Menurut World Health Organization (WHO) osteoporosis merupakan penyakit
yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, yang menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur (keretakan atau keadaan patah pada tulang). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) osteoporosis merupakan keadaan tulang yang menjadi keropos dan lapuk.
Gambar 1. Perbedaan susunan tulang penderita osteoporosis dan sehat
Gambar tersebut menunjukkan perbedaan struktur tulang antara penderita osteoporosis dan yang tidak menderita. Terlihat bahwa jumlah osteoblast pada penderita osteoporosis jauh lebih sedikit dibanding yang tidak menderita. Osteoblast sendiri merupakan bagian yang penting dari tulang karena dapat melepaskan protein pembentuk tulang. Jika jumlah osteoblast ini berkurang, maka akan terjadi osteoporosis.
Gambar 2. Mekanisme Penyeimbangan Sel Osteoblas dan Sel Osteoklas
Fitoesrogen berperan sebagai estrogen yang akan mengendalikan diferensiasi osteoklas dengan cara menghambat interaksi antara RANK dan RANKL. Fitorestrogen juga dapat mengambat produksi IL-6, IL-1 dan atau TNF-α, IL-II, IL-7 dan TGF-β. Peningkatan osteoklas menyebabkan peningkatan siktokin inflamantori IL-1, IL-6 dan Necrosis Tumor Factor (TNF) oleh monosit dan sumsum tulang lainnya. Progenitor osteoblas akan mensekresikan RANKL/ODF yang akan membentuk ikatan yang bersifat aktif dengan RANK pada sel progenitor osteoklas dan akan mengakibatkan terjadinya pematangan osteoklas sehingga membentuk osteoklas fungsional dan pada saat yang sama juga akan disekresikan faktor penghambat osteoklastogenesis yang dikenal sebagai osteoprotegerin (OPG). OPG akan berikatan dengan RANKL untuk menghambat osteoklastogenesis. 1. Rima Nadya Wulandari (171710101011) JURNAL 1 Jurnal utama: Judul: Effect of phytoestrogen (isoflavones) rich soy food supplement on bone turnover among postmenopausal women (Journal of Pharmocognosy: 6(4):79-83) Tahun : 2017 Jurnal pendukung: Judul: Peran Esterogen Pada Remodeling Tulang (Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 3, Suplemen, November 2012, hlm. S18-28) Tahun: 2012 Penulis: Iknes Sihombing Sunny Wangko Sonny J. R. Kalangi JURNAL 2 Jurnal utama: Judul: Pengaruh Kitosan terhadap Jumlah Osteoklas dan Osteoblas pada Tikus Galur Wistar Model Menopause, JIMR, 1(2): 76-87. Tahun: 2017 Penulis: Muhammmad Nur Komponen Sumber Produk No. Modus Aksi Bioaktif Pangan Inovasi 1. Fitoestrogen Kedelai (Genistein 1. Meningkatkan kadar serum alkali phosphatase 2. Mengurangi kadar serum asam phosphatase 3. Menyeimbangkan osteoblas dan osteoklas
udang osteoblas dan osteoklas dari tepung cangkang udang 2. Kulit lumpia 3. Suplemen chitosan Jurnal 1: Fitoestrogen merupakan senyawa pada tanaman yang menyerupai estrogen yang ada di tubuh manusia. Fitoestrogen memiliki beberapa senyawa turunan salah satunya yaitu genistein. Genistein akan menggantikan hormon esterogen yang diberikan untuk wanita menopause dan berfungsi untuk mencegah terjadinya osteoporosis. Osteoporosis identik terjadi pada orang yang lanjut usia, namun orang usia muda juga dapat terserang penyakit ini khususnya pada wanita. Osteoporosis terjadi disebabkan karena meningkatnya osteoklas dan asam phosphatase. Osteoklas yang awalnya berada ditulang akan mengeluarkan kolagenase dan enzim proteolitik yang menyebabkan pelepasan matriks tulang. Selain itu porositas tulang juga disebabkan oleh peningkatan asam phosphatase. Setelah tejadinya resorpsi tulang oleh osteoklas, maka osteoblas