Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Selain itu, kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada orang tua, keluarga dan teman, yang sudah mendukung hingga titik terakhir makalah ini.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nkmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas dari mata kuliah PARASITOLOGI dengan judul ‘’Cilitia’’ kami ntentu menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu,kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terima kasih

Ambon 16 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
( PENDAHULUAN )

1.1 Latar Belakang

Ciliata atau Infusoria merupakan kelas terbesar dari protozoa. Ciliata adalah hewan yang
berbulu getar. Ciliata memiliki Silia yang berfungsi untuk bergerak, menangkap makanan dan
untuk menerima rangsangan dari lingkungan. Ukuran silia lebih pendek dari flagel.Ciliata
memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu makronukleus (inti besar) yang mengendalikan fungsi hidup
sehari-hari dengan cara mensisntesis RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual, dan
mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses reproduksi
seksual.

Pada ciliata juga ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan air dalam tubuhnya. Di samping itu terdapat vakuola makanan untuk mencerna
dan mengedarkan makanan, serta vakuola berdenyut untuk mengeluarkan sisa makanan.

Banyak ditemukan hidup di laut maupun di air tawar. Mempunyai bentuk tubuh yang tetap, dan
oval. Cilliata ada yang hidup bebas dan adapula yang parasit. Contoh yang hidup bebas
adalah Paramecium caudatum dan yang parasit adalah Nyctoterus ovalis yang hidup di dalam
usus kecoa serta Balantidium coli.

1.2 Rumusan Masalah

 .Apa yang dimaksud dengan Cilliata ?


 .Bagaimana siklus hidup dari Cilliata ?
 Bagaimana Reproduksi Cilliata ?
 .Apa penyakit yang ditimbulkan oleh Cilliata ?
BAB II
( PEMBAHASAN )

2.1 PENGERTIAN CILLIATA


(latin, cilia = rambut kecil) atau Ciliophora/Infosoria bergerak dengan cilia (rambut getar). Cilia
terdapat pada seluruh permukaan sel atau hanya pada bagian tertentu. Cilia membantu
pergerakan makanan ke sitostoma. Makanan yang terkumpul di sitostoma akan dilanjutkan ke
sitofaring. Apabila telah penuh, makanan akan masuk ke sitoplasma dengan membentuk
vakuola makanan. Sel Ciliata memiliki dua inti: makronucle dan mikronuclei. Makronukleus
memiliki fungsi vegetatif. Mikronukleus memiliki fungsi reproduktif, yaitu pada konjugasi. Ciliata
hidup bebas dilingkungan berair, baik air tawar maupun laut. Ciliata dapat hidup secara baik
parasit maupun simbiosis. Contoh dari Ciliata adalah Balantidium coli,Vorticella, dan
paramecium Ciliata (Balantidium coli) Taksonomi : Phylum

ciliophora : Klass
kinetofragminophorea : Subklas
vestibuliferia : Ordo
Trichostomatida : Subordo
Trichostomatina : Famili
Balantiidae : Genus
Balantidium

2.1 MORFOLOGI CILITIA


2 Tropozoit berbentuk lonjong, ukuran 60-70 x 40-50 µm. Tubuh tertutup silia pendek, kecuali di
daerah mulut silia lebih panjang (adoral cilia). Bagian anterior terdapat cekungan dinamakan
peristom dan terdapat mulut (sitostom), tidak memiliki usus namun dibagian posterior memiliki
anus (cy;cytoyge). Terdapat 2 inti yang terdiri dari makronukleus (maN;berbentuk ginjal) dan
mikronukleus (miN;berbentuk bintik kecil) yang terdapat pada cekungan makronukleus.
Terdapat vakuole makanan (berisi sisa makanan ; bakteri, leukosit, erithrosit, dll) dan vakuole
kontraktil (cv) Kista berbentuk bulat, ukuran 50-60 µ, dinding dua lapis, sitoplasma bergranul,
terdapat makro & mikronukleus serta sebuah badan refraktil. Tropozoit hidup dalam mukosa

dan sub mukosa usus besar, terutama di daerah sekum bagian terminal daripada illeum.
Bergerak ritmis dengan perantaraan cilia. Tropozoit tidak dapat lama hidup di luar badan, tetapi
kista tetap hidup selama beberapa minggu. Kista yang dapat hidup di luar badan adalah bentuk
infektif. Bila tertelan oleh hospes baru, maka dinding kista hancur dan trofozoit yang dilepaskan
masuk dinding usus, dan memperbanyak diri
Berikut ini terdapat beberapa struktur tubuh ciliata, terdiri atas :

 Kebanyakan ciliata berbentuk simetris kecuali ciliate primitive, simetrinya radial.


 Tubuhnya diperkuat oleh perikel, yaitu lapisan luar yang disusun oleh sitoplasma padat.
 Tubuhnya diselimuti oleh silia, yang menyelubungi seluruh tubuh utama disebut silia
somatis.
 Ciliata mempunyai dua tipe inti sel (nucleus), yaitu makronukleus dan mikronukleus.
 Ciliata tidak mempunyai struktur khusus pertukaran udara dan sekresi.

 Reproduksi Ciliata
Berlangsung secara binary transverse fission (belah diri melintang), yaitu tropozoit melakukan
pembelahan diri dan secara konjugasi, dimana 2 tropozoit membentuk kista bersama, dan
kemudian bertukar material dari inti dan berpisah kembali menjadi 2 tropozoit baru

 Klasifikasi Ciliata
Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi ciliata, terdiri atas:

1. Ichthyophthirius multifiliis (white spot)

Jenis Ciliata ini dapat berukuran sampai dengan 1,5 mm, sehingga dapat terlihat oleh mata
kita. Ichthyophthirius akan terlihat pada kulit ikan berupa bintik-bintik putih, yang lebih dikenal
dengan nama White Spot. Penyakit ini akan terlihat pada sirip untuk tahapan awalnya, sirip
mengapit/menjepit, dan ikan akan terlihat menggosokan badannya pada tanaman atau obyek
lainnya. Pengobatan harus segera dilakukan, karena parasit (dari penyakit) ini berenang bebas
di air dan mudah menyebar

chthyophthirius multifiliis, parasit ini tidak memiliki inang spesifik dan merupakan ektoparasit
yang paling berbahaya diantara ektoparasit ikan air tawar. Kecuali pada bagian anterior yang
berbentuk cincin (cystome), hampir di seluruh permukaan tubuh Ichthyophthirius
multifiliis tertutup oleh cilia yang berfungsi untuk pergerakannya, bagian sitoplasmanya terdapat
makronukleus yang berbentuk seperti tapal kuda, mikronukleus (inti yang kecil) yang menempel
pada makronukleus dan sejumlah vakuola kontraktil (Binary, 2010).

Jika diamati dengan mata telanjang parasit ini terlihat seperti bintik-bintik putih pada kulit atau
sisik ikan (inangnya). Hal ini terlihat jelas dari pengamatan terhadap ikan lele, karena warna
dasar dari ikan lele yang gelap dan bintik-bintik putih yang menempel pada tubuhnya
menandakan adanya “Ich” yang menempel. Parasit ini dapat menginfeksi kulit, insang dan mata
pada berbagai jenis ikan baik ikan air tawar selain ikan lele, ikan air payau dan laut serta dapat
menyebabkan kerusakan kulit.

Penetrasi parasit ke dalam jaringan kulit ikan menyebabkan perubahan pada jaringan
integument, yaitu terbentuknya rongga di sekitar parasit, epithelial sel rusak, pembuluh darah di
daerah infeksi pecah, dan jaringan akan diselimuti oleh sel darah. Parasit akan tumbuh dan
menyebabkan bengkaknya permukaan kulit ikan. Pada perkembangan selanjutnya rongga
parasit akan pecah, dan epithelium rusak meninggalkan luka menganga sehingga lapisan
dermis terekspose pada perairan.

Pada keadaan seperti ini ikan akan mengalami ketidakseimbangan osmoregulasi. Seperti pada
permukaan tubuh, epithelium insang juga merupakan organ target dari parasit ini. Adapun
keberadaan “Ich” pada organ dalam ikan, maka akan lebih berbahaya karena Ichthyophthirius
multifiliis, selain merusak jaringan epithelium, membuat permukaan insang tidak berfungsi. Hal
ini karena lamela dipenuhi oleh lendir, dan dinding lamela yang berfungsi sebagai alat
pertukaran ion. Akhirnya ekskresi dan osmoregulasi terganggu. Pada keadaan demikian
biasanya kematian ikan akan tinggi, karena ikan mengalami gangguan penyerapan oksigen
2. Crytocarion irritans (marine ich)

Penyakit yang disebabkan oleh Crytocarion ini terjadi pada (aquarium) air laut, gejala penyakit
ini mirip dengan yang ditimbulkan oleh parasit Ichthyophthirius pada air tawar

3. Brooklynella hostilis

Brooklynella mempunyai bentuk dan ukuran yang menyerupai parasit Chilodonella. Jenis Ciliata


ini biasanya menyerang kulit dan insang dari ikan air laut tropis. Pada tahapan awal kita akan
melihat area kecil yang terlihat pucat pada kulit ikan tersebut. Ikan akan berkurang nafsu
makannya, nafas semakin kencang, semakin lama ikan akan terlihat lesu dan mengeluarkan
lendir. Pada tahapan berikut area pucat akan bertambah besar, dan hingga pada tahapan akhir
akan terlihat perubahan yang sangat besar pada kulit, yang akan menyebabkan kematian pada
ikan 

4. Glossatella

Glossatella ini menetap pada pada luka. Jenis Ciliata ini mempunyai bentuk seperti batang
dengan ukuran yang pendek yang akan menempel pada tepian luka. Organisme ini
berkembang cepat dan tumbuh hampir menutupi luka membentuk seperti lapisan berbulu.
Lapisan berbulu ini mirip dengan lapisan jamur, tetapi jamur mempunyai filamen yang lebih
panjang. Apabila semua luka telah tertutupi, maka Ciliata ini akan mencoba berkembang ke
bagian kulit yang masih sehat disekitarnya

5. Trichodina sp.

Sangat sulit untuk dapat mengetahui kulit ikan yang terinfeksi jenis Ciliata ini. Ikan akan terlihat
menggosok-gosokan tubuhnya dan sering terlihat membuka-menutup siripnya. Protozoa ini
akan menempel pada kulit dan akan menyebabkan iritasi kulit, yang mana akan menyebabkan
kulit dan selaput lendir semakin tipis

Trichodina sp. Dapat menyebabkan penyakit Trychodiniasis. Trichodina sp.merupakan protozoa


berbentuk cakram dengan diameter sekitar 100 mikron.Memiliki “gigi-gigi” yang terdapat di
bagian tengah dan cilia pada bagian permukaan bawah. Trichodina sp. menyebabkan penyakit
gatal-gatal pada ikan. Ikan yang terserang parasit ini ikan dalam keadaan lemah, warna tubuh
kusam (tidak cerah), sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar atau dinding kolam dan
dapat menyerang hampir semua jenis ikan. Ditemukan pada jenis ikan mas, tambakan, gurami,
nilam, tawes, mujahir dan sepat

Berdasarkan hasil pengamatan lendir dari tubuh ikan lele dengan mikroskop, dapat diidentifikasi
parasit Trichodina sp. yang juga dikenal dengan Trichodiniella sp. dapat menyebabkan penyakit
Trichodiniasis, yang bisa menyerang kulit ikan maupun insang pada ikan. Trichodina sp.
merupakan protozoa berbentuk cakram bulat seperti mangkok dengan gigi-gigi yang terdapat di
bagian tengah. Sisi-sisi tubuh Trichodina sp. berbentuk cembung.

Bagian ini berfungsi sebagai tempat menempel cilia yang berfungsi sebagai pergerakan pada
permukaan tubuh inang. Parasit ini memiliki dua bagian yaitu anterior dan posterior yang
berbentuk cekung dan berfungsi sebagai alat penempel pada inang. Parasit ini juga memiliki
dua inti, yaitu inti besar dan inti kecil, inti kecil yang dimiliki berbentuk bundar menyerupai
vakuola dan inti besar berbentuk tepal kuda
Organisme ini dapat menempel secara adhesi (dengan tekanan dari luar), dan memakan cairan
sel pada mucus atau yang terdapat pada epidermis. Parasit ini tidak dapat hidup jika diluar
inang. Penempelan Trichodina sp. pada tubuh ikan sebenarnya hanya sebagai tempat
pelekatan (substrat), sementara parasit ini mengambil partikel organik dan bakteri yang
menempel di kulit ikan. Tetapi karena pelekatan yang kuat dan terdapatnya kait pada cakram,
mengakibatkan seringkali timbul gatal-gatal pada ikan sehingga ikan akan menggosok-
gosokkan badan ke dasar kolam atau pinggir kolam, sehingga dapat menyebabkan luka

Ikan yang terserang parasit Trichodina sp. akan menjadi lemah dengan warna tubuh yang
kusam dan pucat (tidak cerah), Produksi lendir yang berlebihan dan nafsu makan ikan turun
sehingga ikan menjadi kurus. Beberapa penelitian membuktikan bahwa ektoparasit Trichodina
sp. mempunyai peranan yang sangat penting terhadap penurunan daya tahan tubuh ikan
dengan rendahnya sistem kekebalan tubuh maka akan terjadinya infeksi sekunder. Kematian
umumnya terjadi karena ikan memproduksi lendir secara berlebihan dan akhirnya kelelahan
atau bisa juga terjadi akibat terganggunya sistem pertukaran oksigen, karena dinding lamela
insang dipenuhi oleh lendir Penularan penyakit ini bisa melalui air atau kontak langsung dengan
ikan yang terinfeksi dan penularannya akan didukung oleh rendahnya kualitas air pada wadah
tempat ikan dipelihara

6. Tetrahymena

Parasit ini akan muncul setelah mucous membrane terinfeksi jamur atau bakteri, parasit ini
memakan bagian-bagian rusak pada kulit ikan. Pada aquarium yang memiliki populasi yang
besar, Tetrahymena akan berkembang secara cepat dan banyak dalam air yang terpolusi

7. Chilodonella

Organisme ini membuat kulit terlihat seperti berkabut dan berwarna keputih-putihan, transparan
berbentuk noda untuk 1-3 cm. Ikan terlihat sakit dan menggosokkan tubuhnya. Jika ini berlanjut
noda pada kulit tersebut akan bertambah besar dan menutupi hampir seluruh kulit dan berlendir
putih. Ikan akan akan terlihat berenang mengayun mengikuti arus air dan acuh tak acuh
terhadap lingkungannya. Parasit ini dapat berenang berpindah-pindah dari satu ikan ke ikan lain
dan menyebar dengan cepat

8. Balantidium coli

Hospes parasit ini adalah babi (60-90%) dan beberapa spesies kera yang hidup di daerah
tropik. Tetapi ini kadang-kadang ditemukan pada manusia dan dapat menyebabkan
balantidiosis atau disentri balantidium. Parasit ini ditemukan di seluruh dunia yang beriklim
subtropik dan tropik, tetapi frekuensinya rendah. Juga di Indonesia parasit ini jarang ditemukan
pada manusia. Penularan antara babi mudah terjadi, sekali-sekali dapat menular pada manusia.
Penularan pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang
terkontaminasi

Balantidium coli adalah protozoa yang terbesar pada manusia. Parasit ini mempunyai dua
bentuk yaitu bentuk vegetatif dan bentuk kista. Bentuk vegetatif adalah lonjong, besarnya 60-70
mikron. Pada bagian anterior yang agak meyempit, terdapat sitosom yang berfungsi sebagai
mulut. Bagian posterior bentuknya agak melebar, pada daerah ini ditemukan sitoping (cytopyge)
yang berfungsi untuk mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan lagi. Pada seluruh badan
terdapat bulu getar yang tersusun dalam baris longitudinal. Pada sitosom terdapat bulu getar
yang agak panjang.

Fungsi bulu getar adalah untuk bergerak dan mengambil makanan. Di sitoplasma terdapat dua
inti yang khas yaitu satu makronukleus dan mikronukleus. Selain itu, ditemukan juga 1-2 buah
vakuola kontraktil dan banyak vakuola makanan. Bentuk vegetatif selain bentuk yang makan
juga merupakan bentuk yang berfungsi untuk berkembangbiak dengan cara belah pasang
transversal. Mula-mula mikronukleus yang membelah, diikuti oleh makronukleus dan sitoplasma
sehingga menjadi dua organisme baru. Kadang-kadang tampak perubahan kontraktil
(konjugasi)

Bentuk kista, berukuran kira-kira 60 mikron, lonjong dan berdinding tebal. Bentuk kista hanya
mempunyai makronukleus. Kista yang hidup, mempunyai bulu getar yang masih bergerak.
Bentuk kista tidak untuk berkembang biak namun fungsinya hanya untuk bertahan. Kista dalam
tinja dapat hidup 1-2 hari pada suhu kamar. Parasit ini hidup di selaput lendir usus besar
terutama di daerah sekum.

Bentuk kista merupakan bentuk infektif. Bila kista tertelan, terjadi ekskistasi di usus halus. Dari
satu kista keluar satu bentuk vegetatif yang segera berkembang biak dan membentuk koloni di
selaput lendir usus besar. Bentuk kista dan bentuk vegetatif keluar bersama tinja hospes.
Infeksi terjadi bila bentuk kista tertelan

Penyakit yang ditimbulkan oleh parasit ini hampir sama dengan penyakit yang ditimbulkan
oleh Entamoeba histolytica. Di selaput lendir usus besar, bentuk vegetatif membentuk abses-
sbses kecil yang kemudian pecah, menjadi ulkus yang menggaung. Penyakit dapat
berlangsung akut dengan ulkus yang merata pada selaput lendir usus besar. Pada kasus berat,
ulkus ini dapat menjadi gangren yang berakibat fatal. Biasanya disertai dengan sindrom disentri.

Penyakit dapat menjadi menahun dengan diare yang diselingi konstipasi, sakit perut, tidak
nafsu makan, muntah dan kakeksia. Infeksi ringan berlangsung tanpa gejala, bila parasit hidup
di rongga usus besar.Balantidium colikadan-kadang dapat menimbulkan infeksi ekstraintestinal,
misalnya menyebabkan peritonitis, urethritis
2.2 SIKLUS HIDUP

Stadium kista dan tropozoit dapat berlangsung di dalam satu jenis hospes. Hospes alamiah
adalah babi, dan manusia merupakan hospes insidentil. Jika kista infektif tertelan di dalam usus
besar akan berubah menjadi bentuk tropozoit. Di lumen usus atau dalam submukosa usus,
tropozoit tumbuh dan memperbanyak diri (multiplikasi). Jika lingkungan usus kurang sesuai bagi
tropozoit akan berubah menjadi kista.

Stadium kista parasit yang bertanggung jawab dalam proses penularan balantidiasis

(1). Umumnya kista tertelan melalui kontaminasi pada makanan dan air
(2). Setelah tertelan, terjadi excystation pada usus halus, dan tropozoit berkoloni di usus besar
(3)Tropozoit dalam lumen usus besar binatang dan manusia, dimana memperbanyak diri
dengan cara pembelahan binary fission
(4). Tropozoit menjadi kista infektif
(5). Beberapa tropozoit menginvasi ke dinding usus besar dan berkembang, beberapa kembali
ke lumen dan memisahkan diri. Kista matang keluar bersama tinja

2.5 PATOGENESIS DAN GEJALA KLINIS

Pada umumnya balantidiasis tidak menampakkan gejala klinis, dan infeksi pada manusia terjadi
karena makan kista infektif yang tertelan bersama air atau makanan yang telah tercemar tinja
babi atau penderita lainnya. Pada usus besar (utamanya) menimbulkan
\ulserasi, sehingga menimbulkan perdarahan dan pembentukan lendir di tinja penderita.
Penderita tidak mengalami demam pada kasus balantidiosis usus besar. Mukosa dan
submukosa usus diinvasi dan dirusak oleh jasad yang memperbanyak diri. Invasi berhasil
dengan bantuan fermen-fermen sitolitik dan penerobosan secara mekanik. Parasit
memperbanyak diri dengan membentuk sarang dan abses kecil yang kemudian pecah menjadi
ulkus yang lonjong dan tidak teratur dengan pinggiran merah yang menggaung. Dengan
kelainan mulai dari hiperemi cataral yang sederhana sampai pada ulkus yang jelas. Masing-
masing tukak mungkin terpisah dengan mukosa yang normal atau hiperemik di antaranya atau
ulkus-ulkus itu menjadi satu dengan sinus-sinus yang saling berhubungan. 4 Pada semua
kasus berakibat fatal terdapat ulkus multipel dan difus dan terdapat gangren. Sediaan histologik
menunjukkan daerah-daerah hemoragik, infiltrasi sel bulat, abses, ulkus nekrotik, dan terdapat
invasi parasit, reaksi utama ialah sel inti satu yang menyolok kecuali bila ada infeksi bakteri
yang sekunder. Pada waktu eksaserbasi pada infeksi yang kronis terdapat ulkus-ulkus kecil dan
tidak jelas. Mukosa mengalami peradangan merata dan mungkin terdapat daerah-daerah kecil
yang diliputi suatu membran dan di bawahnya ada jaringan yang terkelupas. Pada infeksi
sedang yang akut mungkin terdapat tinja yang encer sebanyak 6 - 15 x sehari dengan lendir,
darah dan nanah. Pada keadaan kronis mungkin terdapat diare yang timbul-hilang diselingi oleh
konstipasi, nyeri pada colon, anemi dan cachexia. Banyak infeksi berjalan tanpa gejala, dan
prognosis tergantung pada hebatnya infeksi dan reaksi terhadap terapi. Prognosis baik pada
infeksi tanpa gejala dan pada infeksi kronis. Balantidiasis tidak berhasil menyerbu hati. Jumlah
infeksi yang kecil dan kegagalan untuk menimbulkan infeksi secara eksperimen, menunjukkan
kekebalan bawaan yang tinggi pada manusia

2.6 EPIDEMIOLOGI

Pada manusia frekuensi Balantidium coli rendah, sedangkan frekuensi pada babi tinggi berkisar
anatar 63 - 91%. Babi mengandung Balantidium coli dan Balantidium suis. Spesies Balantidium
coli dapat menular kepada manusia sedangkan Balantidium suis tidak dapat ditularkan kepada
manusia. Bukti epidemiologik yang menyokong pendapat bahwa babi bukan sumber utama
daripada infeksi manusia, dan ini bertentangan dengan pendapat dahulu. Frekuensi infeksi
rendah pada manusia yang bekerja di daerah-daerah yang ada hubungan erat antara mereka
dengan babi dan manusia refrakter terhadap infeksi dengan “strain” babi. Bila terjadi suatu
wabah maka manusia yang menjadi sumber infeksi utama, di mana penularan terjadi dari
tangan ke mulut dan dari makanan yang terkena kontaminasi

2.7 DIAGNOSIS SECARA KLINIS

balantidiasis dapat dikacaukan dengan disentri lain dan demam usus. Diagnosis tergantung
pada berhasilnya menemukan trofozoit dalam tinja encer dan lebih jarang tergantung pada
penemuan kista dalam tinja padat, dan tinja harus diperiksa beberapa kali, karena pengeluaran
parasit dari badan manusia berbeda-beda. Pada penderita dengan infeksi di daerah sigmoid-
rectum, pemakaian sigmoidiskop berguna untuk mendapatkan bahan pemeriksaan. Diagnosis
laboratorium dapat ditentukan dengan pemeriksaan tinja untuk menemukan bentuk kista atau
tropozoit Balantidium coli.

2.8 PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN

Obat-obatan yang sering digunakan adalah dari golongan diiodohidroksikinolin (diiodokin),


sediaan arsen (karbarson)dan oksitetrasiklin. Pencegahan dilakukan dengan menghindari
pencemaran makanan dan minuman dari tinja penderita atau babi.
BAB III
( PENUTUP )

3.1 Kesimpulan
Ciliata atau Infusoria merupakan kelas terbesar dari protozoa. Ciliata adalah hewan
yang berbulu getar. Ciliata memiliki Silia yang berfungsi untuk bergerak, menangkap
makanan dan untuk menerima rangsangan dari lingkungan.Balantidium coli merupakan
protozoa usus manusia yang terbesar dan satu-satunya golongan ciliata manusia yang
patogen, menimbulkan balantidiasis atau ciliate dysenteri Penyakit zoonosis yang sumber
utamanya adalah babi sebagai reservoir host, hidup di dalam usus besar manusia, babi dan
kera. B.coli dalam siklus hidupnya memiliki 2 stadium, yaitu stadium tropozoit dan kista.
Lingkaran hidup B.coli dan E.histolitica sama, hanya saja bentuk kista dari B.coli tidak dapat
membelah diri sebagaimana layaknyaE.histolitica

3.2 Saran
Sebaiknya Para pembaca jangan puas terhadap makalah ini saja , pembaca juga harus
menambah ilmu pengetahuannya lagi mengenai materi Cilliata ini dengan mencari
buku – buku bacaan lainnya ataupun dari internet
DAFTAR PUSTAKA

Gandahusada, S., dkk, 1992. Parasitologi Kedokteran, Balai Penerbit FKUI.


Jakarta.

Hickman, M.A.M., 1990. Kamus Lengkap Biologi, Jakarta. Erlangga.

Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung :


ALFABETA

Natadisastra, Djaenudin. 2009.PARASITLOGI KEDOKTERAN Ditinjau dari


Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta : EGC

Prianto, Juni. 2010. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama

Corwin, Elizabeth J.2009. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai