Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN

CLINICAL STUDY
DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR

LAPORAN PENDAHULUAN TERKAIT ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


MASALAH UTAMA KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS

OLEH:
INDRIADE RARA NINGTIAS
NIM: 1714314201014

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
DESEMBER 2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN

CLINICAL STUDY
DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR

LAPORAN PENDAHULUAN TERKAIT ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


MASALAH UTAMA KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS

Laporan Clinical Study ini telah disetujui oleh


Pembimbing Institusi
Hari/Tanggal: 11 Desember 2020

Pembimbing Institusi

(Ns Kurnia Laksana M.Kep)


NIK. 07314320108

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan clinical study tentang “Laporan
Pendahuluan Terkait Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Utama Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas” dengan baik dan tidak ada halangan apapun. Laporan clinical study ini
ditulis untuk memenuhi tugas departemen Keperawatan Anak.
Dalam penyusunan laporan clinical study ini tentunya tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, sehingga kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah
diberikan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Rahmawati Maulidia, M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan
2. Ns. Achmad Dafir Firdaus, M.Kep selaku penanggung jawab Departemen Keperawatan
Dasar yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan
dalam penyusunan laporan clinical study.
3. Ns. Kurnia Laksana, M.Kep selaku pembimbing yang bersedia membimbing, mengarahkan
dan memberi masukan kepada kelompok dalam menyelesaikan penyusunan laporan clinical
study ini.
4. Dan semua pihak yang telah membantu serta membimbing kami dalam penyusunan laporan
clinical study ini.
Kami menyadari bahwa laporan clinical study ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu jika tedapat kekurangan kami memohon maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang akan membangun laporan clinical study ini. Akhirnya, semoga tugas ini
dapat berguna bagi kita semua.

Malang, 7 Desember 2020

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iv

BAB I ..................................................................................................................................................... 6

PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 6

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 6

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 8

1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 8

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................................ 8

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................................... 8

1.4 Manfaat .................................................................................................................................. 9

BAB II .................................................................................................................................................. 10

TINJAUAN TEORI............................................................................................................................. 10

2.1 Definisi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas ................................................................. 10

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas ............ 10

2.3 Patofisiologi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Yang Mengalamai
Gangguan Kesehatan Pada Paru-Paru ........................................................................................... 11

2.4 Pathway Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas ................................................................ 12

2.5 Manifestasi Klinis Dari Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Yang
Mengalami Gangguan Kesehatan Pada Paru-Paru........................................................................ 13

2.6 Pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan masalah utama Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Nafas....................................................................................................................................... 13

2.7 Penatalakanaan Dari Masalah Utama Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas................ 14

iv
2.8 Edukasi Untuk Pasien Yang Mengalami Masalah Utama Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Nafas……………………………………………………………………………………………………15

2.9 Contoh Penyakit Paru-Paru Yang Masalah Utamanya Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Nafas……………………………………………………………………………………………………15

BAB III ................................................................................................................................................ 16

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH UTAMA


KETIDAKEFEKTIFANBERSIHAN JALAN NAFAS ...................................................................... 16

3.1 Pengkajian Keperawatan ..................................................................................................... 16

3.2 Pathway kasus ...................................................................................................................... 21

3.3 Analisa Data ......................................................................................................................... 22

3.4 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................................ 23

3.5 Rencana Asuhan Keperawatan NOC dan NIC Pada Pasien Dengan Masalah Utama
Ketidakefektifan Bersihan Jalan ..................................................................................................... 24

3.5 Implementasi Keperawatan ................................................................................................. 30

3.6 Evaluasi Keperawatan ......................................................................................................... 30

BAB IV ................................................................................................................................................ 35

PENUTUP............................................................................................................................................ 35

4.1 Kesimpulan........................................................................................................................... 35

4.2 Saran..................................................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 36

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau
obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. Adapun tanda dan
gejala yang ditimbulkan seperti, batuk tidak efektif, sputum berlebih, suara napas mengi atau
wheezing dan ronkhi (TIM POKJA SDKI DPP PPNI, 2017). Pada tahap pengkajian pola
batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk tersebut kering, keras dan kuat dengan
suara mendesing, berat dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit
kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan
saat batuk kronis dan produktif serta saat di mana pasien sedang makan, merokok atau saat
malam hari. Pengkajiaan terhadap lingkungan tempat tinggal pasien (apakah berdebu, penuh
asap, dan adanya kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum
dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap
sputum yang dikeluarkan oleh pasien.
Bersihan jalan nafas (obstruksi jalan nafas) biasa terjadi pada orang yang menderita
penyakit tuberculosis paru, sebab pada orang yang menderita tuberculosis paru gejala utama
yang muncul adalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekrek
dalam bronchil. Sekret yang keluar akan digunakan untuk pemeriksaan bakteri tahan asam
(BTA). Sehingga klien dapat diketahui positif terkena tuberculosis paru atau negatif.
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit infeksi bakteri yang paling mematikan dan
penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Upaya pencegahan dan
pemberantasan Tuberclosis paru di indonesia dilakukan dengan pendekatan Directly
Observed Treatment Chemotherapy (DOTS) atau pengobatan Tuberculosis paru dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Tuberkulosis paru sampai saat
ini masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia, di indonesia masih menjadi penyebab
kematian pertama untuk penyakit infeksi.(Karuniawati, dkk, 2015). Berdasarkan data WHO
pada (2016), sebanyak 10,4 juta orang jatuh sakit dengan TB, dan 1,7 juta meninggal karena

6
penyakit (termasuk 0,4 juta diantara orang dengan HIV) lebih dari 95% kematian TB terjadi
di negara berpenghasilan rendah dan menengah

Menurut Effendi, 2017 menyatakan upaya meningkatkan kapatenan kebersihan jalan


nafas pada pasien dengan tuberculosis paru merupakan salah satu tanda dan gejala dari
tuberculosis adalah batuk selama dua minggu atau lebih, batuk disertai dahak bercampur
dengan darah. Berdasarkan paparan tersebut, pada makalah ini kami tertarik membahas
terkait asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah utama ketidakefektifan bersihan
jalan nafas.

7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas di dapatkan rumusan masalah yang dapat diangkat
yaitu tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah utama ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada masalah
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui definisi ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
3. Untuk mengetahui patofisiologi ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien
yang mengalamai gangguan kesehatan pada paru-paru
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada
pasien yang mengalami gangguan kesehatan pada paru-paru
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan masalah utama
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
6. Untuk mengetahui penatalakanaan dari masalah utama ketidakefektifan bersihan
jalan napas
7. Untuk mengetahui edukasi untuk pasien yang mengalami masalah utama
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
8. Untuk mengetahui contoh penyakit paru-paru yang masalah utamanya
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
9. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada masalah utama
ketidakefektifan bershan jalan nafas secara umum

8
1.4 Manfaat
Mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada masalah keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

9
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas


Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau
obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. Adapun tanda dan
gejala yang ditimbulkan seperti, batuk tidak efektif, sputum berlebih, suara napas mengi atau
wheezing dan ronkhi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Bersihan jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal akibat
ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau
berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekret dan batuk tidak efektif karena
penyakit persyarafan seperti cerebro vascular accident (CVA), efek pengobatan sedatif dan
lain - lain. Bersihan jalan nafas (Obstruksi jalan nafas ) mempunyai tanda-tanda seperti :
batuk tidak efektif, tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan nafas, suara nafas
menunjukan adanya sumbatan dan jumlah, irama dan kedalaman pernafasan tidak normal.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan membersihkan sekresi
atau obtruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas (Nanda, 2015).

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas


Ketidakefektifan bersihan jalan nafas ini bisa terjadi pada pasien yang mengalami
masalah pada daerah paru-paru. Faktor yang mempunyai peran besar dalam menunjang
terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien adalah merokok. Asap rokok
dapat menyebabkan terhambatnya pembersihan mukosiliar dan juga dapat menyebabkan
inflamasi pada bronkiolus dan alveoli. Bertambahnya ukuran dan jumlah kelenjar penghasil
mukus menyebabkan hipersekresi mukus dan abnormalitas dari sel goblet di saluran nafas
sehingga dapat menyumbat jalan napas. Keparahan dari penyakit paru-paru terkait dengan
banyak rokok yang dihisap, umur mulai merokok, dan status merokok terakhir saat penyakit
paru-paru pasien sudah berkembang. Tidak semua pasien yang mempunyai penyakit paru-
paru adalah perokok atau mantan perokok, perokok pasisif juga bisa menderita penyakit
paru-paru karena seringnya terpapar oleh asap rokok. Selain faktor asap rokok ada juga

10
faktor lain yang mempengaruhi yaitu, infeksi. Kolonisasi bakteri pada saluran pernapasan
secara kronis merupakan suatu pemicu infalmasi pada saluran pernapasan. Adanya
kolonisasi bakteri menyebabkan peningkatan kejadian infalmasi yang dapat dilihat dari
peningkatan jumlah sputum dan percepatan penurunan fungsi paru (Ikawati, 2016).

2.3 Patofisiologi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Yang Mengalamai
Gangguan Kesehatan Pada Paru-Paru
Patofisiologi ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien yang mengalami
gangguan kesehatan pada paru-paru akan mengalami batuk yang produktif dan juga
penghasilan sputum. Penghasilan sputum ini dikarekan dari asap rokok dan juga polusi
udara baik di dalam maupun di luar ruangan. Asap rokok dan polusi udara dapat
menghambat pembersihan mukosiliar. Mukosiliar berfungsi untuk menangkap dan
mengeluarkan partikel yang belum tesaring oleh hidung dan juga saluran napas besar. Faktor
yang menghambat pembersihan mukosiliar adalah karena adanya poliferasi sel goblet dan
pergantian epitel yang bersilia dengan yang tidak bersilia. 9Poliferasi adalah pertumbuhan
atau perkembangbiakan pesat sel baru. Hiperplasia dan hipertrofi atau kelenjar penghasil
mukus meyebabkan hipersekresi mukus di saluran napas. Hiperplasia adalah meningkatnya
jumlah selsementara hipertrofi adalah bertambahnya ukuran sel. Iritasi dari asap rokok juga
bisa menyebabkan infalmasi bronkiolus dan alveoli. Karena adanya mukus dan kurangnya
jumlah silia dan gerakan silia untuk membersihkan mukus, maka pasien dapat mengalami
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Hal yang bisa terjadi jika tidak ditangani maka akan
terjadi infeksi berulang, dimana tanda-tanda dari infeksi tersebut adalah perubahan sputum
seperti meningkatnya volume mukus, mengental dan perubhan warna (Ikawati, 2016)

