ABSTRAK
Tanaman kopi yang dikenal sebagai komoditas perkebunan penghasil minuman penyegar, sampai saat ini
produksinya masih tergolong rendah. Tidak sesuainya lahan yang digunakan untuk penanaman kopi merupakan
salah satu penyebabnya. Produksi, mutu dan citarasa kopi dipengaruhi beberapa faktor, yaitu genetik, budidaya,
lingkungan (lahan), dan pengolahan pascapanen. Dibandingkan dengan faktor lain, kondisi lingkungan (tanah dan
iklim) merupakan faktor alam yang sulit untuk dimodifikasi dalam skala luas sehingga untuk menghindari risiko
kerusakan dan kematian, tanaman kopi harus ditanam pada lahan yang sesuai. informasi mengenai kesesuaian
lahan untuk tanaman kopi harus dijadikan pedoman agar penanaman atau pengembangan tanaman kopi di suatu
wilayah berhasil dengan baik. Selain itu bahan tanaman (klon atau varietas unggul) yang digunakan dalam
kegiatan tersebut persyaratan tumbuhnya harus sesuai dengan kondisi lahan di wilayah pengembangan.
Kata kunci : Kopi, pertumbuhan, produksi, kualitas, cita rasa, lahan, kesesuaian
ABSTRACT
Coffee which is known as the source of beverages commodities has low productivity. Unsuitability of land used for the
cultivation of coffee is one of the causes. Production, quality and taste of coffee were influenced by several factors,
namely genetics, culture, the environment (land), and post-harvest processing. Compared with other factors,
environmental conditions (soil and climate) is a natural factor that is hard to be modified on a wide scale, so as for
avoid the risk of damage and death, coffee plants should be planted in suitable areas. For a successful planting or
cultivation of coffee in one area, then the information on the land suitability to plant coffee should be used as
guidelines. Moreover, planting material (clones or superior varieties) used must be in accordance with the
requirements of the growing conditions in the development area.
Tabel 1. Curah hujan, bulan kering, suhu udara yang dibutuhkan tanaman kopi
Jenis Kopi
Unsur Iklim
Robusta Arabika Liberika
Curah hujan tahunan 1.250–2.000 1.250–2.000 1.250–3.000
(mm)
Bulan kering (curah hujan 1–3 1–3 1–3
kurang dari 60 mm per
bulan)
Suhu udara (0C) 21 – 24 15 – 25 21 – 30
Sumber: Ditjenbun (2012)
Tabel 3. Rerata daya hasil tiga varietas kopi Arabika di tiga ketinggian tempat yang berbeda
Daya hasil (ton/ha)
Varietas Sumber Asin Pasewaran Kalisat
550 m dpl 750 m dpl 1.200 m dpl
Kartika 1 1,01 1,32 2,47
Kartika 2 1,24 1,21 2,89
USDA 762 0,16 0,58 1,42
Sumber: Hulupi dan Mawardi (1998)
Tabel 5. Kandungan kimia biji kopi Arabika pada berbagai ketinggian tempat yang berbeda
Ketinggian Trigonelin Kafein Asam Sukrosa Lemak
Tempat (%) (%) Khlorogenat (%) (%)
(m dpl) (%)
900 0,84 1,11 7,61 7,39 14,07
1.000 0,82 1,12 7,63 7,42 14,58
1.100 0,89 1,17 8,19 7,41 14,25
1.200 0,78 1,17 8,14 7,73 15,12
1.300 0,78 1,26 8,24 7,34 15,47
1.350 0,77 1,29 8,32 7,03 15,72
1.400 0,75 1,31 8,25 7,54 15,27
1.450 0,80 1,25 8,24 8,13 14,65
Sumber: Bertrand et al. (2006)
Tabel 6. Cita rasa kopi Arabika pada berbagai ketinggian tempat yang berbeda
Ketinggian
Tempat Aroma Body Acidity Bitterness Preference
(m dpl)
900 3,30 2,76 2,53 1,93 2,53
1.000 3,45 2,90 3,32 1,58 3,12
1.100 3,30 2,56 2,40 1,99 2,53
1.200 3,00 2,58 3,32 1,22 2,41
1.300 3,53 2,85 2,85 1,53 2,75
1.350 3,48 2,96 3,37 1,55 3,16
1.400 3,51 2,83 3,16 1,51 3,25
1.450 3,61 3,19 3,41 1,35 3,38
Sumber: Bertrand et al. (2006)
tinggi dibandingkan daerah dengan tipe iklim Yusianto, 2012). Geromel et al. (2008)
B (basah) (Tabel 7). menyebutkan bahwa intensitas cahaya
Curah hujan optimal untuk produksi matahari yang tinggi dapat menyebabkan
kopi Arabika minimal 1.200 mm dan maksimal kadar glukosa yang dihasilkan dari proses
2.500 mm per tahun. Tanaman kopi tumbuh fotosintesis kopi Arabika semakin menurun,
dan berproduksi lebih baik jika terkena siklus sehingga dapat berpengaruh terhadap citarasa
bulan basah dan kering yang tegas. Periode yang dihasilkan.
defisit air sangat membantu dalam proses Pengurangan intensitas cahaya
pembungaan. Daerah dengan curah hujan lebih matahari pada daerah dengan ketinggian
dari 2.500 mm memiliki kecenderungan untuk tempat lebih dari 1.700 m dpl, memberikan
menghasilkan kopi berkualitas rendah karena efek negatif pada aroma, keasaman,
pematangan cherry teratur dan biji kopi kandungan gula, dan preferensi minuman,
kurang pengeringan setelah panen. Di sisi lain sedangkan pada kualitas fisik biji tidak
kekeringan yang berkepanjangan akan berpengaruh. Pada ketinggian yang lebih
menyebabkan dieback dan pematangan buah rendah, pengurangan intensitas cahaya
prematur sehingga menghasilkan biji yang matahari tidak berpengaruh secara nyata
belum matang dan astringent (Van Der Vossen, terhadap sifat sensoris, tetapi dapat
2005). Bulan kering sebanyak 3–4 bulan per mengurangi jumlah biji kecil (Wintgen, 2004).
tahun baik untuk aspek prapanen dan citarasa
kopi Robusta (Abdoellah et al., 2000). 3. Suhu udara
Irigasi bukan merupakan faktor utama Kopi Arabika menghendaki suhu
yang mempengaruhi komposisi kimia biji kopi, udara berkisar 18-21 °C (Alegre, 1959). Suhu
melainkan temperatur yang menjadi faktor udara di atas 23 °C, pengembangan dan
utama pada komposisi biokimia biji kopi. pematangan buah kopi lebih cepat, yang sering
Kualitas biji kopi menurun, dengan naiknya menimbulkan penurunan kualitas (Camargo,
suhu udara sekitar 3,5 derajat di atas batas 1985). Suhu yang relatif tinggi selama bunga
optimum untuk budidaya kopi (Decazy et al., mekar, terutama jika dikaitkan dengan musim
2003; Da Silva et al., 2005). kemarau berkepanjangan, dapat menyebabkan
keguguran bunga (Camargo, 1985). Namun
2. Radiasi matahari pada beberapa kultivar tertentu yang di tanam
Intensitas cahaya matahari di daerah sub optimal dengan suhu udara rata-
merupakan salah satu komponen radiasi rata 24-25 °C, produksinya memuaskan (Da
matahari yang sangat besar pengaruhnya Matta dan Ramalho, 2006). Daerah dengan
terhadap proses fisiologi tanaman, seperti suhu rata-rata tahunan di bawah 17-18 °C,
fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan pertumbuhan kopi sebagian besar mengalami
perkembangan, penutupan dan pembukaan stres. Suhu udara rata-rata yang sesuai untuk
stomata, dan perkecambahan (Salisbury dan kopi Robusta berkisar 22-26 °C (Matiello,
Ross, 1995; Taiz dan Zeiger, 2010). Selain itu, 1998), atau menurut Willson (1999), 24-30 °C.
distribusi cahaya matahari memiliki pengaruh Kopi Robusta lebih mudah beradaptasi dengan
yang kuat pada pembungaan, biji dan suhu yang lebih rendah dibandingkan kopi
pematangan (Vaast et al., 2005). Arabika.
Menurut Boer et al. (1994) radiasi Hasil penelitian Mawardi dan Hulupi
matahari optimum untuk pertumbuhan dan (1992) dalam Hulupi (1998) menunjukkan
hasil tanaman diperoleh pada kisaran 275-340 bahwa suhu udara berpengaruh terhadap
kal/cm2/hari. Tanaman kopi memerlukan panjang ruas batang maupun cabang. Dalam
radiasi matahari di atas 0,15 kal/m2/menit penelitian ini perbedaan tinggi tempat dan tipe
untuk mencapai fotosintesis yang maksimal iklim tidak berpengaruh terhadap panjang
(Wrigley, 1988). ruas cabang dan hanya berpengaruh terhadap
Intensitas cahaya matahari yang tinggi tanaman serta diameter tajuk.
sedang diduga memberikan pengaruh positif
terhadap produksi dan keberlanjutan 4. Kelembaban udara
budidaya kopi Robusta (Yahmadi, 1986; Kelembaban udara memiliki dampak
Wintgen, 2012). Citarasa pada kopi Robusta yang signifikan terhadap pertumbuhan
yang optimal dapat diperoleh dengan vegetatif tanaman kopi. Kopi Robusta dapat
intensitas cahaya matahari sedang. Kadar tumbuh baik pada kelembaban udara tinggi
kafein dalam biji kopi berkorelasi positif maupun rendah, asalkan musim kemarau
dengan intensitas cahaya, namun kafein tidak pendek. Sebaliknya, kopi Arabika
secara langsung berpengaruh terhadap membutuhkan lingkungan yang kurang
citarasa kopi Robusta (Erdiansyah dan lembab (Haarer, 1958; Coste, 1992).
Toksisitas
Salinitas (mmhos/cm) <1 1-3 3-4 >4
Kejenuhan Alumunium (Al) (%) <5 5-20 20-60 > 60
Sumber: Ditjenbun (2012b)
BAHAN TANAMAN BERDASARKAN (Tabel 9), agar terhindar dari resiko kegagalan.
KETINGGIAN TEMPAT DAN IKLIM Selain itu perlu juga dipertimbangkan
stabilitas daya hasil, kompatibilitas
Sampai saat ini terdapat 12 klon kopi (keserempakan saat berbunga) antar klon
Robusta anjuran yang telah dilepas oleh untuk kondisi lingkungan tertentu dan
Menteri Pertanian, yaitu BP 42, BP 234, BP keseragaman ukuran biji (Hulupi, 1998).
288, BP 358, BP 409, BP 436, BP, 534, BP 920, Varietas kopi Arabika anjuran yang berjumlah
BP 936, BP 939, SA 203 dan SA 237. Mengingat 8 varietas (AS 1, AS 2K, AB 3, Gayo 1, Gayo 2,
kopi Robusta tersebut bersifat meyerbuk Sigarar Utang, S 795 dan USDA 76), setiap
silang, maka dalam pengembangannya harus varietasnya menghendaki kondisi lingkungan
dilakukan secara poliklonal, 3-4 klon untuk yang spesifik (Tabel 10) sehingga dalam
setiap satuan hamparan kebun. Penggunaan pengembangannya faktor lingkungan harus
komposisi klon kopi Robusta harus dijadikan prioritas utama.
disesuaikan dengan kondisi lingkungannya
Tabel 9. Komposisi klon kopi Robusta untuk setiap tipe iklim dan tinggi tempat
Komposisi klon
Tipe Iklim* Tinggi tempat Tinggi Tempat
di atas 400 m dpl di bawah 400 m dpl
Klon BP 42:BP234:BP358:SA 237 = Klon BP 42:BP234:BP358 =
A atau B 1:1:1:1 2:1:1
Klon BP 436 :BP 534:BP 920 : BP 936 = 1 : 1 : 1 : 1
Klon BP 42:BP234:BP 409 = Klon BP 42:BP234:BP 288: BP 409 =
C atau D 2:1:1 1:1:1:1
Klon BP 936 :BP 939 : SA 203 = 2 : 1 : 1
Keterangan : * Menurut Schmidt dan Ferguson
Sumber : Hulupi (2008)
Da Matta, F. M. and J. D. C. Ramalho. 2006. Impacts of Maestri, M. and R. S. Barros. 1977. Coffee. In Alvim P.T.,
drought and temperature stress on coffee Kozlowski, T.T.(eds), Ecophysiology of Tropical
physiology and production: a review. Braz. J. Plant Crops. Academic Press, London. p. 249-278.
Physiol. 18: 55-81.
Malta, M. R. 2008. Cup quality of traditional crop coffee Vaast, P., B. Bertrand, J.P. Perriot, B. Guyot, and M. Génard.
converted to organic system. Bragantia. Campinas. 2006. Fruit thinning and shade influence bean
67 (3): 775-783. characteristics and beverage quality of coffee
arabica in optimal conditions. J. Sci. Food Agric. 86:
Matiello, J. B. 1998. Café Conillon: Como Plantar, Tratar, 197–204.
Colher, Preparare Vender. M. M. Produções
Gráficas, Rio deJaneiro. 162 p. Van Der Vossen, H. A. M. 2005. A critical analysis of the
agronomic and economic sustainability of organic
Matiello, J. B., R. Santinato, A. W. R. Garcia, S. R. Almeida, coffee production. Expl Agric. 41: 449–473.
and D. R. Fernandes. 2002. Cultura do café no
Brasil : novo manual de recomendações. Rio de Van Der Vossen, H. A. M. 2009. The cup quality of disease-
Janeiro: MAPA. 387 p. resistant cultivars of Arabica coffee (Coffea
arabica). Cambridge Journal Online 45 (03): 323-
Mawardi, S. dan R. Hulupi. 1995. Genotype by 332.
environment interaction of bean characteristics in
Arabica coffee. 16 th. Int. Sci. Colloquium on Varnam, H. A. and P. J. Sutherland. 1994. Beverage
Coffee. Kyoto, 9-14 April 1995, ASIC, Paris. p. 637- Technology Chemistry and microbiology, New
644. York. Chapman and Hall. p. 191–254.
Nunes, M. A. 1976. Water relations in coffee significance of Willson, K. C. 1999. Coffee, Cocoa ant Tea. CAB
plant water deficits to growth and yield. A Review. International, Wallingford. 304 p.
J. Coffee Res. 6: 4-21.
Wintgens, J. N. 2004. Coffee: growing, processing,
Nur, A. M. 2000. Dampak La Nina terhadap produksi kopi sustainable production. A guide book for Growers,
Robusta. Studi kasus tahun basah 1998. Warta Processors, Traders and Researchers. Wiley-VCH,
Puslitkoka 16 (1): 50-58. Weinheim, Germany. 975 p.
Nur, A. M. dan Zaenuddin. 1992. Adaptasi beberapa klon Wintgens, J. N. 2012. Coffee: Growing, Processing,
kopi robusta terhadap tekanan kekeringan. Pelita Sustainable, Production A Guidebook for Growers,
Perkebunan 8 (3): 55-60. Processors, Traders, and Reseacher. Wiley-VCH,
Weinheim, Germany. 1040 p.
PTP XXIII. 1984. Pengalaman-pengalaman dengan musim
kemarau panjang tahun 1982. Perkebunan Wrigley, G. 1988. Coffee. Tropical Agriculture Series.
Indonesia 1: 3-18. Singapore. Longman. Scientific and Technical.
Longman Singapore Publisher. Ltd. 639 p.
Prastowo, B., E. Karmawati, Rubiyo, C. Indrawanto, dan S.J.
Munarso. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Yadessa, A., J. Burkahardt, M. Denich, T. Woldemariam, E.
Eska Media. Jakarta. 62 hlm. Bekele, dan H. Goldbach. 2008. Influence of soil
properties on cup quality of wild Africa Coffee in
Ritung, S., Wahyunto, F. Agus, dan H. Hidayat. 2007. coffee forest ecosystem of SW Ethiopia. Paper
Kesesuaian Lahan dengan Contoh Peta Arahan presented at 22 nd. International Conference on
Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Coffee Science (ASIC) Held Between 14-19
Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre. September, Campinas, SP, Brazil. p. 1-10.
Bogor. 39 hlm.
Yahmadi, M. 1973. Pengaruh kemarau panjang terhadap
Sekhteera, A. 1988. Performance of some Arabica coffee tanaman kopi. Menara Perkebunan 41 (5): 235-
varieties at different location. Proc. Int. Sem. on 240.
Coffee Technology, HCRD, Chiang Mai. p. 141-167.
Yahmadi, M. 1986. Budidaya dan Pengolahan Kopi. Balai
Salisbury, F.B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Penelitian Perkebunan Jember. 109 hlm.
Jilid 3 edisi ke-4. (Terjemahan Bahasa Inggris).
ITB. Bandung. 343 hlm. Yahmadi, M. 2007. Rangkaian Perkembangan dan
Permasalahan Budidaya dan Pengolahan Kopi
Sulistyowati. 2001. Faktor yang berperan terhadap Indonesia. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia Jawa
citarasa seduhan kopi. Warta Pusat Penelitian Timur. 339 hlm.
Kopi dan Kakao 17: 138-148.
Yusianto. 1999. Komposisi kimia biji kopi dan
Taiz, L. and E. Zeiger. 2010. Plant Physiology. 5 th edition. pengaruhnya terhadap citarasa seduhan. Warta
Sinauer Associates, Inc. 782 p. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 15: 190–202.
Vaast, P., C. Cilas, J. Perriot, J. Davrieux, B. Guyot, and M.
Bolaños. 2005. Mapping of coffee quality in
Nicaragua according to regions. ecological
conditions and farm management. In Proceedings
of the 20th International Congress on Coffee
Research (ASIC) Bangalore, India. p. 842-850.