akan menginvasi area tersebut dengan menyekresi osteoid. Fitoesterogen yang berperan sebagai esterogen akan mengendalikan diferensiasi osteoklas dengan cara menghambat interaksi antara RANK dan RANKL. Fitoesterogen juga dapat menghambat produksi IL-6, IL-1 dan atau TNF-α, IL-11, IL-7 dan TGF-ß yang juga penting dalam diferensiasi osteoklas. Fitoesterogen juga akan meningkatkan produksi OPG (osteoprotegerin) oleh osteoblas. OPG merupakan reseptor yang akan menghambat diferensiasi dan aktivitas osteoklas. Dengan adanya pengendalian diferensiasi dan aktivitas osteoklas ini akan mengurangi resorpsi tulang. Jurnal 2: Osteoporosis merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya penurunan massa tulang dan kerusakan struktur tulang. Penurunan massa tulang dan kerusakan struktur tulang disebabkan karena ketidakseimbangan produksi sel osteklas dan osteoblas. Peningkatan osteoklas juga akan meningkatkan siktokin inflamantori IL-1, IL-6 dan Necrosis Tumor Factor (TNF) oleh monosit dan sumsum tulang lainnya. Selain itu peningkatan osteoklas akan menyebabkan penurunan produksi sel osteblas, sehingga akan terjadi penurunan pembentukan tulang baru. Kitosan merupakan senyawa polisakarida yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosida dan tersusun atas N-asetil-glukosamin dan glukosamin. Kitosan diperoleh dari deasetilasi kitin dengan cara mengubah gugus asetamida (–NHCOCH) pada kitin menjadi gugus amina (–NH3) pada kitosan. Proses pengubahan gugus ini dapat dilakukan dengan penambahan larutan basa. Kitosan memiliki peran dalam penurunan sitokin inflamantori yang memiliki peran dalam aktivitas osteoklas melalui RANKL (Reseptor Activator of Nuclear kβ Ligand). Peningkatan osteoklas terjadi karena adanya ikatan RANK (receptor activator for nuclear factor kβ) dengan ligannya (RANKL). Pembetukan osteoklas akan dihambat dengan osteoprotegerin (OPG) yang telah dibentuk oleh osteoblas atau sel stroma. OPG akan mengikat ligan RANK sehingga tidak dapat berikatan dengan RANK (receptor activator for nuclear factor kβ). Ikatan ini akan menghambat pembetukaan osteoklas. 2. Luthfyah Chaerunissa (171710101067) Judul jurnal : Potensi ekstrak buah kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) sebagai anti osteoporosis dengan parameter peningkatan alkalin fosfatase pada tikus wistar betina yang diinduksi deksametason. Jus tomat meningkatkan kepadatan tulang tikus menopause Komponen Sumber Produk No. Modus Aksi Bioaktif Pangan Inovasi Fitoestrogen Kecipir Meningkatkan Alkaline Rempeyek (genistein) fosfatase (ALP) sebagai Kecipir 1. pembentukan osteoid dan mineralisasi tulang Likopen Tomat Mencegah sel-sel yang Jus Tomat 2. berperan dalam penyerapan tulang Kalsium Tomat Mempertahankan kepadatan 3. tulang METODOLOGI Jurnal 1: Fitoestrogen (Genistein) Terhadap Alkalin Fosfatase (ALP) Fitoestrogen merupakan hormon tumbuhan yang memiliki struktur kimia menyerupai estrogen pada manusia. Dengan adanya fitoestrogen, membuat reseptor estrogen berikatan dengan fitoestrogen dan membantu mengurangi osteoporosis. Alkalin fosfatase (ALP) merupakan penanda biokimia pembentukan tulang yang ditemukan pada membran plasma osteoblas yang berperan penting dalam pembentukan osteoid dan mineralisasi tulang. Osteoblas menghasilkan osteoid dan mensekresikan sejumlah ALP yang berperan penting dalam pengendapan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Aktivitas alkalin fosfatase bertanggung jawab terhadap proses klasifikasi fibril kolagen sebagai bahan