Anda di halaman 1dari 7

Jurnal SMART Keperawatan, 2019, 6 (2), 141-147 ©SJKP 2019

DOI:http://dx.doi.org/10.34310/jskp.v6i2.269 pISSN 2301-6221; eISSN 2502-5236


http://stikesyahoedsmg.ac.id/ojs/index.php/sjkp

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN ULKUS DIABETIK PADA


PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUANG SERUNI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU

Hanifah, Dian Dwiana, Patria, Buyung Keraman


Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Tri Mandiri Sakti, Jl. Hibrida No 3 Sido Mulyo Bengkulu
Email:ns hanifah@yahoo.com

ABSTRAK

Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan sekresi insulin dengan gejala polidipsia, poliuria, polifagia dan kesemutan. Indonesia termasuk
dalam peringkat 6 angka kejadian diabetes melitus terbanyak di dunia.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian ulkus diabetik pada pasien Diabetes Mellitus (DM)di Ruang Seruni
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional.
Populasi adalah seluruh pasien DM di Ruang Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dengan teknik accidental sampling
sebanyak 36 orang.Tehnikanalisis data menggunakan uji statistic chi-square dan untuk mengetahui keeratan hubungan
menggunakan uji contingency coefficient. Hasil didapatkan 12 orang (33,3%) mengalami ulkus diabetikum dan 24
orang (66,7%) tidak mengalami ulkus diabetikum. Terdapat 9 orang (25,0%) dengan pengetahuan kurang, 12 orang
(33,3%) dengan pengetahuan sedang dan 15 orang (41,7%) dengan pengetahuan baik. Ada hubungan antara tingkat
pengetahuan pasien dengan kejadian ulkus diabetik pada pasien DM di Ruang Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
dengan kategori hubungan sedang. Diharapkan perawat dapat memberikan informasi dan pendidikan kesehatan
tentang Diabetes Mellitus dan pencegahan komplikasinya kepada pasien dan keluarga.

Kata Kunci : pengetahuan; ulkus diabetikum; diabetes mellitus

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a disease characterized by hyperglycemia and impaired metabolism of carbohydrates, fats, and
insulin secretion with symptoms of polydipsia, polyuria, polyphagia and tingling. Indonesia is ranked 6th in the highest
incidence of diabetes mellitus in the world. The purpose of this study was to determine the relationship of the level of
knowledge with the incidence of diabetic ulcers in patients with Diabetes Mellitus (DM) in Seruni Room Dr. M. Yunus
Bengkulu. This type of research is descriptive correlation with cross sectional approach. The population was all DM
patients in Seruni Room Dr. M. Yunus Bengkulu with 36 accidental sampling techniques. Data analysis techniques
used the chi-square statistical test and to determine the closeness of the relationship using the contingency coefficient
test. The results obtained 12 people (33.3%) had diabetic ulcers and 24 people (66.7%) did not have diabetic ulcers.
There are 9 people (25.0%) with less knowledge, 12 people (33.3%) with moderate knowledge and 15 people (41.7%)
with good knowledge. There is a relationship between the level of knowledge of patients with the incidence of diabetic
ulcers in DM patients in Seruni Room Dr. M. Yunus Bengkulu. in the medium relationship category. It is expected that
nurses can provide information and health education about Diabetes Mellitus and prevention of complications to
patients and families.

Keywords: knowledge; diabetic ulcer; diabetes mellitus

141
Patria, et al.HubunganTingkat PengetahuandenganKejadianUlkusDiabetik ….
SJKP, Vol. 6, No. 2, Desember 2019, 141-147

LATAR BELAKANG untuk mengurangi kemungkinan terjadinya


Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai kejadian tersebut. (Black, 2009)
dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan Komplikasi mikro dan makroangiopati
metabolisme karbohidrat, lemak, dan sekresi yang merupakan penanda awal kejadian
insulin dengan gejala polidipsia, poliuria, komplikasi sering kali kurang dipahami dan
polifagia dan kesemutan. Estimasi terakhir kurang dianalisis oleh pasien DM. Di lain sisi
Internasional Diabetes Federation (IDF) progresivitas penyakit akibat DM ini baru dirasa
terdapat 425 juta orang yang hidup dengan setelah komplikasi yang timbul menyerang
diabetespada tahun 2017 yang terdiri dari 327 organ dan malfungsi organ yang muncul
juta orang berada pada usia 20-64 tahun dan mengganggu proses homeostasis tubuh. Salah
98 juta juta orang berada pada usia 65-79 satu komplikasi yang penting dari DM adalah
tahun. Pada tahun 2045 jumlah tersebut masalah kaki diabetes, dimana komplikasi
diperkirakan akan meningkat menjadi 629 juta merupakan masalah yang meningkat pada
orang yang terdri 438 juta orang berada pada kesehatan masyarakat dan merupakan
usia 20-64 tahun dan 191 juta orang berada penyebab utama masuk, amputasi dan
pada usia 65-79 tahun (IDF, 2017) kematian pada pasien diabetes (Desalu, 2011)
Diabetes melitus telah menjadi epidemik Kurangnya pengetahuan atau kesadaran
di amerika serikat dengan 21 juta orang (7% pasien sehingga pasien datang biasanya dalam
dari populasi Amerika Serikat) yang menderita keadaan gangren yang berat sehingga sering
penyakit ini sekitar 15 juta orang didiagnosis harus dilakukan amputasi selain itu kesadaran
menderita diabetes melitus dengan hampir 6 yang rendah pada masyarakat tersebut menjadi
juta diperkirakan mengalami diabetes militus salah satu faktor yang berkontribusi terhadap
namun belum terdiagnosis (Black, 2009) tingginya angka kejadian ulkus diabetik di
Indonesia termasuk dalam peringkat 6 Indonesia. Dalam penatalaksanaan DM dikenal
angka kejadian diabetes melitus terbanyak di empat pilar pengelolaan Diabetes mellitus untuk
dunia. Dalam Diabetes Atlas 2000 (International meningkatkan pengetahuan dan
Diabetes Federation) tercantum perkiraan pencegahannya yaitu dengan edukasi, nutrisi,
penduduk Indonesia diatas 20 tahun sebesar aktivitas fisik, dan medikasi (PERKENI, 2011).
125 juta dan dengan asumsi prevalensi DM Bila seorang pasien mempunyai
4,6%, diperkirakan pada tahun 2000 berjumlah pengetahuan tentang risiko terjadinya ulkus
5,6 juta. Berdasarkan pola perambahan diabetes, maka pasien akan dapat memilih
penduduk seperti ini, diperkirakan pada tahun alternatif yang terbaik bagi dirinya dan
2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta cenderung memperhatikan hal-hal yang penting
penduduk berusia diatas 20 tahun dan dengan tentang perawatan diabetes melitus seperti
asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan pasien akan melakukan pengaturan pola makan
didapatkan 8,2% juta pasien diabetes. Temuan yang benar, berolah raga secara teratur,
kasus diabetes melitus lebih banyak di daerah mengontrol kadar gula darah dan memelihara
perkotaan dari pada di desa (Richardo, 2014). lingkungan agar terhindar dari benda-benda lain
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang dapat menyebabkan luka. Apabila
dan progresif yang ditandai dengan perawatan yang dilakukan dengan tepat maka
ketidakmampuan tubuh untuk metabolisme dapat membantu proses penyembuhan dan
karbohidrat, lemak dan protein yang diharapkan pasien menjadi sehat baik fisik,
menyebabkan hiperglikemia. Diabetes melitus mental, sosial dan spiritual (Nurhasan, 2012).
kadang-kadang disebut sebagai gula tinggi Berdasarkan data medical record RSUD
diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan Dr. M. Yunus Bengkulu didapatkan jumlah
komplikasi serius,namun penderita diabetes pasien diabetes mellitus pada tahun 2015
mellitus dapat mengambil tindakan pencegahan sebanyak 355 orang dengan 32 orang yang

142
Jurnal SMART Keperawatan, 2019, 6 (2), 141-147 ©SJKP 2019
DOI:http://dx.doi.org/10.34310/jskp.v6i2.269 pISSN 2301-6221; eISSN 2502-5236
http://stikesyahoedsmg.ac.id/ojs/index.php/sjkp

mengalami ulkus diabetik, pada tahun 2016 dan 24 orang (66,7%) tidak mengalami ulkus
sebanyak 359 orang dengan 29 orang yang diabetikum.
mengalami ulkus diabetik dan pada tahun 2017
sebanyak 369 orang dengan 35 orang yang Tabel 2.Distribusfrekuensi tingkat pengetahuan
mengalami ulkus diabetik.Berdasarkan latar pasien DM tentang ulkus diabetik di Ruang Seruni
belakang tersebut, maka tujuan peneltian ini RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
untuk hubungan tingkat pengetahuan pasien Pengetahuan Frekuensi Presentasi
dengan kejadian ulkus diabetik pada pasien (%)
Kurang 9 25,0
diabetes mellitus di Ruang Seruni RSUD Dr. M.
Cukup 12 33,3
Yunus Bengkulu. Baik 15 41,7
Total 36 100,0
METODE
Metode penelitian kuantatif dengan desain Berdasarkan tabel 2, disebutkan bahwa dari 36
deskriptif korelasi yang menggunakan orang pasien dengan diabetes mellitus terdapat
rancangan penelitian cross sectionalPopulasi 9 orang (25,0%) dengan pengetahuan kurang,
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien 12 orang (33,3%) dengan pengetahun cukup
diabetes mellitus yang dirawat di Ruang Seruni dan 15 orang (41,7%) dengan pengetahun baik.
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu pada bulan Juli- Analisis Bivariat dilakukan untuk
Agustus 2018. Pengambilan sampel dalam mengetahui hubungan antara variabel
penelitian ini menggunakan teknikAccidental independen (pengetahuan) dan dependen
sampling sebanyak 36 orang. Pengumpulan (Ulkus diabetikum). Adapun hasil analisisnya
data dalam penelitian ini menggunakan data dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
primer yang diperoleh dari wawancara dan
penyebaran kuesioner kepada pasien diabetes Tabel 3Hubungan tingkat pengetahuan dengan
mellitus yang dirawat di Ruang Seruni RSUD kejadian ulkus diabetikum pada pasien DM di Ruang
Dr. M. Yunus Bengkulu. Data sekunder Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
diperoleh dari status pasien untuk melihat
diagnosa yang diderita pasien. Analisis data UlkusDiabetik
Pengetahuan um Total χ2 p C
dilakukan secara univariat, bivariat dengan Uji Ya Tidak
Chi-Square. Kurang 6 3 9
Cukup 4 8 12 7,2 0,027 0,408
HASIL Baik 2 13 15
Analisis univariat ini bertujuan untuk melihat Total 12 24 36
gambaran masing-masing variabel baik
variabelindependen (pengetahuan) dan variabel Berdasarkan tabel diatas bahwa dari 9
dependen (kejadian ulkus diabetikum), adapun orang dengan pengetahuan kurang terdapat 6
hasil analisis univariat adalah: orang mengalami ulkus diabetikum dan 3 orang
Tabel 1.Distribusi frekuensi kejadian ulkus diabetik tidak mengalami ulkus diabetikum. Dari 12
di Ruang Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu orang dengan pengetahun sedang terdapat 4
orang mengalami ulkus diabetikum dan 8 orang
UlkusDiabetikum Frekuensi Presentasi tidak mengalami ulkus diabetikum. Dari 15
(%) orang dengan pengetahuan baik terdapat 2
Ya 12 33,3 orang mengalami ulkus diabetikum dan 13
Tidak 24 66,7 orang tidak mengalami ulkus diabetikum.
Total 36 100,0 Hasil uji statistik Pearson Chi-Square
Berdasarkan tabel 1, disebutkan bahwa dari 36 didapatkan nilai =7,200 dengan
orang pasien dengan diabetes mellitus terdapat p=0,027<0,05 berarti signifikan, maka terdapat
12 orang (33,3%) mengalami ulkus diabetikum hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan pasien dengan kejadian ulkus

143
Patria, et al.HubunganTingkat PengetahuandenganKejadianUlkusDiabetik ….
SJKP, Vol. 6, No. 2, Desember 2019, 141-147

diabetik pada pasien diabetes mellitus di Ruang Hasil penelitian ini sejalan dengan
Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. penelitian yang dilakukan oleh Wulandini
Hasil uji contingency coefficient didapat (2015), tentang hubungan pengetahuan
nilai C=0,408 dengan P=0,027<0,05 berarti penderita diabetes melitus terhadap kejadian
signifikan. Nilai C=0,408 tersebut dibandingkan luka diabetes melitus di Ruangan Penyakit
dengan nilai Cmax. Jadi nilai = ,
,
= Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Didapatkan hasil pengetahuan penderita
0,58, karena nilai ini terletak dalam interval Diabetes Melitus mayoritas tinggi 15 responden
0,40-0,60 maka kategori hubungan sedang. (51,7%), dengan angka kejadian mayoritas tidak
terjadi 20 responden (69,0%). (p value
PEMBAHASAN 0,02<0,05 Ini menunjukkan ada hubungan
Berdasarkan tabel 1tampak bahwa dari 36 antara pengetahuan penderita Diabetes Melitus
orang pasien dengan diabetes mellitus terdapat dengan kejadian luka Diabetes Melitus. Peneliti
12 orang (33,3%) mengalami ulkus diabetikum menyarankan kepada penderita Diabetes
dan 24 orang (66,7%) tidak mengalami ulkus Melitus, agar selalu mencari informasi tentang
diabetikum. Berdasarkan hasil observasi saat Diabetes Melitus, upaya pencegahan terjadinya
penelitian data sebagian responden diabetes luka Diabetes Melitus.
melitus kondisi lama ulkusnya rata-rata sudah Berdasarkan tabulasi silang antara tingkat
menahun, dan penyebab ulkus karena adanya pengetahuan pasien dengan kejadian ulkus
luka kecil yang tidak kunjung sembuh. diabetikum, tampak bahwa dari 9 orang dengan
Hasil penelitian diatas sejalan dengan pengetahuan kurang terdapat 6 orang
penelitian yang dilakukan oleh Nurhanifah mengalami ulkus diabetikum. Kondisi ini
(2017), tentang faktor-faktor yang berhubungan menunjukkan bahwa pada responden dengan
dengan ulkus kaki diabetik di Poliklinik Kaki pengetahuan yang kurang akan lebih beresiko
Diabetik. Didapatkan hasil Hasil penelitian mengalami ulkus dabetikum, karena dengan
menunjukkan faktor durasi diabetes, usia dan pengetahuan yang kurang akan sulit dalam
sensasi merupakan faktor yang berhubungan pembentukan perilaku pencegahan penyakit
dengan ulkus kaki diabetik. Sedangkan faktor pada seseorang, karena reponden kurang
denyut nadi perifer dan deformitas anatomi tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya.
berhubungan dengan ulkus kaki diabetik. Dari responden dengan pengetahuan
Berdasarkan tabel 2, tampak bahwa dari kurang terdapat 3 orang tidak mengalami ulkus
36 orang pasien dengan diabetes mellitus diabetikum. Kondisi ni menunjukkan bahwa
terdapat 9 orang (25,0%) dengan pengetahuan pada responden dengan pengetahuan yang
kurang, 12 orang (33,3%) dengan pengetahun kurang dapat memungkinkan untuk tidak terjad
cukup dan 15 orang (41,7%) dengan diabetes mellitus, hal ini dipengaruhi oleh
pengetahun baik. Kondisi ini menunjukkan bebrapa faktor seperti umur. Pada pasien
sebagian besar responden dengan dengan umur < 45 tahun fungsi tubuh secara
pengetahuan yang baik tentang diabetes fisiologis belum mengalami penurunan sekresi
mellitus, seperti responden mengerti gejala atau resistensi insulin sehingga kemampuan
diabetes, pola makan yang baik untuk diabetes, fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa
jenis makanan yang dianjurkan, dan cara darah yang masih optimal.
minum obat yang baik. Sedangkan responden Dari 12 orang dengan pengetahun sedang
yang memiliki pengetahuan kurang dan cukup terdapat 4 orang mengalami ulkus diabetikum
rata-rata memiliki latar belakang pendidikan dan 8 orang tidak mengalami ulkus diabetikum.
lulusan SD hingga SMA, dan saat dilakukan Dengan pengetahun yang cukup akan
wawancara responden dengan pengetahuan memperkecil resiko responden diabetes melitus
kurang banyak yang tidak mengerti apa saja mengalami ulkus diabetikum jika diikut oleh
tanda gejala diabetes, pencegahannya, serta peran atau dukungan keluarga dalam
pola makan yang baik untuk pasien diabetes. membantu responden untuk patuh dengan

144
Jurnal SMART Keperawatan, 2019, 6 (2), 141-147 ©SJKP 2019
DOI:http://dx.doi.org/10.34310/jskp.v6i2.269 pISSN 2301-6221; eISSN 2502-5236
http://stikesyahoedsmg.ac.id/ojs/index.php/sjkp

program pengobatan pada pasien diabetes Hasil uji statistik Pearson Chi-Square
mellitus. Dukungan yang baik dari keluarga didapatkan hubungan yang signifikan antara
akan meningkatkan kewapadaan dan tingkat pengetahuan pasien dengan kejadian
kepedulian responden terhadap resiko ulkus diabetik pada pasien diabetes mellitus di
komplikasi yang akan dialami rensponden, Ruang Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
sehingga akan membentuk sikap reponden Hasil ini menunjukan bahwa pengetahuan
dalam pencegahan terhadap komplikasi dibetes memliki kontribusi yang penting pada resiko
mellitus seperti ulkus diabetikum. terjadinya ulkus diabetikum. Dengan
Dari 15 orang dengan pengetahuan baik pengetahuan yang baik akan membentuk sikap
terdapat 2 orang mengalami ulkus diabetikum. yang baik terhadap perilaku kesehatan
Pada responden dengan pengetahuan yang sesorang dan sebaliknya dengan pengtahu
baik dapat memungkinkan untuk terjadi ulkus yang rendah akan menyulitkan sesorang dalam
diabetikum. Hal ini disebabkan oleh usia melakukan pencegahan terhadap resiko
reponden yang memasuki usia lansia seperti komplikasi ulkus diabetikum.
pada Tn. G dengan usia 63 tahun, selain itu Hasil ini didukung oleh teori menurut
faktor keturunan juga mampu mempengaruhi Karyoso (2014) pengetahuan tentang penyakit
terjadinya ulkusdiabetikum, sehingga walaupun diabetes mellitus, sangat penting karena tidak
sudah memiliki pengetahuan baik juga masih hanya untuk memahami penyakit tersebut tetapi
dapat beresiko terjadi ulkus. Hasil penelitian ini pasien dapat menentukan langkah-langkah
sejalan teori Wapadji (2011), pada usia tua yang perlu diambil dalam rangka mengurangi
fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena beratnya penyakit. Pengetahuan manusia dapat
proses aging terjadi penurunan sekresi atau mengembangkan apa yang diketahui dan dapat
resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup,
tubuh terhadap pengendalian glukosa darah sehingga akan mempengaruhi seseorang dalam
yang tinggi kurang optimal. berperilaku terutama tentang kesehatan dan
Selain itu lama menderita penyait juga pencegahan penyakit.
mempengaruhi terjadinya ulkus diabetikum Hasil uji contingency coefficient didapat
seperti pada Ny. W yang mengatakan menderita katagori hubungannya adalah sedang. Hal ini
penyakit diabetes mellitus > 10 tahun. Hasil ini disebabkan karena adanya faktor-faktor lain
sejalan dengan pendapat Boyko (2012) pada yang menyebabkan terjadinya ulkus dabetikum
penderita diabetes melitus yang telah menderita misalnya perilaku pasien DM. Pengetahuan
10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku.
darah tidak terkendali, akan muncul komplikasi Pernyataan ini didukung oleh Notoadmodjo
yang berhubungan dengan vaskuler sehingga (2014) mengatakan, perilaku seseorang
mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan terhadap kesehatan ada 4 unsur pokok, yaitu
adanya robekan atau luka pada kaki. perilaku terhadap sakit dan penyakit, perilaku
Dari responden dengan pengetahuan baik terhadap sistem pelayanan kesehatan, perilaku
terdapat 13 orang tidak mengalami ulkus terhadap makanan dan perilaku terhadap
diabetikum. Hal ini menunjukkan bahwa dengan lingkungan kesehatan. Dari perilaku-perilaku
pengetahuan yang baik tentang pencegahan diatas, seseorang bisa melakukan perilaku aktif
ulkus diabetikum akan mempengaruhi perilaku yang berupa tindakan dan perilaku pasif yang
seseorang terhadap kesehatan sehingga akan berupa sikap. Selain itu, budaya dikenal sangat
mempermudah bagi reponden untuk melakukan mempengaruhi perilaku
pencegahan ulkus diabetikum, seperti dengan
menjaga pola makan, mengkonsumsi obat rutin KESIMPULAN DAN SARAN
untuk menjaga kadar gula darah, dan Berdasarkan hasil disebutkan bahwa 36 orang
melakukan perawatan pada area yang mudah terdapat 12 orang (33,3%) mengalami ulkus
terkena ulkus seperti pada area kaki. diabetikum dan 24 orang (66,7%) tidak
mengalami ulkus diabetikum. 36 orang terdapat