11
2.4 Pathway Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

Bakteri atau virus


(Streptococcus
pneumonia,
Haemophilus influenza,
mycrobacterium
tuberculosis, dll)

Masuk ke dalam lobus


paru

Peradangan

Stimulasi sel-sel goblet


dan sel mukosa

Sel mukus berlebih

Peningkatan produksi
mukus

Akumulasi secret pada


saluran pernafasan

Ketidakefektifan
betsihan jalan nafas

12
2.5 Manifestasi Klinis Dari Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Yang
Mengalami Gangguan Kesehatan Pada Paru-Paru
Manifestasi klinik yang muncul dari bersihan jalan napas tidak efektif menurut (Tarwoto
& Wartonah, 2015) sebagai berikut :
a. Sindrom gagal napas akut, adalah keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi
keutuhan oksigen karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat
sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen.
b. Pneumoni, pada penderita gangguan kesehatan pada paru-paru telah mengalami masalah
di paru-paru sehingga sangat mudah terinfeksi.
Tanda dan gejala yang biasa dilami pasien penderita gangguan kesehatan pada paru-paru
yang mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas menurut (Ikawati, 2016) sebagai
berikut :
a. Batuk kronis selama 3 bulan dalam setahun, terjadi berselang atau setiap hari, dan
seringkali terjadi sepanjang hari.
b. Produksi sputum secara kronis
c. Bronkhitis akut
d. Riwayat paparan terhadap faktor risiko seperti merokok dan paparan polusi

2.6 Pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan masalah utama Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Nafas
Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan pada pasien dengan masalah keperawatan
utama ketidakefektifan bersihan jalan nafas sebagai berikut :
1. Pemeriksaan fungsi paru
a. Kapasitas inspirasi menurun
b. Volume residu meningkat
c. FEV1 (Force Expiratory Volume) adalah volume udara yang dapat dikeluarkan
melalui ekspirasi selama satu detik, nilai FEV1 selalu menurun sama dengan derajat
obastruksi progresif
d. FVC (Force Vital Capacity)adalah kapasitas vital dari usaha untuk ekspirasi
maksimal, nilai FVC awalnya normal kemudian menurun nilainya.

13
2. Pemerikasaan sputum Pemeriksaan sputum yang dilakukan adalah pemeriksaan gram
kuman/ kultur adanya infeksi campuran. Kuman pathogen yang ditemukan adalah
Steptococcus pneumonia dan Hemophylus influenza.
3. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya hiperinflasi paru,
pembesaran jantung, dan bedungan di area paru.
4. Pemeriksaan bronkogram Menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada
eksprirasi akut.

2.7 Penatalakanaan Dari Masalah Utama Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas


Penatalaksannan non- farmakologis yang dapat dilakukan adalah dengan menghentikan
merokok. Penghentian merokok merupakan tahap penting yang dapat memperlambat
memburuknya tes fungsi paru-paru, menurunkan gejala dan meningkatkan kualitas hidup
pasien (Ikawati, 2016). Penatalaksanaan medis yang diberikan pada pasien yang mengalami
ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah (Lestari, 2016):
a. Obat anti inflamasi
b. Bronkodilator golongan adrenalin dan golongan xatin
c. Antibiotik
d. Vaksinasi yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami gangguan paru-paru adalah
vaksin Influenza dan Pneumococcus reguler (Brasehers, 2017). Vaksinasi Influenssa
dapat mengurangi angka kesakitan yang serius dan vaksin Pneomococcus
direkomendasikan bagi oasien yang sudah berumur diatas 65 tahun.
e. Indikasi oksigen
Terapi oksigen yang jangka panjang akan memperpanjang hidup penderita PPOK yang
berat dan penderita dengan kadar oksigen darah yang rendah.

14
2.8 Edukasi Untuk Pasien Yang Mengalami Masalah Utama Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Nafas
Edukasi yang dapat diberikan untuk pasien yang mengalami ketidakefektifan bersihan
jalan nafas adalah yang paling efektif untuk menguranginya adalah dengan berhenti
merokok. Karena dapat memperlambat kemajuan tingkat penyakit. Dengan mengedukasi
perokok dapat mendorong untuk berhenti merokok sebanyak 5% sampai 10% (Lestari,
2016).

