PENDAHULUAN
esofagus didefinisikan sebagai Refluks Ekstra Esofagus (REE), yang salah satu
laring dan paru. Laryngopharyngeal Reflux (LPR) adalah aliran balik asam
lambung ke daerah laring, faring, trakea dan bronkus yang menyebabkan kontak
dengan jaringan pada traktus aerodigestif atas yang menimbulkan jejas pada
Pasien REE akibat PRGE sering datang ke ahli THT dengan keluhan
tenggorok rasa nyeri dan kering, rasa panas di pipi, sensasi ada yang menyumbat
(globus sensation), kelainan laring dengan suara serak, batuk kronik, asma.
Prevalensi pasien dengan keluhan LPR berkisar antara 15-20% dan lebih dari 15%
pasien tersebut berobat ke dokter spesialis THT dengan manifestasi keluhan LPR.
Diperkirakan lebih dari 50% pasien dengan gangguan suara yang datang berobat
ke dokter THT diakibatkan oleh LPR. Diduga LPR berperan pada patogenesis
1
sejumlah kelainan pada laring, termasuk stenosis subglotik, karsinoma laring,
laryngeal contact ulcers, laringospasme, dan vokal nodul pada pita suara. Pada
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1.1 Nasofaring
limfoid pada dinding lareral faring dengan resessus faring yang disebut
yang dilalui oleh nervus glosofaring, nervus vagus dan nervus asesorius
2.1.1.2 Orofaring
mole, batas bawahnya adalah tepi atas epiglotis kedepan adalah rongga
3
terdapat dirongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil
palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula,
terlibat pada radang akut atau radang kronik faring, abses retrofaring,
gangguan n.vagus. 4
b. Fosa tonsil
yang disebut kutub atas (upper pole) terdapat suatu ruang kecil yang
dinamakan fossa supratonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat jarang dan
abses. Fosa tonsil diliputi oleh fasia yang merupakan bagian dari
c. Tonsil
4
cincin waldeyer. Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja
yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. 4
juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot
massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang
kapsul tonsila dan ruangan sekitar jaringan dan dapat meluas keatas
5
2.1.1.3 Laringofaring (hipofaring)
menelan minuman atau bolus makanan pada saat bolus tersebut menuju
adalah laring, batas inferior adalah esofagus serta batas posterior adalah
bawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua buah
6
dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak langsung
laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi
7
2.2 Fungsi Faring
menelan yaitu fase oral, fase faringeal dan fase esophageal. Fase oral,
2) Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot
palatum dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum
mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh
tonjolan (fold of) Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi
8
tonjolan Passavant ini menetap pada periode fonasi, tetapi ada pula
pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat
batas bawah tulang rawan krikoid atau setinggi vertebra C.VI, berjalan
servikal dan torakal, dan berakhir pada orifisium kardia lambung setinggi
vertebra Th.X.5
tebal dan memiliki dua sfingter yaitu sfingter atas dan sfingter bawah.
Sfingter esofagus atas merupakan daerah bertekanan tinggi dan daerah ini
hipofaring.5
9
Sfingter ini berfungsi mempertahankan tonus waktu menelan dan relaksasi
saat dilalui makanan yang akan memasuki lambung serta mencegah refluks,
Daerah ini disebut juga Bab el Mandeb / Gate of Tear, merupakan bagian
yang paling sempit, mudah terjadi perforasi sehingga paling ditakuti ahli
esofagoskopi.
menelan
10
c. Mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring pada saat
respirasi
laring
e. Kerjasama yang baik dari otot-otot rongga mulut untuk mendorong bolus
berkesinambungan.6
2.5 Definisi
refluks ekstra esofagus dimana terjadi aliran balik asam lambung ke daerah
laring, faring, trakea dan bronkus yang menyebabkan kontak dengan jaringan
pada traktus aerodigestif atas yang menimbulkan jejas pada laringofaring dan
2.6 Epidemiologi
dengan angka kejadian 10-15% dan umumnya mengenai usia diatas 40 tahun
11
non-western prevalensinya lebih rendah (1,5% di Cina dan 2,7% di Korea).
dyspepsia.2,3,9
GERD berkisar antara 7%-25% per suatu populasi, dimana sekitar 4%-10%
pasien tersebut mencari pengobatan pada spesialis THT akibat keluhan yang
dengan gangguan suara yang datang berobat ke dokter THT diakibatkan oleh
2.7 Etiologi
Menurunnya tekanan LES karena hiatus hernia, diet (lemak, coklat, mint,
laringektomi, etanol.
esofagus, xerostomia.
12
Penurunan salivasi
alkohol, die
2.8 Patogenesis
Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high
(LES). Pada individu normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada
saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan, atau aliran
retrograde yang terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik dari
gaster ke esophagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak ada
atau sangat rendah (<3 mmHg). Tekanan LES pada individu normal 25-35
mmHg.1,8
13
Pemeran terbesar pemisah antirefluks adalah tonus LES. Menurunnya
lain-lain.
Patofisiologi LPR sampai saat ini masih sulit dipastikan. Seperti yang
diketahui mukosa faring dan laring tidak dirancang untuk mencegah cedera
langsung akibat asam lambung dan pepsin yang terkandung pada refluxate.
Laring lebih rentan terhadap cairan refluks dibanding esofagus karena tidak
1. Cedera laring dan jaringan sekitar akibat trauma langsung oleh cairan
utama lambung. Aktivitas optimal pepsin terjadi pada pH 2,0 dan tidak
14
aktif dan bersifat stabil pada pH 6 tetapi akan aktif kembali jika pH dapat
2. pada bagian distal esofagus akan merangsang refleks vagal sehingga Asam
(throat clearing) dan batuk kronis. Lama kelamaan akan menyebabkan lesi
bertanggung jawab pada gejala THT dan patologi laring masih belum
adanya komposisi asam lambung seperti asam dan pepsin, serta komposisi
hebat terlihat pada kombinasi pajanan asam lambung serta pepsin. Observasi
yang sama dilakukan pada pajanan asam serta pajanan kombinasi asam dan
pepsin terhadap esophagus, dan didapatkan hasil yang sama yaitu kerusakan
15
yang lebih berat terjadi pada pajanan asam lambung disertai pepsin. Namun
belum didapatkan hasil peneliatian mengenai efek asam empedu serta tripsin
carbonic anhydrase. Enzim ini akan menetralisir asam pada cairan refluks.
Pada keadaan epitel laring normal kadar enzim ini tinggi. Terdapat hubungan
yang jelas antara kadar pepsin di epitel laring dengan penurunan kadar protein
Suara serak
Batuk
Globus faringeus
Throat clearing
Disfagia
Nyeri tenggorokan
Wheezing
Laringospasme
Halitosis
16
GERD LPR
Heartburn + -
Esofagitis + Jarang
- (kecuali sangat Selalu laringitis
Laringitis
parah) posterior
Perubahan Suara - +
Abnormalitas Spincter LES UES
Refluks Nokturnal/saat berbaring Siang hari/saat berdiri
2.10 Diagnosis
Suara serak merupakan gejala utama pada LPR yang paling nyata
dan utama. Gejala-gejala yang tidak spesifik lain dapat disebabkan kondisi
lain seperti keadaan alergi dan kebiasaan merokok. Gerakan paradox dari
pita suara dan spasme laring juga dapat dikarenakan LPR sehingga perlu
suara. Asma dan sinusitis dapat merupakan gejala lain LPR. Refluks sering
dianggap sebagai faktor yang dapat mencetuskan asma. Pada pasien yang
asam lambungnya dapat ditekan terlihat ada perbaikan fungsi paru dan
17
Gejala-gejala esofagus yang dapat ditemui pada pasien LPR seperti
92% ditemukan pada pasien dengan penyakit refluks. Rokok dan alkohol
yaitu Reflux Symptom Index (RSI) untuk membantu dokter menilai derajat
relatif dari gejala LPR saat penilaian awal dan setelah pengobatan. Ada 9
menentukan adanya gejala LPR dan derajat sebelum dan sesudah terapi.
batuk setelah makan, sulit bernafas atau tersedak, batuk yang sangat
Gejala tersering pada LPR adalah suara serak 71%, batuk 51% dan
18
laring ditemukan riwayat LPR 58% dan stenosis subglotik 56%. Skor RSI
adalah 0-45 dengan skor 13 curiga LPR. RFS lebih dari atau sama
19
Tabel 3 : Reflux Finding Score (RFS)
stenosis subglotik dan karsinoma laring. Untuk melihat gejala LPR pada
posterior. 1,8,9
20
Gambar 4 : Hipertrofi komissura Posterior
a) Laringoskopi fleksibel
21
dianjurkan pada keadaan pasien dengan keluhan LPR tetapi pada
nyaman dan dapat ditemukan hasil negative palsu sekitar 20%. Hal ini
asam. 1,8,9
c) Pemeriksaan Endoskopi
terapi medik.
22
Pasien yang tidak ada respon dengan terapi medik, pasien yang
mengalami gejala lebih dari 5 tahun untuk menilai prognosis dan hasil
terapi.
pada kasus LPR. Gambaran yang patut dicurigai LPR adalah jika kita
inflamasi esofagus.
d) Pemeriksaan videostroboskopi
cahaya xenon yang diaktifasi oleh pergerakan pita suara. Gambaran ini
23
2.11 Penatalaksanaan
gaya hidup dengan modifikasi diet serta secara bedah dengan operasi
funduplikasi. 1,8,9
gaya hidup sehat. Misalnya pola diet yang dianjurkan pada pasien seperti
dan jus yang asam, cuka, dan tomat. Anjuran lain seperti menurunkan
berat badan jika berat badan pasien berlebihan, hindari pakaian yang
ketat, stop rokok, tinggikan kepala sewaktu berbaring 10- 20cm dan
berenang, jogging dan yoga setelah makan. Tinggikan kepala jika ada
dan batuk di pagi hari. Batasi konsumsi daging merah, mentega, keju,
24
makanan tinggi lemak, bawang, tomat, buahan dan jus yang asam, soda,
2.11.2 Medikamentosa
merupakan terapi LPR yang utama dan paling efektif dalam menangani
kasus refluks. Cara kerja PPI dengan menurunkan kadar ion hydrogen
cairan refluks tetapi tidak dapat menurunkan jumlah dan durasi refluks.
PPI dapat menurunkan refluks asam lambung sampai lebih dari 80%.
dari cedera akibat asam dan pepsin. Promotility Agents, obat ini bekerja
25
2.11.3 Terapi Pembedahan
refluks seluruh isi gaster kearah esofagus. Keadaan ini dianjurkan pada
pasien yang harus terus menerus minum obat atau dengan dosis yang
makin lama makin tinggi untuk menekan asam lambung. Sekarang ini
2.12 Komplikasi
dan keganasan laring. Salah satu komplikasi yang patut diwaspadai dan
26
2.13 Prognosis
dengan catatan terapi harus diikuti dengan modifikasi diet yang ketat dan
pada pasien dengan laryngitis posterior berat sekitar 83% setelah diberikan
27
BAB III
KESIMPULAN
dan laring serta saluran pencernaan atas. Penyebab LPR adalah refluks retrograd
dari asam lambung atau isinya pepsin ke saluran esofagus atas dan menimbulkan
cedera mukosa karena trauma langsung sehingga terjadi kerusakan silia yang
akibatnya akan terjadi iritasi dan inflamasi. Diagnosis penyakit ini dapat
beberapa tahap antara lain mengubah kebiasaan hidup, obat-obatan dan operasi.
28
DAFTAR PUSTAKA
29