LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
MARET 2016
OLEH :
ST.MAHDIAH ANDINI S., S.Ked
PEMBIMBING :
dr. Lukman Yasta, Sp.B
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: ST.MAHDIAH ANDINI S.
NIM
: 10542 0237 10
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing
dr.Lukman Yasta,Sp.B
Mahasiswa
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis berjudul Kolelitiasis dan
Koledokolitiasis ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam
Kepaniteraan Klinik Bedah. Dalam pembuatan karya tulis ini, saya mengambil referensi dari
literatur dan jaringan internet.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing saya,
dr.Lukman Yasta Sp,B yang telah memberikan bimbingannya dalam proses penyelesaian
karya tulis ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moril dalam mencari referensi
yang lebih baik.
Selain itu, saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman saya yang berada
dalam satu kelompok kepaniteraan yang sama, atas dukungan dan bantuan mereka selama
saya menjalani kepaniteraan ini. Pengalaman saya dalam kepaniteraan ini akan selalu menjadi
suatu inspirasi yang unik. Saya juga mengucapkan rasa terimakasih yang mendalam kepada
kedua orangtua saya atas bantuan, dukungan baik secara moril maupun materil, dan kasihnya.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis,
DAFTAR ISI
3
Halaman Juduli
Lembar Pengesahan...........................................................................................................ii
Kata Pengantar.................................................................................................................iii
Daftar Isi...........................................................................................................................iv
Laporan Kasus...................................................................................................................1
Resume
....................................................................................................................14
Diskusi
....................................................................................................................16
Daftar Pustaka..................................................................................................................38
LAPORAN KASUS
4
A. IDENTITAS PASIEN :
- Nama
: Tn.H
- No. RM
: 31 49 77
- Tanggal Lahir : 14 05 1969
- Umur
: 47 tahun
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Alamat
: BTN.Jenetalassa Kec.Palangga
- St. Perkawinan: Menikah
- Ruangan
: Perawatan Tulip
- Masuk RS
: 22 - 01 - 2016
B. ANAMNESIS :
- Tipe Anamnesis
: Autoanamnesis
- Keluhan utama
: Nyeri ulu hati
- Riwayat penyakit sekarang :
Pasien masuk RS dengan keluhan nyeri ulu hati sejak kurang lebih 3 bulan yang
lalu. Nyeri dirasakan memberat 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
dirasakan hilang timbul, timbul terutama saat pasien batuk. Pasien mengeluh mual
(+), muntah (-). Riwayat demam hilang timbul selama seminggu terakhir. Pasien juga
mengeluh batuk sesekali.
Pasien pernah memeriksakan dirinya ke dokter 2 bulan lalu dengan keluhan nyeri
perut kanan atas dan didiagnosa cholelitiasis.
Riwayat penyakit dahulu
Diabetes melitus
: disangkal
Hipertensi
: disangkal
Alergi
: disangkal
Riwayat penyakit keluarga : tidak ada yang mengalami hal serupa
C. PEMERIKSAAN FISIK :
- Keadaan umum
: Tidak sakit sedang, kesadaran composmentis
- Tanda vital
:
o T : 110/80 mmHg
oN
: 80x/ menit
o P : 20 x/m
oS
: 36,2 OC
- Status Generalis
:
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
lubang hidung.
dan Bibir tidak kering dan tidak sianosis, tonsil T1/T1, hiperemis (-)
Tenggorokan
Leher
Thoraks
trakea (-)
Inspeksi :
pada keadaan statis dan dinamis pergerakan dinding dada terlihat
simetris kanan dan kiri, tidak ada yang tertinggal, tidak retraksi.
Pulsasi ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi :
massa tumor (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), ictus cordis tidak
teraba.
Perkusi :
Pada lapangan paru didapatkan bunyi sonor kiri dan kanan. Batas
paru belakang kiri Th XI, batas paru belakang kanan TH X, batas
paru hepar di ICS V kanan.
