Oleh :
Preseptor
2018
Analisis Toksikologi Forensik dalam Keracunan Sianida: Dua Laporan Kasus
Abstrak
Pendahuluan: Toksisitas sianida merupakan suatu kasus yang mulai dikenal sejak
dua abad terakhir, meskipun kebanyakan kasus keracunan sianida ini ditemukan
secara kebetulan, seperti pada korban-korban kebakaran, kini toksisitas sianida ini
disalahgunakan untuk tindakan seperti pembunuhan dan aksi bunuh diri.
Metode dan temuan : Metode yang diusulkan dalam penelitian ini menggunakan
ekstraksi headspace dan gas kromotografi ditambah dengan detektor nitrogen dan
fosfor, yang dipercaya dapat menyajikan hasil yang terbaik untuk deteksi dan
menentukan kuantitas keracunan sianida dengan sensitifitas dan reprodutifitas yang
memuaskan
Kesimpulan : Metode ini cocok untuk mendeteksi intoksikasi sianida bahkan dalam
kosentrasi zat yang kecil, dan sudah diapilkasikan pada dua kasus kematian akibat
keracunan sianida.
Kata kunci : sianida, gas kromotografi, detektor nitrogen dan fosfor, intoksikasi
Pendahuluan
Toksisitas sianida merupakan kasus yang mulai dikenal sejak dua abad
terakhir. Sianida dapat menghambat respirasi sel dengan cara bereaksi dengan enzim
yang mengandung fe, seperti sitokrom oksidase dan katalase, dengan demikian
konsumsi oksigen oleh sel terhambat dan menyebabkan penurunan fungsi-fungsi vital
secara cepat.
yang utama berhubungan dengan garam sianida yang digunakan pada perindustrian.
resin akrilik, produksi nitril dan aldehid, proses pembuatan obat dan pewarna,
produksi dan penangganan pestisida, ekstraksi emas dan perak, elektroplating,
aplikasi fotografi dan asap dari kebakaran dan produk tembakau. Meskipun
Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk menganalisis cara mendeteksi dan
dan gas kromotografi dengan detector nitrogen dan fosfor pada dua kasus kematian
Laporan Kasus
Seorang pria berusia 56 tahun yang bekerja di rumah sebagai pandai emas
berisi garam sianida ditemukan tergeletak disebelah tubuh korban. Pesan bunuh diri
juga ditemukan di salah satu ruangan tempat alat yang digunakkan korban untuk
sebanyak 30 mL darah femoral, 20 mL urin dan isi perut korban diambil dan dikirim
namun tidak berhasil. Tidak dilakuakan pemeriksaan pada lokasi kejadian. Pada
telepon genggam korban, polisi menemukan foto seorang pelajar sedang memegang
botol kalium sianida. Dokter yang melakukan pemeriksaan tidak menemukan adanya
perubahan yang bermakna pada tubuh korban seperti cedera dan sianosis. Saat
dilakukan prosedur necroscopic, 3.5 mL darah, 2mL isi perut dan 6mL eksudat hepar
Toksikologi di Vitória.
Kalium sianida ,dibeli dari Isofar (Rio de Janeiro, Brasil). Asetonitril diperoleh dari
Cromoline (São Paulo, Brasil). Asam sulfat diperoleh dari Impex (Novo Hamburgo, Brasil).
dalam volumetric flask ukur 100 mL dan diencerkan dengan air. Larutan ini lebih lanjut
diencerkan 1000-lipat, untuk menghasilkan larutan yang berfungsi dengan konsentrasi akhir
7.86 µg / mL ACN.
Larutan kerja sianida disiapkan dengan menimbang 25,0 mg kalium sianida dan
diencerkan dengan 0,1 N NaOH dalam 100 mL volumetric flask untuk mendapatkan larutan
tercapai.
Instrumentasi
Analisis sianida dilakukan pada Varian 450 Gas Chromatographer (GC) dilengkapi
dengan Nitrogen dan Phosphorous Detector (NPD) (Varian, Palo Alto, CA, USA) dengan
kolom kapiler VF 624 (30 mx 0,32 mm, 1,8 µm film ketebalan) (Agilent Technologies, Palo
Alto, CA, USA). Oven headspace dan suhu syringe ditetapkan pada 60 ° C. Sampel
dipanaskan selama 10 menit dengan getaran terus menerus 500 rpm. Suhu oven kolom
menit) dan kemudian ditingkatkan menjadi 150 ° C (40 ° C / menit) dan ditahan selama 1
menit (total jalankan ĞmĞ 7,3 menit). Suhu injektor dan detektor masing-masing 200 dan
300 ° C. Injector dioperasikan mode split (20: 1), dan aliran gas pembawa (nitrogen) adalah 2
Persiapan sampel
asam sulfat ditambahkan, dan vial segera ditutup dan dianalisis oleh
determinasi yang diperoleh lebih besar dari 0,99. Batas deteksi (LOD) diukur dengan
analisis penurunan konsentrasi sianida dan ditetapkan pada 0.05 µg/mL. Batas
kuantifikasi (LOQ) yang diperoleh dari metode ini adalah 0.1 µg/mL dan kriteria
Ketepatan dan keakuratan metode ini dipastikan dengan pengukuran tiga level
CQ, selama periode tiga hari dengan lima kali ulangan dari setiap konsentrasi.
