Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Urolithiasis adalah terbentuknya batu didalam saluran kemih.Batu saluran


kemih sudah dikenal sejak zaman dahulu, hal ini dibuktikan ditemukan batu
saluran kemih pada mumi yang berumur sekitar 7000 tahun.2 Penyakit ini dapat
menyerang semua penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di
Indonesia. Di Negara-negara berkembang banyak di jumpai pasien batu buli-buli
sedangkan Negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih
bagian atas. Hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas sehari-hari.1
Di Amerika Serikat 5-10 % penduduknya menderita penyakit ini,
sedangkan di seluruh dunia rata-rata 1-12 % penduduk yang menderita batu
saluran kemih.Penyakit ini merupakan tiga terbanyak di bidang urologi di
samping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna.Urolithiasis dapat
terbentuk pada yaitu ginjal (Nefrolithiasis), Ureter (Ureterolothiasis), Vesica
urinaria (Vesicolithiasis) dan Uretra (Urethrolithiasis).1
Selain di negara-negara maju, insiden batu saluran kemih juga terjadi
indonesia. Di indonesia, batu saluran kemih merupakan salah satu penyakit
yang memiliki jumlah pasien terbesar di klinik urologi .2 Pada tahun 1977
sampai 1979 di makasar terjadi sekitar 269 kasus batu saluran kemih. Tahun
1987-1992 terjadi 122 kasus dan pada tahun 1997 sampai dengan tahun 1998
terjadi sekitar 50 kasus.3 Di Indonesia, pada tahun 2002 diketahui bahwa terdapat
37.636 kasus baru batu ginjal dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang .4
Sedangkan di RSP berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa setidaknya
terdapat 3 orang tiap minggunya yang menjalani proses pembedahan akibat batu
saluran kemih.1

1
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Urethra,2,3,4

a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat
sepasang (masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan
posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah
(kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati
yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas
iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi
bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah
processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka)
sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari
batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih
rendah dibandingkan ginjal kiri.

Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:

Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari


korpus renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus
kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis.
Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus
rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah
korteks
Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut
saraf atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
3

Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus


pengumpul dan calix minor.
Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan
antara calix major dan ureter.
Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.

Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus


renalis/ Malpighi (yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus
kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal yang
bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus ginjal tersebut
terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan
menuju glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan
ginjal) Berdasarkan letakya nefron dapat dibagi menjadi: (1) nefron
kortikal, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di korteks yang
relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian lengkung Henle
yang terbenam pada medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu nefron di
mana korpus renalisnya terletak di tepi medula, memiliki lengkung Henle
4

yang terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluh-pembuluh darah


panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.

Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan


percabangan dari aorta abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara
pada vena cava inferior. Setelah memasuki ginjal melalui hilus, a.renalis
akan bercabang menjadi arteri sublobaris yang akan memperdarahi
segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior, anterior-
superior, anterior-inferior, inferior serta posterior.

Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan


simpatis ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus
major, n.splanchnicus imus dan n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk
vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan persarafan simpatis melalui
n.vagus.

b. Ureter

Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil


penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju
vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal,
masing-masing satu untuk setiap ginjal.

Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan
m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca
communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis,
5

lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria.


Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah
memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter
mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura
marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat
seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.

Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca


communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan
persarafan ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis,
pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.

c. Vesica urinaria

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli,


merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal
melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan
eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria
terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain
seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-
pembuluh darah, limfatik dan saraf.

Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri


atas tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai
tiga permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat
6

tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica
urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular).
Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae.
Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang
terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna
lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.

Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun


pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.

Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis


dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor,
n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun
persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang
berperan sebagai sensorik dan motorik.

d. Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan
wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga
berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat),
sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria
memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan
dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra
pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya
memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan
bersifat volunter).

Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa.

Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan
aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m.
7

sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat.


Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus
kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding
bagian lainnya.
Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan
tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis
melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh
m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter
(somatis).
Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang,
membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar
penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.

Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding
uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan
bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening).
Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali
8

somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki
fungsi reproduktif.

2.2 Fisiologi
Fungsi ginjal adalah a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-
zat toksis atau racun, b) mempertahankan suasana keseimbangan cairan, c)
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,
dan d) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,
kreatinin dan amoniak. Tahap pembentukan urin adalah :
1. Proses Filtrasi
Di glomerulus terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian
cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat
dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate
gromerulus.
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa,
sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada
tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila
diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif)
dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3. Proses sekresi.
9

Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke


papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

2.3 Urolitiasis
2.3.1 Definisi
Urolithiasis adalah terbentuknya batu didalam saluran kemih. Batu
di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras sepertibatu
yangterbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan,penyumbatan aliran kemih atau infeksi.5
Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat
terbentuk pada :
1. Ginjal (Nefrolithiasis)
Nefrolitiasis (Batu Ginjal) merupakan salah satu gejalanya adalah
pembentukan batu di dalam ginjal.6

Gambar. Batu Ginjal7

2. Ureter (Ureterolithiasis)
Ureterolitiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat,
calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal.
3. Vesica urinaria (Vesicolithiasis)
10

Batu urethra (Urethrolithiasis) biasanya berasal dari batu ginjal atau


ureter yang turun ke buli-buli, kemudian masuk ke uretra.8
4. Uretra (Urethrolithiasis).9
Batu buli-buli disebut juga batu vesica, vesical calculi, vesical stone,
bladder stone. Batu buli-buli atau vesikolitiasis adalah massa yang
berbentuk kristal yang terbentuk atas material mineral dan protein yang
terdapat pada vesika urinaria2

2.3.2 Etiologi

Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor yang mempermudah


terjadinya pembentukan batu di saluran kemih pada seseorang. Faktor itu
meliputi faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang
dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di
sekitarnya.1

Faktor intrinsik itu antara lain adalah:

1. Herediter
Dents disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi
vitamin D sehingga penyerapan kalsium di usus meningkat,
akibat keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang
tuanya. Penyakit-penyakit herediter yang menyebabkan
Urolithiasis antara lain:hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria,
aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan
batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.
Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis
air kemih rendah hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.5
2. Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30 50 tahun. Hasil
penelitian yang dilakukan terhadap penderita BSK di RS DR Kariadi
selama lima tahun (1989-1993), frekuensi terbanyak pada dekade
empat sampai dengan enam.5
11

3. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan.Serum testosteron menghasilkan peningkatan
produksi oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron pada
wanita dan anak-anak menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran
kemih pada wanita dan anak-anak.5

Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :

1. Geografi : Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu


saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal
sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di
Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air : Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu
saluran kemih.
4. Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
5. Pekerjaan : Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk dan kurang aktifitas atau sedentary life.1

2.3.3 Proses pembentukan batu saluran kemih

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih


terutama pada tempat tempat yang sering mengalami hambatan aliran
urine (statis urin), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Banyak
teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih; tetapi
hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar.10
12

Beberapa teori pembentukan batu adalah :

1. Teori Nukleasi

Batu terdiri atas Kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic


maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal- kristal tersebut
berada dalam keadaan metastable(tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada
keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal.
Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu
(Nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-
bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya
cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu
membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel dan dari sini
bahan-bahan lain mengendap pada pada epitel saluran kemih (membentuk
retensi kristal), agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar
untuk menyumbat saluran kemih.1

2. Teori Matriks

Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan


mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal
batu.5

3. Penghambatan kristalisasi

Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal,


antara lain : magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan
memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih. Ion magnesium
(Mg2+) dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika
berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga
jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+) untuk
membentuk kalsium oksalat menurun. Beberapa protein atau senyawa
organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan cara menghambat
13

pertumbuhan kristal, menghambat agregasi kristal, maupun menghambat


retensi kristal. Senyawa itu antara lain :

1. Glikosaminoglikan (GAG)
2. Protein Tamm Horsfall (THP) / uromukoid
3. Nefrokalsin
4. Osteopostin.5

2.2.4 Jenis-Jenis Batu Saluran Kemih

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur : kalsium


oksalat atau kalsium fosfat (75%), asam urat (8%), magnesium-amonium-
fosfat (MAP) (15%), xanthyn dan sistin, silikat dan senyawa lain (1%).4

1. Batu kalsium

Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70 -80 % dari
seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium
oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu.

Gambar 4 : batu kalsium oksalat

Faktor terjadinya batu kalsium adalah

1) Hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium dalam urine lebih besar dari 250-
300 mg/24 jam. Terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri,
antara lain :
14

Hiperkalsiuri absorptif, terjadi karena peningkatan absorpsi


kalsium melalui usus.
Hiperkalsiuri renal, terjadi karena adanya gangguan kemampuan
reabsorpsi kalsium melalui tubulus ginjal.
Hiperkalsiuri resorptif, terjadi karena adanya peningkatan resorpsi
kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme
primer atau pada tumor paratiroid.
2) Hiperoksaluri, adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram per hari.
Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan
usus passca operatif usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya akan oksalat, seperti : teh, kopi instan, minuman
soft drink, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran hijau terutama bayam.
3) Hiperorikosuria, yaitu kadar asam urat dalam urine melebihi 850
mg/24 jam.
4) Hipositraturia. Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat yang bersifat lebih mudah larut, sehingga
menghalangi kalsium berikatan dengan oksalat atau fosfat.
Hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubulus ginjal,
sindrom malabsorpsi, atau pemakaian diuretik golongan thiazid dalam
waktu lama.
5) Hipomagnesuria. Sama seperi sitrat, magnesium bertindak sebagai
inhibitor timbulnya batu kalsium, karena di dalam urine magnesium
bereaksi dengan oksalat membentuk magnesium oksalat, sehingga
mencegah ikatan kalsium oksalat.1

2. Batu struvit

Batu ini disebut juga batu infeksi karena pembentukannya disebabkan


oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab adalah kuman
golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan mengubah pH urine menjadi basa melalui hidrolisis urea
15

menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam


magnesium, amonium, fosfat dan karbonat untuk membentuk batu
magnesium amonium fosfat (MAP).Kuman-kuman yang termasuk
pemecah urea diantaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus. E.coli bukan termasuk
pemecah urea.5

Gambar 5 : batu struvit

3. Batu asam urat

Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di
antara 75-80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya
merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit ini banyak diderita oleh
pasien dengan penyakit gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang
mendapatkan terapi antikanker, dan yang banyak menggunakan obat
urikosurik, seperti sulfinpirazone, thiazide, dan salisilat. Obesitas,
peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar untuk
mendapatkan penyakit ini. Asam urat relatif tidak larut dalam urine,
sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal asam
urat, dan selanjutnya membentuk batu asam urat.1
16

Gambar 6: batu asam urat

4. Batu jenis lain


Batu sistin, batu xanthin sangat jarang dijumpai. Batu sistin didapatkan
karena kelainan metabolism sistin, yaitu kelainan dalam absorbsi sistin
dimukosa usus. Demikian batu xanthin terbentuk karena penyakit bawaan
berupa defisiensi enzim xanthin oksidase yang mengkatalisis perubahan
hipoxanthin menjadi xanthin dan xanthin menjadi asam urat.1

Gambar 7 : batu sistin

2.2.5 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan ditunjang dengan pemeriksaan radiologis,
laboratorium dan penunjang lain untuk menentukan adanya kemungkinan
obstruksi saluran kemih, infeksi, dan gangguan faal ginjal.
Anamnesis
a. Riwayat penyakit saat ini 11
Pada pengkajian ini, hal yang perlu ditanyakan adalah keluhan klien
seperti nyeri (lokasi, waktu, penyebaran, intensitas, durasi),
17

pengeluaran batu dalam urin, pola BAK, terdapat darah dalam urin dan
lain-lain.Pasien dengan batu saluran kemih mempunyai keluhan yang
bervariasi mulai dari tanpa keluhan. sakit pinggang ringan sampai
dengan kolik, disuria, hematuria, retensio urin, anuria. Keluhan ini
dapat disertai dengan penyulit berupa demam, tanda-tanda gagal
ginjal.10
b. Riwayat penyakit terdahulu
Penyakit terdahulu yang perlu ditanyakan pada klien yaitu apakah
klien pernah mengalami penyakit batu sebelumnya, pernah
mengalami penyakit infeksi saluran kemih, riwayat kencing berpasir
ataupun penyakit saluran kemih yang lainnya.
c. Riwayat keluarga
Perlu ditanyakan antara lain : intake cairan, diit (susu, keju, purine),
obat-obatan (analgesic, vitamin D, kemoterapi), immobilisasi yang
lama, gout, atau pernah mengeluarkan batu.1
d. Kebiasaan dan gaya hidup
Pada pemeriksaan ini perawat menanyakan kebiasan klien sehari-
hari, aktivitas yang biasa dilakukan klien sebelumnya, serta
makanan dan minuman yang biasa di konsumsi klien.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih dapat bervariasi mulai
tanpa kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak
batu dan penyulit yang ditimbulkan.
Pemeriksaan fisik umum : hipertensi, febris, anemia, syok
Pemeriksan fisik khusus urologi
a. Sudut kosto vertebra : nyeri tekan, nyeri ketok, pembesaran
ginjal
b. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh
c. Genitalia eksterna : teraba batu di uretra
d. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual).4
18

b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal,
dan menentukan sebab terjadinya batu.12
Urin
pH urin > 7,6 biasanya ditemukan kuman urea splitting organisme
dapat berbentuk batu magnesium ammonium posfat. pH yang
rendah menyebabkan peengendapan batu asam urat (organik)
Sedimen : Sel darah merah meningkat (90%) ditemukan pada
penderita dengan batu, bila terjadi infeksi maka Sel darah putih
akan meningkat
Biakan urin
Darah
Hb, akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal
Leukositosis terjadi karena infeksi
Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal
Ca, Fosfor dan asam urat.5

Pemeriksaan Radiologik
BNO
BNO atau Buik Nier Overzich atau foto abdomen polos
adalah pemeriksaan radioligi pada bagian abdomen yang
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan konginatal,
tumor ginjal atau tumor abdimen, bati saluran kemih dan
tumor kandungan. BNO polos dapat dilakukan oleh siapa saja
dan kapan saja karena tidak memerlukan persiapan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi supine dengan
memiliki batas atas prosesus xyphoideus, batas bawah simphisis
phubis dan batas lateral terlihat seluruh perut.10 Pada foto BNO
batu yang dapat dilihat sebagai batu radio-opak sedangkan batu
yang tidak tampak disebut sebagai batu radiolusen, berikut ini
19

adalah urutan batu menurut densitasnya, dari yang paling opak


hingga yang paling bersifat radiolusen; calcium fosfat, calcium
oksalat, magnesium ammonium fosfat, asam urat, xanthin.5

Foto BNO-IVP

BNO IVP atau BNO intravenous pyelography excertion


urography adalah pemeriksaan BNO dengan menggunakan obat
kontras yang dimasukan via. Pemeriksaan ini menurut Thomas
B and James H menggunakan iodine kontras medium. Indikasi
pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan BNO akan tetapi
pemeriksaan ini memberikan pemeriksaan anatomikal yang
lebih baik. Berbeda dengan pemeriksaan BNO polos, BNO
IVP tidak dapat dilakukan pada semua orang karena
pemeriksaan ini hanya boleh dilakukan jika kadar ureum <
60mg, creatinin < 2 mg, telah menjalani Discharge
planningpemeriksaan BNO dan skin test terhadap obat kontras.
Kontra indikasi dari pemeriksaan ini adalah alergi obat kontras,
penurunan fungsi ginjal, infeksi saluran kemih akut dan retensi
cairan berlebihan. Persiapan yang dilakukan untuk melakukan
pemeriksaan ini antara lain makan-makanan rendah sisa yaitu
bubur kecap dan mengurangi minum 24 jam sebelum
pemeriksaan, puasa 8 jam sebelum pemeriksaan, dan makan
garam inggris 30 gram malam sebelum pemeriksaan.
Retrograde pyelograph
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang dilakukan jika
pemeriksaan menggunakan BNO IVP tidak baik. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mengetahui letak, panjang tinggi dan etiologi
dari obstruksi yang terjadi. Pemeriksaan ini, tidak boleh dilakukan
pada klien dengan infeksi saluran kemih akut. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menggunakan kontras melalui kateter ureter
20

CT Scan Urologi
CT Scan adalah pemeriksaan yang menggunakan kombinasi X-
Ray dan komputer 3D sehingga dapat menghasilkan gambar yang
lebih jelas. CT Scan melibatkan obat khusus yang disebut
dengan medium kontras. Posisi yang digunakan pada
pemeriksaan ini adalah terlentang. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk menunjukkan posisi batu dan kondisi yang mungkin
diakibatkan oleh keberadaan batu tersebut seperti
hidrouretra ataupun hidronefrosis

Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan yang non invasive yang sangat
membantu, dapat dipakai untuk melakukan antegrad pielografi.5USG
dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU, yaitu
pada keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun, dan pada wanita yang hamil. Pemeriksaan USG untuk menilai
adanya batu diginjal atau buli-buli, hidronefrosis, pionefrosis atau
pengerutan ginjal.1

2.2.6 Gambaran klinis.8


Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya

Batu ginjal
o Sakit pada sudut CVA, sakit berupa pegal (akibat distensi
parenkim dan kapsul ginjal), kolik (hiperperistaltik otot polos pada
kaliks dan pelvis ginjal)
o Nausea, muntah-muntah disertai distensi abdomen disebabkan oleh
ilius paralitik.
o Hematuria makroskopik (5-10%), hematuria makroskopi (90%).
o Infeksi, bila terjadi sepsis penderitaakan demam, menggigil dan
apatis
21

Tanda-tanda
Biasanya tidak ditemukan kelainan, kadang-kadang dapat ditemukan
adanya nyeri tekan, nyeri ketok pada sudut CVA, bila terjadi
hidronephrosis dapat teraba adanya massa.

Batu Ureter
o Rasa sakit yang mendadak disebabkan batu yang lewat, rasa sakit
berupa pegal disudut CVA (distensi parenkhim dan kapsul ginjal)
atau kolik (hiperperistaltik otot polos), kolik ini menjalar ke perut
bagian bawah sesuai dengan batu lokasi batu dalam ureter, pada
pria rasa sakit sampai ke testis (batu ureter proksimal), pada wanita
rasa sakit terasa sampai vulva dan pada pria rasa sakit pada
skrotum (batu ureter distal)
o Gejala traktus digestifus seperti pada batu ginjal
o Bila batu sudah menetap di uterer hanya ditemukan rasa pegal pada
sudut CVA karena bendungan.
Tanda-tanda
o Pada saat akut penderita tampak gelisah, kulit basah dan dingin,
kadang-kadang terdapat tanda-tanda syok ringan.
o Nyeri tekan pada CVA, spasme otot-otot abdomen, testis
hipersensitif (batu ureter proximal), skrotum hipersensitif (batu
ureter distal

Batu Buli-buli
o Kencing lancar tiba-tiba terhenti terasa sakit yang menjalar ke
penis bila pasien merubah posisi dapat kencing lagi, pada anak-
anak mereka akan berguling-guling dan menarik-narik penis
o Kalau terjadi infeksi ditemukan tanda sistitis, kadang-kadang
terjadi hematuria
Tanda-tanda
22

o Adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi atau teraba


adanya urin yang banyak retensi.
o Hanya pada batu yang besar dapat diraba secara bimanual
o Pada pria di atas 50 tahun biasanya ditemukan pembesaran prostat.

Batu Urethra
o Kencing lancar tiba-tiba berhenti disertai rasa sakit yang hebat
(gland penis, batang penis, perineum dan rectum) terjadi retensi
urin (total atau parsial)
Tanda-tanda
Rasa sakit pada tempat batu berada :

o Glands penis fossa navikularis


o Urethra anterior pars bulbosa maupun pendularis
o Perineum dan rektum bulbus urethra pars prostatika (dapat
diraba dengan RT)

2.2.7 Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada sauran kemih
secepatnya harus dikeluarkan. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi
pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi,
infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi social.1

Batu dapat dikeluarkan dengan cara, yaitu :


1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang
dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang
diberikan lebih bersifat simtomatis, yaitu bertujuan untuk mengurangi
nyeri, memperlancar aliran urine dengan memberikan diuretikum, dan
minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar
2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )
23

Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif
dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil
sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang,
pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan
nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.
3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu, tindakan tersebut terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut
dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau
dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi untuk
mengeluarkan batu pada ginjal adalah :
a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )
Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara
memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises ginjal melalui
insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah
terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu urethra
dengan memasukkan alat pemecah batu (litotritor) ke dalam
buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator ellik.
4. Bedah Terbuka
Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi
untuk mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus
menjalani tindakan nefrektomi karena ginjalnya sudah tidak berfungsi
dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah sangat tipis atau
mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan
infeksi yang menahun
24

5. Pencegahan berupa menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan


diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 L/hari, Aktivitas harian yang
cukup dan Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk
batu.1
2.2.8 Prognosis
Prognosis batu pada saluran kemih, dan ginjal khususnya
tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta
adanya obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin jelek
prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat
mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan
adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek.

2.2.9 Komplikasi
1) Hidronefrosis
2) Pielonefrosis
3) Uremia
4) Gagal ginjal

2.3 Batu Urethra

2.3.1 Definisi

Batu urethra (Urethrolithiasis) biasanya berasal dari batu ginjal


atau ureter yang turun ke buli-buli, kemudian masuk ke uretra.Batu urethra
merupakan batu primer terbentuknya batu di urethra sangat jarang, kecuali
jika terbentuk di dalam divertikel urethra.Angka kejadian batu urethra ini
tidak lebih 1% dari seluruh batu saluran kemih.1 Komposisi batu urethra
tidak berbeda dengan batu kandung kemih. Dua pertiga batu uretra terletak
di uretra posterior dan sisanya di uretra anterior.4

2.3.2 Gambaran klinis


25

1) Miksi tiba-tiba berhenti hingga retensi urin, yang mungkin


sebelumnya didahului dengan nyeri pinggang. Jika batu berasal
dari ureter yang turun ke buli-buli dan kemudian ke uretha,
biasanya pasien mengeluh nyeri pinggang sebelum mengeluh
kesulitan miksi
2) Rasa sakit yang hebat pada glans penis atau pada tempat batu
berada.
3) Batu yang berada di urethra anterior seringkali dapat diraba
oleh pasien berupa benjolan keras di urethra pars bulbosa
maupun pendularis, kadang-kadang tampak di meatus urethra
eksterna. Batu yang berada pada urethra posterior, nyeri
dirasakan di perineum atau rectum.1

2.3.3 Diagnosis banding

Pada pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan adanya


keganasan prostat, terutama bila terdapat batu yang cukup banyak
sehingga teraba seperti carcinoma prostat.

2.3.4 Komplikasi

Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi


sekunder, dan iritasi yang berkepanjangan pada urotelium yang dapat
menyebabkan tumbuhnya keganasan yang sering berupa karsinoma
epidermoid.Khusus nya pada uretra dapat terjadi divertikulum urethra dan
Terbentuk fistula yang terletak proksimal dari ureter karena ekstravasasi
kemih bila obstruksi berlangsung lama.

2.3.5 Penatalaksanaan

Tindakan mengeluarkan batu tergantung posisi, ukuran dan bentuk


batu.Seringkali batu yang ukurannya tidak terlalu besar dapat keluar
spontan asalkan tidak ada kelainan atau penyempitan pada
26

urethra.batukecil diurethra anterior dapat dicoba dikeluarkan dengan


melakukan lubrikasi terlebih dahulu dengan memasukkan campuran jelly
dan lidokain 2% intraurethra dengan harapan batu dapat keluar spontan .
sedangkan batu pada meatus urethra externa atau fossa navikularis dapat
diambil dengan forsep setelah terlebih dahulu dilakukan pelebaran meatus
urethra (meatotomi). Batu yang masih cukup besar dan berada di urethra
posterior didorong dahulu hingga masuk ke buli-buli dan selanjutnya
dilakukan litotripsi (pemecahan batu). Untuk batu yang besar dan
menempel di urethra sehingga sulit berpindah tempat meskipun telah
dicoba untuk didorong ke proksimal(dilubrikasi), mungkin perlu dilakukan
uretrolitotomi atau dihancurkan dengan pemecahan batu transurethral.1
Tidak jarang batu urethra yang ukurannya < 1cm dapat keluar sendiri
dengan bantuan pemasangan kateter urethra selama tiga hari , batu akan
terbawa keluar dengan aliran air kemih yang pertama. Batu uretra harus
dikeluarkan melalui tindakan urethratomi eksterna. Komplikasi yang dapat
terjadi sebagai akibat operasi adalah striktur urethra.2
27

BAB III

KESIMPULAN

Batu urethra (Urethrolithiasis) biasanya berasal dari batu ginjal atau ureter
yang turun ke buli-buli, kemudian masuk ke urethra.Angka kejadian batu urethra
ini tidak lebih 1% dari seluruh batu saluran kemih. Secara epidemiologi batu
saluran kemih ini paling sering didapatkan pada usia 30 50 tahun dan laki-laki
tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.Komposisi batu urethra
tidak berbeda dengan batu kandung kemih.Dua pertiga batu urethra terletak di
uretra posterior dan sisanya di uretra anterior.

Keluhan yang disampaikan pasien ini adalah Miksi tiba-tiba berhenti


hingga retensi urin, yang mungkin sebelumnya didahului dengan nyeri
pinggang.Rasa sakit yang hebat pada glans penis atau pada tempat batu
berada.Batu yang berada di urethra anterior seringkali dapat diraba oleh pasien
berupa benjolan keras di urethra pars bulbosa maupun pendularis, kadang-kadang
tampak di meatus urethra eksterna. Batu yang berada pada urethra posterior, nyeri
dirasakan di perineum atau rectum.

Tindakan untuk mengeluarkan batu tergantung pada posisi, ukuran dan


bentuk batu.Seringkali batu yang ukurannya tidak terlalu besar dapat keluar
spontan.Komplikasi pada batu uretra dapat terjadi divertikulum urethra dan
Terbentuk fistula yang terletak proksimal dari ureter karena ekstravasasi kemih
bila obstruksi berlangsung lama.
28

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo BB. 2011. Hyperplasia prostat. dalam Dasar-dasr Urologi. Edisi ke-
3. Jakarta : sagung seto. Hal 125-144.
2. Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FA Davis
Company; 2007.
3. Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-Hill Companies; 2001.
4. Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. EGC: Jakarta
5. Daniella, A dkk. 2011. Profil analsis penyakit batu saluran kemih di
departemen bedah urologi RSU Dr Saiful Anwar dari mei 2009 hingga mei
2011. Refrat. Malang : FK Universitas Brawijaya
6. Sjamsuhidrajat. R. I. W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ke-2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2004. 754-763.
7. Webmaster. Batu Saluran Kemih. Diunduh dari : http://www.medicastore.com

8. Wim de Jong. Bab 3 : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005
9. Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Hlmn 378. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta
10. HTA Indonesia. (2005). Penggunaan Extracorporeal Shockwave Lithotripsy
pada Batu Saluran Kemih. Retrieved from http://buk.depkes.go.id.
Diunduh tangaal 25 Februari 2016.
11. Putri, Puspa Utami.2013 Discharge Planning Pada Klien Dengan Urolithisis
Post Ureterorenoscopy (URS) Di Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP
Persahabatan. Jakarta : Universitas Indonesia
12. AUA Foundation. (2005). Kidney Stones. Retrieved from
www.UrologyHealth. org. Diunduh tanggal 24 Februari 2016.
13.
14. AUA Foundation. (2005). Kidney Stones. Retrieved from
www.UrologyHealth. org. Diunduh tanggal 24 Februari 2016.
15. Dewi, D dan Anak Agung, N S. Profil Analisis Batu Saluran Kencing Di
Instalasi Laboratorium Klinik Rsup Sanglah Denpasar. Jurnal Penyakit
Dalam, Volume 8 Nomor 3 September 2007.
29

16. HTA Indonesia. (2005). Penggunaan Extracorporeal Shockwave Lithotripsy


pada Batu Saluran Kemih. Retrieved from http://buk.depkes.go.id.
Diunduh tangaal 25 Februari 2016.
17. Sjamsuhidayat, R dan Wim de Jong. 2010.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3.
Jakarta: EGC. Hal 899-903.
18. Snell RS. 2006. Pelvis: Bagian II cavitas pelvis, prostate. Dalam : Anatomik
Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC. Hal 350-352.
19. Daniella, A dkk. 2011. Profil analsis penyakit batu saluran kemih di
departemen bedah urologi RSU Dr Saiful Anwar dari mei 2009 hingga mei
2011. Refrat. Malang : FK Universitas Brawijaya
20. Reksoprodjo, Soelarto, dkk. 1995.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta:
Binarupa Aksara, Hal 161-170
21. Putri, Puspa Utami.2013 Discharge Planning Pada Klien Dengan Urolithisis
Post Ureterorenoscopy (URS) Di Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP
Persahabatan. Jakarta : Universitas Indonesia
22. Thomas B and James H. Urolithiasis. Journal Surgery (2005) 23: 4.

Anda mungkin juga menyukai