Anda di halaman 1dari 26

Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 1

1. Pendahuluan
Animalia adalah salah satu kingdom yang mengelompokan makhluk hidup di bumi.
Makhluk hidup yang tergolong ke dalam kingdom Animalia biasa kita sebut dengan
hewan. Kingdom Animalia terdiri dari makhluk hidup yang eukariotik atau memiliki
dinding sel, multiseluler, serta heterotrof karena tidak bisa menghasilkan makanannya
sendiri. Berbeda dengan nutrisi autotrofik pada tumbuhan, hewan memasukkan bahan
organik yang sudah jadi, ke dalam tubuhnya dengan cara menelan (ingestion) atau
memakan organisme lain, atau memakan bahan organik yang terurai. Sel-sel hewan tidak
memiliki dinding sel yang menyokong tubuh dengan kuat, seperti pada tumbuhan atau
jamur. Komponen terbesar sel-sel hewan terdiri atas protein struktural kolagen. Keunikan
hewan yang lain adalah adanya dua jaringan yang bertanggung jawab atas penghantaran
impuls dan pergerakan, yaitu jaringan saraf dan jaringan otot sehingga dapat bergerak
secara aktif. Hal ini membedakan kingdom Animalia dengan kingdom lain karena hampir
semua kingdom Animalia dimungkinkan untuk melakukan perpindahan tempat. Sebagian
besar hewan bereproduksi secara seksual, dengan tahapan diploid yang mendominasi
siklus hidupnya. Alat pernapasan pada hewan bermacam-macam tergantung pada tempat
hidupnya, ada yang bernapas dengan paru-paru seperti kucing, insang seperti ikan, kulit
seperti cacing, trakea seperti serangga.
Sel hewan memiliki organel yang khas, yaitu adanya sentriol yang berguna pada saat
pembelahan sel. Adanya organel tersebut menjadi salah satu ciri yang membedakan
antara hewan dan tumbuhan. Ciri-ciri lain dari sel hewan adalah sel hewan tidak memiliki
dinding sel, memiliki vakuola berukuran kecil bahkan tidak ada, tidak memiliki plastida.
Plastida sendiri merupakan sel yang terdapat pada tumbuhan dan merupakan sel yang
memberikan warna pada tumbuhan. Pada plastida terdapat sel kloroplas yang merupakan
tempat berlangsungnya fotosintesis. Meskipun begitu, seperti pada tumbuhan, sel-sel
hewan yang memiliki struktur dan fungsi yang sama akan membentuk suatu jaringan.
Sebagian besar sel tersusun dari air dan komponen kimia utama, seperti protein,
karbohidrat, lemak, dan asam nukleat. Sel tersusun dari dua lapis membran fosfolipid
yang besifat selektif permeabel, yang berarti hanya molekul tertentu saja dapat masuk dan
keluar sel.
Jaringan adalah kumpulan sel sejenis yang memiliki struktur dan fungsi yang sama
untuk membentuk suatu organ. Jenis jaringan yang umumnya dimiliki oleh vertebrata dan
manusia ada empat macam, yaitu jaringan epitl, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan
saraf. Jaringan ikat terdiri dari matriks dan sel-sel jaringan ikat. Matriks terdiri dari serat-
serat dan bahan dasar, sedangkan serat-serat matriks sendiri terdiri dari beberapa jenis
yaitu serat kalogen, serat elastin, dan serat retikuler. Jaringan ikatnnya terdiri dari
beberapa jenis sel, misalnya adalah sel lemak.
Organ adalah gabungan dari berbagai jenis jaringan yang terorganisasi dalam fungsi
tertentu. Makin tinggi derajat suatu hewan, makin banyak organ tubuh yang dimilikinya.
Hal ini bertujuan untuk efisiensi kerja, karena dengan banyaknya organ tubuhmaka
pembagian kerja akan semakin efektif. Berdasarkan letaknya, organ dikelompokan
menjadi dua macam, yaitu organ dalam dan organ luar. Organ dalam tubuh dalam
misalnya hati dan jantung. Sedangkan organ luar tubuh misalnya kulit, mata, telinga, dan
hidung.
Selain itu menurut beberapa cirinya hewan juga dikelompokan lagi menjadi
beberapa klasifikasi. Berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, hewan dikelompokan
menjadi vertebrata (memiliki tulang belakang) dan avertebrata. Berdasarkan simetri
tubuhnya, animalia dibagi menjadi kelompok simetri radial dan simetri biateral. Menurut
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 2

lapisan tubuhnya, terdapat kelompok animalia diploblastik dan triploblastik. Berdasarkan