dasar dari tulang. Peran alkalin fosfatase dalam proses mineralisasi tulang adalah menyiapkan suasana basa pada jaringan osteoid yang terbentuk, supaya kalsium dapat mudah terdeposit pada jaringan tersebut. Selain itu alkalin fosfatase menyebabkan meningkatnya konsentrasi fosfat sehingga terbentuk ikatan kalsium-fosfat dalam bentuk kristal hidroksiapatit yang akan mengendap di dalam tulang. Jurnal 2 : Jus Tomat Meningkatkan Kepadatan Tulang Tikus Menopause 1. Likopen Likopen menstimulsi parameter-parameter dalam sel-sel yang penting untuk pembentukan tulang serta mencegah sel-sel berperan dalam pemenuhan fungsinya dalam penyerapan tulang. Selain itu, likopen akan menghambat pembentukan ROS (Reactive Ocygen Species) pada osteoklas, sehingga kepadatan tulang tetap terjaga. 2. Kalsium Asupan kalsium merupakan faktor yang mempengaruhi kepadatan tulang dan dapat mempertahankan kepadatan tulang dalam jangka waku yang panjang. Ketika terjadi proses pembentukan tulang, garam kalsium akan membentuk kristal yang disebut dengan hidroksiapatit. Kristal tersebut akan bertambah padat selama proses pembentukan tulang berlangsung. Garam-garam yang mengkristal tersebut akan menghasilkan peningkatan kepadatan tulang, sehingga mencegah terjadinya osteoporosis. 3. M. Syahril Imron (171710101077) Judul jurnal: The Combination of High Calcium Milk with Citrus maxima Peels Ethanolic Extract Increased Bone Density of Ovariectomized Rats)-Dianingati et al.-2015-Vol 6(2), 42- 48 The Effect of Blackeyed Peas on Osteoblast and Osteoclast of Rat with Ovarectomy)- Darmadi et al.- 2011- Vol. 26, No.3 Komponen Sumber Produk No. Modus Aksi Bioaktif Pangan Inovasi 1. Kalsium Susu Kalsium dapat meningkatkan Permen Susu Fortifikasi kepadatan tulang Kacang 2. Flavonoid Susu Merangsang aktivitas (Naringin dan Fortifikasi pembentukan sel osteoblas dan Hesperidin) menghambat pembentukan sel osteoklas. 3. Fitoestrogen Kacang 1. Regulator pada metabolisme Keju Nabati (Genistein) Tunggak kalsium 2. Meningkatkan Kadar NO (Nitrit Oksida 3. Meningkatkan jumlah Osteoblas, menurunkan jumlah osteoklas Penjelasan setiap modus aksi dalam paragraf: A. Susu Fortifikasi Kalsium Kalsium merupakan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, memiliki peranan penting dalam berbagai tahap metabolisme tubuh. Kalsium berguna untuk mencegah Osteoporosis, pembekuan darah dan membangun tulang gigi lebih kuat. Mekanisme kerja dari kalsium yaitu dalam pengaturan metabolisme energi; dalam hal ini pada kalsium intraseluler, yang berperan sebagai kunci pengaturan pada metabolisme lemak adiposit dan simpanan triasilgliserol. Pada jaringan adiposa penurunan konsentrasi kalsium intraseluler menghambat kerja enzim asam lemak sintase (enzim kunci lipogenesis) dan mendorong lipolisis yaitu triasilgliserol yang ada di jaringan adiposa dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Kalsium penting untuk pertumbuhan tulang, karena berperan dalam proses mineralisasi. Rata-rata tulang dewasa mengandung 1200 gram kalsium dalam bentuk garam hidroksiapatit [Ca10(PO4)6(OH)2]. Adanya garam ini membuat tulang memiliki struktur yang keras dan kaku. Ketika kadar kalsium dalam darah di bawah normal, maka akan terdeteksi oleh reseptor di kelenjar paratiroid. Di dalam tulang, peningkatan hormon paratiroid akan menghambat pembentukan osteoprotegnin oleh sel osteoblas, hal tersebut mengakibatkan semakin banyak RANK ligand yang berikatan dengan RANK receptor sehingga aktivitas resorpsi oleh tulang meningkat.
Flavonoid (Naringin & Hesperidin)
Flavonoid diklasifikasikan sebagai fitoestrogen berdasarkan kemiripan aktivitasnya dengan estrogen. Kulit jeruk bali mengandung Naringin & Hesperidin, naringin dan hesperidin mempunyai afinitas yang hampir sama dengan 17 β-estradiol terhadap Erα. Sedangkan, hesperidin menunjukkan keselektifan dalam aktivasi reseptor estrogen. Hal tersebut dapat dilihat dari pengujian dengan ligan asli yang mengandung 17β-estradiol untuk membandingkan kemampuan ikatan atau afinitas naringenin dan hesperidin dengan reseptor estrogen. Parameter yang digunakan adalah score docking yang merepresentasikan energi yang dibutuhkan untuk berikatan dan menunjukkan bahwa hesperidin potensial sebagai zat estrogenik yang minim efek samping. Dengan kata lain, Flavonoid Naringin dan Hesperidin memiliki sifat fungsional estrogenik. Estrogen merupakan hormon seks steroid memegang peran yang sangat penting dalam metabolisme tulang, mempengaruhi aktivitas sel osteoblas maupun osteoklas, termasuk menjaga keseimbangan kerja dari kedua sel tersebut melalui pengaturan produksi faktor parakrin-parakrin utamanya oleh sel osteoblas. Osteoporosis dapat dicegah dengan cara menghambat kerja osteoklas (anti resorptif) dan meningkatkan kerja osteoblas (stimulator tulang). Mekanisme Naringin dan Hesperidin untuk mencegah osteoporosis dengan merangsang aktivitas pembentukan sel osteoblast dan menghambat pembentukan osteoklas. Osteoblas merupakan sel pembentuk tulang yang berasal dari sel progenitor dan ditemukan dipermukaan tulang. Sel ini bertanggung jawab pada pembentukan dan proses mineralisasi tulang. Osteoblas berasal dari pluripotent mesenchymal stem cells (sel mesenkim), dan sel ini dapat juga berkembang menjadi kondrosit, adiposit, myoblas, dan fibroblas. Osteoblas mensintesis kolagen dan glycosaminoglycans (GAGs) dari matriks tulang dan berperanan dalam proses mineralisasi tulang. Osteoblas yang matang akan mengekspresikan beberapa senyawa kimia yang bisa digunakan identifikasi aktivitas osteoblas dalam serum yang biasa diberi istilah biochemical bone marker yaitu: kolagen tipe I, alkalin fosfatase, osteopontin dan osteokalsin. Sedangkan osteoklas merupakan sel yang bentuknya besar, bersifat multinukleat berasal dari hematopoietic stem cell (sel hematopoietik) yang merupakan prekusor monosit/makrofag. Sel ini kaya dengan enzim lisosom yang meliputi tartrate-resistant acid phosphatase (TRAP). Osteoklas berperan pada proses resorpsi tulang dan selama proses resorpsi, ion hidrogen yang dibentuk dari carbonic anhydrase (karbonik anhidrase) memasuki plasma membran untuk melarutkan matriks tulang, lebih lanjut enzim lisosom yaitu kolagenase dan katepsin K dikeluarkan untuk kemudian mencerna matriks tulang. B. Kacang Tunggak Fitoestrogen (Genistein) Ekstrak kacang tunggak ditengarai mempunyai kandungan fitoestrogen yaitu genistein. Fitoestrogen mempengaruhi kesehatan manusia lewat mekanisme genomic dan non genomic. Karena berat molekularnya yang rendah, fitoestrogen dapat melewati membrane sel dan berinteraksi dengan reseptor dan enzim. Mekanisme genomic termasuk efek estrogenik dan antiestrogenik pada Estrogen Receptors (ER). Mekanisme non genomic termasuk penghambatan tyrosine kinase, penghambatan DNA topoisomerase, aktivitas antioksidan, penghambatan angiogenesis, rangsangan SHBG, penghambatan 5α reduktase, 17β-OH- steroid-dehydrogenase dan enzim aromatase. Pada berbagai penelitian terhadap hewan-hewan yang sudah di ovarektomi, fitoestrogen terbukti dapat mempertahankan tulang, mengurangi kehilangan sel-sel tulang dan meningkatkan massa tulang. Fitoestrogen dapat menjadi kandidat yang ideal untuk pengobatan osteoporosis karena dapat merangsang aktivitas osteoblas dan menghambat pembentukan osteoklas. Fitoestrogen merangsang osteoblas manusia untuk memproduksi OPG dan memodulasi aktivitas osteoklas, sehingga mencegah pengkroposan tulang. Dua aksi positif ini didapat pada rentang konsentrasi konsisten dengan pencernaan manusia terhadap genistein. Penemuan reseptor ERα dan ERβ di tulang, efek positif dari Selective estrogen receptor modulators (SERM) seperti raloxifene di hewan dan manusia, dan kenyataan bahwa terdapat kesamaan dengan raloxifene dalam membentuk ikatan dengan reseptor estrogen, fitoestrogen seperti genistein dapat mempunyai efek selektif pada tulang, memberi efek protektif terhadap fitoestrogen. Efek protektif dari fitoestrogen terhadap tulang dihasilkan melalui ikatan zat ini ke reseptor estrogen dan terutama ERβ. Ekspresi ERβ meningkat selama mineralisasi tulang dan afinitas tinggi dari genistein terhadap ERβ dapat membuat aksinya efisien pada level fisiologis. Pemberian ekstrak kacang tunggak menyebabkan peningkatan jumlah osteoblas. Peningkatan jumlah osteoblas akan memberi efek protektif untuk mencegah terjadinya osteoporosis. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa dengan meningkatnya dosis membuat menurunnya jumlah osteoblas. Hal ini dikarenakan ketika kadar genistein lebih banyak, maka produksi Nitrit Oksida (NO) meningkat. Nitrit Oksida sebenarnya berperan penting dalam sistem imum innate, dan juga dalam pertahanan terhadap tumor dan patogen. Akan tetapi NO dalam jumlah tinggi bersifat sebagai radikal bebas yang destruktif. Nitrit Oksida dapat mempengaruhi sel untuk tetap hidup atau mati dengan menginduksi apoptosis atau malah menghambat. Jumlah radikal bebas yang meningkat ini berbahaya karena radikal bebas sangat reaktif dan dapat berinteraksi dengan protein, DNA atau RNA serta mengubah fungsi mereka dan pada akhirnya mengakibatkan kematian sel. Oleh karena itu, dengan dosis ekstrak kacang tunggak yang meningkat dapat terjadi peningkatan produksi NO yang bersifat sebagai radikal bebas yang menyebabkan kematian osteoblas. Pemberian ekstrak kacang tunggak menyebabkan penurunan jumlah osteoklas secara bermakna. Pada gambar yang ada di jurnal, dengan semakin meningkatnya dosis ekstrak kacang tunggak, memang terjadi penurunan jumlah osteoklas tetapi secara statistik penurunan ini tidak berbeda bermakna. Penurunan jumlah osteoklas pada semua kelompok perlakuan menunjukkan efek protektif dari ekstrak kacang tunggak terhadap osteoporosis. Peningkatan dosis ekstrak kacang tunggak sampai dosis 5 ml/kgBB tidak menyebabkan penurunan jumlah osteoklas (efek toksik) seperti yang terjadi pada osteoblas. Hal ini mungkin disebabkan osteoklas berasal dari sel mononuklear yang relatif lebih tahan terhadap radikal bebas dibanding sel biasa, sehingga meskipun kadar NO meningkat karena peningkatan dosis ekstrak kacang meningkat karena peningkatan dosis ekstrak kacang.