Anda di halaman 1dari 6

OKSIKODON

Oleh : Sakhiyyah Afifah / 165090207111017

Oksikodon (oxycodone) adalah salah satu obat yang digunakan sebagai pereda rasa
sakit (pain killer) dari kondisi sedang hingga berat. Oksikodon dikenal pula sebagai jenis obat
opioid analgesik. Obat ini bekerja di sistem saraf dan otak dengan mengubah respon tubuh
terhadap sensasi nyeri. Mual, muntah, konstipasi, pusing, atau kantuk dapat terjadi setelah
mengonsumsi obat ini. Beberapa efek samping ini dapat berkurang setelah penggunaan obat
untuk sementara waktu. Jika salah satu dari efek ini bertahan atau memburuk, dianjurkan untuk
segera menghubungi pihak medis.

Oksikodon memiliki sifat – sifat kimia dan fisika sebagai berikut. Oksikodon memiliki
berat molekul sebesar 315,369 g/mol. Struktur kimia dari oksikodon adalah C18H21NO4.
Oksikodon dapat berbentuk padatan dan cairan. Oksikodon dalam bentuk padatan biasanya
berupa tablet sedangkan pada bentuk cairan biasanya terdapat dalam spuit atau suntikan.
Oksikodon memiliki titik leleh pada 219°C. Oksikodon hampir tidak larut dalam air, eter,
potasium, dan natrium hidroksida, tetapi oksikodon larut pada kloroform dan etanol.
Oksikodon memiliki warna yang beragam seperti pada gambar dibawah ini.
Kemudian berikut adalah struktur kimia dari oksikodon

Oksikodon memang aman apabila dikonsumsi sesuai dengan dosisnya, namun apabila
melebihi dosis yang dianjurkan oksikodon mempunyai beberapa efek toksisitas. Oksikodon
cenderung dapat memperlambat aktivitas di otak dan tubuh. Kemudian, oksikodon dapat
menyebabkan perilaku lebih lesu, mengurangi laju pernapasan dan jantung, menimbulkan rasa
euforia. Lalu, oksikodon dapat menyebabkan overdosis dengan tanda – tanda seperti pola
pernapasan tidak teratur, sangat mengantuk, dan terlihat depresi atau bingung. Adapula
beberapa gejala lainnya seperti gangguan pencernaan yang intens, delusional, hilang
kesadaran, gemetar atau tremor atau kejang, dan tekanan darah sangat rendah

Sebelum dilakukan analisis terhadap korban keracunan oksikodon, sampel yang


diambil untuk mengidentifikasi korban adalah sampel urin, hati, dan plasma korban. Hidrolisis
dilakukan pada sampel urin sebelum ekstraksi untuk mendapatkan konsentrasi total
(terkonjugasi dan tidak terkonjugasi). Urin (200 μL) diinkubasi dengan 200 μL buffer 0,1 M
natrium asetat (dengan 5000 unit / mL β-glukuronidase, pH 5) pada 50 ° C selama 16 jam.
Aliquot 1,0 mL (untuk plasma dan HLM) atau 200 μL (untuk urin) sampel kontrol kualitas
(QC), standar kalibrasi dan sampel studi ditambahkan ke tabung silanisasi. Standar internal (50
μL 0,1 ng / μL oksikodon-d6) juga ditambahkan ke setiap tabung diikuti oleh 100 μL amonium
hidroksida pekat. Semua tabung vortex sebentar, dan 4 mL 4: 1 n-butil klorida: asetonitril
ditambahkan. Tabung kemudian ditutup rapat dan ditempatkan pada rocker tabung bolak-balik
dengan kecepatan rendah selama 30 menit. Kemudian, tabung – tabung tersebut disentrifugasi
pada 2.600 rpm (830 g) selama 10 menit, dan lapisan organik dipindahkan dengan hati-hati ke
dalam tabung kultur yang dilapiskan 13x100 mm. Pelarut organik diuapkan dengan udara 10
psi pada suhu 40 ° C dalam evaporator Zymark Turbo Vap. Residu dilarutkan dalam 75 μL
asam format 0,1% dalam air Milli-Q dan dipindahkan ke dalam botol autosampler.

Setelah persiapan sampel, analisa dilakukan melalui metode kromatografi cair kinerja
tinggi (KCKT), melalui quality control, dan validasi metode. Analisis HPLC – ESI-MS-MS
dilakukan pada sistem Surveyor KCKT dan TSQ Triple quadrupole MS. Instrumen
dioperasikan di bawah mode pemantauan reaksi selektif. Suhu kapiler adalah 280 ° C, dan
tegangan semprot ESI diatur pada 3,9 kV. Kemurnian tinggi N2 digunakan untuk selubung dan
gas tambahan. Kemurnian tinggi Ar digunakan untuk gas tabrakan. Transisi m / z 316 (MH +)
ke 298 dan 322 ke 304 digunakan untuk menganalisis oksikodon dan standar internalnya
oxycodone-d6. Konsentrasi oksikodon dan metabolitnya ditentukan oleh rasio luas puncak
analit dan standar internalnya, dengan perbandingan terhadap kurva kalibrasi yang dihasilkan
dari analisis plasma atau urin yang diperkaya dengan konsentrasi analit dan standar internal
yang diketahui. Semua kurva adalah kuadratik dengan bobot 1 / X.

Pada proses quality control (QC) semua kalibrator dijalankan dalam rangkap dua, satu
set di awal dan satu di akhir run. Untuk plasma dan hati, diatur pada 0,2, 0,5, 2, 5, 20, 50, 100
dan 250 ng / mL. Pada sampel urin diatur pada 10, 25, 100, 250, 500, 1250, 2500 dan 5000 ng
/ mL. Kalibrator dihapus dari kurva jika mereka menyimpang lebih dari ± 15% (± 20% pada
LLOQ) dari target. Proses yang valid tidak akan menghapus> 25% dari kalibrator. QC
dijalankan pada minimum n = 2 untuk setiap konsentrasi QC (rendah, sedang dan tinggi).
Konsentrasi QC dipilih berdasarkan kriteria berikut: QC rendah tidak lebih dari tiga kali
konsentrasi LLOQ, dan QC tinggi adalah 70–80% dari batas atas kuantitasi (ULOQ).

Percobaan validasi metode dilakukan untuk memenuhi pedoman validasi metode


bioanalitik. Validasi lengkap dilakukan dalam plasma manusia (hanya validasi parsial yang
diperlukan untuk matriks alternatif). Eksperimen validasi parsial yang dilakukan untuk sampel
urin meliputi spesifisitas, presisi dan akurasi intra dan interrun, dan stabilitas matriks suhu
kamar. Pada sampel hati, hanya spesifisitas dan presisi intrarun dan eksperimen akurasi yang
dilakukan.

Kesalahan analisa dapat terjadi karena beberapa hal seperti kualitas sampelnya. Sampel
yang sudah terkontaminasi akan menyulitkan proses analisa. Kemudian, karena pada analisa
oksikodon digunakan metode KCKT maka kesalahan analisa dapat terjadi apabila kolom yang
digunakan tidak dalam kondisi yang baik. Selain itu, kondisi kalibrator yang kurang baik juga
dapat menjadi sumber kesalahan analisa. Kesalahan langkah dalam prosedur serta human error
juga dapat menjadi pemicu kesalahan pada analisa.
DAFTAR PUSTAKA

 Fang,Wenfang B. Michelle R. Lofwall, Sharon L. Walsh, and David E. Moody. 2013.


Determination of Oxycodone, Noroxycodone and Oxymorphone by High-
Performance Liquid Chromatography–Electrospray Ionization-Tandem Mass
Spectrometry in Human Matrices: In vivo and In vitro Applications.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3708716/ (diakses pada 18 Februari
2019)
 Marianti. 2017. Oxycodone https://www.alodokter.com/oxycodone (diakses pada 18
Februari 2019)
 National Center for Biotechnology Information. Oxycodon.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/oxycodone#section=Identification
(diakses pada 18 Februari 2019)
 Samiadi, Lika Aprilia. 2016. Oxycodone obat apa?
https://hellosehat.com/obat/oxycodone/ (diakses pada 18 Februari 2019)
 Villines, Zawn. 2015. Oxycodone Overdose Facts And Statistics.
https://www.mentalhelp.net/articles/oxycodone-overdose/ (diakses pada 18 Februari
2019)
 WebMD. Oxycodone Oral. https://www.webmd.com/drugs/2/drug-1025-
5278/oxycodone-oral/oxycodone-oral/details (diakses pada 18 Februari 2019)

Anda mungkin juga menyukai