Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN MATERI

FILUM CILIOPHORA
A. Karakteristik Umum
Protozoa merupakan binatang yang paling banyak didunia.. Anggota filum
ciliophora merupakan organisme uniseluler soliter yang umumnya hidup di air tawar.
Menurut Campbell (1998: 527), kebanyakan anggota dari phylum ini hidup soliter atau
hidup sendiri di perairan tawar. Selain itu, phylum Ciliophora ini hidup bebas dan jarang
yang parasit didalam organisme lain. Bentuk tubuh dari anggota phylum ini tetap karena
mengandung pelikel yang tersusun atas protein. Pelikel merupakan suatu selaput keras
yang menyebabkan bentuk tubuhnya tetap. Cilliophora disebut juga dengan ciliata.
Bentuk cilia lebih pandek dari flagel. Anggota cilliata memiliki 2 inti sel (nucleus) yaitu
Mikronukleus yang berfungsi sebagai perkembangbiakan dan juga makronukleus yang
berperan sebagai alat metabolisme. Ciliphora juga memiliki vakuola kontraktil yang
mengatur keseimbangan air dalam tubuhnya. Cilliata banyak ditemukan hidup dilaut
maupun air tawar yang mengandung zat organic tinggi. Contohnya adalah paramecium
caudatum dan vorticella. Cilliata mempunyai anggota hingga 8000 spesies sehingga
disebut sebagai atau merupakan kelompok terbesar diprotozoa. Cilia merupakan ciri khas
pada filum ini sebagai alat geraknya. Mardiana (2013) Protozoa yang termasuk ciliata
ditandai dengan adanya cilia (bulu getar) pada tubuhnya, digunakan sebagai alat gerak,
mencari makanan dan menerima rangsang . Cilia ini ada yang terdapat diseluruh tubuh,
ada juga yang hanya dibagian tertentu.
B. Clasifikasi Sub Filum Ciliophora
Klasifikasi subphylum Ciliophora yang diadopsi oleh Jahn dan Jahn dalam Hall (1961)
adalah sebagai berikut.:
Sub phylum
Class 1

: Ciliophora
: Ciliatea

Sub class 1 : Protociliatia


Ordo 1
Subclass 2
Ordo 1

: Opalinida
: Euciliatia
: Holotrichida
1

Sub ordo 1 : Astomina


Sub ordo 2 : Gymnostomina
Sub ordo 3 : Trichostomina
Sub ordo 4 : Hymenostomina
Sub ordo 5 : Thigmotrichina
Sub ordo 6 : Apostomina
Ordo 2 : Spirotrichida
Sub ordo 1 : Heterotrichina
Sub ordo 2 : Tintinnina
Sub ordo 3 : Oligotrichina
Sub ordo 4 : Entodiniomorphina
Sub ordo 5 : Hypotrichina
Sub ordo 6 : Ctenostomina
Ordo 3 : Peritrichida
Ordo 4 : Chonotrichida
C. Cara Memperoleh Nutrisi
Beberapa cilliata seperti paramecium memiliki celah mulut (oral groove) yang
terletak disalah satu sisi tubuhnya. Celah mulut tersebut dikelilingi cilia. Mulut ini
berfungsi sebagai jalan makanan masuk dalam kerongkongan sel (sitofaring) dan ujung
sitostoma membentuk vakuola makanan sehingga makanan dapat dicerna kemudian
diedarkan ke seluruh sel, sari makanannya masuk ke dalam sitoplasma. Sisa makanannya
berbentuk padat dan cair, yang padat dikeluarkan melalui membran sel, sedangkan sisa
makanan yang berbentuk cair dikeluarkan melalui vakuola berdenyut yang berjumlah dua
buah dan letaknya di ujung sel. Makanan hewan cilliata yang hidup bebas adalah cilliata
lain. atau hewan-hewan kecil. Genus didinium yang ukuranya lebih kecil memakan
paramecium.
Suctoria merupakan cilliata yang hidupnya menempel pada substratnya. Hewan
tersebut memiliki tentakel yang menghasilkan pelumbuh mangsanya, juga cilliata lain
dan amuba. Tentakel tersebut akan mencerna dinding tubuh mangsanya sehingga
terbentuk lubang pada mangsanya. Selanjutnya sitoplasma pada mangsanya akan disedot
melalui saluran kecil dalam tentakelnya.

