Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KEPERAWATAN BENCANA

Oleh :

Nama : Nur Fadillah M Diran (201801121)

Kelas : IV/C (Keperawatan)

PROGRAM STUDI NURSE

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

2021
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 24 TAHUN 2007

TENTANG

PENANGGULANGAN BENCANA

Pasal 1

Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa


yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan,baik oleh
faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampakpsikologis.

2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh


peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus,banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah langsor.

3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan


oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang
antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabahpenyakit.

4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh


peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan
oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas masyarakat, danteror.

5. Penyelenggaraanpenanggulanganbencanaadalah
serangkaianupayayang meliputipenetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat,
danrehabilitasi.
6. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan/ atau mengurangi
ancamanbencana.

7. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdayaguna.

8. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian


peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat
tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu
tempat oleh lembaga yangberwenang.

9. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi


risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatankemampuan
menghadapi ancamanbencana.

10. Tanggapdarurat bencana adalah serangkaian kegiatan


yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda,pemenuhan kebutuhan
dasar,pelindungan, pengurusan
pengungsi,penyelamatan,serta pemulihan prasarana
dansarana.

11. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua


aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai
tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan
dan kehidupan masyarakat pada wilayahpascabencana.
12. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua
prasarana dan sarana,kelembagaan pada wilayah pasca
bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,dan
bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.

13. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau


peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.
14. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik
geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis,
sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
suatu wilayah untuk jangkawaktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam,
mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan
untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

15. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk


mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan
hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan
kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan
melakukan upayarehabilitasi.

16. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan
risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman
bencana maupun kerentanan pihak yang
terancambencana.

17. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang


ditimbulkan akibatbencana pada suatu wilayah dan
kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian,
luka, sakit, jiwa terancam,hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan
gangguan kegiatanmasyarakat.

18. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan


bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat
keadaandarurat.

19. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan


yang ditetapkanoleh Pemerintah untuk jangka waktu
tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi
tugas untuk menanggulangibencana.

20. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang


terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya
untuk jangka waktu yang belumpasti sebagai akibat
dampak buruk bencana.

21. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok


orang, dan/ atau badanhukum.

22. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang


yang menderita atau meninggal dunia akibatbencana.

23. PemerintahPusat, selanjutnya disebut Pemerintah,


adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun1945.

24. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati/ walikota,


atau perangkat daerahsebagaiunsurpenyelenggara
pemerintahandaerah.

25. Lembaga usaha adalah setiap badan hukum yang dapat


berbentuk badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah, koperasi, atau swasta yang didirikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang menjalankan jenis usaha tetap dan
terus menerus yang bekerja dan berkedudukan dalam
wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

26. Lembaga internasional adalah organisasi yang berada


dalam lingkup struktur organisasi Perserikatan
Bangsa-Bangsa atau yang menjalankan tugas
mewakili Perserikatan Bangsa-Bangsa atau organisasi
internasional lainnya dan lembaga asing
nonpemerintah dari negara lain di luar
PerserikatanBangsa-Bangsa.

Pasal 33

Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap


meliputi:

a. prabencana;

b. saat tanggap darurat;dan

c. pascabencana.

Pasal 35

Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak


terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a
meliputi:

a. perencanaan penanggulanganbencana;

b. pengurangan risikobencana;

c. pencegahan;

d. pemaduan dalam perencanaanpembangunan;

e. persyaratan analisis risikobencana;

f. penegakan rencana tataruang;

g. pendidikan dan pelatihan;dan


h. persyaratan standar teknis penanggulanganbencana.

Pasal 44

Penyelenggaraanpenanggulanganbencana dalamsituasi
terdapat potensi terjadi bencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 huruf bmeliputi:

a. kesiapsiagaan;

b. peringatan dini;dan

c. mitigasibencana.

Pasal 45

(1) Kesiap siagaan sebagai mana dimaksud dalam Pasal44


huruf a dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat
dan tepat dalam menghadapi kejadianbencana.

(2) Kesiapsiagaansebagaimanadimaksudpadaayat(1)
dilakukanmelalui:
a. Penyusunandanujicobarencana penanggulangan
kedaruratanbencana;
b. pengorganisasian,pemasangan, dan pengujian
sistem peringatandini;
c. penyediaan dan penyiapan barang pasokan
pemenuhan kebutuhandasar;
d. pengorganisasian,penyuluhan,pelatihan,dangladi
tentangmekanismetanggapdarurat;
e. penyiapan lokasievakuasi;
f. penyusunan data akurat, informasi, dan
pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat
bencana;dan
g. penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan
peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana
dan sarana.

Pasal46

(1) Peringatan dini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44


huruf b dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat
dan tepat dalam rangka mengurangi risiko terkena
bencana serta mempersiapkan tindakan
tanggapdarurat.

(2) Peringatan dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukanmelalui:
a. pengamatan gejalabencana;
b. analisis hasil pengamatan gejalabencana;
c. pengambilan keputusan oleh pihak yangberwenang;
d. penyebarluasan informasi tentang peringatan
bencana; dan
e. pengambilan tindakan olehmasyarakat.

Pasal 47

(1) Mitigasi Bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal


44 huruf c dilakukan untuk mengurangi risiko
bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan
rawanbencana.

(2) Kegiatanmitigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukanmelalui:
a. pelaksanaan penataan tataruang;
b. pengaturan pembangunan, pembangunan
infrastruktur, tata bangunan;dan
c. penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan
pelatihan baik secara konvensional
maupunmodern;

Pasal 48

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap


darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33huruf b
meliputi:

a. pengkajiansecaracepat dantepatterhadaplokasi,
kerusakan, dan sumberdaya;

b. penentuan status keadaan daruratbencana;

c. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkenabencana;


d. pemenuhan kebutuhandasar;

e. pelindungan terhadap kelompok rentan;dan

f. pemulihan dengan segera prasarana dan saranavital.

Pasal 49

Pengkajian secara cepat dan tepat sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 48 huruf a dilakukan untuk mengidentifikasi:

a. cakupan lokasibencana;

b. jumlahkorban;

c. kerusakan prasarana dansarana;

d. gangguanterhadapfungsipelayanan umumserta
pemerintahan;dan

e. kemampuan sumber daya alam maupunbuatan.

Pasal 52

Penyelamatan dan evakuasi korbansebagaimana dimaksud


dalam Pasal 48 hurufc dilakukan dengan memberikan
pelayanan kemanusiaan yang timbul akibatbencana yang
terjadi pada suatu daerah melaluiupaya:

a. pencarian dan penyelamatankorban;

b. pertolongan darurat; dan/atau

c. evakuasikorban.

Pasal 57

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap


pascabencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf c
meliputi:

a. rehabilitasi;dan

b. rekonstruksi.

Pasal 58

(1) Rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57


huruf a dilakukan melaluikegiatan:
a. perbaikan lingkungan daerahbencana;
b. perbaikan prasarana dan saranaumum;
c. pemberian bantuan perbaikan rumahmasyarakat;
d. pemulihan sosialpsikologis;
e. pelayanankesehatan;
f. rekonsiliasi dan resolusikonflik;
g. pemulihan sosial ekonomibudaya;
h. pemulihan keamanan danketertiban;
i. pemulihan fungsi pemerintahan;dan
j. pemulihan fungsi pelayananpublik.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rehabilitasi
sebagaimana dimaksudpadaayat
(1) diaturdenganperaturan pemerintah.
Pasal 59

(1) Rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57


huruf b, dilakukan melalui kegiatan pembangunan
yang lebih baik,meliputi:
a. pembangunan kembali prasarana dansarana;
b. pembangunan kembali sarana sosialmasyarakat;
c. pembangkitankembalikehidupansosialbudaya
masyarakat;
d. penerapan rancang bangun yang tepat dan
penggunaan peralatan yang lebih baik dan
tahanbencana;
e. partisipasidanperansertalembaga danorganisasi
kemasyarakatan, dunia usaha, danmasyarakat;
f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, danbudaya;
g. peningkatan fungsi pelayanan publik;dan
h. peningkatan pelayanan utama dalammasyarakat.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rekonstruksi


sebagaimana
dimaksudpadaayat(1)diaturdenganperaturan
pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai