Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PENGALENGAN JAMUR


KANCING DI PT.EKA TIMUR RAYA (PT ETIRA), PURWODADI,
JAWA TIMUR

OLEH

SITI RAHMAH
J1A016096

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019

i
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PENGALENGAN JAMUR


KANCING DI PT.EKA TIMUR RAYA (PT ETIRA), PURWODADI,
JAWA TIMUR

OLEH

SITI RAHMAH
J1A016096

Diajukan Sebagai Salah Salah Satu Syarat Kelengkapan Menyesuaikan Studi


Stratum Satu (S1) Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019

ii
RINGKASAN

Siti Rahmah. J1A016096. Pengendalian Mutu Pada Proses Pengalengan Jamur


Kancing Di Pt.Eka Timur Raya (Pt Etira), Purwodadi,Jawa Timur. Pembimbing:
Yeni Sulastri, S.TP., M.Si dan Rucitra Widyasari, S.TP., M.Si.

PT. Eka Timur Raya (PT ETIRA) merupakan salah satu perusahaan di Indonesia
yang bergerak dalam bidang pengolahan hasil pertanian berupa jamur kancing.
Perusahaan ini terletak di Jalan Nangkojajar KM 1,4 Desa Cowek, Kecamatan
Purwodadi, kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.Perusahaan ini juga merupakan
industri swasta yang didirikan pada tanggal 19 Desember 1999 oleh Bapak Cholid
Bawazir. Pendirian perusahaan ini telah memiliki izin dari dinas dan pemerintah
daerah terkait, seperti dengan diterbitkannya Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
dengan nomor 132610100414. Kegiatan usaha pokok perusahaan ini yaitu
budidaya dan pengalengan jamur. Proses pengalengan jamur kancing di PT. Eka
Timur Raya dimulai dari penerimaan bahan baku, pencucian, blancing,sortasi 1
dan 2, pemotongan (slicing), pengayakan (shaking), pencucian kaleng dan
pemberian kode lid, pengisian (filling), penimbangan, pembuatan larutan brine,
pengisian larutan brine, exhausting, closing/seaming, perendaman dalam kolam
creating, sterilisasi (retorting), can drying, pengemasan (packaging), inkubasi,
penyimpanan dan pendistribusian. Untuk mencapai sasaran mutu yang diinginkan
PT. Eka Timur Raya melakukan pengendalian mutu pada setiap bahan baku dan
proses pengolahan. Pengendalian mutu bahan baku dan proses pengolahan
dilakukan oleh Quality Assurance (QA) yang sekaligus juga sebagai Quality
control (QC). Pengendalian mutu dilakukan setiap proses produksi berlangsung.
Proses pengendalian mutu di PT. ETIRA terdiri dari pengendalian mutu bahan baku oleh
QA Werehouse kecuali untuk jamur, pengendalian mutu proses pengolahan oleh QA raw
material, QA semi produk, QA closing dan pengendalian mutu produk jadi oleh QA
laboratorium.

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengendalian Mutu Pada Proses Pengalengan Jamur


Kancing Di Pt.Eka Timur Raya (Pt Etira),
Purwodadi,Jawa Timur

Nama Mahasiswa : Siti Rahmah

Nomor Mahasiswa : J1A016096

Program Studi : Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas : Teknologi Pangan dan Agroindustri

Telah Disetujui dan Dinyatakan Lulus pada Tanggal ............................

Pembimbing/Penguji I Pembimbing/Penguji II

Yeni Sulastri, S.TP., M.Si Rucitra Widyasari, S.TP., M.Si.


NIP.19830107 201404 2 001 NIP. 19850622 201504 2 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan

Dr. Ir. H. Satrijo Saloko, M.P.


NIP.19680313 199203 1 001

Tanggal Pengesahan: .

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat

dan hidayah-Nya Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul

“Pengendalian Mutu Pada Proses Pengalengan Jamur Kancing Di Pt.Eka

Timur Raya (Pt Etira), Purwodadi,Jawa Timur” ini dapat diselesaikan tepat

pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih

khususnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. H. Satrijo Saloko, M.P. selaku Ketua Program Studi Ilmu dan

Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas

Mataram.

2. Ibu Yeni Sulastri, S.TP., M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Rucitra
Widyasari, S.TP., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II.

3. Bapak Wahyu Raditya Ardi selaku pembimbing lapangan, Ibu Ninik, Pak Eko,

Pak Nabil, Pak Juardi, Pak Supri, Pak Afandi, Ibu Iin, Mbak Fir, Mba Susi,

Pak Basuki, serta semua staf PT. Eka Timur Raya.

4. Ibu Nur dan Bapak Arifin, mbak Ufi dan mbak Anggi atas bantuannya selama

kami tinggal di Pasururan.

5. Teman-teman PKL Wulan dan Lina.

Penulis menyadari penyusunan laporan PKL ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun.

Mataram,

Penulis

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai dunia kerja

serta memberikan gambaran tentang ilmu yang didaptkan di fakultas dengan dunia

kerja. Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram

meyelenggarakan mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa

sebagai suatu upaya untuk menerapkan berbagai macam teori dan praktik yang

telah didapatkan mahasiwa selama perkuliahan. Perkembangan industri pangan di

Indonesia yang semakin pesat dapat membuka kesempatan bagi mahasiswa

teknologi pangan untuk mengetahui lebih jauh tentang industri tersebut.

Industri pengalengan jamur kancing merupakan salah satu jenis industri

pangan yang berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan

konsumsi akan produk olahan pangan dalam bentuk yang lebih tahan lama serta

praktis.. Jamur kancing merupakan hasil budidaya yang berasal dari bahan-bahan

sisa seperti ampas tebu, jerami padi, pupuk kandang, dan bungkil-bungkil kacang.

Proses pengalengan jamur kancing merupakan proses yang bertujuan untuk

mempertahankan jamur dari kerusakan karena sifatnya yang mudah mengalami

respirasi.

PT. Eka Timur Raya (PT ETIRA) adalah salah satu perusahaan yang

bergerak dalam bidang pengalengan Jamur di Indonesia. Perusahaan ini telah

menghasilkan produk jamur kancing kaleng dengan kualitas ekspor. Proses

1
pengalengan jamur kancing di PT ETIRA meliputi beberapa tahapan mulai dari

penerimaan bahan baku sampai penyimpanan di gudang barang jadi (Finsh good

storage) serta pendistribusiannya. Penanganan jamur kancing dari tahap awal

sampai akhir merupakan salah satu hal yang penting untuk diketahui. Penanganan

yang benar pada setiap tahapan dapat menentukan produk akhir yang dihasilkan.

Oleh karena itu, kegiatan PKL ini penting dilakukan guna mengetahui bagaimana

proses produksi pengalengan jamur kancing di PT Eka Timur Raya (PT.ETIRA)

terutama terkait pengendalian mutu pada bahan baku, proses dan pengendalian

mutu produk akhir.

1.2.Maksud dan Tujuan PKL

Pelaksanaan PKL ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan

secara nyata ilmu yang di dapatkan di bangku perkuliahan untuk mengasah

keterampilan yang dimiliki sehingga menjadikan mahasiswa yang unggul dan siap

terjun didalam dunia kerja.

Adapun tujuan dilaksanakan PKL ini antara lain :

1. Untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana proses pengolahan jamur

kancing.

2. Untuk mempelajari cara pengendalian mutu pada proses pengalengan jamur

kancing di PT. Eka Timur Raya (PT ETIRA), Purwodadi, Jawa Timur.

2
1.3.Kegunaan PKL

Adapun beberapa kegunaan atau manfaat dari PKL ini antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

1. Realisasi terkait adanya misi sebagai fungsi dan tanggung jawab sosial

kelembagaan.

2. Terjalinnya hubungan dan kerjasama yang sehat dan dinamis antara

intansi/perusahaan dengan Lembaga Perguruan Tinggi.

2. Bagi Mahasiswa

1. Melatih keterampilan mahasiswa program sarjana (S1) sesuai dengan

pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan.

2. Untuk mendapatkan pengalaman kerja, keterampilan dan meningkatkan

wawasan di bidang industri pengolahan.

3. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan mencoba

menemukan sesuatu yang baru yang belum diperoleh dari pendidikan

formal.

3. Bagi Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram

Memberikan umpan balik untuk menyempurnakan kurikulum yang sesuai

dengan kebutuhan di lingkungan intansi/perusahaan dan tuntutan pembangunan

pada umumnya. Sehingga, Fakultas Teknologi Pangan dan Agronidustri

Universitas Mataram mampu bersaing didunia pendidikan dan dilapangan.

3
1.4. Tempat PKL

PKL ini dilaksanakan di PT Eka Timur Raya (ETIRA) yang terletak di Jalan

Nangkojajar KM 1,4 Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan,

Jawa Timur. Batas wilayah tempat PKL sebelah utara pabrik agar-agar, sebelah

Timur sungai kaki Gunung Baong, sebelah selatan jalan raya Nangkojajar dan

sebelah barat pabrik agar-agar.

1.5. Jadwal Waktu PKL

PKL ini dlaksanakan pada tanggal 29 Juli 2019 sampai dengan 23 Agustus

2019. PKL dilaksanakan setiap hari senin sampai jum’at selama 8 jam kerja

(08.00-16.00 WIB) dan hari sabtu selama 5 jam kerja (07.00-12.10 WIB). Adapun

jurnal harian kegiatan PKL dapat dilihat pada Lampiran 1.

4
BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Eka Timur Raya (PT ETIRA) adalah sebuah perusahaan swasta

budidaya dan pengolahan jamur kancing. Tempat fasilitas produksi PT ETIRA

terletak sekitar 65 km dari kota pelabuhan Surabaya yang juga merupakan bandara

internasional terdekat. Perusahaan ini didirikan mengingat ketersediaan bahan

baku untuk produksi jamur dan kondisi ideal pertumbuhan alami yang ada di

daerah pegunungan di Jawa Timur. Budidaya jamur PT ETIRA berada di 1700-

1800 meter di atas permukaan laut dekat Gunung Bromo. Bahan baku jamur

kancing dari Gunung Bromo kemudian dibawa ke pabrik yang berjarak sekitar 28

km. Etira memproduksi sekitar 7.200 ton jamur kancing (Agaricus bisporus) per

tahun untuk diolahan sebagai produk kaleng atau beku dengan pengemasan sesuai

dengan permintaan pelanggan (buyers).

Tahun 2005, PT ETIRA membentuk perusahaan gabungan dengan Topp Im

BV dari Belanda untuk masuk ke dalam dunia produksi jamur beku. Asosiasi ini

adalah contoh dari kerjasama yang sangat baik antara kedua perusahaan yang

berpartisipasi dari timur dan barat. Perusahaan baru yang terbentuk bernama PT

ETIRA Champimer Indonesia (Etichamp). Fasilitas IQF Etichamp berada dalam

lokasi PT ETIRA. Etichamp memproduksi berbagai produk IQF seperti jamur

kancing secara utuh, diiris, dibelah dua dan dipotong tergantung pada kebutuhan

pelanggan (buyers). Produk PT ETIRA banyak di ekspor ke negar-negara maju

5
seperti Amerika, Arab Saudi dan Timur Tengah. Produksi lokal hanya pada

daerah Surabaya dan Jakarta Selatan.

2.1.1. Penghargaan yang Diraih

Adapun penghargaan yang diterima oleh PT ETIRA yaitu Sertifikat yang

telah diperoleh adalah SQF 200CMCODE, Level3-Comprehensive Food Safety And

Quality Management System. Dimana dengan adanya sertifikat ini perusahaan

telah menetapkan standar sesuai dengan FDA (Food and Drug Administration).

FDA adalah standar internasional di bidang manajemen mutu. Suatu lembaga atau

organisasi yang telah mendapatkan akreditasi (pengakuan dari pihak lain yang

independen). Sertifikat penghargaan untuk PT ETIRA dapat dilihat pada

Lampiran 2.

2.1.2. Tujuan Didirikan Perusahan

Tujuan didirikan perusahan ini adalah memenuhi permintaan pasar dan

mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menghasilkan produk

yang berkualitas, serta ikut melaksanakan kebijakan pemerintah dalam

pembangunan nasional di bidang ekonomi, khususnya pembangunan di bidang

pertanian sub sektor pembudidayaan.

2.1.3. Visi dan Misi Perusahaan

Adapun visi dari PT ETIRA adalah “berproduksi secara efektif dan efisien

dalam lingkungan yang bersih, rapi, higienis sesuai aturan yang ditetapkan”.

Adapun misinya sebagai berikut :

1. Bekerja dengan ikhlas, cerdas, dan keras.

6
2. Selalu berpegang pada nilai dasar : Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab, Kerja

Sama, Peduli, kreatif, pantang menyerah.

Adapun komitmen atau misi manajemen PT ETIRA adalah sebagai

berikut:

1. Menghasilkan “Produk yang HALAL, AMAN dan BERKUALITAS” guna

menjamin kepuasan pelanggan.

2. Menyediakan peralatan yang memadai serta menerapkan sistem pemeliharaan

(maintenance system) yang baik guna mendukung dihasilkannya produk yang

halal, aman dan berkualitas.

3. Menyiapkan sumber daya manusia yang berkompeten sesuai dengan tingkat

kebutuhan yang mendukung implementasi sistem yang efektif

4. Melakukan peninjauan terhadap sistem (system review) secara berkala untuk

peningkatkan efektifitas secara terus-menerus.

5. Melakukan sosialisasi kebijakan mutu perusahaan kepada seluruh jajaran

organisasi sehingga dipahami dan dilaksanakan.

6. Memperhatikan dan mematuhi semua Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku.

Adapun sasaran mutu perusahaan PT. EKA TIMUR RAYA adalah sebagai

berikut :

1. Kepuasan pelanggan (tidak ada komplain terkait dengan kemanan dan kualitas

produk).

2. Break down time mesin penutup (total jam berhenti mesin karena rusak/ setting

dibagi total jam mesin efektif).

7
3. Total packaging loss (losses can di produksi + losses produk di FGS dibagi

total pemakaian can).

4. Efisiensi pemakaian bahan baku (FM) total FM yang terproses dalam satuan

Kg.

5. Efisiensi pemakaian energi (listrik, MFO, solar dan batu bara).

b. Struktur Organisasi Perusahaan

Suatu perusahaan harus memiliki suatu struktur organisasi yang baik yang

bertujuan untuk memudahkan dalam menghubungkan komponen-komponen

dalam suatu bagian. Dengan adanya struktur organisasi akan memudahkan dalam

menjalankan tugas dan aktivitas masing-masing bagian. Sehingga struktur

organisasi dapat diartikan sebagai cara untuk mengatur perusahaan agar dapat

berkembang dan rencana yang ditetapkan dapat terealisasikan semaksimal

mungkin.

Adapun struktur organisasi yang ada di PT ETIRA terbagi menjadi

beberapa bidang dan departemen yaitu Departemen Budidaya, Departemen

Factory, Departemen Personalia dan GA, Departemen Keuangan dan Accounting,

Departemen Teknik Maintenance, Departemen Pupuk Organik, Departemen PG

Kediri dan Departemen Marketing. Fungsi dan tugas masing-masing departemen

adalah sebagai berikut :

1. Departemen Budidaya bertugas dan bertanggung jawa dalam proses

pembibitan dan casing soil, komposisi, penanaman dan penggudangan pupuk.

2. Departemen Factory bertugas dan bertanggung jawab dalam perencanaan

produksi canned dan frozen mushroom sera bertanggung jawab terhadap

8
kualias , mutu dan pengembangan produk. Pada departemen factory terdapat

Quality Accurance (QA) yang bertugas dan bertanggung jawab atas kualitas

dan mutu bahan baku yang masuk ke dalam perusahaan untuk diproduksi

sesuai dengan aturan perusahaan. Selain itu, departemen ini juga bertugas dan

bertanggung jawab terhadap kualitas bahan bakudan penunjangnya,

mengawasi lingkungan pabrik dari penerimaan bahan baku hingga peoduk

jadi, menjamin produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi serta

melakukan pemantauan dan pengujian fisik, kimia dn biologi. Departemen ini

juga melakukan penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian bahan baku,

bahan pendukung dan bahan produk jadi.

3. Departemen Personalia dan GA lebih focus pada urusan kepegawaian baik

penetapan pegawai yang baru diangka dan menyeleksi pegawai hingga

pengembangan pegawai.

4. Departemen Keuangan dan Accounting bertanggung jawab dengan masalah

keuangan baik perecanaan dari kebijakan keuangan, kesejaheraan karyawan

hingga administrasi karyawan.

5. Departemen Teknik Maintenance bertugas dan bertanggung jawab terhadap

fasilitas produksi dan penunjang peralatan mesin utama.

6. Departemen Pupuk Organik bertugas dan bertanggung jawab terhadap

pengadaan pupuk organik yang digunakan pada saat penanaman.

7. Departemen PG Kediri bertugas dan bertanggung jawab terhadap proses

penggilingan tebu yang akan digunakan sebagai media penanaman jamur.

9
2.3. Kegiatan Umum Perusahaan

Secara umum kegiatan yang dilakukan di PT ETIRA melakukan kegiatan

produksi jamur kancing yang dimulai dari pengambilan bahan baku atau

pemetikan bahan baku. Kemudian pembongkaran sampai can drying, setiap

harinya yang dumulai pukul 13.00- 20.00 WIB. Jam kerja di PT ETIRA setiap

hari adalah 8 jam kerja pada hari senin hingga jumat dimulai dari pukul 08.00-

16.00 WIB dan 5 jam kerja pada hari sabtu dimulai dari 07.00-12.10 WIB. Pukul

11.30-12.30 WIB adalah waktu istirahat makan siang dan sholat dzuhur. Adapun

jam istirahat di bagian produksi dilakukan secara bergantian dengan tujuan agar

proses produksi terus berjalan sehingga bahan baku tidak menumpuk pada salah

satu tahapan proses.

Tenaga kerja yang terdapat di PT ETIRA meliputi tenaga kerja tetap dan

tenaga kerja tidak tetap. Tenaga kerja tetap terdiri dari tenaga structural,

pemgawas atau supervisor. Tenaga kerja tetap mendapatkan gaji setiap bulannya

dan mendapat tunjangan. Tenaga kerja tidak teap merupakan tenaga kerja yang

dipekerjakan berdasarkan kebutuhan perusahaan. Tenaga kerja tidak tetap terdiri

dari pekerja kontrak dan pekerja borongan. Pekerja kontrak direkrut oleh

perusahaan untuk menambah kekurangan tenaga kerja di perusahaan dalam

waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan, sedangkan tenaga kerja borongan

merupakan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan ketika terdapat

peningkatan kapasitas produksi perusahaan. Kemudian untuk pemasaran hasil

produksi ditujukan pada dua sasaran yaitu untuk tujuan ekspor seperti Amerika

dengan brand Springfield, Shoprite, Golden Value, Festival, Imperial Choice dan

10
Meijer. Arab Saudi dengan brand Hiba, Food Island dan Aloha. Kemudian Timur

Tengah dengan brand Alalali. Produksi lokal ditujukan ke daerah Surabaya dan

Jakarta Selatan. Surabaya yaitu PT Adib Global Food Supplies, sedangkan Jakarta

Selatan yaitu PT Delta Adib Distribusi dan PT Sari Melati Kencana dengan brand

etira.

11
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1. Bidang Kerja

3.1.1. Proses Produksi Jamur Kancing Kaleng

Diagram Alir
Fresh Mushroom
(FM)

Penerimaan

Penimbangan

Air Pencucian 1

Klorin Pencucian 2

Blanching
T = ± 98°C, t = 7’

Cooling
T = 25-26°C, t = 4’

EFM, BS,
Sortasi 1
Pathology, SOS

Magnet Trap
Trimming

Roll Brush
Plus reject

Size Grading

12
Sortasi 2

MagnetTrap

Jamur

Fancy Non fancy

whole slice

slicing Slicing

Magnet trap Magnet trap

Shaking Shaking Shaking

Metal detector

Stone Trap

Can washer
Dewatering

Can Filling

Penimbangan
13
Brine filling

Exhausting
T= 70-85°C

Seaming

Cratting
T= 60-75°C

Sterilisasi T = 129°C
(Venting, cooking, cooling)

Can Drying
T = , t = 1 jam

Observasi

Pelabelan

Pengemasan

Penyimpanan

Stuffing

14
Perusahaan PT ETIRA dalam produksi rutinnya menghasikan produk jamur

kancing segar dalam berbagai kemasan seperti kemasan kaleng dan pouch dengan

berbagai brand. Produk jamur kancing ini dikemas dengan ukuran kaleng yang

berbeda-beda. Pada dasarnya semua bahan alami dalam bentuk tanaman setelah

dipanen masih tetap akan mengalami proses respirasi. Apabila tidak ditangani

dengan benar akan terjadi perubahan fisik yang dapat menurunkan kualitas jamur

kancing segar tersebut. Jamur kancing merupakan salah satu komoditi pertanian

yang mudah mengalami kerusakan sehingga perlu diolah secara benar.

Pengolahan jamur kancing segar pada perusahaan PT ETIRA dilakukan dengan

cara pengalengan. Produk jamur kancing segar yang di produksi oleh PT ETIRA

telah didistribusikan ke berbagai tempat baik itu dalam negeri maupun luar negeri.

PT ETIRA tidak hanya memprodusi jamur kancing kaleng, namun juga

memproduksi berbagai jenis olahan dari jamur kancing tersebut seperti sambal

jamur dan nugget jamur. Namun produk-produk tersebut masih belum dapat

dipasarkan lebih luas. Selain itu, PT. ETIRA juga memproduksi jamur kancing

segar frozen, singkong stik frozen, bakso jamur krispi dan lainnya. Namun produk

jamur kancing dalam kaleng merupakan produk utamanya. Secara umum proses

pengalengan jamur kancing kaleng di PT Eka Timur Raya terdiri dari beberapa

tahapan yaitu tahapan mulai dari penerimaan bahan baku, penimbangan,

pencucian, blancing, cooling, sortasi 1, magnet trap, roll brush, size grading,

sortasi 2, magnet trap, slicing(pemotongan), magnet trap, shaking, metal detector,

stone trap, deatering, pencucian kaleng, filling, penimbangan, making brine, brine

15
filling, exshausting, seaming (penutupan kaleng), cratting, retorting (sterilisasi),

can drying, observasi, pelabelan, pengemasan, penyimpanan dan stuffing yang

dapat dijelaskan sebagai berikut :

3.1.1.1 Penerimaan Bahan Baku

Bahan baku jamur kancing diterima dari Desa Ngadirejo dan Kalitejo yang

terletak di kaki Gunung Bromo (Jawa Timur). Jamur kancing yang diolah setiap

harinya tidak menentu, tergantung dari jumlah jamur yang dipetik dan dibawa ke

tempat produksi. Jamur dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu fancy dan non

fancy. Jamur fancy disebut juga dengan jamur KW 1 (Gambar 3.1 (a), jamur ini

memiliki ciri-ciri yaitu bentuknya kokoh dan lamella jamur tertutup. Sedangkan

jamur non fancy disebut juga dengan jamur KW 2 (Gambar 3.1 (b), jamur ini

memiliki ciri-ciri yaitu bentuknya tidak kokoh (mudah hancur) dan lamella jamur

terbuka. Lama pembibitan sampai jamur tumbuh biasanya 1,5 bulan atau 2 bulan

lalu dipanen. Proses pemanenan dilakukan secara manual menggunakan tangan

dan pemanenan jamur juga tergantung pada banyaknya jamur yang tumbuh dalam

pot.

Gambar 3.1 Jamur Kancing

Jamur Fancy KW I (a) Jamur Non Fancy KW II (b)


(Sumber :http://pixabay.com/jamur-jamur-putih-makanan-sehat-761258)

16
Jamur kancing segar yang didapatkan dari lokasi penanaman dibawa

menggunakan mobil box berkapasitas tujuh tumpuk keranjang dengan enam baris

sehingga total jamur kancing yang dibawa mobil box yaitu sebanyak 42

keranjang. Jamur yang datang akan dimasukkan ke ruangan raw material yaitu

ruangan tempat tempat penerimaan bahan baku dan tempat awal jamur diproses.

Perlu diketahui bahwa pada saat pengambilan jamur dari lokasi pemanenan

apabila jamur sudah penuh dalam satu keranjang maka akan langsung dimasukkan

kedalam chilling room yang berada pada tempat pengambilan jamur tersebut

sampai pada akhirnya mencapai kapasitas yang sesuai untuk dimasukkan kedalam

mobil box.

Jamur yang datang pertama kali akan dilakukan pembongkaran.

Pembongkaran ini bertujuan untuk memeriksa atau mengecek adanya benda-

benda asing atau hama yang kemungkinan berada dalam mobil box. Adapun

fungsi pembongkaran yaitu untuk memudahkan proses selanjutnya dan

mempermudah melakukan proses penimbangan dengan cara meletakkannya diatas

pallet (1 pallet besarnya 16 kg). Setelah dilakukan pembongkaran maka dilakukan

penimbangan. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui berat jamur sehingga

dapat diketahui susut bobot dan kelebihan berat. Selain itu, penimbangan

berfungsi untuk mengetahui susut bobot jamur yang datang dan mengetahui

jumlah kedatangan jamur fancy atau non fancy. Susut bobot dapat dipengaruhi

oleh peristiwa respirasi pada jamur, hal ini karena jamur setelah dipanen masih

mengalami respirasi sehingga akan mengurangi kualitas dan kuantitas jamur.

Jarak lokasi penanaman sampai lokasi pengolahan cukup jauh sekitar 1 jam.

17
Adanya jarak Inilah yang akan mempengaruhi susut berat pada jamur. Selain itu,

cuaca juga dapat mempengaruhi susut bobot jamur, contohnya pada saat musim

panas jamur cenderung mengalami pemekaran pada bagian tudung.

Selain itu penimbangan juga bertujuaan untuk memperkirakan jumlah

produk jadi atau recovery. Dalam hal ini untuk menghitung KPC.

3.1.1.2.Pencucian (Washing)

Tahapan selanjutnya setelah bahan baku jamur kancing diterima dan

ditimbang maka dilakukan proses pencucian. Proses pencucian jamur kancing

terdiri dari dua tahap yaitu pencuican 1 dan pencucian 2. Proses pencucian 1

dilakukan dengan cara bahan baku dimasukkan ke dalam bak pre-Washing yang

terdiri dari bak pre-Washing 1 dan bak pre-Washing 2. Sedangkan pencucian

kedua dilakukan dengan cara memasukkan jamur ke dalam bak Washing.

Pre washing merupakan proses pencucian awal pada jamur yang

dilakukan sambil dilakukan pengopyokan dan perendaman yang dilakukan pada

bak pre washer dengan menggunakan air bersih. Air pencucian pada bak pre

washer akan diganti setelah pencucian jamur sebanyak 3 rit jamur. Waktu

pengopyokan dilakukan selama ± 3 menit dan dilakukan secara manual oleh 2-5

orang karyawan. Pengopyokan bertujuan untuk membersihkan jamur dari

kotoran-kotoran seperti tanah, plastik dan benda asing lainnya. Jamur bergerak

dari bak pre wahser menuju bak washer menggunakan lifting yang didesain

dengan lubang kecil dan bergerak keatas dan bertujuan untuk meniriskan jamur

sehingga sisa air dari bak pre washer tidak terikut kedalam bak washer. Adapun

diatas lifting ada pipa kecil untuk membersihkan sisa kotoran yang masih

18
menempel pada jamur. Kemudian jamur yang sudah melewati lifting akan jatuh

kedalam bak washer yang sudah ditambahkan klorin dengan kemurnian 12%

sebagai disinfektan.

Pada bak washing terdapat dossing pump atau pipa penyalur klorin. Proses

pencucian jamur ditambahkan dengan klorin yang disalurkan secara terus-

menerus. Tujuan pencucian yang dilakukan dengan penamabahan chlorine adalah

untuk membunuh sebagian besar mikroba pada jamur. Adapun pada bak washing

terdapat 3 sprayer yang bertujuan untuk mendorong jamur menuju meja trimming

dan pipa pembuangan air.

Gambar 3.2 Washer


(Sumber: https://www.etiramushrooms.com/baru2/factory.html)

3.1.1.3 Pemanasan (Blanching)

Blanching merupakan suatu cara pemanasan yang dilakukan pada suhu

kurang dari 100oC selama beberapa menit menggunakan air panas atau uap

(Winarno, 1997). Tujuan utama blanching pada pengolahan jamur kancing yaitu

untuk memasak jamur kancing sehingga gas-gas yang terdapat di dalam jamur

keluar dan menyebabkan tekstur jamur lunak dan kenyal. Tekstur jamur yang

lunak dan kenyal tersebut menyebabkan jamur tidak mudah hancur saat proses

19
selanjutnya. Tujuan lain dari blanching yaitu untuk menginaktivasi enzim

polifenolase yang dapat menyebabkan perubahan warna pada jamur. Enzim

polifenolase dapat mengkatalis reaksi oksidasi terhadap senyawa fenol yang

mengakibatkan pembentukan warna coklat yang tidak dikehendaki karena

merusak penampilan produk. Selain itu, blanching juga berfungsi mengurangi

jumlah mikroba serta mite dan maggot.

Adapun teknik blanching yang diterapkan di PT ETIRA adalah blanching

dengan air yang dipanaskan menggunakan uap. Mekanisme kerja blancer yaitu air

bersih terdapat didalam blancer (Gambar 3.3) dan di bawahnya terdapat uap panas

yang akan menyebabkan air menjadi panas. Suhu blanching yang digunakan yaitu

92±2oC selama 7 menit. Kapasitas air dalam blancer yaitu 6000 liter, sedangkan

kapasitas jamur yang ada sekitar 2,5 sampai 3 ton/jam. Apabila terjadi kelebihan

air dalam blancer terdapat overflow yang berfungsi untuk membuang air keluar

ketika terjadi kelebihan air yang berlebih.

Gambar 3.3 Blancher


(Sumber: https://www.etiramushrooms.com/baru2/factory.html)

3.1.1.4 Pendinginan (Cooling)

Pendinginan (cooling) merupakan proses penurunan suhu jamur setelah

blanching secara drastis atau dengan waktu yang cepat. Cooling bertujuan untuk

20
memastikan proses pendinginan sesuai standar sehingga memudahkan proses

inspeksi atau sortasi 1 oleh karyawan serta untuk memberikan efek thermal shock

untuk menghambat pertumbuhan bakteri termofilik. Adapun fungsi pendinginan

yaitu untuk menghindari overcooking, jamur yang mengalami overcooking akan

mempengaruhi bobot jamur yang berdampak pada KPC. Selain itu, pendinginan

atau cooling juga berfungsi untuk menurunkan suhu jamur, serta mengefisiensikan

waktu.

Setelah dilakukan blanching, jamur akan didinginkan melalui alat screw

cooler (Gambar 3.4) berkapasitas sekitar 2,5-3 ton jamur dengan suhu 25-26oC

selama 4 menit. Adapun penurunan suhu dari proses Blancing sampai proses

cooling disebut thermal shock. Thermal shock merupakan penurunan suhu secara

drastis sehingga efektif untuk menghambat pertumbuhan mikroba khususnya

mikroba termofilik.

Gambar 3.4 Screw cooler


(Sumber: https://www.etiramushrooms.com/baru2/factory.html)

3.1.1.5 Sortasi 1 (Sortation 1)

Sortasi bertujuan untuk memastikan jamur yang mempunyai

penyimpangan dapat dipisahkan dan dikelompokkan menurut jenis produk.

21
Adapun fungsi sortasi 1 yaitu untuk memisahkan jamur yang memiliki brown spot

(BSP) dan soli on stem (SOS). BSP adalah adanya bercak coklat pada tudung

jamur, sedangkan SOS merupakan adanya tanah yang menempel pada batang

jamur. Apabila jamur memiliki BSP dan SOS maka akan dilakukan trimmimg.

Trimming atau penyiangan merupakan suatu kegiatan memisahkan antara bahan

bersih dan layak konsumsi dengan yang kotor dan tidak layak konsumsi.

Trimming jamur dilakukan dengan cara memotong bagian jamur yang mengalami

BSP dan SOS. Setelah proses trimming maka akan diperoleh jamur yang bersih

dan bisa diproses lebih lanjut. Selain memisahkan BSP dan SOS, sortasi 1 ini juga

bertujuan untuk memisahkan benda asing (tali, plastik, serabut dan lain-lain) atau

EFM (Extronous Foregin Material). Pada sortasi 1 pada bagian ujung belt

conveyor terdapat magnet trap yang berfungsi untuk memperangkap benda-benda

logam yang dapat ditarik oleh magnet seperti seng, tembaga dan lainnya.

Gambar 3.5 Proses Sortasi I


(Sumber: https://www.etiramushrooms.com/baru2/factory.html)

22
3.1.1.6 Roll Brush

Setelah sortasi 1 maka selanjutnya jamur akan melewati roll brush. Roll

brush bertujuan untuk memerangkap Extronous foreign material (EFM) atau

benda asing khususnya serabut, ijuk, benang, tali rapia dan lainnya.

3.1.1.7. Pengelompokan ukuran (Size Grading)

Size grading atau pemisahan jamur berdasarkan ukuran dilakukan oleh

mesin grader. Grading bertujuan untuk mengelompokkan jamur menurut jenis

dan ukurannya. Selain itu, size grading berfungsi untuk menyeragamkan ukuran

jamur yang akan diiris. Grader didesain degan bentuk berlubang-lubang dengan

diamter yang berbeda-beda. Lubang-lubang tersebut merupakan jalur keluarnya

jamur berdasarkan diameter sehingga menghasilkan jamur yang seragam. Adapun

ukuran pintu grader dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Standar Grader yang diterapkan di PT ETIRA


No. Pintu Grader Diameter Jamur (mm)
18 ≤18
20 19-20
23 21-23
26 24-26
29 27-29
34 30-34
38 35-38
42 39-42
Sumber : PT. Eka Timur Raya (2019).

3.1.1.8. Sortasi 2 (Sortation 2)

Sortasi 2 bertujuan untuk memisahkan jamur fancy dan non fancy, untuk

memisahkan jamur yang sifatnya phatologi dan untuk memisahkan benda asing

atau EFM (Extronous Foregin Material). Pada sortasi 2 pada bagian ujung belt

conveyor terdapat magnet trap yang berfungsi untuk memperangkap benda-benda

23
seperti stainless steall, logam (besi, mangan, seng dan lain-lain) dan selain besi

(butiran-butiran kecil yang bersifat logam). Sortasi 2 biasanya dibutuhkan pekerja

kurang lebih 9 orang. Pada sortasi 2 ini disediakan dua jenis keranjang, keranjang

merah untuk jamur yang sifatnya phatologi. Sedangkan untuk keranjang biru

untuk jamur yang apabila pada produksi jamur non fancy lebih banyak dari pada

fancy maka jamur tersebut akan dilewatkan menuju bak dan untuk fancy akan

masuk kedalam keranjang biru. PT Eka Timur Raya memproduksi jamur kancing

jenis fancy yang dapat dibuat menjadi produk mushroom whole dan mushroom

slice. Sedangkan untuk jamur non fancy menjadi mushroom sliced and piece

(PNS). Untuk diameter range mushroom whole yaitu 17-20 mm, 21-23 mm, 24-26

mm, 27-29 mm dan 30-33 mm.

Gambar 3.6Grader dan proses sortasi II


(Sumber: https://www.etiramushrooms.com/baru2/factory.html)

3.1.1.9. Pengirisan (Slicing)

Slicing adalah proses pengirisan jamur menjadi ukuran yang lebih kecil.

Tujuan slicing yaitu untuk memastikan hasil pemotongan jamur sesuai dengan

standart dan jenis produk berdasarkan kelompok diameternya. Jamur akan diiris

sehingga akan didapatkan irisan jamur fancy dan non fancy. Jamur slicing akan

24
menghasilkan dua jenis produk yaitu mushroom sliced dan mushroom pieces and

stem. Produk mushroom sliced dihasilkan oleh jamur fancy sedangkan produk

mushroom pieces and stem dihasilkan oleh jamur non fancy.

Mushroom pieces and stem (PNS) dapat dihasilkan oleh jamur yang telah di

trimming kemudian di slicing. Selain itu, untuk mushroom sliced membentuk

potongan vertikal, sedangkan untuk produk PNS (mushroom pieces and sliced)

membentuk potongan vertikal dan horizontal (tidak beraturan). Jamur fancy

dengan ukuran 23-38 mm dimasukkan sedikit demi sedikit sehingga didapatkan

hasil yang seragam. Sedangkan untuk jamur mushroom sliced and piece

dimasukkan langsung sekaligus sehingga didapatkan bentuk yang tidak seragam.

Terdapat dua jenis slicer (mesin iris) yaitu slicer untuk jamur fancy dan non

fancy. Jarak antar pisau fancy 4,2 mm sedangkan non fancy adalah 5,3 mm. Jarak

pisau slicer non fancy lebih besar dari pada fancy, hal ini karena jamur non fancy

sifatnya lebih lunak sehingga mudah hancur. Mekanisme slicing yaitu dimana

jamur akan dimasukkan kedalam bak (cekungan yang terdapat pada slicer) dan

dibawahnya terdapat pompa air yang dapat mendorong jamur keatas menuju

mesin slicer. Keuntungan adanya cekungan pada slicer berfungsi untuk mencegah

adanya benda-benda asing yang kemungkinan terikut didalam bak tampungan

setelah sortasi 2, dimana benda-beda asing ini harus memiliki berat yang melebihi

berat jamur. Setelah slicing jamur kemudian melewati magnet trap yang bertujuan

untuk memerangkap logam yang dapat ditarik oleh magnet.

25
3.1.1.10 Pengayakan (Shaking)

Shaking adalah proses pengayakan yang dilakukan pada jamur setelah

dilakukan proses slicing. Shaking bertujuan untuk membersihkan jamur dari mite

dan maggot untuk jamur slice, untuk jamur jenis slice untuk membersihkan mite

saja serta memisahkan serpihan jamur yang telah diiris. Pengayakan dilakukan

dengan alat underwater shaker, untuk jamur segar dilakukan satu kali shaking.

Shaking dilakukan pada air sehingga serpihan jamur yang berukuran kecil akan

jatuh kedalam air melewati jaringan-jaringan shaker. Shaker jamur non fancy

memiliki ukuran saringan yang lebih kecil dari pada shaker jamur fancy. Ukuran

saringan jamur non fancy adalah 5 mm, sedangkan saringan jamur fancy

berukuran 10 mm. Ukuran shaker untuk fancy lebih besar dari non fancy, hal ini

disebabkan karena standart defect jamur fancy dan non fancy yang berbeda-beda.

Dimana defect fines (serpihan) untuk jamur non fancy sebesar 6%. Fines

merupakan serpihan jamur yang ukurannya kurang dari 5 ml. Fines yang melebihi

standart akan mempengaruhi penetrasi panas pada saat proses sterilisasi.

Sedangkan untuk jamur fancy defect finesnya sebesar 0%, dan smal side slide

maksimal 5% sehingga diperlukan saringan yang lebih besar agar sesuai dengan

defect jamur fancy.

Ukuran shaker untuk fancy lebih besar dari non fancy. Setelah jamur slice,

jamur whole (utuh) juga dilakukan proses shaking. Untuk jamur whole, shaking

berfungsi untuk meniriskan jamur sehingga kandungan air pada jamur tidak

terlalu tinggi maka drain weight akan tercapai untuk merontokkan jamur yang ada

26
fancy. Selain itu, Shaking pada jamur whole juga bertujuan untuk menginspeksi

jamur non fancy yang kemungkinan masih ada pada shaker.

Alat shaker berbeda-beda sesuai proses, dimana untuk jamur fancy terdapat

metal detector. Metal detector berfungsi untuk mendeteksi logam yang beratnya

minimal 1,5 mm. Jamur yang terdeteksi mengandung logam yang melewati metal

detector akan menyebabkan jamur berhenti sedangkan jamur yang tidak terdeteksi

adanya logam akan lolos dan jatuh ke bak penampungan.

3.1.1.11. Pencucian Kaleng (Can Washer)

Pencucian kaleng bertujuan untuk menjamin kebersihan kaleng atau

mencegah terjadinya kontaminasi silang yang kemungkinan dapat mempengaruhi

proses produksi. Pencucian kaleng juga berfungsi untuk membersihkan debu

maupun kotoran lainnya yang terdapat pada kaleng dan mencegah terjadinya

kerusakan pada kaleng kosong. Selain itu pencucian kaleng juga berfungsi untuk

mencegah terjadinya penyimpangan kaleng secara visual. Oleh karena itu,

sebelum disalurkan ke bagian pegisian bahan, kaleng harus dicuci terlebih

dahulu. Pencucian kaleng dilakukan secara otomatis dan manual. Secara otmatis

hanya untuk ukuran kaleng 4 oz dan secara manual 8 oz, 16 oz dan 68 oz yang

dilakukan sekitar 4 orang.

Proses pencucian secara otomatis dengan menyemprotkan air pada kaleng

menggunakan alat empty can washer. Pencucian perlu dilakukan untuk

membersihkan gelas dari kotoran yang dapat mengkontaminasi produk. Macam-

macam ukuran kaleng adalah kaleng ukuran 4 oz(211x212), 8 oz(300x400), dan

68 oz(683x700). Kaleng dimasukkan kedalam can washer dan pastikan semua

27
bagian kaleng tercuci, setelah kaleng bersih akan dilettakkan pada nampan yang

bersih agar tidak kontak langsung dengan lantai. Kaleng yang telah tercuci

dilewati pada can truck dan ditata pada turn table pada posisi terbuka.

3.1.1.12 Pengisian (Filling)

Pengisian (filling) jamur kedalam kaleng dilakukan dengan dua cara yaitu

secara manual dan auto filling. Pengisian secara manual dilakukan pada filling

table (untuk ukuran 8 oz, 16 0z dan 68 oz) sedangkan auto filling menggunakan

mesin (hanya untuk ukuran 4 oz). Adapun jenis jamur yang diisi secara auto

filling adalah jamur jenis sliced sedangkan pengisian secara manual adalah jenis

jamur whole dan slice. Produksi jamur whole yang tidak terlalu banyak, oleh

karena itu pada pengisian manual juga dilakukan pengisian terhadap jamur jenis

slice untuk mengefisiensikan waktu dan meningkatkan produktivitas kerja.

Pengisian secara manual dilakukan di filling table dengan melewatkan

jamur pada lubang-lubang yang dibagian bawahnya terdapat kaleng. Sebelum diisi

kedalam kaleng, jamur terlebih dahulu ditiriskan pada keranjang berlubang

sehingga kadar air pada jamur tidak terlalu tinggi. Ketika jamur ditumpahkan ke

filling table, maka jamur akan jatuh kedalam lubang-lubang yang dibawahnya

terdapat kaleng. Ukuran lubang filling table adalah mengikuti besar diameter

kaleng sehingga jamur akan mudah masuk kedalam kaleng dan jamur tidak

tumpah.

Pengisian jamur auto filling dilakukan menggunakan mesin dan melalui 4

tahapan proses yaitu dewatering, feeding, vibrating, dan agitating. Jamur yang

telah di slice akan ditumpahkan kedalam mesin filling kemudian akan dialirkan

28
oleh air menuju stone trap. Stone trap merupakan perangkap batu atau bnda berat

lainnya yang dapat mengkontaminasi produk akhir. Apabila terdapat batu atau

benda berat pada jamur, maka benda berat tersebut akan tenggelam sedangkan

jamur akan naik menuju elevator(dewatering). Selain sebagai alat transportasi

jamur, elevator juga berfungsi untuk meniriskan (dewatering) jamur karena desain

elevator yang berlubang dan bergerak keatas. Setelah ditiriskan, jamur akan

melalui proses feeding. Feeding berfungsi untuk memindahkan jamur dari

dewatering ke vibrator yang berfungsi untuk menurunkan kadar air dan meratakan

jamur sehingga jamur yang masuk kedalam kaleng dapat merata. Setelah proses

feeding kemudian dilakukan proses vibrating. Vibrating bertujuan untuk

mengurangi kandungan air pada jamur. Proses vibrating dilakukan dengan

memberikan getaran yang bersumber dari mesin vibrator. Setelah itu, jamur akan

masuk ke dalam kaleng dan akan melalui proses agitating. Agitating bertujuan

untuk mengurangi bobot jamur yang ada didalam kaleng. Saat melewati proses

agitating kaleng yang berisi jamur akan digoyangkan sehingga kaleng yang

memiliki bobot lebih banyak akan berkurang. Proses agitating akan membantu

meringankan pekerjaan yang melakukan penimbangan.

Gambar 3.7 Proses Filling


(Sumber: https://www.etiramushrooms.com/baru2/factory.html)

29
3.1.1.13. Penimbangan (Weighing)

Weighingadalah penimbangan berat jamur yang ada didalam kaleng.

Kaleng yang sudah diisi jamur kemudian dipindahkan kemeja penimbangan untuk

diukur berat pengisiannya. Berat standar pengisian bahan kedalam kaleng

tergantung dari bentuk dan ukuran jamur, serta ukuran kaleng yang digunakan.

Penimbangan harus dapat memennuhi berat standar produk akhir (drain weight).

Berat standar pengisian jamur dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Berat Standar Pengisian Jamur


Kaleng
Ukuran Kemasan
211 x 212 300 x 400 300 x 407 607 x 700
Net weight 195-210 370-390 395-425 2850-3000
Berat Drained 113 227 227 1927
Produk weight
(gr) Gross slack 105 215 215 1891
fill
Sumber : PT. Eka Timur Raya (2019).

Standar berat pengisian tersebut ditentukan oleh tercapai tidaknya standar

berat produk akhir. Standar berat produk akhir . Standar berat produk akhir yang

ditetapkan untuk kaleng 4 oz adalah 113 gram, 8 oz adalah 227 gram dan untuk 68

oz adalah 1927 gram.

3.1.1.14. Pembuatan Brine (Brine Making)

Brine adalah larutan yang ditambahkan pada kaleng berisi jamur yang

terdiri dari garam, asm sitrat dan vitamin C. Pembuatan larutan brine dilakukan

didalam steam pan dengan kapasitas air 400 L. Pembuatan brine per hari

tergantung dari jumlah jamur yang diproses. Biasanya berkisar antara 20 sampai

40 kali pembuatan

30
3.1.1.15. Pengisian Brine (Brine Filling)

Brining adalah proses penambahan larutan brine ke dalam kaleng yang

berisi jamur. Larutan Brine dialirkan melalui pipa-pipa yang menghubungkan

dengan saluran pengisian larutan brine ke dalam kaleng yang terdapat pada

exhauster. Pada pipa Brining terdapat saringan plastik yang berfungsi untuk

menyaring larutan brine yang akan masuk kedalam kaleng sehingga mencegah

ikutnya benda-benda yang berasal dari komposisi pembuatan larutan brine.

Larutan brine diisikan ke dalam kaleng secara otomatis melalui pipa-pipa kecil

yang terletak di sebelah luar alat exhauster, baik di bagian awal maupun di bagian

akhir. Walaupun demikian, untuk mempercepat proses dan mencegah larutan

brine yang diisikan kurang, maka penambahan larutan dilakukan secara manual

oleh karyawan. Penyempurnaan pengisian larutan brine ini dilakukan setelah

melewati tahap proses exhausting.

Penambahan larutan brine berfungsi sebagai media penghantar panas.

Selain itu, komposisi pada larutan brine juga memiliki manfaat bagi produk.

Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat larutan brine adalah garam,

asam sitrat, dan vitamin C. Garam berfungsi untuk menambah citarasa pada

produk dan pengawet. Asam sitrat berfungsi untuk mempertahankan warna,

aroma dan cita rasa jamur. Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan untuk

mencegah ketengikan dan mempertahankan warna dan aroma jamur.

31
3.1.1.16.Exhausting

Exhausting bertujuan untuk membentuk kondisi vakum. Sedangkan fungsi

exhausting yaitu untuk mengeluarkan udara dari dalam kaleng dan bahan.

Pengeluaran udara berfungsi untuk mendapatkan kondisi vakum dengan

mengalirkan uap panas kedalam kaleng. Kondisi vakum didapatkan setelah kaleng

dalam keadaan dingin dimana uap air yang dialirkan terjebak didalam kaleng dan

setelah mengalami pendinginan, uap air akan mengalami kondensasi menjadi

titik-titik air. Selain itu exhausting bertujuan untuk mendapatkan kondisi anaerob

yang dapat mencegah terjadinya oksidasi kaleng sehingga kaleng terhindar dari

kemungkinan mengalami pengkaratan dan mengurangi kemungkinan terjadinya

kebocoran kaleng karena tekanan dalam kaleng yang terlalu tinggi yang akan

menurunkan mutu produk jamur itu sendiri. Ruang hampa (vakum) perlu

diperhatikan karena ketika terjdi pengembangan isi terdapat ruangan yang dapat

ditempati sehingga tidak menyebabkan pengembangan kaleng. Isi kaleng yang

terlalu penuh akan menyebabkan kaleng menjadi cembung yang meskipun tidak

menyebabkan kerusakan, tetapi menurunkan mutu produk karena dianggap busuk.

Disamping itu, adanya ruang hampa tersebut akan berguna untuk merapatkan

penutupan kaleng, karena pada saat uap air mengembun didalam kaleng, maka

tekanan didalam ruang hampa menjadi turun, sehingga tekanan atmosfer dari luar

lebih besar daripada tekanan didalam kaleng sehingga akan menekan tutup kaleng

dalam penutupan menjadi kuat. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi

kondisi vakum yaitu headspace, suhu produk, udara dalam produk dan penutupan.

32
Target dari exhausting ini sendiri adalah center temperature tercapai. Suhu

tengah produk setelah exhausting untuk semua ukuran kaleng adalah 75-78 0C.

Untuk mecapai suhu exhausting, ukuran kaleng yang lebih besar membutuhkan

waktu yang lebih lama ketika proses exhausting karena perambatan panasnya

lebih lama. Oleh karena itu kecepatan yang dimiliki mesin exhausting berbeda-

beda. Kecepatan mesin exhausting dapat dilihat dari Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kecepatan Mesin Exhausting di PT ETIRA


Mesin Ukuran Kaleng Kecepatan Exhausting
F-2 4 oz ± 6 menit
F-3 4 oz ± 10 menit
F-4 8 oz ± 6 menit
F-5 8 oz ± 11 menit
Sumber : PT Eka Timur Raya (2019).

Gambar 3.8 Exhauster


(Sumber: https://www.etiramushrooms.com/baru2/factory.html)

3.1.1.17.Penutupan (Closing / Seaming)

Closing atau penutupan kaleng dilakukan dengan menggunakan alat yaitu

seamer. Proses ini dilakukan secara hermetis dengan menggunakan double seamer

sehingga disebut metode double seam. Proses seaming dilakukan secara hermetis

artinya tidak ada sirkulasi udara yang masuk dan keluar kaleng sehingga

keamanan produk tetap terjaga. Proses penutupan kaleng dilakukan segera setelah

33
medium pemanas diisikan kedalam kaleng. Untuk menutup kaleng diperlukan

penutup kaleng (lid). Sebelum dilakukan penutupan, lid kaleng harus terlebih

dahulu diberi kode mengenai style produk. Style produk meliputi mushroom

whole, mushroom sliced dan mushroom pieces and stem. Pemberian kode pada lid

berfungsi untuk dapat membedakan style produk ketika dilakukan proses labeling.

Seamer yang digunakan ada dua macam, yang pertama yaitu seamer

single head (1 kepala) dan yang kedua seamer four head (4 kepala) atau head

1,2,3 dan 4. Jumlah seamer yang terdapat pada proses pengalengan ini sebanyak 6

mesin, seamer pertama (SM 1), dan kedua (SM 2) digunakan untuk menutup

kaleng dengan ukuran 4 oz, seamer ketiga (SM 3) dan keempat (SM 4) digunakan

untuk menutup kaleng ukuran 8 oz, semer 5 (SM 5) digunakan untuk menutup

kaleng dengan ukuran 68 oz dan terakhir seamer 6 (SM 6) juga digunakan untuk

menutup kaleng dengan ukuran 8 oz namun belum dapat dioprasikan.

Mesin seamer terdiri atas base plate, seaming chuck, roll 1, dan roll 2.

Bagian base plate berfungsi menekan badan kaleng pada posisinya, seaming

chuck memegang tutup kaleng (id) dan menekannya pada operasi 1 dan operasi 2.

Oprasi penutupan kaleng dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) kaleng yang berisi

bahan akan dialirkan kebagian alat double seamer disertai dengan masuknya tutup

kaleng. (2) Setelah bergabung, roll 1 akan menyentuh lekukan pada tutup kaleng

dengan adanya putaran mesin, tutup terlipat kebawah lalu dibengkokan lagi

keatas. Sementara itu juga bibir kaleng juga tertekan dan membengkok kebawah.

Sampai disini saja kerja roll 1 selesai lalu menjauhi seamingchuck. (3) Begitu roll

1 selesai bekerja, roll 2 mulai bekerja yaitu mendekati seamingchuck dan dengan

34
lekukan yang lebih lebar, akan menekan lipatan yang sudah terbentuk pada roll 1,

sementara itu mesin berputar terus. (4) setelah roll 2 selesai bekerja dan menjauhi

seaming chuck, base plate bersama-sama kaleng yang telah tertutup turun lagi dan

proses penutupan kaleng selesai.

Gambar 3.9 Seamer


(Sumber: https://www.etiramushrooms.com/baru2/factory.html)

Gambar 3.10 Double seam


(Sumber :01-2372.4-2006)

3.1.1.18. Perendaman Dalam Kolam Creating

Setelah dilakukan penutupan menggunakan seamer, selanjutnya kaleng

akan menuju kolam creating persiapan untuk sterilisasi. Kolam creating berfungsi

untuk mempertahankan suhu awal (IT) produk atau Holding Time To Long

35
(HTLT). Suhu produk sebelum sterilisasi harus dipertahankan agar proses

sterilisasi dapat berjalan dengan sempurna. Selama proses penyimpanan kaleng

dalam keranjang dikolam creating, suhu kaleng harus tetap berada diatas 60 0C

untuk memenuhi standar suhu awal produk sebelum proses sterilisasi dimulai.

Dengan demikian, bila proses tersebut terlalu lama yang menyebabkan kaleng

mulai mendekati suhu minimum, maka kaleng harus segera dimasukkan kedalam

retort.

Waktu tunggu dalam kolam creating maksimal selama ±2 jam. Untuk

mempertahankan suhu produk digunakan media air dengan suhu 60 0C±5. Pada

kolam creating ditambahkan Sodium Tripolifosfat (STTP) yang berfungsi untuk

mencegah proses pengkaratan pada kaleng. Selain itu, kolam creating berfungsi

unruk mencegah benturan pada kaleng yang dapat menyebabkan kerusakan fisik

pada kaleng. Kolam creating juga berfungsi untuk mempercepat penataan kaleng

kedalam keranjang, mengefisiensi waktu dan tenaga kerja. Perendaman dalam

kolam creating dilakukan untuk semua ukuran produk kaleng kecuali ukuran 68

oz karena ukuran kaleng yang cukup besar dan berat dikhawatirkan akan terjadi

benturan ketika masuk kedalam kolam creating. Kaleng ukuran 68 oz ditata

secara manual oleh pekerja, tidak memerlukan waktu tunggu dan langsung

dimasukkan ke dalam retort. Adapun dokumen yang menyertai produk sebelum

masuk kedalam retort yaitu IT produk, ukuran produk, style produk, jumlah

produk, nomor retort, retort cycle dan posisi keranjang yang dicatat dalam blanko

laporan.

36
3.1.1.19.Retorting

Proses sterilisasi harus dilakukan secepat mungkin setelah proses

penutupan kaleng untuk mencegah kesempatan mikroba memperbanyak diri.

Apabila holding time terlalu lama, maka jumlah mikroba awal sebelum sterilisasi

akan terlalu banyak, sehingga standar proses sterilisasi akan terlalu banyak,

sehingga standar proses sterilisasi yang telah ditetapkan tidak dapat membunuh

semua mikroba pembusuk dan patogen yang ada. Kondisi standar yang digunakan

dalam proses sterilisasi dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Proses Sterilisasi Jamur dalam Kaleng


Ukuran Style Min. Drain Vent Cooking DT Max
Kaleng IT Closed Closed (menit/ (oC) (FWT
(oC) (menit/ (menit/ oC) /gr)
oC) oC)

4 oz PNS/SL 50 4/90 11/114 16/129 38-42 146


(211x212) WH/BT 50 4/90 11/114 16/129 134
8 oz PNS/SL 50 4/90 11/114 18/129 38-42 266
(300x400
dan WH/BT 50 4/90 11/114 18/129 38-42 279
300x407)
16 oz 50 4/90 11/114 38-42
()
68 oz WH/BT 50 4/90 11/114 35/129 38-42 2309
(600/700)
Sumber : PT. Eka Timur Raya (2019).

Suhu awal kaleng harus berada diatas 60 oC, apabila kurang dari suhu

tersebut, maka proses sterilisasi tidak dapat dilakukan dan kaleng harus diproses
o
ulang dibagian exhausting. Hal ini disebabkan pada suhu dibawah 60 C

dikhawtirkan terjadi pertumbuhan mikroba, baik mikroba mesofilik maupun

termofilik yang tumbuh pada kisaran suhu 37-55 oC, dengan demikian akan

menambah jumlah awal mikroba yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan

37
proses sterilisasi. Bila kondisi tetap dipertahankan sesuai dengan standar yang

ditetapkan, maka kemunginan akan terjadi under process yaitu proses tidak cukup

untuk membunuh mikroba patogen dan pembusuk yang ada. Sedangkan bila

kondisi diubah untuk menyesuaikan dengan jumlah mikroba awal, maka akan

terjadi over process yaitu proses berlebihan yang akan menyebabkan kerusakan

bahan yang disterilisasi.

Proses retorting dimulai dengan pemasukan keranjang kedalam retort.

Jumlah maksimum keranjang yang dapat dimasukkan kedalam satu retort untuk

setiap proses sterilisasi sebanyak 3 keranjang. Proses retorting melalui tiga

tahapan yaitu venting, cooking dan cooling. Tahapan pertama yaitu Venting adalah

proses pengeluaran udara yang terdapat didalam retort sebelum proses sterilisasi

dimulai. Adanya udara dalam retort akan menyebabkan terjadinya penghambatan

penetrasi panas dari retort kedalam kaleng yang akan mempengaruhi proses

keberhasilan sterilisasi. Disamping itu, venting bertujuan untuk menyeimbangkan

antara suhu dan tekanan. Apabila tidak dilakukan venting maka akan terjadi suhu

yang tidak sesuai dengan tekanan. Venting juga bertujuan untuk meningkatkan

suhu awal kaleng sehingga dapat sesuai dengan suhu retort.

Proses kedua yaitu cooking (sterilisasi) seteh suhu retort mencapai suhu

proses, maka waktu sterilisasi mulai diukur sesuai dengan standar. Tekanan harus

dipertahankan, hal ini perlu diperhatikan karena bila suhu kurang dari standar

akan terjadi under process, sedangkan bila suhu melebihi standar akan

menyebabkan over process. Untuk mempertahankan kondisi tersebut, maka aliran

uap panas harus diatur. Bila suhu tinggi maka uap panas akan dikurangi, namun

38
apabila suhu rendah uap panas akan ditambah. Tekanan akan tetap stabil selama

suhu proses tetap stabil.

Pendinginan dilakukan secepatnya setelah proses sterilisasi selesai.

Pendinginan bertujuan untuk mencegah terjadinya pertumbuhan bakteri.

Pendinginan dimulai dengan membuka saluran air pendinginan dan menutup

keran-keran lainnnya. Air pendinginan dapat dialirkan melalui dua saluran yaitu

bagian bawah dan bagian atas retort. Proses pendinginan dinyatakan selesai bila

suhu air dalam retort telah mencapai 38-42 oC. Suhu tersebut dapat dilihat dalam

catatan recorder. Aliran air pendinginan kemudian dihentikan dan air dikeluarkan.

Tutup retort dibuka terlebih dahulu dan keranjang diangkat dari retort. Seluruh

proses sterilisasi sejak venting sampai pendinginan akan dicatat pada recorder.

Dari catatan tersebut dapat diketahui apakkah proses yang dilakukan berjalan

secara sempurna atau terjadi penyimpangan. Data ini penting untuk melakukan

pengawasan mutu produk akhir. Berikut adalah langkah-langkah sterilisasi produk

kaleng :

1. Diangkat keranjang dan dicatat jam closing, jenis dan ukuran produk, dan jenis

mesin penutup.

2. Diberi chook check dengan keterangan:

a. Tanggal produksi

b. No retort dan retort cycle

c. Posisi keranjang

d. Dicatat pada blanko laporan

3. Dimasukkan keranjang sesuai chook check

39
4. Cek IT produk dan dicatat dalam retort log.

5. Ditutup retort.

6. Setting / atur RTD

a. Posisi switch proses pada steam

b. Setting SP 1 minimal 114 0C

c. Setting SP 2 1 0C diatas suhu proses yang telah ditentukan

d. Setting timer venting 11 menit

e. setting timer cooking 1 menit diatas waktu cooking

f. Posisi switch bypass pada auto

g. Posisi switch vent pada auto

h. Posisi switchman auto pada auto

Tahapan proses sterilisasi beserta cara pengoprasian retort untuk produk kaleng

adalah sebagai berikut

1. Venting

a. Pastikan tekanan uap 6 kg/cm3

b. Pastikan jumlah retort yang sedang venting tidak lebih dari 5 retort (3 dari

retort 1-4 dan 2 dari retort 5-7). Jumlah retort yag dioprasikan secara

bersamaan tidak boleh lebih dari 5 karena uap yang dialirkan air dari

boiler tidak akan berfungsi secara maksimal untuk dilakukannya proses

sterilisasi sehingga menyebabkan terjadinya underprocessing.

c. Pastikan posisi
Posisi yang harus dipastikan seperti kran air utama tertutup, kran angin

utama turtup, kran air trap terbuka, krain air atas tertutup, kran air bawah

40
tertutup, semua bleeder terbuka, kran vent terbuka, kran drain terbuka dan

kran overflow tertup

d. Buka kran uap utama dan tekan tombol start, dicatat waktu dimulainya

venting

e. Tutup krain drain setelah waktu 4 menit

f. Dicatat suhu dan waktu venting bila keduanya telah terpenuhi, ulangi

proses venting bila salah satunya tidak terpenuhi. Suhu dan waktu venting

114 oC dalam waktu 11 menit. Apabila dalam waktu 11 menit suhu belum

mencapai 114 oC maka dilakukan penambahan waktu venting hingga

suhunya tercapai 114 oC.

2. Cooking

a. Jika suhu MIG (Mercury in glass) recording telah tercapai dicatat waktu

dan suhunya serta dicatat tekanan retortnya

b. Bila suhu cooking turun melebihi 1oC maka dinaikkan suhu sampai dengan

suhu proses dan dihitung waktu cooking dari 0 kembali serta dicatat

kembali waktu dan suhunya.

3. Cooling

a. 1 menit sebelum waktu cooking selesai nyalakan pompa air/hidrofoor

b. Jika cooking telah selesai, lakukan proses cooling dengan menutup kran

uap utama, tutup kran angin trap dan buka kran angin utama secara

perlahan-lahan, tutup kran air trap dan buka kran air utama, buka kran air

bawah secara perlahan setelah suhu turun ±10 oC, atur tekanan retort

dengan membuka kran overflow. Jika air mencapai ±3/4 bagian retort buka

41
krain air atas secara perlahan. Tutup kran air bawah secara perlahan jika

air telah penuh. Lalu urunkan tekanan retort jika suhu retort mencapai ±40
o
C

c. Cek/ukur residu klorin dengan mengambil air dari gelas penduga (kadar

residu klorin maksimal 0,2 ppm)

d. Tutup kran air dan angin utama jika suhu air 40 oC±2 oC

e. Buka retort dan keluarkan produk jika DT (discharge temperature) 40


o
C±2oC

f. Untuk menghindari buckle dan panel cek suhu produk (CT) setelah keluar

dari exhausting, sesuaikan antara suhu produk (CT), tekanan cooking dan

cooling

Saat proses cooling dilakukan, jika suhu exhaustingnya normal maka

tekanannya diturunkan karea untuk menyesuaikan tekanan yang ada didalam

retort. Begitu pula jika suhu exhaustingnya kurang maka tekanan dalam retort

dinaikkan 0,05-1,0 Kg/cm2 dengan tujuan yang sama. Suhu exhausting sangat

berpengaruh karena apabila saat proses exhausting dilakukan suhunya kurang

maka kemungkinan masih terdapatnya udara didalam kaleng, dimana udara dalam

kaleng menyebabkan tekanan didalam kaleng menjadi menurun sehingga tekanan

saat proses cooling sangat dipertahankan. Hal-hal yang harus diperhatikan selama

sterilisasi pengalengan jamur yaitu :

a. Suhu awal penutupan (IT) harus mencapai 50-60 oC, apabila suhu IT kurang

dan standar tersebut maka proses sterilisasi tidak maksimal, dan apabila

berlebihan bakteri termofilik akan mudah tumbuh.

42
b. Suhu DT (Discharge Temperature) 38-42 oC, apabila suhu DT kurang maka

bakteri mesofilik akan mudah tumbuh, dan jika suhu lebih dari standar yang

ditentukan maka bakteri termofilik akan mudah tumbuh. Regenerasi bakteri

terjadi pada saat inkubasi, dengan adanya tanda-tanda kaleng penyok, kembung

dan terjadi kebocoran hingga berkarat. Apabila suhu dan waktu saat proses

sterilisasi tercapai maka proses sterilisasi dapat berjalan maksimal

3.1.1.20.Pengeringan Kaleng (Can Drying)

Setelah kaleng dikeluarkan dari retort, kaleng dikeringkan dan

dibersihkan. Proses pengeringan kaleng dan pembersihan kaleng ukuran 4 oz dan

8 oz dilakukan dengan menggunakan mesin pengering. Sedangkan untuk

pengeringan kaleng 68 0z dilakukan secara manual. Pengeringan dilakukan

menggunakan alat can dryer. Kaleng akan disemprotkan dengan angin sehingga

sisa air ada kaleng dapat dikurangi. Pengeringan kaleng perlu dilakukan untuk

mencegah rekontaminasi debu atau mikroba yang mudah menempel pada kaleng

yang basah. Alur proses can drying adalah sebagai berikut :

1. Keranjang diangkat menggunakan Hoist dan ditempatkan pada lifter

menurut jenis dan kode

2. Belt Conveyor, Turn Table, danCompressor angin dihidupkan.

3. Produk dikeluarkan dari keranjang, dan lifter dinaikkan secara perlahan

4. Atur posisi kaleng pada belt coveyor dengan kode diatas

5. Kaleng dilewatkan pada track dan pastikan angin berfungsi dengan baik,

begitu juga dengan sikat kain. Sikat kain diganti setiap hari

43
6. Penataan produk dengan pallet yang dialasi layer karon dengan jumlah

maksimal 11 layer.

7. Dilakukan penataan hingga keranjang habis

8. Jika pallet sudah penuh, tarik dari lifter dengan menggunakan hand truck

dan selanjutnya dilakukan wraping pallet

9. Buat kartu pallet yang berisi data

a. Tanggal produksi

b. Kode produksi

c. Ukuran kemasan

d. Jenis produk

e. Jumlah per keranjang retort

f. Jumlah per pallet

10. Produk yang sudah jadi, selanjutnya diserahkan ke bagian FGS

11. Buat laporan penyerahan hasil produksi mencakup :

a. Jumlah dan ukuran produk, jumlah perkeranjang, jumlah total baik.

b. Jumlah rusak, jumlah sampel, jumlah yang diserahkan.

12. Buat bukti pemindahan barang ke bagian FGS dengan rincian:

a. Kode barang

b. Ukuran dan jenis barang

c. Jumlah yang diserahkan

Dengan bukti pemindahan barang dan ditanda tangani lengkap. Dokumen terkait

meliputi :

1. Laporan penyerahan hasil produksi

44
2. Laporan kerusakan bahan kemas

3. Kartu pallet

4. Pergantian sikat kain pengering

Gambar 3.11 Proses Retorting


(Sumber: https://www.etiramushrooms.com/baru2/factory.html)

3.1.1.21. Observasi (Observation)

Setelah produk melalui tahap can drying selanjutnya produk dilakukan

observasi. Observasi terdiri dari grading dan inkubasi. Produk disimpan dan ditata

pada pallet. Paletting adalah proses penyusunan kaleng pada pallet agar produk

akhir tersusun dengan rapi ketika penmpanan pada gudang. Finish Good Storage

(FGS). FGS adalah gudang penyimpanan produk akhir. Produk di-palleting dan

dibawa ke gudang penyimpanan (FGS) untuk menunggu hasil observasi sampel

produk akhir di laboratorium. Produk akan disimpan pada area observasi di

gudang FGS selama minimal 7 hari.

45
Gambar 3.12 Produk Akhir Selama Masa Observasi
(Sumber: https://www.etiramushrooms.com/baru2/factory.html)

3.1.1.22 Tap Test

Tap test merupakan proses pemeriksaan adanya indikasi kerusakan pada

kaleng dengan cara mengetuk permukaan kaleng. Kaleng yang rusak akan

berbunyi nyaring. Keadaan tersebut dapat terjadi apabila kaleng kembung, hal ini

menandakan adanya pertumbuhan mikroba atau akibat kurangnya vakum didalam

kaleng. Apabila terjadinya kembung yang disebabkan karena kurangnya vakum

maka akan dilakukan repack, namun apabila kembung yang disebabkan oleh

pertumbuhan mikroorganisme dalam kaleng maka sampel akan di reject. Produk

yang dilakukan tap test merupakan produk yang telah diberi status accepted.

Sebelum melakukan labelling, proses ini harus dilakukan guna untuk memastikan

tidak adanya penyimpangan atau kerusakan lain pada kaleng.

3.1.1.23 Pelabelan (Labelling)

Pelabelan merupakan proses pemberian label pada produk. Adapun asal

Negara konsumen ETIRA beserta nama perusahaannya yaitu : New York, United

State (Hop chong), Jepang (Cargil Japan Limited), Dubai, UAE (Qual Pro),

South korea (Havan Food Supply), Seattle, WA (Mulsen Trading), Jeddah, Saudi

46
Arabia (SBTC),New York (JFE Shoji) dan Netherland (Champimer).Perusahaan-

perusahaan ini kemudian mendistribusikan produk jamur kaleng pada supermarket

yang berada pada negara tersebut, adapun nama-nama supermarket tempat

mendistribusikan jamur kancing ini yaitu : Kroger, PSST, HIBA, Foodclub,

Aloha, Always save, Best choice, Shurfine, Pacific, Al-Alali, GeishadanShoprite

Labelling atau pelabelan dilakukan menggunakan mesin label. Produk

yang tersusun diatas pallet dipindahkan menuju turn table yang kemudian melalui

mesin labelling dan dilanjutkan dengan peemberian kode expireddate. Produk

yang telah diberi label akan melewati conveyor dan dimasukkan kedalam kardus.

3.1.1.24 Pengemasan (Packing)

Produk yang telah diberi label dimasukkan kedalam karton. Pengisian

dilakukan secara manual. Jumlah kaleng dalam satu karton berbeda-beda

tergantung besar kaleng. Satu kardus berisi 24 kaleng ukuran 4 oz, 12 kaleng

ukuran 8 oz dan 6 kaleng ukuran 68 oz. Setelah dikemas kedalam karton

selanjutnya akan disusun diatas pallet.

3.1.1.25 Penyimpanan (Storage)

Penyimpanan atau storage bertujuan untuk menyimpan produk yang

tidak langsung didistribusikan. Produk yang tidak langsung didistribusikan akan

disimpan terlebih dahulu di dalam ruang penyimpanan produk jadi (gudang

barang jadi) di area asepti. Karton-karton yang berisi kaleng diletakkan di atas

pallet tergantung dari besar kaleng. Untuk 4 oz 154 karton untuk 1 pallet, untuk 8

oz yang isi 24 kaleng dalam satu karton terdiri dari 80 karton untuk 1 pallet.

47
Sedangkan untuk 8 oz yang berisi 12 kaleng pada satu karton berisi 160 karton

untuk satu pallet. Kemudian untuk 68 oz isinya 50 karton untuk 1 pallet.

Penempatan karton tersebut didasarkan atas merek masing-masing

produk. Penyimpanan produk dengan menggunakan pallet bertujuan untuk

menghindari kontak langsung antara produk dengan lantai. Penyusunan pallet

tidak bersentuhan dengan dinding juga bertujuan untuk menghindari kerusakan

produk. Proses penyimpanan ini akan terus berlangsung hingga karton siap untuk

didistribusikan menggunakan truck container

Gambar 3.13 Produk Setelah dipack atau dikemas


(Sumber: https://www.etiramushrooms.com/baru2/factory.html)

3.1.1.26 Pengangkutan (Stuffing)

Stuffing merupakan proses pendistribusian produk keberbagai negara. PT

ETIRA sebagian besar memasarkan produknya keluar negeri, seperti ke Negara

Amerika Serikat, Jepang dan Timur Tengah. Produk yang dijual lokal hanya

sebagian kecil, yaitu untuk daerah disekitar pabrik dan Pangan Lestari Surabaya.

Adapun untuk produk yang akan didistribusikan ke luar negeri harus dikemas

dengan menggunakan kemasan tersier. Kemasan tersier terdiri dari begel, slip

sheet dan layer cover. Begel adalah sudut dari kemasan. Sedangkan slip sheet

48
adalah lembaran karton yang digunakan pada bagian bawah tumpukkan dus dan

layer cover adalah lembaran karton bagian atas dari tumpukkan dus. Setelah itu,

kemudian produk yang sudah dikemas akan lapisi oleh plastic wrap agar produk

tertata dengan rapi.

3.2 Mesin dan Peralatan

Untuk menjalankan kegiatan produksi ikan kaleng, maka diperlukan

berbagai macam mesin dan peralatan. Adapun mesin dan peralatan

yangdigunakan dalam proses produksi ikan kaleng di PT ETIRA adalah :

1. Timbangan
Timbangan yang digunakan di PT ETIRA merupakan timbangan digital.

Timbangan ini digunakan dalam menimbang jamur ketika hendak di filling.

Gambar 3.14 : Timbangan Digital


(Sumber : Tokopedia, 2019)

Tabel 3.5. Spesifikasi Timbangan


Alat dan Spesifikasinya
Nama Timbangan digital
Fungsi Menimbang
Merk Ohaus Compact Bench Scales – Valor 3000 Xtreme
Bahan Stainless steel
Ukuran 146 mm x 158 mm
Kapasitas 2 kg
(Sumber :Tokopedia, 2019)

49
2. Conveyor

Conveyor merupakan alat yang digunakan untuk mempermudah proses

sortasi. Conveyor ini bergerak secara automatic, sehingga sangat efektif dalam

membantu pekerja.

Gambar 3.15. Conveyor


(Sumber :Tokopedia, 2019)

Tabel 3.6. Spesifikasi Conveyor


Alat dan Spesifikasinya
Nama Conveyor
Fungsi Memindahkan kaleng
Merk -
Bahan Karet dan Stainless steel
Ukuran 5-10 m
(Sumber :Tokopedia, 2019)

3. Exhaust Box

Exhaust Box merupakan alat yang digunakan untuk mengeluarkan udara

dalam produk sehingga dapat terciptanya kondisi vakum.

50
Gambar 3.16. Exhaust box
(Sumber :Tokopedia, 2019)

Tabel 3.7. Spesifikasi Exhaust Box


Alat dan Spesifikasinya
Nama Exhaust box
Fungsi Pre-cooking dan Exhausting
Merk -
Bahan Stainless steel
Ukuran 9,8 m x 1,62 m x 1,75 m (Kaleng 300) dan
9,1 m x 0,75 m x 15 m (Kaleng 202 dan club can)
(Sumber :Tokopedia, 2019)

4. Seamer

Seamer merupakan alat penutup kaleng. Bagian Seamer merupakan Critical

Control Point (CCP) pada jamur kaleng. Seamaer di PT ETIRA menggunakan

prinsip double seamer.

Gambar 3.17. Seamer


(Sumber : Tokopedia, 2019)

51
Tabel 3.8. Spesifikasi Mesin Penutup Kaleng (Seamer)
Alat dan Spesifikasinya
Nama Seamer
Fungsi Menutup kaleng
Merk Shin-I
Bahan Stainless steel
Ukuran 1,35 m x 1,75 m x 0,75 m
(Sumber :Tokopedia, 2019)

5. Keranjang Besi

Keranjang besi ini merupakan keranjang yang digunakan untuk menampung

kaleng yang akan masuk ke dalam retort.

Gambar 3.18. Keranjang Besi


(Sumber :Tokopedia, 2018)

Tabel 3.9. Spesifikasi Keranjang Besi


Alat dan Spesifikasinya
Nama Keranjang besi
Fungsi Menampung kaleng
Bahan Besi
Kapasitas 1300-4000 kaleng
(Sumber :Tokopedia, 2018)

6. Retort Batch
Alat ini berfungsi untuk sterilisasi pada jamur kancing kaleng di PT ETIRA.
Sterilisasi ini bertujuan untuk mencegah kesempatan mikroba memperbanyak
diri.

52
Gambar 3.19. Retort
(Sumber : Tokopedia, 2018)

Tabel 3.10. Spesifikasi Retort Batch


Alat dan Spesifikasinya
Nama Retort Batch
Fungsi Sterilisasi kaleng
Merk Shin-I
Bahan Besi
Ukuran 2,75 m x 1,25 m
(Sumber :Tokopedia, 2019)

7. Pallet

Alat ini merupakan tempat meletakkan produk jamur kaleng setelah

dilakukannya can drying. Alat ini juga dapat digunakan untuk meletakan final

product yang bertujuan agar produk tidak bersentuhan langsung dengan lantai.

Gambar 3.20.Pallet
(Sumber : Tokopedia, 2018)
Tabel 3.11. Spesifikasi Pallet
Alat dan Spesifikasinya
Nama Pallet
Fungsi Mewadahi karton
Bahan Kayu
Ukuran 90 cm x 90 cm
(Sumber :Tokopedia, 2019)

53
8. Forklift

Forkliftdi PT ETIRA biasanya dapat dijumpai di where house atau tempat

penyimpanan bahan baku. Adanya forklift dapat memudahkan pekerja dalam

memindahkan barang.

Gambar 3.21. Forklift


(Sumber : Tokopedia, 2018)

Tabel 3.12. Spesifikasi Forklift


Alat dan Spesifikasinya
Nama Forklift
Fungsi Mobilisasi bahan-bahan
Merk Komatsu
Bahan Besi
Kapasitas 1.000-3.500 kg
(Sumber :Tokopedia, 2019)

3.3. Sanitasi dan Higiene Perusahaan

Sanitasi dan higiene merupakan aspek yang penting dalam pengolahan

pangan. PT ETIRA menerapkan program sanitasi dan higiene yang meliputi

sanitasi lingkungan kerja, sanitasi pekerja serta sanitasi mesin dan peralatan. Hal

ini dilakukan guna mencegah kontaminasi produk dengan berbagai sumber

kontaminasi potensial yang dapat mempengaruhi kualitas produk.

Kegiatan sanitasi dan higiene PT ETIRA berpedoman pada SSOP

(Standar Sanitation Operational Procedures). Prosedur standar yang digunakan

adalah prosedur operasi standar untuk sanitasi Sanitation Standart Operating

54
Procedur(SSOP). Prosedur ini dibuat untuk membantu industri pangan dalam

mengembangkan dan menerapkan prosedur pengawasan sanitasi, melakukan

monitoring sanitasi, serta memelihara kondisi dan praktik sanitasi. SSOP meliputi:

keamanan air, kondisi atau kebersihan permukaan yang kontak dengan makanan,

pencegahan kontaminasi silang, kebersihan pekerja, pencegahan dan perlindungan

dari adulterasi, pengendalian kesehatan karyawan dan pemberantas hama. Adapun

sanitasi yang diterapkan di PT ETIRA sebagai berikut:

3.3.1. Sanitasi Lingkungan Kerja

Sanitasi lingkungan kerja yang diterapkan oleh PT. ETIRA meliputi

kebersihan lantai, dinding serta atap. Pada lokasi pengolahan dilakukan

pembersihan sebanyak 3 kali sehari yaitu, saat proses produksi akan dimulai, saat

istrirahan (4 jam sekali) dan setelah proses produksi selesai. Ruang pengolahan

juga dilengkapi dengan blower yang berfungsi sebagai sirkulasi udara di dalam

ruang pengolahan. Setiap alur produksi, terdapat beberapa lampu yang tertutup

sehingga apabila bohlam atau neon yang gunakan sebagai penerangan pecah,

pecahan tidak akan mencemari produk. Kemudian pada dinding ruang pengolahan

dilapisi dengan keramik, sedangkan untuk lantai, tidak terbentuk sudut dan

terdapat saluran pembuangan air di beberapa tempat di dalam ruang pengolahan

sehingga mudah dibersihkan.

Proses sanitasi di lingkungan kerja PT ETIRA terdapat Pest Control. Pest

control meliputi pemasangan kawat kasa pada dinding ruangan penerimaan bahan

baku, pintu utama gudang (FGS dan Ware House), penghubung dengan atap, dan

pada ventilasi. Selain itu, dilakukan juga pemasangan plastik pelindung / plastik

55
curtain pada tiap pintu masuk ruangan produksi. Sebelum memasuki ruang raw

material terdpat footbath yang telah berisi air dengan campuran clorin sebagai

desinfektan yang berfungsi untuk membunuh mikroba. Adapun Kadar klorin

yang ditambahkan dapat dilihat pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13 Standar sanitasi pada beberapa tempat


Tempat Area Klorin Air
Footbath 1 Raw Material 150 Gram 450 Gram
Footbath 2 Toilet 50 Gram 200 Gram
Footbath 3 Can Washing 50 Gram 200 Gram
Footbath 4 Barat Pabrik 50 Gram 200 Gram
Hand Washer 1 Raw Material Barat 12 mL 20 L
Hand Washer 2 Blancher 12 mL 20 L
Hand Washer 3 Raw Material Timur 4 mL 6L
Hand Washer 4 Can Washing 12 mL 20 L
Hand Washer 5 Capper 12 mL 20 L
Hand Washer 6 Barat Retort 4 mL 6L
Hand Washer 7 Can Drying 12 mL 20 L
(Sumber : PT Eka Timur Raya, 2019).

Adapun keuntungan dan kerugian penggunaan klorin sebagai desinfektan


dalam proses sanitasi lingkungan kerja dapat dilihat pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14 Keuntungan dan kerugian pengunaan klorin
Keuntungan Kerugian
Murah Korosif bila konsentrasi tinggi
Mudah dipakai Iritasi kulit
Residunya mudah diukur Efektif pada ph < 7
Sprektum luas untuk kuman dan Berbau
sporanya Sisa makanan dan kotoran
menghambat daya kerja
(Sumber :PT Eka Timur Raya, 2019)

3.3.2. Sanitasi Pekerja

Sanitasi pekerja yang diterapkan di PT ETIRA meliputi aturan sebelum

memasuki ruang produksi dan saat bekerja di ruang produksi. Sebelum memasuki

56
ruang produksi seluruh pekerja diwajibkan untuk mengenakan sepatu boot,

penutup kepala dan masker dengan benar. Selain itu, prosedur memasuki area

proses produksi yaitu petugas melakukan pemeriksaan tangan, kuku, rambut dan

perhiasan karyawan. Pekerja dilarang mengenakan perhiasan masuk ke ruang

produksi. Karyawan diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan dibilas

menggunakan air mengalir. Setelah itu tangan dikeringkan dengan mesin

pengering tangan, kemudian menggunakan sarung tangan plastik dan dicelupkan

ke dalam bak air klorin 50 ppm. Selama proses produksi berlangsung, pekerja

dilarang makan, mengobrol, dan meludah. Hal ini menjadi usaha pencegahan

kontaminasi dari pekerja terhadap produk.

3.3.3. Sanitasi Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan merupakan salah satu indikator yang dapat

menyebabkan terjadinya kontaminasi silang pada produk. Sehingga semua mesin

dan peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan harus dibersihkan secara

menyeluruh. Proses pembersihan mesin dan peralatan dilakukan setiap hari

sebelum melakukan proses, saat istirahan (setelah 4 jam), dan saat proses produksi

selesai. Dalam melakukan proses sanitasi, air yang digunakan telah mengandung

klorin dan menggunakan larutan pembersih seperti TEEPOL. TEEPOL dipilih

untuk membersihkan mesin dan peralatan karena tidak berbau. Selain itu,

digunakan juga kaporit sebagai desinfektan untuk membunuh mikroorganisme

yang menjadi sumber kontaminan. Pembersihan mesin dengan kapasitas besar

dilakukan dengan system CIP (Clean In Place) yaitu proses pembersihan mesin

57
dan peralatan di ruang produski, seperti washer, blancher, dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk peralatan kecil dan mudah dipindahkan seperti keranjang,

nampan dan lain sebagainya dibersihkan menggunakan sistem COP (Clean Out

Place), di mana pembersihan dilakukan di luar ruang produksi.

3.4. Tugas Khusus

3.4.1. Pengendalian Mutu Pada Proses Pengalengan Jamur Kancing

Pengendalian mutu produk merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan

dalam rangka menghasilkan produk yang memiliki mutu yang baik. Pengendalian mutu

suatu produk dapat ditempuh melalui upaya-upaya sebagai berikut pengendalian mutu

pengadaan bahan baku, pengendalian proses produksi dan pengendalian mutu produk

akhir.

3.4.1.1. Pengendalian mutu Bahan Baku dan Bahan Tambahan


Pengendalian mutu bahan baku utama yaitu jamur, setiap kedatangan jamur

dilakukan pemeriksaan oleh Quality Assurance (QA) bagian raw material untuk

mengetahui jenis-jenis kerusakan kimia, fisika dan patologi dan pemeriksaan mite

and maggot. Spesifikasi jamur segar dapat dilihat pada tabel 3.15.

Pemeriksaan kualitas jamur yang diterima(segar) dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Ambil sampel pemeriksaan dari setiap kualitas dari masing-masing rit

kedatangan dan setiap rit khsus.

2. Catat jam terima, tanggal, jumlah tiap rit, kualitas, kondisi kendaraan

pengangkut.

58
3. Sampel diambil sebanyak 0,1% dari berat total kedatangan masing-masing rit.

4. Cara pengambilan :

a. Ambil dari keranjang teratas dari masing-masing tumpukan dalam setiap

pallet.

b. Timbang sampai sampel memenuhi sampling rate 1%

c. Ambil kelebihan sampel sebanyak 180 g untuk pemeriksaan mite dan

manggot.

d. Kembalikan kelebihan sampai ke proses.

5. Pilih dan pisahkan defect jamur dengan prioritas :

a. Soil on stem

b. Mekar/oven veil

c. Pathological damage

d. Broken

e. Mechanical damage

f. Stem too long

g. Diameter > 4,5 cm dan d<2 cm

6. Pada kondisi yang diperlukan, lakukan pengecekan kepompong pada jamur

dengan melakukan pembedahan dan hitung presentasi jamur yang mengalami

kerompong.

7. Presentasi jamur kerompong pada jamur slice digunakan untuk mengurangi

jumlah fancy.

8. Pada ritase khusus (button/whole) hitung presentasi :

a. Undersize mushroom < 22 m

59
b. Oversize mushroom > 35 mm

c. Diameter 22-35 mm

d. Panjang stem > 3 mm (khusus untuk button mushroom)

9. Timbang masing-masing defect dan hitung presentasinya

Berat defect
Berat defect = x100
Berat Total Sample

10. Tulis dalam laporan dan kembalikan sampel ke proses.

60
Tabel 3.15. Spesifikasi Jamur Segar
Standar
Fisik Keterangan
KW I KW II
Jamur Champignon kuncup, tight, Tidak
Fancy Min 50%
Diameter 23-50 mm ditemukan
Tanah yang terjepit jaringan max
SOS (Soil
diujung batang jamur dan tidak Max 1% 3%
On Stem)
bisa dicuci
Jamur yang membuka pada bagian Tidak
Open Veil Max 38%
lamella ditemukan
Open
(Mekar Jamur yang tudungnya membuka Max 0% 30%
Payung)
Jamur yang bentuknya tidak
Broken normal/tidak utuh lagi, pecah Max 5% 10%
menjadi 2 bagian atau lebih
Phatological Kerusakan pada jamur segar yang
Max 2% 5%
damage disebabkan oleh penyakit
Jamur yang terluka pada bagian
Mechanical stem dan atau cap akibat perlakuan Tidak
Min 50%
damage mekanis, seperti pisau, keranjang, ditemukan
kuku pemetik dll
Brown Spot Bercak kekuningan samapai Max 1% 2%
Stem Too Panjang stem melebihi diameter
Max 1% 3%
long cup
Kenampakan bersih, tidak
banyak terikat tanah casing
Warna putih normal jamur
Lain-lain
champignon
Tidak bercampur benda
asing
Insect
Serangga kecil yang berada hidup 2000 ekor/180 gram
Mite Max
dipermukaan sampel
4 ekor jika panjang >
Larva dari lalat yang hidup dalam
Maggot Max 2 mm 30 ekor jika
jamur
panjang < 2 mm
Sumber : (PT. Eka Timur Raya, 2019)

61
Untuk bahan tambahan seperti garam, vitamin C dan asam sitrat yang

digunakan untuk pembuatan larutan brine dilakukan pemeriksaan kualitas oleh

QA (Quality Assurance) bagian werehouse. Werehouse merupakan gudang

penyimpanan bahan-bahan baku kecuali jamur. Untuk spesifikasi bahan tambahan

untuk garam, vitamin C dan asam sitrat dapat dilihat pada tabel 3.16, tabel

3.17dan tabel 3.18

Tabel 3.16. Spesifikasi Garam


Parameter Standard
Physical
Warna Putih, bersih, normal
Lain-lain Tidak basah/lembab, Tidak kontak langsung dengan
pembungkus luar, selalu terdapat label batch produksi
Sensoris
Rasa Asin, khas garam, tidak ada rasa menyimpang
Bau Tidak ada bau menyimpang
Kimia
Kemurnian Min 80-85%
Kadar NaCl Min 90%
Heavy metals
Timbal Max 2 mg/kg
Tembaga (Cu) Max 2 mg/kg
Raksa Max 0,1 mg/kg
Arsen Max 0,5 mg/kg
Cadmium (Cd) Max 0,5 mg/kg

Halal Halal MUI


Alergen Nol
Sumber : (PT. Eka Timur Raya, 2019)

62
Tabel 3.17. Spesifikasi vitamin C
Parameter Standard
Physical
Bentuk dan Warna Kristal, Putih, bersih, kering pada suhu ruang
Colour of solution Bening, Jernih
Sensoris
Rasa Sangat masam, tidak ada rasa asing
Bau negatif
Kimia
pH 2,1-2,8
Kadar Vitamin C Min 99%
Heavy metals 10 ppm
Oxalic acid/ 0,2%
Impurity E
Copper 5 ppm
Lead 5 ppm
Iron 2 ppm
Sulphated Ash/ 0,1 %
Residu on
Ignitation
Arsenic 3%
Mercury 1 ppm

Halal Halal MUI


Alergen Nol
Sumber : (PT. Eka Timur Raya, 2019)

63
Tabel 3.18. Spesifikasi Asam Sitrat
Parameter Standard
Physical
Bentuk dan Warna Kristal, Putih, bersih, kering pada suhu ruang
Colour of solution Bening, Jernih
Sensoris
Rasa Sangat masam, tidak ada rasa asing
Bau negatif
Kimia
pH Min 2,00
Max 2,40
Assay 99,5-105 %
Heavy metals 5 ppm
Iron 50 ppm
Chlorides 50 ppm
Oxalate 100 ppm
Sulphate 150 ppm
Sulphated Ash/ 0,05 ppm
Residu on
Calcium 200 ppm
Arsenic 1 ppm
Mercury 1 ppm
Aluminium 0,2 ppm
Lead 1 ppm
Halal Halal MUI
Alergen Nol
Sumber : (PT. Eka Timur Raya, 2019)

3.4.1.2. Pengendalian Mutu Proses Produksi

Pada proses produksi penanganan quality control di perusahaan PT. Eka Timur

Raya terdiri dari Quality control raw material, quality control semi produk,

quality control seamer, quality control can drying, quality control finish good

storage dan quality control laboratorium.

a. Pencucian (Washing)

Pada proses pencucian dilakukan pengawasan mutu oleh QA yaitu mengukur

kadar klorin yang digunakan. Adapun pengukuran yang dilakukan untuk

64
mengetahui kadar chlorine yang digunakan yaitu dengan mengukur residu

chlorinenya dengan kadar chlorine yang boleh digunakan yaitu minimal yaitu 0,2

ppm dan kadar maksimal yaitu 1 ppm. Pengukuran residu chlorine dilakukan

untuk memastikan bahwa chlorine sudah berikatan dengan semua senyawa

organik dan senyawa non organik pada proses pencuncian jamur serta ada yang

tidak berikatan karena larutan sudah jenuh yang disebut free residual clorin.

Adanya residu klorin mengindikasikan bahwa klorin yang ditambahkan sudah

berikatan dengan senyawa organik maupun senyawa non organik seperti jamur,

wadah dan mikroba yang berarti mikroba yang terdapat di dalam bak washer telah

mati karena telah berikatan dengan semua mikroba yang terdapat di dalam proses

washing.

b. Pemanasan (Blanching)

Pada proses blanching QA melakukan pengawasan mutu dengan memeriksa

tingkat kematangan jamur. Pemeriksaan oleh QA dilakukan pada saat after

blanching. Pemeriksaan kematangan jamur bertujuan untuk mengetahui

keberhasilan kematangan jamur. Adapun proses sampling dilakukan dengan

mengambil sampel sebanyak ±1 kg menggunakan keranjang lalu dimasukkan

kedalam ember yang diisi dengan air dan diamkan selama 5 menit. Jamur yang

mengapung diambil dan dibuka lamelanya. apabila masih mengapung maka

ditimbang sebagai jamur yang tidak matang. Persentasi kematangan jamur yang

diperbolehkan yaitu sebanyak 50-80%. Jika tingkat kematangan tidak sesuai

standar, masa blancher dimatikan dan diatur suhu blancher sedangkan jika suhu

blancher terlalu tinggi maka suhu blancher akan diturunkan.

65
c. Pendinginan (Cooling)

Adapun pemeriksaan jamur pada proses cooling dilakukan setiap 30 menit

sekali yang bertujuan untuk mengetahui suhu tengah jamur yang dicek dengan

menggunakan thermometer digital. Suhu jamur maksimal 40oC (diameter < 4

cm) dan maksimal 45oC (diameter > 4 cm). Selain pemeriksaan suhu tengah,

pada saat cooling juga dilakukan pengecekan suhu air cooling pada bagian

tengah mesin screw cooler dengan suhu maksimal 30oC. Pengukuran tingkat

kematangan penting dilakukan untuk mengetahui kematangan jamur. Hal ini

dikarenakan jika kematangan jamur kurang dari standar kematangan yang

ditetapkan yaitu sebesar 38 oC sampai 42oC maka dapat memungkinan

terjadinya proses oksidasi karena proses inaktivasi enzim penolase yang belum

berlangsung dengan sempurna sehingga jamur akan pecah selama proses

slicing. Sedangkan jika jamur terlalu matang maka akan menyebabkan berat

atau susut semakin tinggi sehingga mempengaruhi KPC (Kilogram Per

Standar case). KPC (Kilogram per standar case) adalah hitungan untuk

menentukan berapa banyaknya jamur segar yang dibutuhkan untuk membuat

satu standar case jamur kaleng. Standar case adalah satu karton yang berisi 24

kaleng 4 oz. Jika susut bobot tinggi, maka jamur segar yang dibutuhkan untuk

satu standar case juga semakin banyak.

d. Pencucian kaleng (Can Washer)

. Quality assurance kemudian akan memastikan bahwa setelah proses

pencucian kaleng harus kering dan air pencuci tidak tertinggal di dalam kaleng.

66
e. Pengisian jamur (Filling weight)

Pemeriksaan filling weight dilakukan oleh QA dengan mengambil 5 sampel

setiap 15 menit sekali yang bertujuan untuk mengetahui berat jamur yang diisikan

ke dalam kaleng. Untuk jamur segar, filling weight ditentukan oleh drain weight

dan persentasi susut steril. Sehingga diperoleh jumlah filling weight sebesar 121

gram. Jika drain weight rendah maka filling weight harus ditambahka begitu juga

sebaliknya. Jumlah drain weight untuk 1 oz diketahui sebesar 28,35 gram

sehingga untuk menghitung jumlah filling weight dapat dilakukan dengan

membagi jumlah drain weight dengan persentase susut steril. Adapun untuk

pemeriksaan defect-defect jamur pada semi produk dilakukan dengan melakukan

jenis pemeriksaan pada jamur. Parameter jenis pemeriksaan tergantung dari jenis

jamur yang akan di cek. Pada umunya pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa

soil on stem dan Extranous Foreign Material dengan batas standar 0% sedangkan

jamur yang mengalami serius damage memiliki batas standar 10%, broken dengan

standar 10%, cracked gill dengan standar 5% dengan total defect sebesar 20% dan

terakhir yaitu uniformity atau keseragaman maksimal sebesar 85% yang

ditentukan berdasarkan diameter jamur. Pemeriksaan keseragaman atau uniformity

hanya dilakukan pada jamur whole dan sliced berdasarkan diameter rangenya.

Sedangkan untuk jamur PNS tidak dilakukan pemeriksaan keseragaman karena

jamur PNS merupakan jamur yang dipotong tidak teratur dalam ukuran bentuknya

dan merupakan potongan dari bagian cup dan stem. Adapun ketentuan defect yang

diperbolehkan pada setiap jenis produk terdapat pada tabel sebagai berikut :

67
Tabel 3.19. Standar Pemeriksaan pada Jamur Whole
Jenis yang diperiksa Standar
Soil On Stem 0%
Extranous Foreign Material 0%
Damage
Serius damage 10%
Broken 10%
Cracked gills 5%
Uniformity 85%
Diameter range
Total defect 20%
Sumber : PT Eka Timur Raya (2019).

Tabel 3.20. Standar Pemeriksaan pada Jamur Sliced


Jenis yang diperiksa Standar
Soil On Stem 0%
Extranous Foreign Material 0%
Damage
Serius damage 10%
Broken
Small side 5%
Fine (serpihan) 0%
Total defect 30%
Open 5%
Horizontal cut 20%
Uniformity 85%
Diameter range
Thickness 4,2-5 mm
Sumber : PT Eka Timur Raya (2019).

68
Tabel 3.21. Standar Pemeriksaan pada Jamur PNS (Pieces and Stem)
Jenis yang diperiksa Standar
Soil On Stem 0%
Extranous Foreign Material 0%
Damage
Serius damage 10%
Fine (serpihan) 8%
Total defect 20%
Repack 10%
Stem Only 10%
Dark colour 5%
Thickness 4-6 mm
Sumber : PT Eka Timur Raya (2019).

f. Pembuatan brine (Brine Making)

Brine control dilakukan setelah empat kali pembuatan larutan brine.

Sampel larutan brine dibawa ke laboratorium untuk diukur nilai pH dan Salt

Level. Tujuan pengukuran nilai pH dan salt level adalah untuk mengetahui pH

dan salt level produk sebelum dan setelah ditambahkan brine.Control brine

dilakukan dengan parameter pH sebesar 2,75-3,20 dan salt level 1,8-2,2 yang

dilakukan setiap 15 menit sekali pada setiap kali pembuatan brine dan pada

saat sudah ditampung didalam holdtank. Adapun komposisi pembuatan brine

untuk jamur fresh yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.22. Komposisi Pembuatan Brine Untuk Jamur Segar


Water Salt Vitamin Citrat
EDTA Keterangan
(Liter) (kg) C (g) Acid (g)
400 7,06 400 600 0
Salt 1,50%
300 5,29 300 450 0
Vit. C ,10%
200 3,53 200 300 0
Citrat Acid 0,15%
100 1,76 100 150 0
EDTA 0,00%
50 0,88 50 75 0
Sumber : PT Eka Timur Raya (2019).

69
g. Exhausting

Pada proses exhausting dilakukan pengecekan CT (Central Temperature)

bertujuan untuk mengetahui suhu tengah produk atau titik terdingin pada produk

yang dapat membentuk tekanan vakum pada produk. Pengecekan CT (Central

Temperature) dilakukan setiap 15 menit sekali dengan mengecek suhu tengah

produk menggunakan thermometer dengan suhu CT (Central Temperature) antara

75-78 oC. Apabila suhu CT (Central Temperature) kurang dari 75 oC maka akan

membentuk tekanan vakum yang rendah karena masih terdapat udara didalam

produk sehingga menyebabkan terjadinya buckle pada produk. Sedangkan jika CT

(Central Temperature) lebih dari 78 oC maka dapat menyebabkan terjadinya panel

pada produk karena keadaan produk yang hampa udara atau sangat vakum.

Ukuran kaleng yang lebih besar membutuhkan waktu yang lebih lama ketika

proses exhausting karena penambahan panasnya lebih lama yaitu 80oC untuk

kaleng 68 oz. Oleh karena itu, kecepatan yang dimiliki mesin exhausting berbeda-

beda.

Evaluasi kaleng dilakukan dengan dua cara yaitu pemeriksaan secara

visual dan pembedahan kaleng. Pengecekan visual dilakukan setiap 15 menit

sedangkan pembedahan kaleng dilakukan setiap 2 jam sekali. Adapun proses

pembedahan disebut denggan teradown maksimal dilakukan 2 jam sekali. Kaleng

yang keluar dari seamer akan diambil dan direndam selama 5 menit kemudian

dilakukan pengukuran thikness (ketebalan) dan seam width (ketinggian) dengan

menggunakan seam mikrometer, pengukuran counter sink (kedalaman seam)

70
menggunakan counter sink gouch. Pemeriksaan pembedahan dilakukan dua kali

sebelum dan sesudah pembedahan, sebelum. Sebelum pembedahan dilakukan

pengecekan visual yang dilakukan meliputi pengecekan terhadap:

a. Scartch : yaitu goresan yang dapat mengakibatkan karat. Scartch bisa terjadi

pada bagian atas, samping dan bawah (seam).

b. Cut Over : Terpotongnya bagian cover yang terletak anatara bagian apnel

penutup dan chuck wall.

c. Sharp Seam : Terjadinya atau terbentuknya lekukan tajam pada seam.

d. Droop : Double seam turun seperti huruf “U”.

e. Vee : Double seam turun membentuk huruf “V” (Jarak cover hook kurang dari

standar).

f. Dead Head : Penutupan tidak sempurna (non-hermetis) yang disebabkan

karena pengepresan tidak maksimal.

g. Kock Down Flange (KDF) : Body dan cover terlipat namun tidak menyatu dan

bagian body turun sehingga membentuk lubang pada kaleng.

h. Dent : Suatu keadaan body kaleng penyok diakibatkan karena seaming chuck

tidak bekerja dengan sempurna.

i. Cable Cut : Terpotongnya seam pada bagian Thickness.

j. Coding : Terjadinya penyimpanan pada kode lid.

Pemeriksaan sesudah pembedahan dilakukan yaitu pengukuran body hook

(bagian kaleng yang mengait dengan lid), cover hook, over lap, thigtness rating,

wringkle, preasure ridge dan juncture.

71
3.4.1.3. Pengendalian Mutu Produk Akhir dan Penyimpanan

a. Observasi

Produk yang telah dikeringkan dan palleting akan dilakukan observasi

pemeriksaan dan inkubasi. Pemeriksaan dan inkubasi bertujuan untuk mengetahui

ketahanan, kualitas dan masa simpan produk. Produk jadi yang telah diterima

digudang penyimpanan (FGS) terlebih dahulu diambil beberapa sampel untuk

diinkubasi, general grading dan di check mite and magotnya.

a. Inkubasi

Inkubasi merupakan proses penyimpanan pada suhu yang telah

ditentukan selama satu minggu dengan tujuan untuk mengetahui ada atau

tidaknya perbedaan kualitas produk sebelum dan setelah inkubasi. Sampel

diambil dari masing-masing retort cycle sebanyak dua buah kaleng. Sampel

akan diinkubasi pada suhu 37 oC dan 55 oC selama seminggu. Setelah

seminggu masa inkubasi, masing-masing sampel diperiksa.Adapun spesifikasi

yang diamati adalah vakum.pH, salt level dan headspace.

b. General Grading

Grading adalah pengelompokan jamur berdasarkan kriteria yang

diinginkan.Grading inspection dilakukan untuk mengetahui kualitas produk

setelah sterilisasi. Jika hasil yang di grading tidak memenuhi standar yang telah

ditentukan, maka QA akan melakukan resample. Adapun spesifikasi finish

product dapat dilihat pada Tabel 3.9, 3.10 dan 3.11.

72
Tabel 3.23 Spesifikasi Jamur Sliced Mushroom
CAN
Berat produk (gram) 211 x 212 300 x 400 300 x 407 603 x 700
Net weight 195 – 210 370 – 390 395 - 425 2850 – 3000
Drained weight 113 227 227 1927
Gross slack Fill 105 215 215 1891
Diameter Range (mm) 23-42 23-42 23-42 23-42
Headspace (mm) max 7 max 10 max 10 max 17
Vacum Min 5 inHg
Ph 4,6-6,5
Salt Level 1,4-2,6 % Bx
Tebal Irisan Min 4,2 mm
Tabel 3.9 Spesifikasi Jamur Sliced Mushroom (Lanjutan)
CAN
Berat produk (gram) 211 x 212 300 x 400 300 x 407 603 x 700
Net weight 195 – 210 370 – 390 395 - 425 2850 – 3000
Drained weight 113 227 227 1927
Gross slack Fill 105 215 215 1891
Texture Liat dan kenyal
Colour Of Mushroom Standard USD colour guide #3-4, No #5
Colour Brine Bening/sedikit keruh, berwarna kuning sampai coklat
muda
Flavour Bau dan rasa yang normal, bebas dari bau asing
Detective unit :
SOS Tanah casing yang terikut di bagian stem/batang
jamur (nol)
Extranous Foreign
Selain jamur dan larutan pengisi (nol)
Material
Damage Disebabkan oleh penambahan warna, cacat mekanis,
cacat patologis, sebab lain yang menyebabkan
kenampakan /kualitas warna berkurang. Max 10%
Broken Unit irirsan jamur yang bentuk normalnya rusak/
yang terpisah menjadi 2/ lebih beberapa bagian veil.
Max 5%
Small Side Slices Irisan jamur tanpa stem, hanya terpotong di satu sisi
dan memiliki ukuran panjang. Max 12,7 mm Max.
5%
Horizontal Cuts Irisan jamur yang arah potongannya tidak sejajar
dengan stem. Max 20%
Mite Count Maksimal 75 ekor/100 gram, jika ukuran >1 mm
Maggot Count Maksimal 20 ekor/kemasan jika ukuran <1 mm
Chemical Limit
Leads (Pb) Max 2,0 mg/kg
Coppas (Cu) Max 5,0 mg/kg

73
Zink (Zn) Max 4,0 mg/kg
Merang (Hg) Max 0,03 mg/kg
Arsen (As) Max 1,0 mg/kg
Tin (Sn) Max 250 mg/kg
Microbial Limits
Coliform < 3 MPN/g
C. Perfringens Negative
C. Botulinum Negative
Sumber : (PT Eka Timur Raya, 2019)

74
Tabel 3.24 Spesifikasi Jamur Whole Mushroom
CAN
Berat produk (gram) 211 x 212 300 x 400 300 x 407 603 x 700
Net weight 195 – 210 370 – 390 395 - 425 2850 – 3000
Drained weight 113 227 227 1927
Gross slack Fill 105 215 215 1891
Diameter Range (mm) 17-34 17-34 17-34 17-34
Headspace (mm) max 7 max 10 max 10 max 17
Vacum Min 5 inHg
pH 4,6-6,5
Salt Level 1,4-6,5 % Bx
Texture Liat dan kenyal
Colour Of Mushroom Standard USD colour guide #3-4, No #5
Colour Brine Bening/sedikit keruh, berwarna kuning sampai coklat
muda
Flavour Bau dan rasa yang normal, bebas dari bau asing
Detective unit :
SOS Tanah casing yang terikut di bagian stem/batang
jamur (nol)
Extranous Foreign
Selain jamur dan larutan pengisi (nol)
Material
Damage Disebabkan oleh penambahan warna, cacat mekanis,
cacat patologis, sebab lain yang menyebabkan
kenampakan /kualitas warna berkurang. Max 10%
Cracked gills Sobek pada bagian veil/lamella yang tidak tergolong
open veil maksimal 5%
Crushed/broken Unit jamur yang bentuk normalnya rusak/yang
terpisah menjadi 2 atau lebih beberapa bagian
maksimal 10%
Mite Count Maksimal 75 ekor/100 gram
Maggot Count Maksimal 2 ekor/kemasan jika ukuran >1 mm
Maksimal 20 ekor/kemasan jika ukuran <1 mm
Leads (Pb) Max 2,0 mg/kg
Coppas (Cu) Max 5,0 mg/kg
Zink (Zn) Max 4,0 mg/kg
Merang (Hg) Max 0,03 mg/kg
Arsen (As) Max 1,0 mg/kg
Tin (Sn) Max 250 mg/kg
Coliform < 3 MPN/g
C. Perfringens Negative
C. Botulinum Negative
Sumber : (PT Eka Timur Raya, 2019.)

75
Tabel 3.25 Spesifikasi Produk Jadi Pieces and Stems Mushroom
CAN
Berat produk (gram) 211 x 212 300 x 400 300 x 407 603 x 700
Net weight 195 – 210 370 – 390 395 - 425 2850 – 3000
Drained weight 113 227 227 1927
Gross slack Fill 105 215 215 1891
Headspace (mm) max 7 max 10 max 10 max 17
Vacum Min 5 inHg
Ph 4,6-6,5
Salt Level 1,4-2,6 % Bx
Tebal Irisan Min 4,2 mm
Texture Liat dan kenyal
Colour Of Mushroom Standard USD colour guide #3-4, rata tidak melebihi
warna #4, warna #5 tidak lebih dari 10%
Colour Brine Bening/sedikit keruh, berwarna kuning sampai coklat
muda
Flavour Bau dan rasa yang normal, bebas dari bau asing
Detective unit :
SOS Tanah casing yang terikut di bagian stem/batang
jamur (nol)
Extranous Foreign
Selain jamur dan larutan pengisi (nol)
Material
Damage Disebabkan oleh penambahan warna, cacat mekanis,
cacat patologis, sebab lain yang menyebabkan
kenampakan /kualitas warna berkurang. Max 10%
Fines Serpihan kecil dari jamur berukuran 6 mm-max 8%,
max 5% untuk kaleng ukuran (603x700)
Mite Count Maksimal 75 ekor/100 gram, jika ukuran >1 mm
Maggot Count Maksimal 20 ekor/kemasan jika ukuran <1 mm
Chemical Limit
Leads (Pb) Max 2,0 mg/kg
Coppas (Cu) Max 5,0 mg/kg
Zink (Zn) Max 4,0 mg/kg
Merang (Hg) Max 0,03 mg/kg
Arsen (As) Max 1,0 mg/kg
Tin (Sn) Max 250 mg/kg
Microbial Limits
Coliform < 3 MPN/g
C. Perfringens Negative
C. Botulinum Negative
Sumber : (PT Eka Timur Raya, 2019).

76
c. Check mite

Check mite dilakukan setelah proses inkubasi, hal ini bertujuan untuk

menghitung jumlah serangga dan hewan kecil lainnya yang terdapat pada

jamur, baik jamur segar, semi product maupun final product. Total mite dan

maggot dapat dilihat pada Tabel 3.26.

Tabel 3.26 Standar Total Mite dan Maggot


Jenis Jumlah
Mite Max 75 ekor/100 gram
Maggot Max 2 ekor/kemasan>1 mm
Max 20 ekor/ kemasan <1mm
Sumber : PT. Eka Timur Raya (2019).

Selama proses inkubasi produk diberi status sementara dengan kartu

berwarna biru. Hasil dari proses inkubasi dapat berupa :

a. Accepted yaitu tidak adanya penyimpangan pada produk, dan produk

tersebut siap untuk dilabel dan didistribusikan. Produk accepted ditandai

dengan kartu status berwarna putih.

b. Holding yaitu terdapat peyimpangan pada produk yang menyebabkan

produk harus di resample kemali dan di re-pack atau di re-work. Kartu

setatus berwarna kuning untuk holding. Kemudian seteh diresample dan

tidak ditemukan penyimpangan lagi maka produk boleh dilabel dan

diedarkan.

c. Reject yaitu produk mngalami kerusakan dan tidak dapat dipasarkan dan
harus dimusnahkan karena terdapat tanda-tanda kerusakan yang dapat
membahayakan konsumen. Produk riject ditandai dengan kartu status
berwarna merah

77
d. QA melakukan pengecekan terhadap kaleng yang telah dilabel.

Pengecekan proses final labelling untuk produk kaleng dapat dilihat pada

Tabel 3.27.

Tabel 3.27 Pengecekan in Line Labelling dan Final Labelling


Defect Defect Defect Defect jar & Defect
label kemasan produk & cap produk
sekunder kemasan
primer
Sobek (>3 Sobek Dent seam Scratch > 6,4 No vakum
mm) mm
Longgar Kotor (>3 Dent body Low Brine
mm2)
Kotor (>3 Cetakan warna Panel Karat (>3 Cloudy Brine
mm2) tidak tepat mm2)
Tergores Cembung Dark product/
Terlipat Bentuk : Buckles Kotor Karat
Meleeset - tidak tepat Kode tidak (>3 mm2) EFM
(>2 mm) -berkerut (>7,5 jelas
cm)
Label tidak Meleset Kode salah Poor code/no Peach/gumpil
sesuai code
Tidak ada Defider tidak Kotor atau Cap rusak
label ada/ tidak karat (>3
Label lengkap mm) Missing Cap miring
terbalik product

78
3.5. Fokus dan Pelaksanaan Kerja

Kegiatan praktek kerja lapangan di PT ETIRA berlangsung selama 3

minggu yang dimana prosesnya berlangsung dari mulai awal sampai akhir proses

produksi. Akan tetapi lebih difokuskan pada proses pengolahan jamur kancing di

pabrik. Pengolahan jamur kancing di PT ETIRA berlangsung dari jam 08.00 WIB

sampai sekitar jam 17.00 WIB yaitu sampai proses can drying. Dalam setiap

pengolahan jamur kancing diperlukan kedisiplinan dan kerja keras serta ketelitian

untuk menghasilkan produk akhir yang memiliki kualitas dan mutu yang baik.

Kami mengikuti setiap tahapan proses dengan baik dan benar. Kami tidak terjun

langsung bekerja namun hanya mengamati setiap proses produksi yang dilakukan

, serta kami melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara dengan QA

dan pekerja, diskusi dan sharing dengan pembimbing lapangan, presentasi hasil

pengamatan selama 3 minggu ,serta kami melakukan kunjungan pustaka berupa

data-data produksi di PT ETIRA untuk mencapai tujuan praktek kerja lapangan.

3.6. Kendala Yang Dihadapi

Berdasarkan hasil selama melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT

ETIRA yaitu balasan surat permohonan yang diajukan terkesan lambat, sehingga

kami harus menunggu lama untuk mendapatkan data seperti sejarah perusahaan

dan informasi lainnya terutama yang berkaitan dengan limbah. Selain itu, yang

menjadi kendala adalah dokumentasi yang tidak di perbolehkan oleh perusahaan

di ruang pengolahan maupun dokumentasi berkas-berkas, sehingga sangat sulit

untuk menjelaskan proses pengolahan dan realita yang ada di perusahaan. Adapun

kendala lain yaitu kurang memahami bahasa daerah yang digunakan. Selain itu

78
kendala yang dihadapi yaitu kita hanya bisa melihat proses pengolahan dan tidak

ikut serta bekerja.

3.7. Cara Mengatasi Kendala

Cara mengatasi kendala yang telah disebutkan diatas adalah dengan cara

memastikan setiap harinya terkait balasan surat permohonan atau mencari literatur

atau referensi bacaan tentang perusahaan di internet. Dokumentasi yang tidak

diperbolehkan menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan laporan PKL,

sehingga untuk mendapatkan dokumentasi yang bertujuan untuk memperjelas

laporan, penulis mencari spesifikasi dan fungsi masing-masing alat yang mirip

dengan alat yang ada di PT ETIRA melalui internet. Selain itu untuk lebih

memahami proses pengolahan kita harus aktif dalam bertanya serta lebih sering

bersosialisasi dengan semua pegawai yang ada di PT ETIRA.

79
BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan di PT

ETIRA dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses produksi pengalengan jamur kancing diawali dengan tahap penerimaan

bahan baku, penimbangan, pencucian, blancing, cooling, sortasi 1, magnet

trap, roll brush, size grading, sortasi 2, magnet trap, slicing(pemotongan),

magnet trap, shaking, metal detector, stone trap, deatering, pencucian kaleng,

filling, penimbangan, making brine, brine filling, exshausting, seaming

(penutupan kaleng), cratting, retorting (sterilisasi), can drying, observasi,

pelabelan, pengemasan, penyimpanan dan stuffing

2. Proses pengendalian mutu di PT. ETIRA terdiri dari pengendalian mutu bahan

baku oleh QA Werehouse kecuali untuk jamur, pengendalian mutu proses

pengolahan oleh QA raw material, QA semi produk, QA closing dan

pengendalian mutu produk jadi oleh QA laboratorium. Pengendalian mutu

dilakukan setiap produksi berlangsung.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil kegiatan PKL yang dilakukan di PT ETIRA terdapat

beberapa saran yang diajukan kepada perusahaan yaitu:

1. Peralatan yang digunakan dalam proses pemotongan jamur kancing yaitu

pisau harus tajam dan tidak berkarat, maka diperlukan pekerja untuk

80
mengasah pisau saat perusahaan tidak produksi sehingga pisau dapat

mengefektifkan kerja karyawan.

2. Perlu dilakukan pelatihan rutin mengenai pentingnya menjaga sanitasi untuk

pegawai yang berhubungan langsung dengan pengolahan, agar pegawai tetap

berkomitmen untuk menerapkan sanitasi.

81
DAFTAR PUSTAKA

Adiandri, R.S., S. Nugraha., R. Rachmat. 2012. Karakteristik Mutu Fisikokimia


Jamur Merang (Volvariella volvaceae) Selama Penyimpanan dalam
Berbagai Jenis Larutan dan Kemasan. J. Pascapanen. 9 (2) : 77-87.

Djamil, R. & Anelia, T., 2009. Penapisan Fitokimia, Uji BSLT, dan Uji
Antioksidan. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 7(2): 65–71.

Hudaya, S. 2008. Tahapan Proses Pengalenga. Pelatihan Teknologi Pengolahan


Hasil Pertanian Pengolahan dan Pengawetan Pangan, 13 Oktober 2008.
Kusnandar, F., P. Hariyadi dan N. Wulandari, 2006. Modul Kuliah Prinsip Teknik
Pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Koswara, S. 2009. Pengolahan Pangan dengan Suhu Rendah.


http//tekpan.unimus.ac.id/ Diakses pada 2 September 2018.
Makfoeld, D. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech, Yogyakarta.

Pavlovska, G. Dan S. Tanevska, 2011. Influence Of Temperature And Humidity


On The Degradation Process Of Ascorbic Acid In Vitamin C
ChewableTablets, J Therm Anal Calorim. DOI 10.1007/s10973-0112151-
z.

Safaryani, Nurhayati, S. Haryanti dan E. D. Hastuti, 2007. Pengaruh Suhu dan


Lama Penyimpanan terhadap Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli
(Brassica oleracea L). Buletin Anatomi dan Fisiologi. 15 (2) : 49-65.

Utami, R. 2012. Karakteristik Pemanasan pada Proses Pengalengan Gel Cincau


Hitam (Mesona palustris). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Winarno,F.G, S. Fardiaz dan D. Fardiaz, 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT.
Gramedia. Jakarta.

82
Lampiran 1. Jurnal Harian PKL

Nama Mahasiswa : Siti Rahmah


Nim : J1A016096
Pembimbing Lapangan : Wahyu Raditya Ardi
Nama Perusahaan : PT Eka Timur Raya

83
Lampiran 2. Certificate Of Regisration (SGS)

84
Lampiran 3. Surat Permohonan PKL

Lampiran 4. Surat Penerimaan PKL

Lampiran 5. Surat Tugas PKL

Lampiran 6. Sertifikat Kompetensi


Lampiran 7. Daftar Nilai PKL

Lampiran 8. Sertifikat Halal

85
86
87
88

Anda mungkin juga menyukai