Gambar 1.1 Paramecium sp

Gambar 1.2 Suctoria

D. Reproduksi Pada Cilliophora


1) Aseksual
Perhatikan pada Gambar 2.1 Paramecium berkembang biak dengan pembelahan
biner. Tampak satu sel membelah menjadi 2, kemudian menjadi 4, 8, dan seterusnya.
Pembelahan ini diawali dengan mikronukleus yang membelah dan diikuti oleh
pembelahan makronukleus. Kemudian akan terbentuk 2 sel anak setelah terjadi
penggentingan membran plasma. Perlu Anda ketahui masing-masing sel anak tersebut
identik dan alat sel lainnya mempunyai dua nukleus, sitoplasma.
3

Gambar 2.1 Reproduksi cilliophora secara aseksual (pembelahan)


2) Seksual
Paramecium juga dapat berkembang biak secara kawin (seksual), yaitu dengan
cara konjugasi.dan berikut ini adalah cara paramecium reproduksi seksual dengan cara
konjugasi.
(1) Dua Paramecium saling berdekatan lalu saling menempel. Kemudian terjadi dua sel
saling menempel pada bagian mulut sel. Membran sel pada sel yang saling menempel
tersebut melebar dan terbentuk suatu saluran.
(2) Pada bagian masing-masing sel terdapat mikronukleus diploid (2n) yang membelah
secara meiosis menjadi 4 mikronukleus haploid (n), sedangkan makronukleusnya tidak
mengalami perubahan.
(3) Selanjutnya, masing-masing 4 mikronukleus haploid (n), di setiap sel membelah secara
mitosis menjadi 8 mikronukleus (n).
(4) 8 mikronukleus (n) yang terbentuk, 7 mikronukleus hancur, sehingga setiap sel hanya
memiliki 1 mikronukleus dan 1 makronukleus.

(5) Mikronukleus
makronukleus

membelah
lenyap,

secara

sehingga

mitosis
pada

menjadi

masing-masing

mikronukleus,
sel

hanya

sedangkan
mengandung

mikronukleus.
(6) Terjadi saling tukar-menukar mikronukleus, yaitu mikronukleus pindah ke sel lain dan
sebaliknya. Mikronukleus yang saling tukar-menukar tersebut melebur dengan
mikronukleus yang tidak pindah. Jadi, setelah hasil peleburan itu, setiap sel memiliki
mikronukleus diploid.
(7) Setiap sel yang telah memiliki mikronukleus diploid (2n), selnya pisah dan konjugasi
berakhir. Kemudian 1 mikronukleus membelah secara mitosis menghasilkan 2
mikronukleus.
(8) Salah satu dari 2 mikronukleus itu tumbuh menjadi makronukleus, sehingga setiap sel
memiliki 1 mikronukleus dan 1 makronukleus.

Gambar 2.2 reproduksi cilliophora melalui seksual


5

E. Simbiosis Pada Cilliata


Sebagian besar cilliata hidup bebas, namun beberapa diantaranya bersifat
komensalistik, mutualistik, dan sebagian kecil bersifat parasitik. Spesies yang termasuk
parasit adalah balantidium, parasit didalam usus besar, manusia, babi, dan hewan
mamalia lainya. Pada suatu waktu hewan ini makan menggunakan silianya pada waktu
lainya akan menghasilkan enzime proteolitik yang digunakan untuk mencerna sel
epithelium inangnya yang menyebabkan borok. B. colli berpindah dari satu hospes ke
hospes lainya dalam bentuk kista. Penyebaranya melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi B. colli.

Gambar 3.1 Ballantidium colli


F. Kelas cilliatea
Kelas cilliatea mencakup subkelas protocilliatia dan eucilliatea. Inti protociliatia
menunjukkan kemiripan struktur dengan fungsi eucilliatea, yaitu memiliki karakteristik
inti yang dimorfe (mikronukleus dan makronukleus).
1. Protociliatia
Merupakan siliata opalinid, kecuali untuk beberapa spesies parasit pada` ikan dan
ular dan dalam usus besar amfibi. Opalinid tidak memiliki ssitosom, meskipun bukan