Rentang ketepatan antara per hari dan dalam sehari (%RSD) dari 82.4 ke 91.7% dan
dari 86.3 to 95.2%. Nilai akurasi (%bias) berkisar antara 82.4 (CQ low) dan 91.7%.
Kasus 1
Sianida terhitung sebanyak 30.7 µg/mL pada darah, 100.5 µg/mL pada cairan
lambung dan 0.1 µg/mL pada urin. Darah dan cairan lambung dilakukan dilusi
sebanyak 10 dan 100 kali untuk pengukuran yang tepat. Konsentrasi rendah dideteksi
pada sampel urin dapat dijelaskan pada intoksikasi akut yang menyebabkan kematian
mendadak karena tidak terjadi eliminasi agen toksik tersebut. Sianida juga dideteksi
Kasus 2
Sianida terhitung sebanyak 26.7 µg/mL pada darah, 12.8 µg/mL pada eksudat
hepar, dan 41.5 µg/mL pada cairan lambung. Darah dan eksudat hepar didilusi 10
kali sedangkan cairan lambung didilusi sebanyak 200 kali. Tabung sianida yang
Kesimpulan
Metode ini menunjukkan hasil yang baik untuk deteksi dan kuantifikasi
keracunan sianida, dengan sensitivitas dan reproduktifitas yang baik. baik LOD dan
LOQ jauh di bawah konsentrasi darah sianida yang mematikan, membuat metode ini
darah, isi perut dan eksudat hati (hanya kasus 2), yang memungkinkan kesimpulan
bahwa kematian ini terjadi karena keracunan akut sianida. Kasus 1 memiliki cara
kematian yang dicirikan sebagai bunuh diri, terutama karena temuan di TKP, seperti
posisi tubuh, indikasi administrasi garam sianida dan catatan bunuh diri. untuk kasus
2, cara kematian belum ditentukan, menunggu investigasi (kematian tanpa sengaja
Daftar Pustaka
1. Gambaro V, Arnoldi S, Casagni E, Dell’acqua L, Pecoraro C, et al. (2007) Blood cyanide
determination in two cases of fatal intoxication: comparison between headspace gas
chromatography and a spectrophotometric method. J Forensic Sci 52: 1401-1404.
3. Youso SL, Rockwood GA, Lee JP, Logue BA (2010) Analytica Chimica Acta Determination of
cyanide exposure by gas chromatography mass spectrometry analysis of cyanide-exposed
plasma proteins. Anal Chim Acta 677: 24-28.
4. Calafat AM, Stanfill SB (2002) Rapid quantitation of cyanide in whole blood by automated
headspace gas chromatography. J Chromatogr B Anal Technol Biomed Life Sci 772: 131-137.
5. Coentrão L, Moura D (2011) Acute cyanide poisoning among jewelry and textile industry
workers. Am J Emerg Med 29: 78-81.
7. Rhee J, Jung J, Yeom H, Lee H, Lee S, et al. (2011) Distribution of cyanide in heart blood,
peripheral blood and gastric contents in cyanide related fatalities. Forensic Sci Int 210: e12-
e15.
8. Moffat J, Anthony C, Osselton O, David M (2011) Analysis of Drugs and Poisons. 4th Edn.
Pharmaceutical Press, London.
9. McAllister JL, Roby RJ, Levine B, Purser D (2008) Stability of cyanide in cadavers and in
postmortem stored tissue specimens: A review. J Anal Toxicol 32: 612-620.
11. Frison G, Zancanaro F, Favretto D, Ferrara SD (2006) An improved method for cyanide
determination in blood using solid-phase microextraction and gas chromatography/ mass
spectrometry. pp: 2932-2938.
12. Ma J, Dasgupta P (2011) Recent Developmets in cyanide detection: A review. Anal Chim
Acta 673: 117-125.