Anda di halaman 1dari 34

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

KERACUNAN SIANIDA
MASIH INGATKAH
Keracunan Sianida pada Kasus
Wayan Mirna
Polda Metro Jaya belum menyimpulkan
penyebab kematian Wayan Mirna Salihin meski
Mabes Polri menduga kuat perempuan 27 tahun
itu tewas akibat minuman yang ia konsumsi.
Kasus Mirna ditangani oleh Polda Metro Jaya,
namun uji forensik terkait penyelidikannya
melibatkan Mabes Polri.
Dosen psikolog forensik Perguruan Tinggi Ilmu
Kepolisian, Reza Indragiri Amriel, menduga Wayan
Mirna Salihin meninggal karena dibunuh.
-Penyebab utama kematian Mirna bukan karena
kerusakan lambung tanpa sebab. Diduga ada zat
korosif
-Berdasarkan autopsi, ada tanda-tanda pendarahan
pada lambung. Jadi ada kandungan zat besifat
korosif yang terminum (Mirna) dan menyebabkan
kerusakan mukosa dalam lambung.”
SIANIDA
• Sianida merupakan senyawa kimia yang
mengandung (C=N) dengan atom karbon
terikat-tiga ke atom nitrogen.
• Kelompok CN ini dapat ditemukan dalam
banyak senyawa dalam bentuk gas, padat atau
cair.
• Senyawa yang dapat melepas ion sianida CN−
ini sangat beracun, dapat terbentuk secara
alami maupun dengan buatan manusia,
seperti HCN (Hidrogen Sianida)dan KCN
(Kalium Sianida).
 Dalam dosis rendah, sianida bisa ditemukan dalam
produk yang biasa dikonsumsi manusia.
 Sianida juga dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan
ganggang. Tak hanya itu, racun sianida juga ada dalam
asap rokok, asap kendaraan bermotor, serta bahan
industri dan pertambangan.
 Terdapat pula jenis hidrogen sianida yang merupakan
cairan, bisa tidak berwarna atau berwarna biru pucat
pada suhu kamar. Sianida jenis ini sangat mudah
bercampur dengan air sehingga sering digunakan.
 Selanjutnya terdapat sodium sianida dan potasium
sianida yang berbentuk bubuk dan berwarna putih.
 Tanda awal keracunan sianida adalah peningkatan
frekuensi pernapasan, nyeri kepala, sesak napas,
perubahan perilaku seperti cemas, agitasi dan
gelisah, serta berkeringat banyak. Selain itu, warna
kulit berubah kemerahan, tubuh terasa lemah, dan
vertigo.
 Tanda akhir adanya penekanan terhadap susunan
saraf pusat. Penekanan pada saraf pusat itu bisa
berdampak kepada tremor, aritmia, kejang-kejang,
koma, dan penekanan pada pusat pernafasan.
 Ujungnya gagal napas sampai jantung berhenti
berdetak.
• Gejala dan tanda fisik yang ditemukan sangat
tergantung dari:
– Dosis sianida
– Banyaknya paparan
– Jenis paparan
Sinergis antara gejala klinis korban dengan
sianida
Gejala umum yang terjadi pada saat keracunan sianida:
 Penderita akan mengeluh timbul rasa pedih dimata
karena iritasi dan kesulitan bernafas karena mengiritasi
mukosa saluran pernafasan.
 Gas sianida sangat berbahaya apabila terpapar dalam
konsentrasi tinggi. Hanya dalam jangka waktu 15 detik
tubuh akan merespon dengan hiperpnea.
 15 detik setelah itu sesorang akan kehilangan
kesadarannya. 3 menit kemudian akan mengalami
apnea yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan
mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat karena
hipoksia dan berakhir dengan kematian.
Apabila manusia terpapar sianida:
racun akan masuk ke dalam pembuluh darah. Jika
dalam dosis kecil, sianida akan berubah menjadit
Tiosianat yang lebih aman dan diekskresikan atau
dibuang dari tubuh.
Namun jika sianida masuk ke tubuh dalam dosis
besar, tubuh tidak akan mampu
mengeluarkannya.
Jika Sianida masuk melalui sistem pencernaan,
maka kadar tertinggi ada dalam hati.
Keracunan Sianida berakibat buruk pada sistem
kardiovaskular, tekanan darah dalam otak, sistem
pernapasan, dan sistem susunan saraf pusat.
Kematian datang karena :
sianida mengikat bagian aktif dari enzim
sitokrom oksidase sehingga mengakibatkan
terhentinya metabolisme secara aerobik dan
mengganggu respirasi.
Pemeriksaan Forensik
• Pemeriksaan luar jenazah :
- dapat tercium bau amandel yang merupakan tanda
patognomonik untuk keracunan CN, dengan cara
menekan dada mayat sehingga akan keluar gas dari
mulut dan hidung.
- didapatkan sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar
dari mulut, dan lebam jenazah berwarna merah terang,
karena darah kaya akan oksi hemoglobin (karena
jaringan dicegah dari penggunaan oksigen) dan
ditemukannya cyanmethemoglobin.
- Pemeriksaan selanjutnya biasanya tidak memberikan
gambaran yang khas.
• Pada korban yang menelan garam alkali
sianida : dapat ditemukan kelainan pada
mukosa lambung berupa korosi dan berwarna
merah kecoklatan karena terbentuk hematin
alkali dan pada perabaan mukosa licin seperti
sabun.
• Korosi dapat mengakibatkan perforasi
lambung yang dapat terjadi antemortal dan
postmortal.
Pemeriksaan Laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium menunjukkan
adanya :
- penurunan tekanan partial oksigen (PO2) dengan
adanya asidosis laktat.
-Pemeriksaan darah dan urin sangat penting pada
mereka yang sering terpapar agen ini. Selain itu
juga, pemeriksaan ini akan menentukan pemberian
jenis terapi.
-Konsentrasi sianida dalam darah sangat
berhubungan dengan gejala klinis yang akan
ditimbulkannya.
Pemeriksaan komposisi darah Diperlukan karena
-sel darah merah banyak mengandung sianida di
dalam darahnya. Hal ini cukup sulit dilakukan
karena waktu paruh sianida yang pendek
sehingga kandungan sianida dalam darah
dengan cepat dapat berkurang.
-Oleh sebab itu, faktor waktu dan kondisi
tempat penyimpanan sangat penting dalam
menentukan hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan Laboratorium Forensik
 Dari pemeriksaan pada kasus-kasus yang mati akibat
racun umumnya tidak akan di jumpai kelainan-kelainan
yang khas yang dapat dijadikan pegangan untuk
menegakan diagnosa.
 Jadi pemeriksaan toksikologi mutlak harus dilakukan:
untuk menentukan adanya racun atau tidak.
 Setelah mayat si korban dibedah oleh dokter kemudian
diambil dan dikumpulkan jaringan-jaringan atau organ-
organ tubuh si korban untuk dijadikan barang bukti dan
bahan pemeriksaan toksikologi.
 Prinsip pengambilan sampel pada keracunan adalah
diambil sebanyak-banyaknya setelah disishkan untuk
cadangan dan untuk pemeriksaan histopatologis.
Pemeriksaan Laboratorium Forensik
• Pemeriksaan Isi Lambung
Reaksi Schonbein-Pagenstecher (Reaksi Guajacol).
Reaksi Prussian Blue (Biru Berlin).
Cara Gettler Goldbaum.
Kristalografi
Metode kopanyi
Reaksi Schonbein-Pagenstecher
• Masukkan 50 mg isi lambung/ jaringan ke dalam botol
Erlenmeyer.
• Kertas saring (panjang 3-4 cm, lebar 1-2 cm) dicelupkan ke
dalam larutan guajacol 10% dalam alkohol, keringkan.
• Lalu celupkan ke dalam larutan 0,1% CuSO4 dalam air dan
kertas saring digantungkan di atas jaringan dalam botol.
• Bila isi lambung alkalis, tambahkan asam tartrat untuk
mengasamkan, agar KCL mudah terurai. Botol tersebut
dihangatkan.
• Bila hasil reaksi positif, akan terbentuk warna biru-hijau
pada kertas saring.
• Reaksi ini tidak spesifik, hasil positif semu didapatkan bila
isi lambung mengandung klorin, nitrogen oksida atau ozon;
sehingga reaksi ini hanya untuk skrining.
Reaksi Prussian Blue (Biru Berlin)
• Isi lambung/ jaringan didestilasi dengan
destilator.
• 5 ml destilat + 1 ml NaOH 50 % + 3 tetes
FeSO4 10% rp + 3 tetes FeCl3 5%
• Panaskan sampai hampir mendidih, lalu
dinginkan dan tambahkan HCl pekat tetes
demi tetes sampai terbentuk endapan
Fe(OH)3, teruskan sampai endapan larut
kembali dan terbentuk biru berlin.
Cara Gettler Goldbaum
• Menggunakan 2 buah flange (‘piringan’) dan diantara
kedua flange dijepitkan kertas saring Whatman No. 50
yang digunting sebesar flange.
• Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan FeSO4 10% rp
selama 5 menit, keringkan lalu celupkan ke dalam
larutan NaOH 20% selama beberapa detik.
• Letakkan dan jepitkan kertas saring di antara kedua
flange. Panaskan bahan dan salurkan uap yang
terbentuk hingga melewati kertas saring ber-reagensia
antara kedua flange.
• Hasil positif bila terjadi perubahan warna pada kertas
saring, menjadi biru.
Kristalografi
• Bahan yang dicurigai berupa sisa makanan/ minuman,
muntahan, isi lambung di masukkan ke dalam gelas beker,
dipanaskan dalam pemanas air sampai kering, larutkan
dalam aceton dan disaring dengan kertas saring.
• Filtrat yang didapat, diteteskan dalam gelas arloji dan
dipanaskan sampai kering, kemudian dilihat di bawah
mikroskop. Bila terbentuk kristal-kristal seperti sapu, ini
adalah golongan hidrokarbon terklorinasi.
• Pemeriksaan kualitatif dapat menggunakan penentuan titik
cair, misal veronal murni mencair pada suhu 191° C. Uji
kristal dilakukan terhadap sisa obat yang ditemukan dalam
isi lambung. Masing-masing barbiturat mempunyai kristal
yang khas bila dilihat dengan mikroskop.
Metode Kopanyi
• Dilakukan dengan memasukkan 50 ml urin atau isi lambung
dalam sebuah corong. Periksa dengan kertas lakmus, jika
bersifat alkali tambahkan HCl sampai bersifat asam.
• Tambahkan 100 ml eter, kocok selama beberapa menit.
Diamkan sebentar, tampak air terpisah dari eter, lapisan air
dibuang, barbiturat terdapat dalam lapisan eter. Saring eter
ke dalam beaker glass dan uapkan sampai kering di atas
penangas air. Tambahkan 10 tetes kloroform untuk
melarutkan sisa barbiturat yang mengering.
• Ambil beberapa tetes larutan dan letakkan pada white
pocelain spot plate. Tambahkan 1 tetes kobalt asetat (1 %
dalam metil alkohol absolut) dan 2 tetes isopropilamin (5%
dalam metil-alkohol absolut), barbiturat akan memberi
warna merah muda sampai ungu
• Ada berbagai metode yang dikenal dalam analisis
sianida yang spesifik menganalis kelompok sianida
tertentu. US EPA (United States of Environmental
Protection Agency) dan ASTM (American Standard
and Testing Materials) telah menetapkan metodemetode
standard dalam analisis sianida. Smith dan
Mudder (Smith and Mudder 1991) merangkum
metode-metode tersebut sebagai:
A.Metode pengukuran CN total dengan destilasi.
• Sampel mengandung sianida ditambahkan
asam kuat (pH<2) dan didestilasi reflux selama
1 jam sehingga sianida lepas sebagai HCN
yangditampung pada larutan NaOH. Sianida
yang tertampung kemudian diukur dengan
titrimeti,kolorimetri atau elektroda ion
selektif.
B.Metode pengukuran Amenable CN.
Metode ini umum digunakan disaat metode
analisis CN WAD belum dikenal. Metode ini
melibatkan pengukuran CN total sebelum dan
sesudah klorinasi.
C.Metode pengukuran CN WAD dengan
destilasi.
Metode ini melibatkan destilasi refluks selama
satu jam untuk menguapkan sianida dari
sampel yang telah diatur pH-nya menjadi pH 3
dengan larutan penyangga.
Hasil HCN yang teruapkan diukur dengan
titrimetri, kolorimetri atau dengan elektroda
ion spesifik.
D.Metode penentuan CN WAD dengan asam pikrat.
Metode ini melibatkan pembentukan senyawa
berwarna dengan asam pikrat dengan kehadiran nikel
yang diikuti dengan pemanasan menggunakan water
bath selama 20 menit sebelum kemudian diukur
dengan spektrofotometer vis.
E. Metode penentuan CN free dengan perak nitrat.
Metode ini melibatkan titrasi sampel dengan larutan
perak nitrat standard dengan menggunakan indikator
dimetilaminobenzalrodamine.
F. Metode penentuan CN free dengan elektroda
ion selektif.
Metode ini melibatkan pengukuran langsung
sampel menggunakan voltameter yang
kemudian dibandingkan dengan elektroda
referensi.
G.Metode ion kromatografi.
h. Metode penentuan sianida reaktif dengan USEPA
test.
Metode ini melibatkan penempatan sampel
dalam massa yang sedikit kedalam asam sulfat
dan melewatkan nitrogen secara terus-menerus
kedalam sampel selama 30 menit. HCN kemudian
dikumpulkan dari gas nitrogen di dalam wadah
berisi NaOH dan kemudian diukur.
Selain metode yang dijelaskan diatas, ada juga beberapa metode yang
digunakan untuk menganalisis sianida yang melibatkan penggunaan
instrumen.
Contohnya :
- analisis sianida dengan spektrofotometerberdasarkan pembentukan
warna dengan menggunakan asam pikrat (Adjei and Ohta 1999,
Avais et al. 2011), fenolftalin (Cacace et al. 2007), reagen klorin-o-
tolidin dan asam barbiturat-piridin (Gümüs et al. 2000),
- analisis sianida denganmengukur radioaktivitas dari isotop sianida
tertentu (Aronstein et al. 1994)
- analisis sianida dengan menggunakan ion kromatografi dengan
detektor elektro kimia (Barclay et al. 1998).
• Metode lain yang sekarang ini dikembangkan
• oleh Skalar adalah analisis CN total dan CN WAD
• secara otomatis menggunakan instrumen Skalar
• San+ system yang dikembangkan berdasarkan
• metode Kelada-01. Metode Kelada-01 (Kelada 1999)
• telah dipatenkan dan melibatkan penggunaan radiasi
• UV dan destilasi. Radiasi UV dengan frekuensi rendah
• digunakan untuk menguraikan kompleks sianida
• tanpa menguraikan tiosianat yang umumnya
• mengganggu dalam analisis sianida. Selanjutnya hasil
• penguraian tersebut didestilasi untuk mengukur
• sianida yang terbentuk.

Anda mungkin juga menyukai