makanannya hewan dibagi atas karnivora, herbivora, omnivora, dan insektivora.
Hewan juga diklasifikasikan menjadi beberapa filum, diantaranya adalah Porifera
(hewan berpori), Cnidaria termasuk Coelenterata (hewan berongga), Ctenophora
termasuk Coelenterata (hewan berongga), Platyhelminthes (cacing pipih),
Nemathelminthes (cacing gilik). Annelida (cacing gelang), Mollusca (hewan lunak),
Arthropoda (hewan berkaki buku), Echinodermata (hewan berkulit duri), serta Chordata
(hewan bertulang belakang).
Menurut para ahli, terbentuknya hewan-hewan di muka bumi ini dimulai dari zigot
bersel satu yang mengalami pembelahan sel dan sel tersebut akan bertambah banyak yang
terbentuk menyerupai bola. Bentuk seperti bola tersebut akan mengalami perkembangan,
yaitu akan melekuk ke dalam sehingga akan terbentuk dua lapisan, yaitu ektoderm
(lapisan luar) dan endoderm (lapisan dalam). Ektoderm dalam masa perkembangannya
membentuk bagian-bagian tubuh tertentu, yaitu epidermis, kulit, dan sistem saraf,
sedangkan lapisan endoderm akan berkembang menjadi sistem pencernaan dan
kelenjarnya. Ada beberapa hewan yang berkembang pada tingkat kedua lapisan ini yang
dinamakan diplobastik. Adapun yang termasuk golongan hewan ini adalah Porifera dan
Coelenterata. Di antara kedua lapisan, yaitu ektoderm dan endoderm akan berkembang
dan terbentuk lapisan mesoderm. Lapisan mesoderm akan berkembang membentuk
bagian tubuh yang menjadi otot, sistem reproduksi, sistem sirkulasi, dan sistem ekskresi.
Golongan hewan yang berkembang pada ketiga tingkat lapisan ini dinamakan
triplobastik. Golongan hewan ini adalah Platyhelminthes dan Nemathelminthes.
Dari hasil penelitian diketahui pada Platyhelminthes belum mempunyai rongga
tubuh, yaitu terlihat tubuhnya padat, tanpa rongga antara usus dan tubuh terluar sehingga
digolongkan sebagai triplobastik aselomata (selom = rongga tubuh). Adapun pada
Nemathelminthes mempunyai rongga tubuh semu, yaitu mesoderm belum membentuk
rongga yang sesungguhnya karena tampak pada mesoderm belum terbagi menjadi lapisan
dalam dan lapisan luar, yang dinamakan dengan triplobastik pseudoselomata dan yang
mempunyai rongga tubuh dinamakan triplobastik selomata karena mesodermnya sudah
dipisahkan oleh rongga tubuh yang terbentuk menjadi dua lapisan, yaitu dalam dan luar.
Termasuk golongan hewan ini adalah Annelida sampai Chordata. Pada makalah kali ini
akan dibahas mengenai Porifera hingga Annelida.

2. Porifera dan Coelenterata


2.1. Ciri Morfologi dan Anatomi Porifera dan Coelenterata

2.1.1. Porifera
Ciri utama porifera memiliki lubang (pori) yang banyak dan
membentuk suatu sistem saluran. Jenis sistem salurannya dapat dibedakan
menjadi askonoid, sikonoid, dan leukonoid atau rhagon berdasarkan tingkat
kerumitannya. Air dan makanan yang larut didalamnya diambil oleh hewan
tersebut masuk melalui lubang ostium, kemudian masuk ke dalam rongga
tubuh. Setelah makanan diserap air yang berlebihan dikeluarkan melalui
lubang yang di sebut oskulum.
Terdapat sel dengan bentuk khusus yang disebut koanosit atau sel leher
yang berfungsi untuk pencemaan makanan. Sel koanosit memiliki nukleus,
vakuola dan flagel. Karena pencernaan berlangsung di dalam sel maka disebut
juga dengan pencernaan Intraseluler. Selain melalui sel koanosit, pencernaan
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 3

juga dilakukan oleh sel amoebosit yang juga mendifusikan makanan.


Pencernaan berlangsung di vakuola makanan sementara flagel pada sel
koanosit berfungsi untuk membentuk aliran air. Porifera mempunyai
eksoskeleton (rangka luar) yang terdiri dari serabut-serabut lentur yang disebut
spongin dan terdiri dari duri yang disebut spikula.