merupakan fitur eklusif diantara siliata. Distribusi silia seragam sehingga opalinid
diklasifikasikan menyerupai siliata Holotrichous.
2. Eucilliatia
Merupakan siliata khas dengan makronuklei dan mikronuklei. Subdivisi ordo dan sub
ordo sebagian besar didasarkan pada distribusi silia dan turunanya dan pada
differensiasi struktur seperti didaerah peristomial. Sub kelas ini dibagi menjadi empat
ordo yaitu, Holotrichida, Spirotrichida, Peritrichida, dan Chonotrichida.
2.1 Ordo Holotrichida
Merupakan ordo yang besar, biasanya dianggap lebih primitif dari pada Euciliatia
yang lainnya, menunjukkan diversifikasi besar daerah peristomial dan dalam satu
kelompok, sitostom telah menghilang. Spesialisasi seperti ini memberikan dasar untuk
membagi ke dalam subordo Holotrichida. Contoh spesies yang tergolong Holotrichida
adalah Paramecium sp.
Klasifikasi Paramecium sp.
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Protozoa

Sub Phylum

: Ciliophora

Class

: Ciliata

Sub class

: Holotricha

Ordo

: Hymenostomatida

Family

: Paramaecidae

Genus

: Paramaecium

Spesies

: Paramaecium sp.

Gambar 4.1. Paramecium sp. Sisi kiri menunjukkan Vakuola Kontraktil dari Paramaecium.
Gambar Kanan memperlihatkan Cytopharink, Vakuola Makanan, dan Inti Sel
2.1.1 Morfologi
Paramecium merupakan salah satu protista mirip hewan. Protista ini berukuran
sekitar 50-350m. Bentuk tubuh umumnya seperti telapak sandal atau sepatu dengan
bagian depan tumpul dan meruncing di bagian belakang. Struktur bagian yang
mengandung lekuk muluk (peristoma yang melanjutkan diri sebagai sitofaring) disebut
bagian ventral, dan pada bagian sebaliknya merupakan sisi aboral atau dorsal. Protoplasma
area tubuh yang tampak jernih adalah bagian ektosark, sedang daerah berbintik merupakan
bagian (lapisan) endosark.
Paramecium memiliki selubung inti (Eukariot). Uniknya Protista ini memiliki dua
inti dalam satu sel, yaitu inti kecil (Mikronukleus) yang berfungsi untuk mengendalikan
kegiatan reproduksi, dan inti besar (Makronukleus) yang berfungsi untuk mengawasi
kegiatan metabolisme, pertumbuhan, dan regenerasi.
2.1.2 Cara gerak Paramecium
Tubuhnya akan bergerak maju dengan menggunakan silium ke arah depan dan
belakang. Ketika hewan memutar berotasi dengan poros longitudinal maka tubuhnya
bergerak miring, gerakan ini dibantu dengan gerakan getaran kuat silium pada lekuk mulut.
2.1.3 Fisiologi
Menurut cara makannya classes ciliata terbagi menjadi dua kelompok yaitu :
a.

Kelompok raptorial, dapat memburu dan menelan mangsanya, yang kadang-kadang


dapat berukuran lebih besar dari pada ciliata raptorial tersebut.

b.

Kelompok penghasil aliran, dapat menangkap makanan dengan pertolongan aliran.


Paramecium tergolong kelompok ini, dengan getaran silium yang tetap pada

bagian sitofaring akan menimbulkan aliran air ke arah sitofaring yang akan membawa
makanan. Vacuola makanan akan terbentuk di bagian ujung posterior sitofaring. Makanan
paramecium berupa bakteri dan protozoa lainnya. Gambar proses pencernaan makanan
pada Paramecium dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.2. Proses pencernaan makanan pada Paramecium


2.1.4 Habitat
Paramecium hidup bebas di perairan air tawar yang mengandung banyak bakteri.
Medium untuk mengkultur paramecium di laboratorium adalah rendaman air jerami.
Paramecium dapat ditemui di sekitar tetesan air atau reruntuhan, tampak sebagai benda
kecil yang mengalir jika dilihat di bawah mikroskop.
2.2 Ordo Spirotrichida
Karakteristik yang paling menonjol adalah membran yang ada di daerah mulut,
bagian dasar yang sempit yang biasanya terletak di kanan atau sudut miring terhadap
sumbu yang panjang pada daerah mulut. Rangkaian membran meluas ke depan dari tepi
kiri cytostome, dan dalam genus tertentu, mungkin berubah bagian dorsal pada kutub
anterior dan meluas ke kanan untuk beberapa jarak sepanjang permukaan antero-dorsal.
Pelat basal membran biasanya terdiri dari dua baris butiran dasar/basal, walaupun tiga baris
(jarang, empat) mungkin tampak. Kelompok dapat dibagi menjadi enam sub ordo (Hall,
1961).
2.3 Ordo Peritrichida
Protozoa dewasa biasanya melekatkan diri secara langsung dengan lainnya
menggunakan ujung bagian aboral tubuh atau dengan tangkai hasil sekresi, maupun