2.9 Contoh Penyakit Paru-Paru Yang Masalah Utamanya Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Nafas
Berikut beberapa contoh penyakit paru-paru dengan masalah utama ketidakefektifan
bersihan jalan nafas yaitu:
1. Pneumonia
2. Tuberculosis (TBC)
3. Bronkitis
4. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
5. Asma

15
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH UTAMA
KETIDAKEFEKTIFANBERSIHAN JALAN NAFAS

3.1 Pengkajian Keperawatan


1. IDENTITAS

 IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. M
Jenis kelamin : Laki – laki
Umur : 45 tahun
Suku : Jawa
Pend. tarakhir : SMA
Agama : Islam
Alamat : Purwakarta
Pekerjaan : Swasta
Tanggal MRS : 16 Agustus 2016
Tanggal pengkajian : 19 Agustus 2016
Diagnosa Medis : TB PARU

 IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny. K
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 43 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Purwakarta
Hubungan dengan klien : istri klien

16
2. RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan Utama
Pada saat pengkajian tanggal 19 Agustus 2016 pasien mengeluh sesak nafas
dan batuk.
2) Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang
Malam sebelum masuk RS, pasien mengeluh sesak nafas dan batuk berhak
yang tidak bisa dikeluarkan klien juga mengatakan suara napas grok-grok.
Melihat keadaan pasien, keluarga klien merujuk klien ke rumah sakit Islam
Purwakarta tepat pada pukul 07.00 klien dan keluarga tiba di UGD.
3) Riwayat Kesehatan/ penyakit Dahulu
Pada tanggal 28 Juli 2016 pasien baru keluar dari rumah sakit Islam dengan
keluhan sesak nafassetelah 3 hari perawatan dari rumah sakit islam.
4) Riwayat Kesehatan/ penyakit Keluarga
Klien mengatakan dari keluarga tidak ada yg memiliki penyakit yang sama
seperti klien.

3. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum
Kilen dapat bergerak seperti biasa, dapat berjalan-jalan seperti biasa tanpa di
bantu. tingkat kesadran klien Composmentis dengan GCS 4, 5, 6.
2) Hasil pengukuran tanda-tanda vital klien :
TD : 110/80 mmHg
N: 104x/menit
RR: 28 x/menit
S: 36°C
3) Kulit
Kebersihan kulit kurang bersih, kulit klien terlihat kusam, tidak terdapat lesi
atau luka pada kulit, turgor kulit kembali > 3 detik.
4) Kepala dan Leher
Struktur kepala dan leher tampak simetris, kebersihan kulit kepala baik

17
tidak terdpat ketombe, persebaran rambut merata, warna rambut hitam dan di
tumbuhi banyak uban, tidak ada benjolan pada kepala.
5) Penglihatan dan Mata
Struktur mata tampak simetris, kebersiahn mata baik, mata dapat digerakan
kesegala arah, tidak ada kelainan dalam penglihatan, kilen tidak
menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata
6) Penciuman dan Hidung
Struktur hidung normal (tidak cacat), kebersihan hidung baik, tidak ada secret
didalam hidung, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, fungsi
penciuman baik (dapat membedakan bau minyak kayu putih dengan alkohol)
7) Pendengaran dan Telinga
Struktur telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga baik, tidak ada
peradangan, perdarahan, dan nyeri, klien mengtakan telinganya tidak
berdengung, fungsi pendengaran baik (kilen dapat menjawab pertanyaan
dengan baik). klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
8) Mulut dan Gigi
Struktur mulut dan gigi tampak simetris, mukosa bibir terlihat basah,
kebersihan mulut dan gigi cukup baik, tidak terapat peradangan dan
perdarahan pada gusi, lidah tampak bersih dan klien tidak meggunakan gigi
palsu.
9) Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 28x/menit, terdapat nyeri tekan pada
dada, Terdengar suara ronkhi pada paru kanan CRT kembali > 3 detik. klien
terlihat sesak, pernafasan takipnea dan ortopnoe, menggunakan otot bantu
pernafasan, retraksi dinding dada, batuk berdahak dan kental, menggunakan nafas
cuping hidung, Irama napas tidak teratur, Pasien tampak kebingungan dan lemas
10) Abdomen
Struktur abdomen simetris, abdomen tampak datar(tidak ada benjolan), saat
dipalpasi tidak terdapat nyeri tekan, klien mengatakan tidak nyeri didaerah
abdomen.

18
11) Genetalia dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki dan klien tida ada keluhan atau gangguan
pada sistem reproduksi. Klien memiliki 5 orang anak.
12) Ekstremitas Atas dan Bawah
Struktur ekstermitas atas dan bawah (kiri dan kanan) simetris, tidak ada
kelainan bentuk tulang, otot, dan sendi, pada tangan kanan terpasang infis RL
20 ttpm.

4. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL


1) Aktivitas dan Istirahat
Dirumah : klien mengatakan sebelum masuk RS,klien hanya berdiam diri
dirumah.Klien mengatakan tidur siang dan tidur malamnya ± 8
jam. Saat klien tidur siang ± 1 jam dan tidur malamnya ± 8 jam.
Di RS : Kien tampak lemah dan hanya berbaring ditempat tidur dengan
posisi semi fowler. Klien mengatakan tidak dapat tidur siang.dan
tidur malamnya ±5-6 jam,sedangkan aktivitas klien tidak ada.

2) Personal Hygiene
Di rumah : Klien mengatakan mandinya 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, dan
memotong kuku apabila panjang.
Di RS : personal hygiene klien kurang, klien mengatakan tidak ada mandi
selama 1 hari. Hanya di seka oleh keluarga 1x/hari. Klien tidak ada
mandi karena takut infusnya terlepas saat melepas baju, klien
hanya berkumur-kumur, dan kuku klien terlihat pendek.

3) Nutrisi
Dirumah : Klien mengatkan makan 2x sehari karena sedang bulan puasa dan
klien mengatakan minumnya 6-7 gelas sehari
Di RS : Klien makan 3x/hari. Nafsu makan klien baik, klien dapat
menghabiskan makanan yang disediakan oleh rumah sakit.
19
4) Eliminasi (BAB dan BAK)
Dirumah : Klien mengatakan BAB lancar 1x/hari dan BAK tidak menentu
bisa 5x/hari atau lebih.
Di RS : klien mengatakan BAB 1 hari sekali dan BAK 1-2x/hari, klien
tidak terpasang kateter dan tidak ada keluhan nyeeri saat BAK.

5) Seksulitas
Klien mengatakan sudah menikah dan mempunyai 3 anak.

6) Psikososial
Hubungan klien dengan keluarga baik. Hubungan klien dengan petugas
kesehatan baik. Klien dapat menerima tindakan atau terapi dari perawat
dengan baik.

7) Spiritual
Klien beragama Islam dan klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.

20
3.2 Pathway kasus

Bakteri
(mycrobacterium
Tuberculosis)

Droplet

Menetap di udara Hipertermia

Terhirup Suhu tubuh

Menempel di jalan Inflamasi Merangsang


nafas hipotalamus

Iritasi pada pleura Terhirup bronkus Menetap di


jaringan paru
Cairan dalam Peradangan pleura Iritasi pada
pleura bronkus kerusakan membran
alveolar-kapiler.

Menekan paru- Merangsang Merangsang aktifitas Produksi sputum Gangguan


paru pengeluaran simpatis pertukaran gas
mediator kimia
Ekspansi paru Pergerakan makanan Batuk
Merangsang saraf menjadi ambat

Sesak nafas impuls Ketidakefektifan


Makanan tertahan di bersihan jalan nafas
lambung
Ketidakefektifan Ditransfer ke
Pola Nafas medulla spinalis Reflek regang di lambung

Thalamus, korteks anoreksia


serebri
Ketidakseimbangan
Nyeri Persepsi nyeri Nutrisi: Kurang
dari kebutuhan
tubuh

21
3.3 Analisa Data
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS : Ketidakefektifan Bakteri atau virus
 pasien mengatakan batuk bersihan jalan nafas (Streptococcus pneumonia,
berdahak susah keluar Haemophilus influenza,
 Pasien mengatakan sesak mycrobacterium
napas, suara napas grok- tuberculosis, dll)
grok
Masuk ke dalam lobus paru
DO:
 Irama napas tidak teratur Peradangan
 terdengar suara napas
ronchi Stimulasi sel-sel goblet dan
 Pasien tampak sel mukosa
kebingungan dan lemas
 TTV: Sel mukus berlebih
TD : 110/80 mmHg
N: 104x/menit Peningkatan produksi
RR: 28 x/menit mucus
S: 36°C
Akumulasi secret pada
saluran pernafasan

Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
2. DS: Ketidakefektifan pola nafas Iritasi pada pleura
Klien mengatakan sesak nafas,
sesak berkurang jika dibuat untuk Cairan dalam pleura
duduk.
DO: Menekan paru-paru
 Irama napas tidak teratur
 Pasien tampak Ekspansi paru
kebingungan dan lemas
Sesak nafas
 pernafasan takipnea dan
ortopnoe Ketidakefektifan pola nafas
 TTV:
TD : 110/80 mmHg
N: 104x/menit
RR: 28 x/menit
S: 36°C

22
3. DS: Gangguan pertukaran gas menghirup bakteri atau virus
 Klien mengatakan diudara
nafasnya terasa sesak
Menempel di jalan nafas
 Klien mengeluh susah
tidur karena sesak nafas. Inflamasi
 Klien mengatakan batuk,
berdahak. Merangsang hipotalamus
DO:
 klien terlihat sesak Menetap di jaringan paru
 pernafasan takipnea dan
ortopnoe kerusakan membran
 menggunakan otot bantu alveolar-kapiler
pernafasan
gangguan pertukaran gas
 retraksi dinding dada
 batuk berdahak dan
kental
 menggunakan nafas
cuping hidung
 TTV:
TD : 110/80 mmHg
N: 104x/menit
RR: 28 x/menit
S: 36°C

3.4 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan mengenai ketidakefektifan bersihan jalan
napas mempunyai penyebab secara fisiologis yaitu, hipersekesi jalan napas dan sekresi yang
tertahan (Nanda, 2015). Biasanya diagnosa penyerta pada masalah keperawatan bersihan
jalan nafas yaitu ketidakefektifan pola nafas dan gangguan pertukaran gas. Diagnose yang
muncul pada kasus diatas yaitu:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan secret
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru
3. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan membran alveolar kapiler

23
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan NOC dan NIC Pada Pasien Dengan Masalah Utama
Ketidakefektifan Bersihan Jalan
 NOC (Nursing Outcomes Classification)
Tujuan dari perencanaan keperawatan yang diharapkan adalah pasien dapat
mendemostrasikan pola pernapasan yang efektif, data objektif menunjukkan pola pernapasan
yang efektif, pasien lebih nyaman dalam bernapas (Tarwoto & Wartonah, 2015). Batasan
karakteristik dari bersihan jalan nafas tidak efektif adalah sputum dalam jumlah yang
berlebihan, batuk yang tidak efektif, suara nafas tambahan, perubahan irama nafas,
perubahan frekuensi nafas, dispnea, gelisah. Faktor yang berhubungan untuk bersihan jalan
nafas tidak efektif menurut (Kusuma & Nurarif, 2015) antara lain:
a. Dari faktor lingkungan ada perokok pasif dan aktif
b. Dari faktor obstruksi jalan nafas ada mukus dalam jumlah berlebih, sekresi nafas buatan,
sekesi bertahan atau sisa sekresi, sekresi dalam bronki.
c. Dari faktor fisiologi ada PPOK, jalan nafas alergik, asma dan infeksi .
Dari batasan karakteristik dan faktor yang berhubungan maka tujuan keperawatan
NOC adalah Status pernapasan : Kepatenan jalan napas (Moorhead, Johnson, L. Maas, &
Swanson, 2013). Indikator keberhasilan tindakan terkait NOC kepatenan jalan napas antara
lain, frekuensi pernapasan normal (16-20 x/menit), irama pernapasan teratur, kedalaman
inspirasi normal, suara auskultasi napas normal (vesikuler), tidak ada suara napas tambahan,
tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
batuk, tidak terdapat akumulasi sputum, tidak ada sianosis.

 NIC (Nursing Interventions Classification)


Pada masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas, intervensi keperawatan yang
dianjurkan menurut NIC antara lain (M. Bulechek, K Butcher, M. Dochterman, & M.
Wagner, 2013) antara lain:
1. Manajemen jalan napas
2. Penghisapan lendir pada jalan nafas
3. Monitor pernapasan.

24
Tabel NOC dan NIC
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Ketidakefektifan bersihan jalan Kriteria Hasil: Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen jalan napas (3140)
nafas b.d penumpukan sekret. keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas bisa teratasi Definisi: fasilitasi kepatenan jalan
Definisi: nafas.
ketidakmampuan membersihkan Status pernapasan: kepatenan jalan napas (0410)
sekresi atau obtruksi dari saluran Definisi: saluran trakeobronkial yang terbuka dan Aktivitas-aktivitas:
napas untuk mempertahankan lancer untuk pertukaran uadara  Buka jalan napas dengan teknik
bersihan jalan napas Skala Outcome: 2 ke 5 chin lift atau jaw thrust
Indikator 1 2 3 4 5  Posisikan pasien untuk
Kode: 00031 041004 Frekuensi pernapasan 1 2 3 4 5 memaksimalkan ventilasi
Domain 11: keamanan dan (postural darinase)
perlindungan 041005 Irama pernapasan  Ajarkan pasien atau keluarga
Kelas 2: cedera fisik untuk menggunakan inhaler
041017 kedalaman inspirasi 1 2 3 4 5 sesuai resep
041012 Kemampuan untuk 1 2 3 4 5  Lakukan fisioterapi dada
mengeluarakan secret  Buang sekret dengan memotivasi
041007 suara napas tambahan 1 2 3 4 5 pasien untuk melakukan batuk
041013 pernapasan cuping 1 2 3 4 5 atau menyedot lender.
hidung  Instruksikan bagaimana agar bisa
041018 penggunaan otot bantu 1 2 3 4 5 melakukan batuk efektif
pernapasan  Kelola pemberian bronkodilator
041019 Batuk 1 2 3 4 5
041020 Akumulasi sputum 1 2 3 4 5
Keterangan:
1= defiasi berat dari kisaran normal /sangat berat
5= tidak ada deviasi dari kisaran normal / tdk ada

25
2. penghisapan lendir pada jalan
nafas (3160)

Definisi : membuang sekret dengan


memasukkan kateter suksion kedalam
mulut, nasofaring atau trakhea pasien.

Aktivitas – aktivitas:
 Lakukan tindakan cuci tangan.
 Lakukan tindakan pencegahan
umum.
 Gunakan alat pelindung diri
sesuai dengan kebutuhan.
 Tentukan perlunya suktion mulut
atau trakhea.
 Aukultasi suara nafas sebelum
dan setelah tindakan suction.
 Aspirasi nasopharingeal dengan
kanul suction sesuai dengan
kebutuhan
 Berikan sedatif sebagaimana
mestinya.
 Masukan nasopharingeal airway
untuk melakukan suction
nasotracheal sesuai kebutuhan.
 Instruksikan pada pasien untuk
menarik nafas dalam sebelum
dilakukan suction nasotracheal
dan gunakan oksigen sesuiai
kebutuhan.

26
3. Monitor pernapasan (3350)

Definisi: sekumpulan data dan


analisis keadaan pasien untuk
memastikan kepatenan jalan nafas
dan kecukupan pertukaran gas.

Aktivitas-aktivitas:
 Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan bernapas
 Catat pergerakan dada, catat
ketidaksimetrisan, penggunaan
otot – otot bantu napas, dan
retraksi pada otot supraclaviculas
dan interkosta
 Monitor suara napas tambahan
seperti ngorok dan mengi
 Monitor pola napas
 Monitor keluhan sesak napas
pasien
 Auskultasi suara napas, catat area
dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan
keberadaan suara napas
tambahan.

27
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d Kriteria Hasil : Manajemen jalan nafas (3140)
penurunan ekspansi paru setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam masalah
ketidakefektifan pola nafas dapat teratasi. Definisi: fasilitas kepatenan jalan
Definisi: Inspirasi dan/ atau nafas.
ekspirasi yang tidak memberi Status Pernafasan : Ventilasi (0403)
ventilasi adekuat Definisi : keluar masuknya udara dari dan kedalam Aktivitas-aktivitas:
paru.
Kode: 00032  Buka jalan nafas dengan teknik
Skala Outcome: 2 ke 5
Domain 4: Aktivitas/ Istirahat chin lift atau jaw thrust sebagai
Indikator 1 2 3 4 5
Kelas 4: Respons mana mestinya.
04030 Frekuensi pernapasan 1 2 3 4 5
Kardiovaskuler/ Pulmonal  Posisikan pasien untuk
1
memaksimalkan ventilasi.
04030 Irama pernapasan 1 2 3 4 5  Identifikasi kebutuhan
2 aktual/potensial pasien untuk
04030 kedalaman inspirasi 1 2 3 4 5 memasukkan alat membuka jalan
3 nafas.
04030 Penggunaan otot 1 2 3 4 5  Masukkan alat (NPA) atau (OPA)
9 bantu sebagaimana mestinya.
04031 Retraksi dinding dada 1 2 3 4 5  Lakukan fisioterapi dada
1 sebagaimana mestinya.
04031 Dispnea dinding dada 1 2 3 4 5
4
04031 Orthopnea 1 2 3 4 5
5
04033 Akumulasi sputum 1 2 3 4 5
1

Keterangan:
1= defiasi berat dari kisaran normal /sangat berat
5= tidak ada deviasi dari kisaran normal / tdk ada

28
3. Gangguan pertukaran gas b.d Kriteria Hasil: Manajemen jalan nafas (3140)
kerusakan membran alveolar kapiler Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam
gangguan pertukaran gas kembali normal. Definsi:fasilitas kepatenan jalan
Definisi: kelebihan atau defisit nafas.
oksigenasi dan/atau eliminasi status pernafasan : pertukaran gas (0402)
karbon dioksida pada membran Aktivitas-aktivitas:
alveolar-kapiler Definisi:  Posisikan pasien untuk
pertukaran karbondioksida dan oksigen di alveoli memaksimalkan ventilasi
Kode: 00030 untuk mempertahankan konsentrasi darah arteri.  Motivasi pasien untuk bernafas
Domain 3: Eliminasi dan Skala Outcome: 2 ke 5 pelan, dalam, berputar, dan
pertukaran Indikator 1 2 3 4 5 batuk
Kelas 4: Fungsi respirasi 040208 Tekanan parsial 1 2 3 4 5  Posisikan untuk meringankan
oksigen didarah arteri sesak nafas
040209 Tekanan parsial 1 2 3 4 5  Monitor status pernafasan dan
karbondioksida oksigenasi sebagaimana
didarah arteri mestinya.
040210 PH arteri 1 2 3 4 5
040211 Saturasi oksigen 1 2 3 4 5
040214 Keseimbangan
ventilasi dan perfusi
040203 Dispnea saat istirahat

Keterangan:
1= defiasi berat dari kisaran normal /sangat berat
5= tidak ada deviasi dari kisaran normal / tdk ada

29
3.5 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan.Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri dan tindakan kolaboratif
.Tindakan mandiri adalah aktivitas yang disasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri
dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan yang lainnya. Tindakan
kolaboratif adalah tindakan yang didasarkan atas hasil keputusan bersama. Implementasi
yang akan dilaksanakan berupa menejemen jalan napas dan juga memonitor pernapasan
(Tarwoto & Wartonah, 2015).

3.6 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dalam proses keperaatan untuk dapat
menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada dasarnya
membandingkan status keadaan kesehatan pasien dengn tujuan atau kreteria hasil yang telah
ditetapkan. Adapun tujuan dari evaluasi adalah mengevaluasi status kesehatan pasien,
menentukan tujuan perkembangan keperawatan, menentukan efektivits dari rencana
keperawatan yang telah ditetapkan, sebagai dasar menentukan diagnosis yang sudah tercapai
atau tidak atau adanya perubahan diagnosis (Tarwoto & Wartonah, 2015). Indikator
keberhasilan yang akan dicapai menurut (Moorhead et al., 2013) antara lain , frekuensi
pernapasan normal, irama pernapasan teratur, kedalaman inspirasi normal, suara auskultasi
napas normal (vesikuler), tidak ada suara napas tambahan, tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasa, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada batuk tidak terdapat akumulasi
sputum, tidak ada sianosis.

30
Table implementasi dan evaluasi
NO MASALAH SUBJEKTIF OBJEKTIF ASESMENT PLANNING
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan  pasien mengatakan  Irama napas tidak teratur Masalah belum Setelah dilakukan tindakan
jalan nafas batuk berdahak  terdengar suara napas teratasi keperawatan selama 1 x 24
susah keluar ronchi jam, pernafasan mulai
 Pasien mengatakan  Pasien tampak normal, berkurangnya
sesak napas, suara kebingungan dan lemas secret dan tidak terdengar
napas grok-grok  TTV: rochi
TD : 110/80 mmHg
N: 104x/menit Dengan kriteria hasil :
RR: 28 x/menit nafas menjadi normal,
S: 36°C tidak ada hambatan untuk
bernafas, kondisi membaik

Lanjutkan intervensi:
 Buang sekret dengan
memotivasi pasien
untuk melakukan
batuk atau menyedot
lender.
 Instruksikan
bagaimana agar bisa
melakukan batuk
efektif
 Kelola pemberian
bronkodilator
 Masukan
nasopharingeal
airway untuk
melakukan suction
nasotracheal sesuai
kebutuhan.
 Instruksikan pada
pasien untuk menarik
31
nafas dalam sebelum
dilakukan suction
nasotracheal dan
gunakan oksigen
sesuiai kebutuhan.
 Monitor kecepatan,
irama, kedalaman dan
kesulitan bernapas
 Catat pergerakan
dada, catat
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot –
otot bantu napas, dan
retraksi pada otot
supraclaviculas dan
interkosta
 Monitor suara napas
tambahan seperti
ngorok dan mengi
 Monitor pola napas
 Monitor keluhan
sesak napas pasien
 Auskultasi suara
napas, catat area
dimana terjadi
penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan
keberadaan suara
napas tambahan.

32
2. Ketidakefektifan pola nafas Klien mengatakan sesak - Irama napas tidak teratur Masalah belum Setelah dilakukan tindakan
nafas, sesak berkurang - Pasien tampak teratasi keperawatan selama 1 x 24
jika dibuat untuk duduk kebingungan dan lemas jam, pernafasan mulai
- pernafasan takipnea dan normal dan pasien tidak
ortopnoe merasakan sesak nafas
- TTV: lagi.
TD : 110/80 mmHg
N: 104x/menit Dengan kriteria hasil :
RR: 28 x/menit nafas menjadi normal,
S: 36°C tidak ada hambatan untuk
bernafas, kondisi membaik

Lanjutkan intervensi:
 Buka jalan nafas
dengan teknik chin lift
atau jaw thrust sebagai
mana mestinya.
 Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi.
 Identifikasi kebutuhan
aktual/potensial pasien
untuk memasukkan alat
membuka jalan nafas.
 Masukkan alat (NPA)
atau (OPA)
sebagaimana mestinya.
 Lakukan fisioterapi
dada sebagaimana
mestinya.

3. Gangguan pertukaran gas  Klien mengatakan  klien terlihat sesak Masalah belum Setelah dilakukan tindakan
nafasnya terasa  pernafasan takipnea dan teratasi keperawatan selama 1 x 24
sesak ortopnoe jam, pernafasan mulai
33
 Klien mengeluh  menggunakan otot bantu normal dan pasien tidak
susah tidur karena pernafasan merasakan sesak nafas lagi
sesak nafas.  retraksi dinding dada saat beristirahat maupun
 Klien mengatakan  batuk berdahak dan kental beraktivitas
batuk, berdahak.  menggunakan nafas
cuping hidung Dengan kriteria hasil :
 TTV: nafas menjadi normal,
TD : 110/80 mmHg kondisi membaik
N: 104x/menit
RR: 28 x/menit Lanjutkan intervensi:
S: 36°C
 Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
 Motivasi pasien untuk
bernafas pelan,
dalam, berputar, dan
batuk
 Posisikan untuk
meringankan sesak
nafas
 Monitor status
pernafasan dan
oksigenasi
sebagaimana
mestinya.

34
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau
obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. Adapun tanda dan
gejala yang ditimbulkan seperti, batuk tidak efektif, sputum berlebih, suara napas mengi atau
wheezing dan ronkhi. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas ini bisa terjadi pada pasien yang
mengalami masalah pada daerah paru-paru. Faktor yang mempunyai peran besar dalam
menunjang. Edukasi yang dapat diberikan untuk pasien yang mengalami ketidakefektifan
bersihan jalan nafas adalah yang paling efektif untuk menguranginya adalah dengan berhenti
merokok.
Berikut beberapa contoh penyakit paru-paru dengan masalah utama ketidakefektifan
bersihan jalan nafas yaitu:
 Pneumonia
 Tuberculosis (TBC)
 Bronkitis
 Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
 Asma

4.2 Saran
 Bagi Perawat dan Rumah Sakit Diharapkan dapat meningkat kualitas asuhan keperawatan
yang berfokus pada pasien dengan terus mengotimalkan SOP (Standar Operational
Prosedure) dalam setiap melakukan tindakkan keperawatan mengatasi ketidakefektifan
bersihan jalan nafas.
 Diharapkan hasil studi kasus ini bisa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
referensi tambahan bagi mahasiswa dalam melaksanakan praktek mengatasi
ketidakefektifan bersihan jalan nafas dilaboratorium dengan sesuai SOP (Standart
Operational Prosedure).

35
DAFTAR PUSTAKA

Ikawati, Z. 2016. Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta. Bursa

Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4.
Jakarta

Keliat, budi anna dkk. 2015. Diagnosa Keperawatan edisi 10. Jakarta. EGC

Moorhead, sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Elsevier

Bulechek, Gloria M dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Elsevier

https://www.scribd.com/document/79681038/Asuhan-Keperawatan-Tb-Paru (uploaded by:


Muhammad Luthfianoor Ryfanie, 2012

36

Anda mungkin juga menyukai