Batas jantung :
Batas atas ICS III kiri
Batas kanan linea parasternalis kanan
Batas kiri linea midclavicularis kiri
Auskultasi :
Bunyi pernapasan vesicular, bunyi tambahan Wh -/- , Rh _+/-,
Abdomen
Bunyi jantung I / II murni regular, bising (-), shouffle (-), thrill (-).
Inspeksi : Abdomen datar, tidak tampak adanya massa.
Auskultasi : Peristaltik usus normal
Palpasi : Teraba lemas, tidak ada defence muscular, hepar dan lien
tidak teraba
Punggung
Perkusi
: Tympani (+)
Tidak terlihat kelainan bentuk tulang belakang, scoliosis (-), dan
Ekstremitas
Alat kelamin
gibbus (-)
Tidak ada kelainan
Tidak dilakukan pemeriksaan
6
Status Lokalisata
Regio Hypochondrium Dextra
- Inspeksi
: Tidak tampak kelainan
- Palpasi
: Nyeri tekan hypochondrium dextra (+)
Murphy sign (+)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tgl. 22/1/2016
Jenis Pemerikaan
RBC
HGB
HCT
Hasil
4.75x106/uL
15 g/dL
43.3%
MCV
91 pl
MCH
MCHC
PLT
WBC
Glukosa Sewaktu
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
31.7 pg
34.7 g/dl
193x 103/uL
6.8 103/mm3
77 mg/dl
207 U/L
286 U/L
22 mg/dl
0.7 mg/dl
Nilai Rujukan
4.505.50 x 106/uL
11 - 17 g/dL
42 52%
84-96 pl
28 34 pg
32 36 g/dl
150-400x 103/uL
5-10 103/mm3
70-140 mg/dl
<37 U/L
< 42 U/L
10-50 mg/dl
0.7-1.3 mg/dl
Tgl 23/1/2016
Jenis Pemerikaan
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
WBC
Alkali Fosfatase
Bilirubun Total
Bilirubin Direct
Bilirubin Indirect
CT/BT
Hasil
6
4.67x10 /uL
14.9 g/dL
42.2%
90 pl
31.8 pg
35.2 g/dl
173x 103/uL
6.1 103/mm3
133 U/L
4.97 mg/dl
4.54 mg/dl
0.43 mg/dl
730/130
Nilai Rujukan
4.505.50 x 106/uL
11 - 17 g/dL
42 52%
84-96 pl
28 34 pg
32 36 g/dl
150-400x 103/uL
5-10 103/mm3
<270 U/L
0-1.10 mg/dl
0-0.25 mg/dl
0-0.75 mg/dl
Tgl 28/1/2016
Jenis Pemerikaan
SGOT
SGPT
HbSAg (Rapid)
Hasil
318 U/L
169 U/L
Non Reaktif
Nilai Rujukan
<37 U/L
< 42 U/L
Non Reaktif
Tgl 30/1/2016
Jenis Pemerikaan
RBC
HGB
HCT
Hasil
MCV
3.69x10 /uL
11.2 g/dL
32.8%
89 pl
MCH
MCHC
PLT
WBC
30.3 pg
34.1 g/dl
148x 103/uL
39 x103/mm3
Nilai Rujukan
4.505.50 x 106/uL
11 - 17 g/dL
42 52%
84-96 pl
28 34 pg
32 36 g/dl
150-400x 103/uL
5-10 x103/mm3
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto Thorax PA tgl 22/1/2016
-
E. FOLLOW UP
Tanggal
22-01-
Perjalanan penyakit
Instruksi dokter
S : Pasien masuk RS dengan keluhan nyeri - IVFD RL 20 tpm
2016
ulu hati sejak 3 bulan yang lalu namun baru -Ranitidin 1 amp/12 jm/IV
dirasakan memberat 2 minggu terakhir. -Antrain 1amp/drips/KP
Nyeri dirasakan hilang timbul.
-Konsul Bedah
S : Batuk (+), nyeri perut kanan atas (+), - IVFD RL 20 tpm
2016
-Curcuma 3x1
10
24-01-
- IVFD RL 20 tpm
2016
-Curcuma 3x1
-USG abdomen
-Periksa BTA
P: Analgetik, Antiemetik
Konsul bedah
25-01-
- IVFD RL 20 tpm
2016
-Antrain 1 amp/drips/12jm
-Curcuma 3x1
(+)
A: - Cholelitiasis
P: Cholesistektomy + Choledokolitiasis
26-01-
- IVFD RL 20 tpm
2016
- Ceftriaxone 1 amp/12
jm/IV
-Puasakan
-Lapor OK
-Co.anastesi
(+)
-Informed consent
A: - Cholelitiasis
P: Rencana Cholesistektomy +
-Antrain 1 amp/drips/12jm
11
27-01-
- IVFD RL 20 tpm
2016
- Ceftriaxone 1 amp/12
jm/IV
-Puasakan
-Lapor OK
-Co.anastesi
(+)
-Informed consent
A: - Cholelitiasis
-metilprednisolon 3x1
P: Rencana Cholesistektomy +
-Nebulizer combivent
-Curcuma 3x1
-Amlodipin 10mg 1x1
-Candesartan 1x1
-Ranitidin 1 amp/12 jm/IV
-Antrain 1 amp/drips/12jm
28-01-
- IVFD RL 20 tpm
2016
- Ceftriaxone 1 amp/12
jm/IV
-Puasakan
-Lapor OK
-Co.anastesi
(+)
-Informed consent
A: - Cholelitiasis
-Curcuma 3x1
P: Rencana Cholesistektomy +
-Candesartan 1x1
29-01-
- IVFD RL 20 tpm
2016
- Ceftriaxone 1 amp/12
Terpasang ventilator
TD: 90/60 mmHg, N: 80 xpm,
S: 37,5 oC, P: 20 x/m
jm/IV
-Metrodinazole 1 amp/12
jm/IV
Drain : 5 cc
-Ketorolac 1 amp/12
A: - Post op cholesistectomi +
jm/IV
12
Choledokosistectomy +
Choledokoduduostomi
P: -Antibiotik + Analgetik
30-01-
- IVFD RL 20 tpm
2016
- Ceftriaxone 1 amp/12
Terpasang ventilator
TD: 110/80 mmHg, N: 80 xpm,
S: 37 oC, P: 20 x/m
jm/IV
-Metrodinazole 1 amp/12
jm/IV
Drain : 5 cc
-Ketorolac 1 amp/12
A: -Post op cholesistectomi +
jm/IV
Choledokosistectomy +
Choledokoduduostomi
P: -Antibiotik + Analgetik
31-01-
- IVFD RL:NaCl
2016
:D5%(1:1:1)
- Ceftriaxone 1 amp/12
jm/IV
Drain : 5 cc
-Metrodinazole 1 amp/12
jm/IV
A: -Post op cholesistectomi +
Choledokosistectomy +
-Ketorolac 1 amp/12
Choledokoduduostomi
jm/IV
P: -Antibiotik + Analgetik
-Lanzoprazole 1 amp/12
Awasi hemodinamik
jm/IV
Rawat luka
-Puasa
-Mobilisasi
13
1-02-
- IVFD RL:NaCl
2016
:D5%(1:1:1)
- Ceftriaxone 1 amp/12
S: 36 oC, P: 20 x/m
jm/IV
Drain : 3 cc
-Metrodinazole 1 amp/12
jm/IV
A: -Post op cholesistectomi +
Choledokosistectomy +
-Ketorolac 1 amp/12
Choledokoduduostomi
jm/IV
P: -Antibiotik + Analgetik
-Lanzoprazole 1 amp/12
Awasi hemodinamik
jm/IV
Rawat luka
-Puasa
2-02-
-Mobilisasi
- IVFD RL:NaCl
2016
:D5%(1:1:1)
- Ceftriaxone 1 amp/12
jm/IV
-Metrodinazole 1 amp/12
A: -Post op cholesistectomi +
jm/IV
Choledokosistectomy +
Choledokoduduostomi
-Ketorolac 1 amp/12
P: -Antibiotik + Analgetik
jm/IV
-Lanzoprazole 1 amp/12
jm/IV
-Meropenem 1 gr/12
jam/IV
-Mobilisasi
14
3-02-
- IVFD RL:NaCl
2016
:D5%(1:1:1)
- Ceftriaxone 1 amp/12
jm/IV
Drain : 2 cc
-Metrodinazole 1 amp/12
A: -Post op cholesistectomi +
jm/IV
Choledokosistectomy +
Choledokoduduostomi
-Ketorolac 1 amp/12
P: -Antibiotik + Analgetik
jm/IV
-Lanzoprazole 1 amp/12
jm/IV
-Meropenem 1 gr/12
jam/IV
-Mobilisasi
-Aff NGT
-Dulcolax supp II
4-02-
-Pindah ruangan
-Aff infus
2016
-obat oral
-Levofloxacin 2x500mg
Drain : 2 cc
-Metrodinazole 3x500 mg
A: -Post op cholesistectomi +
-Ranitidin 3x1
Choledokosistectomy +
-Mobilisasi
Choledokoduduostomi
-Aff kateter
P: -Antibiotik + Analgetik
Diet bubur saring
15
5-02-
-Levofloxacin 2x500mg
2016
-Metrodinazole 3x500 mg
-Ranitidin 3x1
Drain : 2 cc
-Mobilisasi
A: -Post op cholesistectomi +
-Aff drain
Choledokosistectomy +
Choledokoduduostomi
P: -Antibiotik + Analgetik
6-02-
-Levofloxacin 2x500mg
2016
-Metrodinazole 3x500 mg
S: 36 oC, P: 18 x/m
-Ranitidin 3x1
-Mobilisasi
-Boleh pulang
CBD begitu pula pada pemeriksaan CT Scan didapatkan kesan batu pada GB dan CBD
disertai dilatasi ductus bilier.
G. DIAGNOSIS
- Diagnosis Kerja
Cholelitiasis + choledokolitiasis.
H. LAPORAN OPERASI
Nama
: Tn.H
Umur
: 47 thn
Tgl Operasi
: 24 / 1/ 2016
Operator
: Cholelitiasis + Choledocolitiasis
: Cholelitiasis + Choledocolitiasis
Tindakan operasi
: Cholesistectomi + Choledokosistectomy+
Choledokoduduostomi
Laporan operasi
-
sampai peritoneum
Buka peritoneum
Eksplorasi organ intra abdominal
Teraba batu di vesica fellea dan distal CBD
Dilakukan Cholesistektomi secara retrograde
Ductus choledocus dibuka, spoeling dengan NaCl keluar batu dari CBD dan batu
17
Perdarahan
Infeksi (cholangitis)
Striktur
Bocornya anastomose
IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ IV
Metrodinazole 500 mg/ 8 jam/IV
Kalnex 1 amp/ 8 jam/IV
Ranitidin 1 amp/ 8 jam/IV
Awasi tanda-tanda vital
Puasa 2 x24 jam
Rawat ICU
DISKUSI
PENDAHULUAN
Penyakit batu kandung empedu merupakan penyakit yang sudah
dikenal lama.. Batu empedu awalnya merupakan penyakit yang sering
dijumpai di negara barat dan jarang di negara berkembang. Tetapi
dengan membaiknya keadaan sosial ekonomi, perubahan menu diet
ala Barat, serta perbaikan sarana diagnosis khususnya ultrasonografi,
prevalensi
penyakit
empedu
di
negara
berkembang
termasuk
kolesterol
ke
dalam
empedu
yang
mempengaruhi
mengalami distensi akibat bendungan oleh batu, bagian infundubulum menonjol seperti
kantong yang disebut kantong Hartmann.4
Duktus sistikus panjangnya 1-2 cm dengan diameter 2-3 mm. dinding lumennya
mengandung katup berbentuk spiral disebut katup spiral Heister, yang memudahkan
cairan empedu mengalir masuk kedalam kandung empedu, tetapi menahan aliran
keluarnya.4
Saluran empedu ekstrahepatik terletak didalam ligamentum hepatoduodenale
yang bats atasnya porta hepatis, sedangkan batas bawahnya distal papilla Vater. Bagian
hulu saluran empedu intrahepatik berpangkal dari saluran paling kecil yang disebut
kanalikulus empedu yang meneruskan curahan sekresi empedu melalui duktus
interlobaris keduktus lobaris, dan selanjutnya keduktus hepatikus dihilus.4
Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri masing-masing antara 1-4 cm. panjang
duktus hepatikus komunis sangat bervariasi, bergantung pada letak muara duktus
sistikus. Duktus koledokus berjalan dibelakang duodenum menembus jaringan pancreas
dan dinding duodenum membentuk papilla Vater yang terletak disebelah medial dinding
duodenum. Ujung distalnya dikelilingi oleh otot sfingter Oddi, yang mengatur aliran
empedu kedalam duodenum. Duktus pankreatikus umumnya bermuara ditempat yang
sama dengan duktus koledokus didalam papilla Vater, tetapi dapat juga terpisah.4
Pembuluh arteri kandung empedu adalah arteri cystica, cabang arteri hepatica
kanan. Vena cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta. Sejumlah arteri
yang sangat kecil dan venavena juga berjalan antara hati dan kandung empedu.4
Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak dekat
collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi lymphatici
hepaticum sepanjang perjalanan arteri hepatica menuju ke nodi lymphatici coeliacus.
Saraf yang menuju kekandung empedu berasal dari plexus coeliacus.4
Sering ditemukan variasi kandung empedu, saluram empedu, dan pembuluh arteri
yang memperdarahi kandung empedu dan hati. Variasi yang kadang ditemukan dalam
bentuk luas ini, perlu diperhatikan para ahli bedah untuk menghindari komplikasi
20
pembedahan, seperti perdarahan atau cedera pada duktus hepatikus atau duktus
koledokus.4
B. Fisiologi
Fungsi kandung empedu, yaitu:
21
Cairan
empedu
ini
adalah
cairan
elektrolit
yang
dari
usus.
Hemoglobin
yang
berasal
dari
akan
tetapi
setelah
melewati
duktus
hepatikus,
empedu,
pembuluh
limfe
dan
pembuluh
darah
kandung
empedu
kira-kira
lima
kali
lebih
pekat
22
meningkatkan
resiko
terkena
kolelitiasis.
Penggunaan
pil
dalam
kandung
empedu
dan
penurunan
aktivitas
untuk
bertambahnya
terkena
kolelitiasis
meningkat
>
sejalan
dengan
40 tahun lebih
24
E. Klasifikasi
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu
empedu di golongkankan atas 3 (tiga) golongan, yaitu:5
a) Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih
dari 70% kolesterol.
b) Batu kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan
mengandung kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama.
c) Batu pigmen hitam
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti
bubuk dan kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.
Batu duktus koledokus diklasifikasikan sebagai primer dan sekunder.
Koledokolitiasis primer adalah batu empedu yang terbentuk di dalam saluran
empedu sedangkan koledokolitiasis sekunder merupakan batu kandung empedu yang
bermigrasi masuk ke duktus koledokus melalui duktus sistikus.5
F. Patofisiologi
a. Batu Kolesterol
Pembentukan batu Kolesterol melalui tiga fase yaitu:5
1. Fase Supersaturasi
Kolesterol, phospolipid (lecithin) dan garam empedu adalah
komponen yang tak larut dalam air. Ketiga zat ini dalam
perbandingan tertentu membentuk micelle yang mudah larut. Di
dalam kandung empedu ketiganya dikonsentrasikan menjadi lima
sampai tujuh kali lipat. Pelarutan kolesterol tergantung dari rasio
kolesterol terhadap lecithin dan garam empedu, dalam keadaan
normal antara 1 : 20 sampai 1 : 30. Pada keadaan supersaturasi
25
dimana kolesterol akan relatif tinggi rasio ini bisa mencapai 1 : 13.
Pada rasio seperti ini kolesterol akan mengendap.
Kadar kolesterol akan relatif tinggi pada keadaan sebagai berikut:
kadar
chenodeoxycholat
rendah,
padahal
26
mengandung
garam
empedu
terkonjugasi
dan
ini
terjadi
(peningkatan
karena
aktifitas
peningkatan
sintesis
3-hidroksi-3-metilglutaril
kolesterol
[HMG]-KoA-
27
penyebab
batu
kolesterol
telah
ditemukan
pada
28
larut.
Konversi
terjadi
karena
adanya
enzim
Peningkatan
pelepasan
hemoglobin,
missal
pada
anemia
hati.
Dekonjugasi bilirubin non-enzimatik (terutama monoglukuronat)
di empedu
Dekonjugasi enzimatik (-glukosidase) oleh bakteri.
Dekonjugasi enzimatik hampir selalu merupakan penyebab
enzimatik
(penurunan
pembentukan
misel
dengan
31
Sebagian besar batu dalam duktus koledukus berasal dari batu kandung empedu
yang bermigrasi. Migrasi berhubungan dengan ukuran batu, duktus sitikus dan
koledokus. Batu tersebut dapat terus ke dudenum bila berukuran kecil. Batu yang tinggal
di koledokus akan menumbulkan komplikasi. Pada saat kolesistektomi sekitar 10%
pasien dengan batu kandung empedu juga memiliki batu disaluran empedu, umumnya
pada duktus koledokus atau ductus hepatikus komunis tetapi dapat juga didapatkan di
saluran empedu intrahepatik.5
Di Negara barat, batu di saluran empedu biasanya berasal dari pasase batu daru
kandung empedu. Ukuran duktus sistikus dan ukuran dari batu empedu berpengaruh pada
insiden migrasi batu tersebut. Pada kasus-kasus ini batu di kandung empedu dan di
saluran empedu berasal dari jenis yang sama yakni batu kolesterol atau batu pigmen
hitam, batu ini disebut batu sekunder saluran empedu. Selain dari dari batu yang
bermigrasi dari kandung empedu, batu koledokus dapat pula terbentuk dari awal di
saluran empedu, batu ini disebut batu primer saluran empedu. Biasanya batu ini
terbentuk akibat dari obstruksi bilier parsial karena batu tersisa, striktur traumatic,
kolangitis sklerosing atau kelainan bilier congenital. Infeksi dapat merupakan kejadian
awal.5
Batu ini berwarna coklat, tunggal atau multiple, oval dan menyesuaikan diri
dengan sumbu memanjang dari saluran empedu. Batu ini cenderung terjepit di ampulla
32
Vater. Di asia, terutama asia timur, terdapat insiden batu saluran empedu dan batu
intrahepatik (batu pigmen coklat) yang jauh lebih tinggi dari Negara barat.5
G. Manifestasi Klinis
Penderita batu kandung empedu baru memberi keluhan bila batu tersebut
bermigrasi menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus, sehingga gambaran
klinisnya bervariasi dari yang tanpa gejala (asimptomatik), ringan sampai berat karena
adanya komplikasi.1,2,8
Dijumpai nyeri di daerah hipokondrium kanan, yang kadang-kadang disertai kolik
bilier yang timbul menetap/konstan. Rasa nyeri kadang-kadang dijalarkan sampai di
daerah subkapula disertai nausea, vomitus dan dyspepsia, flatulen dan lain-lain. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan hipokondrium kanan, dapat teraba pembesaran
kandung empedu dan tanda Murphy positif. Dapat juga timbul ikterus. Ikterus dijumpai
pada 20 % kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin < 4,0 mg/dl). Apabila kadar
bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu di saluran empedu ekstra hepatik.2,8
Kolik bilier merupakan keluhan utama pada sebagian besar pasien. Nyeri viseral
ini berasal dari spasmetonik akibat obstruksi transient duktus sistikus oleh batu. Dengan
istilah kolik bilier tersirat pengertian bahwa mukosa kandung empedu tidak
memperlihatkan inflamasi akut.8
Kolik bilier biasanya timbul malam hari atau dini hari, berlangsung lama antara
3060 menit, menetap, dan nyeri terutama timbul di daerah epigastrium. Nyeri dapat
menjalar ke abdomen kanan, ke pundak, punggung, jarang ke abdomen kiri dan dapat
menyerupai angina pektoris. Kolik bilier harus dibedakan dengan gejala dispepsia yang
merupakan gejala umum pada banyak pasien dengan atau tanpa kolelitiasis.8
Batu saluran empedu (BSE) kecil dapat masuk ke duodenum spontan tanpa
menimbulkan gejala atau menyebabkan obstruksi temporer di ampula vateri sehingga
timbul pankreatitis akut dan lalu masuk ke duodenum (gallstone pancreatitis). BSE yang
tidak keluar spontan akan tetap berada dalam saluran empedu dan dapat membesar.
Gambaran klinis koledokolitiasis didominasi penyulitnya seperti ikterus obstruktif,
kolangitis dan pankreatitis.2,8
33
H. Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah
asimtomatis. Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepsia yang
kadang disertai intoleran terhadap makanan berlemak. Pada yang
simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium,
kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah
kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan
kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri
kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba.8
Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula,
atau ke puncak bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang
seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah
menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri
menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.2,8
Batu duktus koledokus bisa berjalan asimtomatik ke dalam duodenum atau
bisa tetap di dalam batang saluran empedu selama beberapa bulan atau tahun tanpa
menyebabkan gejala. Tetapi koledokolitiasis sering merupakan sumber masalah yang
sangat serius karena kompliaksi mekanik dan infeksi yang mungkin mengancam jiwa.
34
Batu duktus koledokus disertai dengan bakterobiliia dalam lebih dari 75 persen pasien
serta dengan adanya obstruksi saluran empedu, dapat timbul kolangitis akuta.
Walaupun koledokolitiasis sering asimptomatik, sewaktu gejala timbul sering kolik
empedu koledokolitiasis tak dapat dibedakan dari koleslitiasis. Tetapi demam yang
memuncak, kedinginan, dan ikterus menggambarkan adanya batu duktus koledokus
dan kolangitis akuta.8
Pemeriksaan Fisik
Batu kandung empedu
Apabila ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan
komplikasi, seperti kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau
umum, hidrop kandung empedu, empiema kandung empedu, atau
pankretitis. Pada pemeriksaan ditemukan nyeri tekan dengan
punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu.
Tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu
penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu yang
meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien
berhenti menarik nafas..7
Batu saluran empedu
Baru saluran empedu tidak menimbulkan gejala dalam fase
tenang. Kadang teraba hati dan sklera ikterik. Perlu diktahui
bahwa bila kadar bilirubin darah kurang dari 4 mg/dl, gejala
ikterik tidak jelas. Apabila sumbatan saluran empedu bertambah
berat, akan timbul ikterus klinis.7
I. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
35
peradangan
akut,
dapat
terjadi
leukositosis.. Kadar
b. Pemeriksaan radiologis
Foto polos Abdomen
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran
yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu
yang
bersifat
radioopak.
Kadang
kandung
empedu
yang
36
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi
mempunyai
derajat
spesifisitas
dan
maupun ekstra
Kolesistografi
Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras
cukup baik karena relatif murah, sederhana, dan cukup akurat
untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan
ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan ileus
paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi
pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut
kontras tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi oral
lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu.7
37
CT Scan
Menunjukan batu empedu dan dilatasi saluran empedu.7
Magnetic Resonance Cholangio-pancreatography (MRCP)
Magnetic
resonance
cholangio-pancreatography
atau
teknik
yang
menggabungkan
penggunaan
J. Penatalaksanaan
a. Non bedah
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri
yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau
mengurangi makanan berlemak. Selain itu tatalaksana non bedah dapat dilakukan.
Selain itu dapat dilakukan pencegahan kolelitiasis pada orang yang cenderung
memiliki empedu litogenik dengan mencegah infeksi dan menurunkan kadar
kolesterol serum dengan cara mengurangi asupan atau menghambat sintesis
kolesterol. Obat golongan statin dikenal dapat menghambat enzim HMG-CoA
reductase.8
38
1. Disolusi Medis
Disolusi medis sebelumnya harus memenuhi kriteria terapi
non operatif diantaranya batu kolesterol diameternya <20mm
dan batu kurang dari 4 batu, fungsi kandung empedu baik, dan
duktus sistik paten. Meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut
kolesterol yang poten (Metil-Ter-Butil-Eter (MTBE)) ke dalam kandung
empedu melalui kateter yang diletakkan per kutan telah terlihat efektif dalam
melarutkan batu empedu pada pasien-pasien tertentu. Prosedur ini invasif dan
kerugian utamanya adalah angka kekambuhan yang tinggi (50% dalam 5
tahun).8
2.
Endoscopic
Retrograde
Cholangio
Pancreatography
(ERCP)
Untuk mengangkat batu saluran empedu dapat dilakukan
ERCP terapeutik dengan melakukan sfingterektomi endoskopik.
Teknik ini mulai berkembang sejak tahun 1974 hingga sekarang
sebagai standar baku terapi non-operatif untuk batu saluran
empedu.
Selanjutnya
batu
di
dalam
saluran
empedu
seperti
pemecahan
batu
dengan
litotripsi
2. Kolesistektomi laparoskopik
40
pengangkatan
batu
kandung
empedu
simtomatik.
3. Koledokostomy
41
biliaris
komunis
ditemukan,
batu
biasanya
dapat
yang
berdekatan
(choledochoduodenostomy)
yang
Empiema
Perikolesistitis
Perforasi
d. Kolesistitis kronis
42
L. Pencegahan
Pencegahan primer adalah usaha mencegah timbulnya kolelitiasis pada orang sehat
yang memiliki risiko untuk terkena kolelitiasis. Pencegahan primer yang dilakukan
terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kolelitiasi adalah dengan menjaga
kebersihan makanan untuk mencegah infeksi, misalnya S.Thyposa, menurunkan kadar
kolesterol dengan mengurangi asupan lemak jenuh, meningkatkan asupan sayuran, buahbuahan, dan serat makanan lain yang akan mengikat sebagian kecil empedu di usus
sehingga menurunkan risiko stagnasi cairan empedu di kandung empedu , minum sekitar 8
gelas air setiap hari untuk menjaga kadar air yang tepat dari cairan empedu.7
Lampiran
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Ginting S. A description characteristic risk factor of the kolelitiasis
disease in the Colombia asia medan hospital. 2011.p.38-45.
2. Hadi S. Gastrienterologi. Edisi ke-7. Bandung : PT.Alumni
Bandung.2002. hal.402.
3. Sadler TW. Embriologi kedokteran langman. Edisi ke-7. Jakarta :
EGC.1997. hal.255-259.
4. Dharma Adji. Richard Snell. Anatomi Klinik. Edisi ke-3. Jakarta :
EGC.1997.hal. 264-6.
44
45