menempel pada permukaan benda padat. Beberapa tangkai bertipe koloni. Hanya sedikit
spesies yang berenang bebas dan rupanya tidak memiliki tahap sesil.
Pada ordo ini, peristom atau epistom merupakan suatu lempeng polar yang tampak
dari bagian oral pada ujung tubuh dan diperkirakan berbentuk melingkar. Selain itu,
terdapat dua baris atau lebih silia yang biasanya mengelilingi peristom searah jarum jam
sebelum melewati sitostom ke dalam vestibula. Dua baris silia adoral digambarkan pada
Telotrochidium dan Cyclochacta, sedangkan tiga baris pada Vorticella. Dari ketiganya,
setiap baris silia terlihat bebas pada bagian distal namun megalami penggabungan di
bagian basal hingga masuk ke dalam membran. Setiap baris silia berlanjut masuk ke dalam
vestibula pada Cyclochacta dan Vorticella, namun hanya baris silia yang lebih dalam pada
Telotrochidium. Di dalam vestibula, suatu membran dapat terbentuk oleh penggabungan
silia (baris lebih luar dari Votricella). Batas luar permukaan peristomial meliputi suatu
daerah sempit, hingga sebuah sebuah rak proyeksi seringkali membentuk suatu lingkaran
kontraktil yang dapat mengkerut untuk melingkupi peristom dan siliatur. Vestibula
menerima isi vakuola kontraktil, terkadang melalui suatu penampungan sementara, dan
juga bahan yang belum tercerna dari vakuola makanan lama. Selama di dalam faring,
partikel makanan yang masuk juga melewati vestibula masuk ke dalam vakuola makanan
yang sedang berkembang sebagai sumbernya. Nolan dan Fin telah mencatat pemisahan
yang jelas mengenai saluran masuk dan keluar di dalam vestibula. Scopula merupakan
suatu daerah berbeda pada ujung aboral, seringkali ditunjukkan sebagai suatu invaginasi,
dinding yang terkadang memperlihatkan fibril atau bentukan seperti tongkat.
Pada banyak spesies sesil tidak bertangkai, scopula tampak mensekresikan
beberapa materi yang melekat pada substratum, sedangkan pada spesies yang bertangkai,
scopula mensekrresikan sedikit matriks dari tangkai. Tangkai non-kontraktil pada
Epistylidae seluruhnya terdiri atas bahan sekresi. Tangkai dari Vorticellidae mengandung
setidaknya sebuah myoneme spiral bebas atau stalk-muscle yang 72 tumbuh ke arah luar
tubuh. Stalk-muscle pada koloni Vorticellidae dapat terbentuk terus-menerus sepanjang
koloni, kecuali mungkin pada bagian basal tangkai utama atau pada myoneme tangkai
individu yang independen. Pada mulanya, keseluruhan koloni mungkin dapat kembali
menuju pusat perlekatan, pada Carchesium, kontraksi dari tangkai mempengaruhi masingmasing individu secara terpisah.
10

Siklus hidup Peritrichida umumnya dimorfik dan terkadang polimorfik. Mengenai


reproduksi sepertinya harus dipertimbangkan pada pembelahan 73 daripada budding,
meskipun salah satu keturunan seringkali lebih kecil daripada lainnya. Metamorfosis
menjadi dewasa disertai penempelan scopula pada permukaan tertentu.