145
Patria, et al.HubunganTingkat PengetahuandenganKejadianUlkusDiabetik ….
SJKP, Vol. 6, No. 2, Desember 2019, 141-147

9 orang (25,0%) dengan pengetahuan kurang, pasien dengan kejadian ulkus diabetik pada
12 orang (33,3%) dengan pengetahun sedang pasien diabetes mellitus di Ruang Seruni RSUD
dan 15 orang (41,7%) dengan pengetahuan Dr. M. Yunus Bengkulu, dengan kategori
baik, ada hubungan antara tingkat pengetahuan hubungan sedang.

REFERENSI
Kartika, R.W. 2017. Pengelolaan Gangren
Adji, G. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakai Dalam. Kaki Diabetetikum Vol.44 no.1.
Jakarta : FKUI Continuing Medical Education. Di aksek
Black, M. J. 2009. Medical-Surgcal Nursing: pada tanggal 18 Mei 2017.
Clinical Management for positive Karyoso, G. 2014. Dasar-dasar Patofisiologi
outcome. 8th Editon . Singapora : Penyakit. Jakarta: Binarupa Aksara
Elsevier Mansjoer, A. 2011. KapitaSelekta Kedokteran
Brunner, I & Suddart, E. 2013. Buku Ajar Edisi 1. Media Aesculapius : Jakarta
Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Masriadi. 2016. Epidemologi Penyakit Tidak
Jakarta : EGC Menular. Jakarta: Trans Info Media
Bustan, M. 2007. Manajemen Pengendalan Misnadiarly, W. 2012. Mencegah Penyakit
Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Akibat Kegemukan dengan Asupan
Cipta Nutrisi. Jakarta : PT. Roche Indonesia -
Desalu, O. 2011. Diabetic Foot Care: Self Xenical Division.
Reported Knowledge and Practice Notoatmodjo. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan.
Among Patients Attendind Three Jakarta: Rineka Cipta
Tertiary Hospital in Nigeria. Diakses Nurhasan. 2015. Kiat Melawan Penyakit.
pada tanggal 21 maret 2018, dari Yogyakarta : Pustaka Pelajar
https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q Nurhanifah. 2017. Faktor-Faktor Yang
=Ghana+Medical+ Journal+ Berhubungan Dengan Ulkus Kaki
Vol.45%2C+ Number+2+June+2011 Diabetik Di Poliklinik Kaki Diabetik.
Effendi, A. T. 2015. Resistensi insulin. Jakarta: Diakses pada tanggal 24 Juli 2018, dari
FKUI https://journal.umbjm.ac.id/index.php/he
Fauziyah, N. F. 2012. Hubungan Pengetahuan althy/article /view/67
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tentang PERKENI. 2011. Konsensus
Risiko Terjadinya Ulkus Diabetik Dengan pengelolaandiabetes melitus tipe 2 di
Kejadian Ulkus Diabetik di RSUD Dr. indonesia. Semarang: PB PERKENI
Moewardi. Diakeses pada tanggal 4 Prabowo. 2011. Penatalaksana-
April 2018, dari http://eprints.ums.ac.id/ an Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta:
22552/ FKUI
Harjanto, N. 2013. Epidemiologi Dan Faktor Priscilla, L. 2016. Buku Ajar Keperawatan
Faktor Risiko Terjadinya Diabetes Medikal Bedah: Gangguan Endokrin.
Melitus Tipe 2. Semarang: UNDIP Jakarta: EGC
Hartini, S. 2009. Diabetes Siapa Takut, Richardo. 2014. Analisis Faktor Resiko
Panduan Lengkap untuk Diabetes, Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus
Keluarganya dan Profesional Medis. Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif
Jakarta: Penerbit Qanita Dipuskesmas Wawonasa. Diakses pada
IDF. 2017. IDF Diabetes Atlas-8th Edition. tanggal 28 Februari 2018, dari
Diakses pada tanggal 28 Februari 2018, https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eb
dari http://www.diabetesatlas.org/ iomedik/article/view/4554
Irianto, K. 2014. Epidemologi Penyakit Menular Russel. 2011. Bebas Dari 6 Penyakit Paling
dan Tidak Menular. Bandung: Alfabeta Mematikan. Yogyakarta: MedPress

146
Jurnal SMART Keperawatan, 2019, 6 (2), 141-147 ©SJKP 2019
DOI:http://dx.doi.org/10.34310/jskp.v6i2.269 pISSN 2301-6221; eISSN 2502-5236
http://stikesyahoedsmg.ac.id/ojs/index.php/sjkp

Smeltzer. S.C, 2002. Buku Ajar Keperawatan Suyono. 2015. Buku Ajar ilmu penyakit dalam.
Medikal Bedah. Jakarta:EGC Jakarta: FKUI
Sujono, R. S. 2013. Asuhan Keperawatan Waspadji. 2015. Kaki Dibetes: Praktik Dan
Pada Pasien Dengan Gangguan Penatalaksanan. Yogyakarta: MedPress
Eksokrin & Endokrin Pada Pankreas. Wulandini. 2013. Hubungan Pengetahuan
Yogyakarta: Graha IlmuSunaryati, S. S. Penderita Diabetes Melitus Terhadap
2011. 14 Penyakit Paling Sering Kejadian Luka Diabetes Melitusdi
Menyerang dan Mematikan. Jogjakarta: Ruangan Penyakit Dalam RSUD Arifin
Flash Books Achmad Pekanbaru Diakses pada
tanggal 4 April 2018, dari
http://jurnal.univrab.ac.id /index.php
/keperawatan /article/download /72/47

147

Anda mungkin juga menyukai