Anda di halaman 1dari 8

PENATALAKSANAAN KARSINOMA SEL BASAL PADA DAHI DENGAN EKSISI

LUAS DIIKUTIPENUTUPAN PADA DEFEK DENGAN FLAP H


Hervina*, Lisni Elisyah**, Sri Wahyuni Purnama***

*SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai,** SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin, RSU Haji Medan, ***SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,RSUP H. Adam Malik Medan,
Indonesia

Pendahuluan :

Sinonim dari Karsinoma Sel Basal (KSB) adalah Basal Sel Epitelioma (BSE),Basalioma,
Karsinoma Rodent, Tumor Komprecher 1,2,3

Karsinoma Sel Basal (KSB) merupakan suatu tumor ganas kulit yang berasal dari
pertumbuhan sel sel pluripotensial atau sel sel yang sal berdiferensiasi pada stratum basalis dan
apendiks kulit.Pertumbuhan tumor ini lambat sehingga memberi gambaran klinis yang bervariasi,serta
jarang bermetastasis.1,2,3,4
Tumor banyak di jumpai pada orang berkulit putih dan relatif jarang pada berkulit gelap.Lebih
banyak pada laki-laki daripada perempuan,terutama pada usia diatas 40 tahun .Penyebab KSB yang
pasti belum di ketahui , di duga seringnya terpapar sinar matahari,selain itu ada faktor lain seperti
radiasi sinar x,senyawa kimia arsen,trauma berulang dan ulkus kronis1
Patogenesis KSB berasal dari se-sel pluripotensial stratum basalis yang terbentuk secara
terus menerus sepanjang kehidupan manusia .Umumnya tumor berasal dari epidermis ,tetapi dapat
pula tumbuh dari selubung akar folikel rambut.Karsinogen merupakan proses bertahap dan kompleks
dari akumulasi perubahan genetik.Radiasi ultraviolet(UV) memiliki hubungan dalam patogenis kanker
kulit,antara lain KSB,dan diperkirakan p53 menjadi targat utama radiasi sinar UV. Analisa terhadap
mutasi gen p53 menyatakan bahwa terdapat hubungan antara paparan UV ,kerusakan DNA dengan
karsinoma pada kulit, dimana radiasi ultraviolet menginduksi kerusakan DNA yang menghasilkan
dimer cylobutane-type pyrimidin(CPD) dan pyrimidine (6-4) pyrimidone atau derivat (6-4)
photoproduct.Jadi pada kasus ini p53 memegang peranan penting sebagai pelindung terhadap
kerusakan DNA yang di sebabkan oleh sinar ultraviolet5
Insiden KSB meningkat pada mereka yang pekerjaannya atau aktifitasnya di luar rumah yang
selalu terpapar dengan sinar matahari, seperti pelaut ,petani,dan orang yang punya hobby berolah
raga di luar rumah.1,2
Tempat prediklesi terutama pada wajah (pipi, dahi,hidung,lipat nasolabial,lipat periorbital) leher,dan
jarang dijumpai pada lengan,tangan,badan,tungkai,kaki dan kulit kepala.
Gambaran klinis bervariasi,Lever membagi atas 5 bentuk ;
noduloulseratif,berpigmen,morfea,atau fibrosing atau sklerosing ,superfisial dan fibroepitelioma. 1,4
Diagnosa banding Karsinoma Sel Basal antara lain nevus melanotik, keratosis seboroik,
karsinoma sel skuamosa.4
Gambaran patologi juga berbeda tetapi semuanya menunjukan proliferasi sel-sel dengan inti basofilk
yang relatif besar dan sitoplasma yang tidak penuh
Banyak pengobatan pada KSB yaitu kuretase,elektrodesikasi,bedah eksisi,radioterapi,bedah
beku,bedah Mikrografik Mohs dan pengobatan baru 5 fluorourasil yang di kombinasikan dengan
kuretase.
KSB sangat mudah rekurensi , sehingga tindakan yang tepat sangat menentukan prognosa.
Tujuan bedah eksisi pada KSB dengan membuang seluruh massa tumor dengan batas irisan yang
seminimal mungkin untuk hasil yang baik. Bedah eksisi adalah bedah yang menggunakan
rekonstruksi untuk membentuk flap. Tekhnik H-flap adalah tekhnik flap sederhana dan mudah
dilakukan dengan hasil yang memuaskan. H-flap sering dipakai untuk menutupi defek linier
sederhana dengan membentuk pedicle persegi panjang bilateral. Tekhnik flap sangat bervariasi
berdasarkan pergerakan lokal flap dibagi atas linear dan rotational (pivotal). Flap advancement
adalah jenis flap linear dengan cara menggerakkan kulit yang berdekatan secara tegak lurus untuk
menutup defek, dengan melakukan pergeseran langsung menutup defek. Manfaat utama dari flap
advancement adalah memindahkan garis eksisi menjadi lebih tersembunyi sehingga lebih kosmetis. 6

1
Laporan Kasus:

Seorang laki-laki usia 40 tahun datang ke poliklinik kesehatan kulit dan kelamin RSU Permata
Bunda Medan dengan keluhan luka pada dahi sejak tiga (3) tahun lalu. Awalnya lesi hanya berupa
bintil kecil seperti tahi lalat yang kemudian menjadi luka yang tidak pernah sembuh dan bertambah
luas, serta mudah berdarah. Rasa sakit dan gatal tidak ditemukan.Pada pemeriksaan fisik didapat
keadaan umum baik, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit , frekuensi pernafasan
20x/menit, suhu tubuh afebris. Pada pemeriksaan dermatologis dijumpai luka ukuran lebih kurang 2,5
cm x 1,5 cm yang mudah berdarah, squama halus dan crusta tipis pada regio frontalis. Diagnosa
banding pada kasus ini adalah Karsinoma Sel Basal, Keratosis Seboroik, Nevus Pigmentosus. Hasil
pemeriksaan laboratorium rutin dalam batas normal. Pada pasien dilakukan tindakan eksisi dan
penutupan defek H-flap.

Laporan Operasi:
1. Pasien dibaringkan di meja operasi posisi supinasi
2. Lapangan operasi di desinfeksi dengan povidon iodine 10% lalu alkohol 70%
3. Selanjutnya dibuat garis bantu dengan gentian violet 1 cm diluar lesi sebagai penuntun eksisi
yang berbentuk persegi dengan memanjangkan irisan kulit lebih kurang 3 cm arah mendatar
4. Lalu diberikan anestesi lokal dengan tumesen (campuran NaCl 0,9% 100 ml + lidocain 2%
2,5 ml + Na Bicarbonat 1,25 ml + adrenalin 1:1.000 0,1 ml) secara infiltrasi pada daerah
operasi dan ditunggu selama 20 menit.
5. Selanjutnya dilakukan sayatan eksisi persegi sampai batas subkutis menggunakan pisau
nomor 15. Jaringan kulit yang berbentuk persegi diangkat dengan pinset dipisahkan dari
jaringan dibawahnya menggunakan gunting.
6. Kemudian dilakukan undermaining menggunakan klem pada subkutis 1 cm dari pinggir
sayatan. Sayatan yang diperpanjang tadi yang membentuk huruf H berfungsi untuk
memudahkan penyatuan sayatan dan jahitan pada luka.
7. Perdarahan dihentikan menggunakan tekanan dengan menggunakan kasa steril.
8. Luka dijahit diawali jahitan subkutikuler menggunakan silk 3-0 dilanjutkan jahitan epiderma
menggunakan nylon 5-0 sehingga membentuk H-flap.
9. Luka yang telah dijahit diolesi salep antibiotik lalu ditutup menggunakan kasa steril dan
plester
10. Keadaan umum pasien pasca operasi baik.

Pasca operasi pasien diberikan pengobatan dengan sistemik antibiotik cefadroxyl 2x500 mg/hari,
asam mefenamat 3x500 mg/hari, dan salep natrium fusidat. Jaringan yang telah dieksisi dikirim ke
bagian patologi anatomi untuk pemeriksaan histopatologis

Pada kontrol ulang hari ketiga tampak luka kering. Pengobatan yang diberikan cefadroxyl 2x500
mg/hari, asam mefenamat 3x500 mg/hari (jika masih terasa nyeri) dan salep Natrium Fusidat.

Pada kontrol hari ketujuh luka kering dilakukan pembukaan jahitan terapi berupa salep Natrium
Fusidat. Pasien datang setelah 2 bulan kemudian tampak luka membaik. Setelah 12 bulan kemudian
pasien datang kembali kulit pada luka terlihat semakin membaik. Tanda-tanda rekurensi tidak
tampak. Luka menunjukkan hasil yang memuaskan. Prognosis pada kasus ini baik.

2
Gambar. 1 Sebelum Dilakukan Operasi

Gambar. 2 Setelah Dilakukan Eksisi Pengangkatan Jaringan

3
Gambar 3. 6 Bulan Pasca Operasi

Gambar. 4 12 Bulan Pasca Operasi

Hasil pemeriksaan histopatologi nampak sediaan massa irreguler dari sel basaloid yang terbentuk
dalam dermis dengan sel-sel paling atas membentuk lapisan palisade ditepinya, dan stroma
disekelilingnya memperlihatkan reaksi fibrosa.
Kesimpulan : Karsinoma sel basal noduloulseratif

4
Gambar 5. Histopatologi Karsinoma Sel Basal

Pembahasan:
Diagnosa KSB pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan histopatologi. Melalui anamnesis didapat awalnya bintil kecil seperti tahi lalat yang
kemudian menjadi luka bertambah luas mudah berdarah, adanya sisik halus dan keropeng tipis tanpa
rasa gatal dan sakit. Menurut kepustakaan lesi ini yang paling sering dijumpai, awalnya tampak
berupa bintil kecil dengan tepi yang sedikit meninggi sering dijumpai adanya teleangiektasi dan
kadang squama halus dan krusta yang tipis. Lesi membesar secara perlahan dan pada suatu saat
bagian tengah lesi menjadi cekung dengan tepi yang meninggi disertai dekstruksi jaringan sekitar.
Pada pemeriksaan dermatologis tampak luka, krusta dan ulkus yang mudah berdarah tanpa rasa
gatal dan sakit dengan ukuruan 2,5 cm x 1,5 cm pada regio frontalis. Menurut kepustakaan predileksi
KSB ini sering dijumpai pada wajah, terutama pipi, lipat nasolabial, dahi, dan tepi kelopak mata. Lesi
biasanya tunggal. Penyebab yang pasti belum diketahui. Diduga paparan sinar matahari yang lama,
terutama oleh sinar ultraviolet B spectrum 290 nm 320 nm.8,9
Pada pasien ini mempunyai hobbi olahraga tenis sejak masih remaja
Pada pemeriksaan histopatologi tampak massa irreguler dari sel-sel basaloid yang terletak
dalam dermis dengan sel-sel paling atas membentuk lapisan palisade pada tepinya, stroma
disekelilingnya memperlihatkan reaksi fibrosa.
Kesimpulan : KSB atau basalioma tipe nodulo ulseratif
Menurut kepustakaan banyak gambaran histopatologi yang berbeda karena KSB terdiri dari 5 tipe
namun pada dasarnya semua menunjukkan proliferasi sel-sel dengan inti basofilik yang relatif besar
dan sitoplasma yang tidak penuh. 1
Diagnosa banding kasus ini adalah nevus pigmentosus, menurut kepustakaan pada nevus junctional
sel-sel nevus terletak pada lapisan sel basal epidermis atau pada taut dermo epiderma sebagai
sarang sel poligonal atau bundar dengan inti yang besar dan pigmen yang nyata. Sering sel-sel
nevus tampak pada ujung rete ridge yang memanjang. Sedangkan pada nevus compound atau tipe
dermo epidermal tampak sel-sel nevus pada lapisan basal epidermis zona taut dermo epidermal dan
dermis. 1
Dan diagnosis banding lainnya adalah keratosis seboroika dimana menurut kepustakaan tampak
hiperkeratosis, akantosis dan papilomatosis dengan batas bawah tumor terletak segaris dengan
epidermis normal. Epidermis mengalami akantosis memperlihatkan pola seluler yang terorganisasi
dengan baik terutama terdiri dari lembaran-lembaran sel basal dengan keratinisasi minimal. Pada
lembaran akantotik dijumpai peningkatan melanosit dan pigmen yang bervariasi. 1
Pada pasien dilakukan tindakan eksisi luas disertai penutupan dengan H-flap. Menurut kepustakaan
untuk tekhnik operasi pada KSB cara irisan fusiformis, flap sederhana, tandur kulit full thickness dan
split thickness. Eksisi tumor ganas kulit besar irisan diluar batas tumor biasanya 0,5-1 cm. Tetapi
yang paling penting apakah bagian tepi dan bagian dalam irisan sudah bebas dari kanker. Jika

5
dilakukan penutupan defek disertai penutupan lapis demi lapis kulit akan memberikan hasil yang
memuaskan.
Tindak lanjut terapi dilakukan follow up 2, 6, dan 12 bulan kemudian. Tiap 6-12 bulan selama 5 tahun.
7

Paparan sinar matahari yang terus menerus dapat menginduksi terhadap pertumbuhan kanker kulit.
Penggunaan tabir surya topikal merupakan salah satu cara yang dapat mengurangi resiko terhadap
tumbuhnya kanker kulit. Penggunaan tabir surya pada kegiatan berbeda untuk pemakaian sehari-hari
sudah cukup dengan SPF 6-8 sedangkan untuk kegiatan luar rumah seperti berolahraga atau
berekreasi diperlukan SPF diatas 15-30.7

6
Daftar Pustaka

1. Buditjahjono S. Tumor-Tumor Kulit. Editor. Ilmu Penyakit Kulit. Edisi 1. Jakarta: Hipokrates.2000.
Hal: 222-226.
2. Odom R.B, James W .D, Garber T.G . Andrews Disease of The Skin Clinic Dermatology .,(eds)
9th edition . Philadelphia : W . B. Saunder Companies. 2000. p. 820 29
3. Rata G.A.K. Djuanda A. Hamzah M. Aisah S. Tumor Kulit. Dalam : Editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jilid 3. Jakarta : FK UI; 2013. Hal : 235-236
4. Murtiastutik D, Erviati E, Agusni I, Suyoso S . Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin . Airlangga
University Press. Edisi 2 . Surabaya; 2013 . Hal: 197 198
5. Prakoeswa C. R. S . Patognesis Karsinoma Sel Basal . Surabaya : Departement SMF Kesehatan
Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Unair / RSU Dr Soetomo. 2008
6. Sandri E, Wulandari A, Melita N, Yahya Y.F. Flap H-plasty pada KSB Tipe Nodular Pigmented di
Dahi Kanan. Dalam : Buku Program dan Abstrak KONAS XIV PERDOSKI. Bandung. 2014
7. Cipto H, Wasitaatmadja M.S, Cipto H , Pratomo S U, Handayani. Bedah Skalpel pada Karsinoma
Sel Basal dan Tabir Surya pada Pencegahan Kanker Kulit . Dalam : Deteksi dan Penatalaksaan
Kanker Kulit Dini. Edisi 1. Jakarta : FK UI. 2000. Hal: 29-87
8. Habib T. P, Chapter 21. Clinical Dermatology A Color Guide to Diagnosis and Therapy. In :
Patterson A. S, Bexter S . (Eds ) 3 rd edition . St . Luis : Mosby Companies . 1996 .p . 649 59
9. Wolff K . Johnson R . A . Fitzpatrick`s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. (Eds.) 6 th
edition . New York : Mc Graw Hill Companies. 2009. p. 287 - 93

Anda mungkin juga menyukai