Gambar 5.1 peritrichida


Peritrich muda disebut Scyphidia, yang hanya memiliki tangkai dalam jumlah
sangat sedikit. Meski begitu, tahap Scyphidia pada Vorticella terjadi pada waktu yang
sangat singkat. Segera setelah penempelan, dimulailah sekresi sebuah tangkai dan silia
aboral menghilang dalam beberapa menit. Pada pembelahan selama perkembangan tipe
koloni, seperti Zoothamnium, organisme baru (keturunan) akan membentuk tangkai baru
yang akan menjadi cabang dari tangkai utama. Telotroch merupakan tahapan umum dalam
siklus hidup dan tidak terbatas hanya pada spesies bertangkai karena terdapat bentuk
seperti Scyphidia. Transformasi secara langsung bentukan tangkai menjadi sebuah
telotroch kadang-kadang terjadi pada Vorticella dan merupakan cara yang normal dalam
perkembangan aseksual pada beberapa genus seperti Zoothamnium. Setelah terlepas dari
koloni induk, tahap perpindahan dilakukan dengan berenang menjauh kemudian
menempatkan diri pada suatu objek untuk berkembang menjadi koloni baru.
Urceolariidae terkadang dinilai memiliki telotroch tetap yang sangat khusus. Hal ini
yang menarik dari telotroch Epistylis horizontalis adalah kemiripannya dengan
Urceolariidae pada ukuran serta perbandingan kemampuan pergerakan di atas permukaan.

11

Telotrochidium juga menunjukkan telotroch tetap walaupun bukannya tidak mungkin


bahwa pada genus ini terdapat telotroch yang memiliki tahap sesil yang tidak jelas.
Siklus hidup dari komensalis, Ellobiophrya donacis lebih rumit daripada sebagian
besar Peritrichida lainnya. Organisme dewasa hodup di dalam sebuah lamellibranch,
Donax vittatus, yang menempel pada lembaran/filamen insang. Pada tahap akhir
pembelahan, organisme baru (keturunan) tetap menempel pada organisme yang lebih besar
(induk) menggunakan bagian isthmus sempit dari sitoplasma. Sebuah scopula segera
berkembang di dalam telotroch embrionik mensekresikan suatu tangkai yang memanjang
beberapa jarak untuk dapat menempel pada organisme lainnya. Pemanjangan telotroch
yang sedang berkembang dan diferensiasi silia aboral terjadi selanjutnya. Telotroch
kemudian berenang bebas, biasanya menerobos ikatan tangkai dan scopula, namun
terkadang justru membawa tangkainya hingga saat akan dilepaskan nanti. Setelah
mencapai filamen insang, tahap perpindahan ini akan menempel dengan ujung bagian
aboral dan mengembangkan lengan protoplasmik yang akan menjadi pengait terhadap
inangnya. Homologi aksial antara Peritrichida dan ciliate lainnya adalah adanya sedikit
ketidakpastian, meskipun peristom biasanya terletak di bagian anterior, Telotrochidium
henenguyi dan Cyclochaeta domerguei, keduanya berenang dengan ujung aboral di bagian
depan.
Contoh spesies ordo ini adalah Trichodina. Menurut Afrianto dan Liviawati (1992)
mengemukakan bahwa Protozoa ini sering yang menyerang ikan mas dan nila Penyakitnya
disebut Trichodiniasis. Trichodiniasis merupakan penyakit parasit pada larva dan ikan kecil
yang disebabkan oleh ektoparasit Trichodina. Selanjutnya menurut Budi Sugianti (2005),
Beberapa penelitian membuktikan bahwa ektoparasit Trichodina mempunyai peranan yang
sangat penting terhadap penurunan daya kebal tubuh ikan dan terjadinya infeksi sekunder.
Adapun klasifikasi dari parasit Trichodina sp menurut Kabata (1985) adalah sebagai
berikut
Klasifikasi :
Filum

: Protozoa

Sub filum

: Ciliophora

Klas

: Ciliata

Ordo

: Petrichida
12

Sub ordo

: Mobilina

Famili

: Trichodinidae

Sub famili

: Trichodininae

Genus

: Trichodina

Spesies

: Trichodina sp.

Gambar 5.1 trichodina sp


2.3.1 Morfologi
Trichodina sp. Merupakan protozoa berbentuk cakram dengan diameter sekitar 100
mikron. Tubuhnya berbentuk datar seperti piring dengan dikelilingi rambut getar (marginal
dan lateral cilia). Pada tubuh bagian bawah terdapat lingkaran tubuh bawah terdapat
lingkaran pelekat (adhesive disk) untuk melekatkan dirinya ketubuh ikan atau benda-benda
lainnya, Noga (1995).
Trichodina sp Dapat menyebabkan penyakit Trychodiniasis. Trichodina sp.
Trichodina sp adalah parasit yang menyerang hampir semua spesis ikan tawar, dan
termasuk salah satu parasit yang kosmopolit karna ditemukan hampir diseluruh perairan,
susanto (2000). Trichodina sp. menyebabkan penyakit gatal-gatal pada ikan. Ikan yang
terserang parasit ini ikan dalam keadaan lemah, warna tubuh kusam (tidak cerah), sering
menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar atau dinding kolam dan dapat menyerang
hampir semua jenis ikan air tawar.
Menurut Agus irawan (2004) pada dasarnya parasit ini bukan sebagai penyerang
utama, tetapi ia menyerang pada ikan yang telah lebih dulu terkena parasit lain, misalnya
13

karena luka, sakit, stress dan sebagainya, sehingga boleh dikatakan bahwa parasit ini
sebagai infeksi sekunder, ikan yang terserang biasa dilihat dengan tanda-tanda antara lain
terdapat bintik putih keabuan pada bagian tubuh yang terserang terutama kepala dan
punggung, nafsu makan hilang hingga ikan menjadi kurus dan lemah, produksi lendir
bertambah banyak sehingga ikan nampak mengkilat.
Perlakuan yang diberikan untuk ikan yang terinfeksi Trichodiniasis adalah dengan
perendaman dengan garam atau asam asetat untuk ikan air tawar sedangkan ikan air laut
dengan perendaman air tawar, dapat juga menggunakan formalin dengan kosentrsi tertentu.
2.4 Ordo Chonotrichida
Merupakan ektokomensal yang sebagian besar aktif berenang pada Crustacea,
kecuali Trichochona lecythoides yang dilaporkan berasal dari perairan Eropa. Tubuhnya
kurang lebih seperti bentuk vas dan menempel pada inang dengan lempeng basal atau
tangkai yang pendek. Peristom terletak di ujung atas tubuh dan biasanya dikelilingi oleh
bentukan corong tipis. Umumnya, permukaan tubuh tidak bersilia. Vakuola kontraktil
terbuka ke dalam faring (vestibula) seperti pada Peritrichida (Hall, 1961). Budding dan
konjugasi merupakan cara reproduksi organisme seperti yang telah dilaporkan. Kaitan
antara anggota Chonotrichida meninggalkan ketidakpastian dan pekerjaan lebih lanjut
mengenai morfologi dan siklus hidup. Walaupun begitu, bebrapa informasi yang telah
dipercaya saat ini oleh beberapa pekerja/ilmuwan dapat mengindikasikan bahwa kelompok
ini memiliki hubungan lebih dekat dengan Holotrichida daripada ciliata lainnya. Tiga
family dalam ordo ini yang telah ditemukan oleh Mohr antara lain: Chilodochonidae,
Stylochonidae, dan Spirochonidae (Hall, 1961).
G. Peranan Cilliata
1) Ciliata menguntungkan :
a) Didinium, mirip ceret bertangkai. Didinium juga sebagai predator di air tawar.
b) Stentor, mirip terompet, hidupnya secara bebas.
c) Paramecium caudatum
2) Ciliata merugikan :
Balantidium coli, hidup parasit di dalam usus manusia dan dapat menyebabkan
gangguan pada perut, dan juga dapat menyebabkan diare berdarah.
14

Daftar Pustaka
Chumaidi dan Djajadireja, 1982. Kultur Massal Daphnia sp.di Dalam Kolam Dengan
Menggunakan Pupuk Kotoran Ayam. Bull. Pen.PD.1.3(2) : 17 20.
Chumaidi et. al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan Udang
Puslitbangkan PHP\KAN\PT\12\Rep\1990. Jakarta
Darti,S., Darmanto, dan Adisha. 2000 Laporan Akhir Hasil Pengkajian Budidaya Pakan
Alami untuk Benih Ikan Ekonomis Penting. Instalasi Penelitian dan
Pengkajian
Teknologi Pertanian Jakarta
Erlina, A. Hastuti, W. 1986. Kultur Plankton-BBAP. Ditjen Perikanan. Jepara.
Hase, E. 1962. Cell Division. Physiologys and Biochemistry of Algae. Academic Press.
New York and London.
Mujiman, Ahmad. 1984. Makanan Ikan. Cetakan 14. Penebar Swadaya. Jakarta. Prescott
, G. W. 1978. How to Know The Freshwater Algae. Wne. Brown
Company
Publisher.
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Suprayitno, SH. 1986. Kultur Makanan Alami. Direktorat Jendral Perikanan dan
International Development Research Centre. INFIS Manual Seri no.34.35
pp of
Giant
Toharudin, Uus. Zoologi Invertebrata. Bandung. : Prisma Press.
Yatim, wildan. 2003. Kamus Biologi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai