 x 407 603 x 700
Net weight 195 – 210 370 – 390 395 - 425 2850 – 3000
Drained weight 113 227 227 1927
Gross slack Fill 105 215 215 1891
Diameter Range (mm) 17-34 17-34 17-34 17-34
Headspace (mm) max 7 max 10 max 10 max 17
Vacum Min 5 inHg
pH 4,6-6,5
Salt Level 1,4-6,5 % Bx
Texture Liat dan kenyal
Colour Of Mushroom Standard USD colour guide #3-4, No #5
Colour Brine Bening/sedikit keruh, berwarna kuning sampai coklat
muda
Flavour Bau dan rasa yang normal, bebas dari bau asing
Detective unit :
SOS Tanah casing yang terikut di bagian stem/batang
jamur (nol)
Extranous Foreign
Selain jamur dan larutan pengisi (nol)
Material
Damage Disebabkan oleh penambahan warna, cacat mekanis,
cacat patologis, sebab lain yang menyebabkan
kenampakan /kualitas warna berkurang. Max 10%
Cracked gills Sobek pada bagian veil/lamella yang tidak tergolong
open veil maksimal 5%
Crushed/broken Unit jamur yang bentuk normalnya rusak/yang
terpisah menjadi 2 atau lebih beberapa bagian
maksimal 10%
Mite Count Maksimal 75 ekor/100 gram
Maggot Count Maksimal 2 ekor/kemasan jika ukuran >1 mm
Maksimal 20 ekor/kemasan jika ukuran <1 mm
Leads (Pb) Max 2,0 mg/kg
Coppas (Cu) Max 5,0 mg/kg
Zink (Zn) Max 4,0 mg/kg
Merang (Hg) Max 0,03 mg/kg
Arsen (As) Max 1,0 mg/kg
Tin (Sn) Max 250 mg/kg
Coliform < 3 MPN/g
C. Perfringens Negative
C. Botulinum Negative
Sumber : (PT Eka Timur Raya, 2019.)
75
Tabel 3.25 Spesifikasi Produk Jadi Pieces and Stems Mushroom
CAN
Berat produk (gram) 211 x 212 300 x 400 300 x 407 603 x 700
Net weight 195 – 210 370 – 390 395 - 425 2850 – 3000
Drained weight 113 227 227 1927
Gross slack Fill 105 215 215 1891
Headspace (mm) max 7 max 10 max 10 max 17
Vacum Min 5 inHg
Ph 4,6-6,5
Salt Level 1,4-2,6 % Bx
Tebal Irisan Min 4,2 mm
Texture Liat dan kenyal
Colour Of Mushroom Standard USD colour guide #3-4, rata tidak melebihi
warna #4, warna #5 tidak lebih dari 10%
Colour Brine Bening/sedikit keruh, berwarna kuning sampai coklat
muda
Flavour Bau dan rasa yang normal, bebas dari bau asing
Detective unit :
SOS Tanah casing yang terikut di bagian stem/batang
jamur (nol)
Extranous Foreign
Selain jamur dan larutan pengisi (nol)
Material
Damage Disebabkan oleh penambahan warna, cacat mekanis,
cacat patologis, sebab lain yang menyebabkan
kenampakan /kualitas warna berkurang. Max 10%
Fines Serpihan kecil dari jamur berukuran 6 mm-max 8%,
max 5% untuk kaleng ukuran (603x700)
Mite Count Maksimal 75 ekor/100 gram, jika ukuran >1 mm
Maggot Count Maksimal 20 ekor/kemasan jika ukuran <1 mm
Chemical Limit
Leads (Pb) Max 2,0 mg/kg
Coppas (Cu) Max 5,0 mg/kg
Zink (Zn) Max 4,0 mg/kg
Merang (Hg) Max 0,03 mg/kg
Arsen (As) Max 1,0 mg/kg
Tin (Sn) Max 250 mg/kg
Microbial Limits
Coliform < 3 MPN/g
C. Perfringens Negative
C. Botulinum Negative
Sumber : (PT Eka Timur Raya, 2019).
76
c. Check mite
Check mite dilakukan setelah proses inkubasi, hal ini bertujuan untuk
menghitung jumlah serangga dan hewan kecil lainnya yang terdapat pada
jamur, baik jamur segar, semi product maupun final product. Total mite dan
diedarkan.
c. Reject yaitu produk mngalami kerusakan dan tidak dapat dipasarkan dan
harus dimusnahkan karena terdapat tanda-tanda kerusakan yang dapat
membahayakan konsumen. Produk riject ditandai dengan kartu status
berwarna merah
77
d. QA melakukan pengecekan terhadap kaleng yang telah dilabel.
Pengecekan proses final labelling untuk produk kaleng dapat dilihat pada
Tabel 3.27.
78
3.5. Fokus dan Pelaksanaan Kerja
minggu yang dimana prosesnya berlangsung dari mulai awal sampai akhir proses
produksi. Akan tetapi lebih difokuskan pada proses pengolahan jamur kancing di
pabrik. Pengolahan jamur kancing di PT ETIRA berlangsung dari jam 08.00 WIB
sampai sekitar jam 17.00 WIB yaitu sampai proses can drying. Dalam setiap
pengolahan jamur kancing diperlukan kedisiplinan dan kerja keras serta ketelitian
untuk menghasilkan produk akhir yang memiliki kualitas dan mutu yang baik.
Kami mengikuti setiap tahapan proses dengan baik dan benar. Kami tidak terjun
langsung bekerja namun hanya mengamati setiap proses produksi yang dilakukan
dan pekerja, diskusi dan sharing dengan pembimbing lapangan, presentasi hasil
ETIRA yaitu balasan surat permohonan yang diajukan terkesan lambat, sehingga
kami harus menunggu lama untuk mendapatkan data seperti sejarah perusahaan
dan informasi lainnya terutama yang berkaitan dengan limbah. Selain itu, yang
untuk menjelaskan proses pengolahan dan realita yang ada di perusahaan. Adapun
kendala lain yaitu kurang memahami bahasa daerah yang digunakan. Selain itu
78
kendala yang dihadapi yaitu kita hanya bisa melihat proses pengolahan dan tidak
Cara mengatasi kendala yang telah disebutkan diatas adalah dengan cara
memastikan setiap harinya terkait balasan surat permohonan atau mencari literatur
laporan, penulis mencari spesifikasi dan fungsi masing-masing alat yang mirip
dengan alat yang ada di PT ETIRA melalui internet. Selain itu untuk lebih
memahami proses pengolahan kita harus aktif dalam bertanya serta lebih sering
79
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
magnet trap, shaking, metal detector, stone trap, deatering, pencucian kaleng,
2. Proses pengendalian mutu di PT. ETIRA terdiri dari pengendalian mutu bahan
4.2 Saran
Berdasarkan hasil kegiatan PKL yang dilakukan di PT ETIRA terdapat
pisau harus tajam dan tidak berkarat, maka diperlukan pekerja untuk
80
mengasah pisau saat perusahaan tidak produksi sehingga pisau dapat
81
DAFTAR PUSTAKA
Djamil, R. & Anelia, T., 2009. Penapisan Fitokimia, Uji BSLT, dan Uji
Antioksidan. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 7(2): 65–71.
82
Lampiran 1. Jurnal Harian PKL
83
Lampiran 2. Certificate Of Regisration (SGS)
84
Lampiran 3. Surat Permohonan PKL
85
86
87
88