2.1.2. Coelenterata
Tubuhnya seperti kantong berongga dengan sebuah lubang sebagai
mulutnya. Mulut ini dikelilingi oleh beberapa alat peraba yang disebut
tentakel. Pada tubuh dan tentakelnya terdapat sel-sel penggatal atau sel
penyengat yang berbentuk seperti panah. Sel penggatal digunakan untuk
melindungi diri. Kalau ada sesuatu yang menyentuh hewan ini, panah-panah
beracun itu dilepaskan. Karena itu, orang yang berenang di laut merasa gatal-
gatal jika bersentuhan dengan hewan berongga, misalnya ubur-ubur. Sel ini
juga disebut sebagai knidosit. Oleh karena itu Coelenterata kadang disebut
juga dengan Cnidaria. Setiap knidosit memiliki kapsul penyengat (nematokis).
Sel penyengat juga dipergunakan oleh hewan berongga untuk
melemaskan mangsanya. Mangsa yang sudah dilemaskan didorong oleh
tentakel ke dalam mulutnya. Makanan dicernakan di dalam rongga tubuh yang
berfungsi sebagai perut, sedangkan yang tidak tercerna dikeluarkan lagi juga
melalui mulut.
Tubuh mereka terdiri atas mesoglea, suatu bahan tak hidup yang mirip
jeli, terletak di antara dua lapisan epitelium yang biasanya setebal satu sel.
Mereka memiliki dua bentuk tubuh dasar: medusa yang berenang dan polip
yang sesil, keduanya simetris radial dengan mulut dikelilingi oleh tentakel
berknidosit. Kedua bentuk tersebut mempunyai satu lubang jalan masuk yang
berfungsi sebagai mulut maupun anus yang disebut manus serta rongga tubuh
yang digunakan untuk mencerna makanan dan bernapas.

2.2. Cara Hidup Porifera dan Coelenterata

2.2.1. Porifera
Porifera hidup secara heterotof. Makananya adalah bakteri dan
plankton. Makanan yang masuk kedalam tubuhnya berbentuk cairan. Cara
makan porifera disebut juga dengan filter feeder karena porifera menyaring
materi makanan dalam air yang mengalir tersebut. Oleh karena itu, filum
Porifera juga disebut sebagai pemakan cairan. Pencernaan dilakukan secara
intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit. Habitat porifera umumnya di
laut, mulai dari tepi pantai hingga laut dengan kedalaman 5 km. Sekitar 150
jenis porifera hidup di ait tawar, misalnya Haliciona dari kelas Demospongia.
Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil), hidupnya
menempel pada batu atau benda lainya di dasar laut. Karena porifera yang
bercirikan tidak dapat berpindah tempat, kadang porifera dianggap sebagai
tumbuhan.

2.2.2. Coelenterata
Coelentera hidup secara heterotrof dengan memangsa plankton dan
hewan kecil lainnya yang berada di air. Coelenterata melumpuhkan
mangsanya dengan menggunakan tentakelnya yang memiliki sel knidosit.
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 4

Setiap knidosit mengandung kapsul penyengat yang disebut nematokis


(nematosista). Setelah mangsanya itu lumpuh, tentakel menggulung dan
membawa mangsa ke mulut.
Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik itu air laut ataupun air tawar.
Sebagian besar hidup berkoloni atau soliter. Coelenterata yang berbentuk polip
hidup soliter atau berkoloni di dasar air. Polip tidak dapat berpindah tempat.
Sedangkan Coelenterata yang berbentuk medusa dapat melayang bebas di
dalam air.
Proses pencernaan makanan pada Coelenterata dapat secara
ekstraseluler maupun intraseluler. Secara ekstraseluler adalah dengan bantuan
enzim pada gastrosol atau coelenteron, semacam kantung yang berbatasan
dengan gastrodermis. Sementara pencernaan makanan secara intraseluler
dengan cara dicerna oleh vakuola makanan yang terdapat di dalam sel-sel
gastrodermis. Pengedaran sari makanan dilakukan secara difusi. Gastrodermis
tersusun dari bahan gelatin.

2.3. Cara Reproduksi Porifera dan Coelenterata

2.3.1. Porifera
Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual.
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule.
Gemmule disebut juga tunas internal. Gemmule dihasilkan hanya menjelang
musim dingin di dalam tubuh porifera yang hidup di air tawar. Porifera dapat
membentuk individu baru dengan regenerasi. Reproduksi seksual dilakukan
dengan pembentukan gamet (antara sperma dan ovum). Ovum dan sperma
dihasilkan oleh koanosit. Sebagian besar Porifera menghasilkan ovum dan
juga sperma pada individu yang sama sehingga Porifera bersifat hemafrodit.

2.3.2. Coelenterata
Reproduksi pada Coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan membentuk tunas berupa polip
yang hidup berkoloni di dasar air. Sedangkan reproduksi seksual pada
Coelenterata dilakukan dengan pembentukan gamet. Gamet dihasilkan oleh
seluruh Coelenterata berbentuk medusa dan beberapa berbentuk polip. Pada
Odelia, dalam satu koloni polip terdapat beberapa macam bentuk polip dengan
fungsi yang berbeda, misalnya polip untuk makan (gastrozooid), polip untuk
pembiakan dengan menghasilkan medusa (gonozooid) dan polip untuk
pertahanan. Koloni dengan beberapa macam bentuk polip disebut
polimorfisme.
Medusa atau ubur-ubur, bentuknya seperti sebuah payung atau
lonceng. Fungsi medusa adalah untuk berkembang biak secara seksual. Jadi,
dalam medusa dihasilkan testis dan ovarium yang menghasilkan sperma dan
ovum. Tidak semua Coelenterata mempunyai bentuk polip dan medusa.
Banyak jenis yang hanya mempunyai bentuk polip.
Beberapa Coelenterata mengalami pergiliran keturunan. Sebagai
contoh, pada kelas Hydrozoa mengalami metagenesis, yaitu
perkembangbiakan seksual yang diikuti oleh perkembangbiakan aseksual
dalam satu generasi. Pada peristiwa ini, mula-mula spermatozoid keluar dari
lubang mulut medusa jantan dan masuk dalam usus medusa betina untuk
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 5

membuahi sel telur, sehingga dihasilkan zigot. Zigot melekat di sekeliling


mulut dan tumbuh menjadi larva yang disebut planula. Planula kemudian
tumbuh membentuk koloni polip muda yang akhirnya membentuk koloni
polip dewasa. Kemudian pada polip reproduktif (2n) akan dihasilkan medusa
yang akan mengulangi siklus reproduksi pada Coelenterata ini.

2.4. Klasifikasi Porifera dan Coelenterata

2.4.1. Porifera

a. Hexactinellida (Hyalospongiae)
Hexactinellida (dalam bahasa yunani, hexa = enam) atau
Hyalospongiae (dalam bahasa yunani, hyalo = kaca/transparan, spongia =
spons) memiliki spikula yang tersusun dari silika. Ujung spikula berjumlah
enam seperti bintang. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan
bentuk vas bunga atau mangkuk. Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm
dengan saluran tipe sikonoid. Hewan ini hidup soliter di laut pada
kedalaman 200 – 1.000 m. Contoh Hexactinellida adalah Euplectella.
b. Demospongia
Demospongiae (dalam bahasa yunani, demo = tebal, spongia = spons)
memiliki rangka yang tersusun dari serabut spongin. Tubuhnya berwarna
cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit. Fungsi
warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar matahari. Bentuk
tubuhnya tidak beraturan dan bercabang. Tinggi dan diameternya ada yang
mencapai lebih dari 1 meter. Seluruh Demospongiae memiliki saluran air
tipe leukonoid. Habitat Demospongiae umumnya di laut dalam maupun
dangkal, meskipun ada yang di air tawar. Demospongiae adalah satu-
satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang hidup di air tawar.
Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90% dari seluruh
jenis Porifera. Contoh Demospongiae adalah spongia, hippospongia dan
Niphates digitalis.
c. Calcarea (Calcisspongiae)
Calcarea (dalam latin, calcare = kapur) atau Calcispongiae (dalam
latin, calci = kapur, spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari
kalsium karbonat. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk
seperti vas bunga, dompet, kendi, atau silinder. Tinggi tubuh kurang dari
10 cm. Struktur tubuh ada yang memiliki saluran air askonoid, sikonoid,
atau leukonoid. Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya sycon,
Clathrina, dan Leucettusa lancifer. Bentuk tipe saluran air dari Calcarea
adalah askonoid, sikonoid, dan leukonoid.

2.4.2. Coelenterata

a. Hydrozoa
Hydrozoa (dalam bahasa yunani, hydro = air, zoa = hewan) sebagian
besar memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.
Hydrozoa dapat hidup soliter. Contoh Hydrozoa adalah Hydra, Obelia, dan
Physalia. Obelia merupakan Hydrozoa yang hidupnya berkoloni di laut.
Obelia memiliki bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 6

Hydra berbentuk polip, berukuran antara 10 mm – 30 mm hidup di air


tawar dengan melekat pada daun atau batang tanaman air. Makanannya
berupa tumbuhan dan hewan kecil. Tubuh bagian bawah membentuk kaki
untuk melekat dan bergerak. Pada ujung atas terdapat mulut yang
dikelilingi oleh hipostom dan 6 – 10 buah tentakel. Tentakel berfungsi
sebagai alat untuk menangkap makanan dan selanjutnya makanan dicerna
di dalam rongga gastrovaskuler. Hydra berkembang biak secara aseksual
dan seksual. Perkembangbiakan secara aseksual dengan membentuk
kuncup atau tunas pada sisi tubuhnya. Tunas yang telah memiliki
epidermis, mesoglea, dan rongga gastrovaskuler dapat melepaskan diri dan
tumbuh menjadi individu baru. Perkembangbiakan secara seksual terjadi
melalui peleburan sel telur (dari ovarium) dengan sperma (dari testis).
Hasil peleburan membentuk zigot yang dapat membentuk kista. Kista
dapat berenang bebas dan di tempat yang sesuai akan melekat di dasar
perairan. Jika menemukan lingkungan yang baik, inti kista pecah dan
embrio tumbuh menjadi Hydra baru.
Obelia berbentuk polip dan medusa yang hidup di laut. Obelia yang
hidup berkoloni di laut dangkal membentuk polip yang melekat di batu
karang. Polip pada Obelia dibedakan menjadi dua jenis polip yaitu hidran
yang bertugas mengambil dan mencernakan makanan dan gonangium yang
bertugas melakukan perkembangbiakan aseksual. Obelia mengalami
pergiliran keturunan (metagenesis) antara keturunan seksual dengan
keturunan aseksual. Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan oleh
gonangium. Pada gonangium terbentuk tunas yang dapat memisahkan diri
dan berkembang menjadi medusa muda yang dapat berenang bebas.
Medusa muda kemudian berkembang menjadi medusa dewasa. Medusa
dewasa mempunyai dua alat kelamin (hermafrodit) yang menghasilkan sel
telur dan sperma. Pembuahan terjadi secara eksternal di luar tubuh dan
membentuk zigot. Zigot akan berkembang menjadi larva bersilia disebut
planula. Pada tempat yang sesuai planula akan merekatkan diri menjadi
polip muda kemudian tumbuh menjadi Obelia. Selanjutnya Obelia
membentuk tunas sehingga terbentuk koloni Obelia yang baru.
b. Scyphozoa
Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk, zoa = hewan)
memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya. Medusa
Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur mangkuk karena bentuknya seperti
mangkuk transparan. Ubur-ubur dapat dimanfaatkan sebagai tepung ubur-
ubur yang digunakan sebagai bahan pembuatan kosmetik. Selain sebagai
bahan kosmetik, di Jepang ubur-ubur dimanfaatkan sebagai bahan
makanan. Medusa umumnya berukuran 2 – 40 cm. Reproduksi dilakukan
secara aseksual dan seksual. Polip yang berukuran kecil menghasilkan
medusa secara aseksual. Permukaan tubuh bagian bawah terdapat rongga
mulut yang dikelilingi empat tentakel. Mulut ini berhubungan dengan
rongga pencernaan. Pencernaan pada Scyphozoa terjadi secara
ekstraseluler. Scyphozoa telah memiliki beberapa indra sederhana
misalnya tentakel sebagai alat keseimbangan, oselus untuk membedakan
gelap dan terang, dan celah olfaktoris merupakan indra pembau. Namun
demikian Scyphozoa belum mempunyai alat respirasi dan ekskresi khusus.
Contohnya adalah Aurellia aurita, berupa medusa dengan tepi
berlekuk-lekuk yang banyak ditemukan di daerah pantai. Aurellia juga
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 7

mengalami pergiliran keturunan seksual dan aseksual. Aurellia memiliki


alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina. Pembuahan
terjadi secara internal di dalam tubuh betina. Zigot yang terbentuk
berkembang menjadi larva bersilia disebut planula. Planula akan berenang
dan menempel pada tempat yang sesuai kemudian tumbuh menjadi polip
muda yang disebut skifistoma. Skifistoma membentuk tunas-tunas lateral
sehingga tampak seperti tumpukan piring yang disebut strobilasi. Kuncup
dewasa paling atas akan melepaskan diri dan menjadi medusa muda
disebut efira. Selanjutnya efira berkembang menjadi medusa dewasa.
Contoh Scyphozoa lainnya adalah Cyanea dan Chrysaora fruttescens.
c. Anthozoa
Anthozoa (dalam bahasa yunani, anthus = bunga, zoa = hewan)
memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni seperti bunga. Anthozoa
tidak memiliki bentuk medusa, hanya bentuk polip. Polip Anthozoa
berukuran lebih besar dari dua kelas Coelenterata lainnya. Hidupnya di
laut dangkal secara berkoloni. Anthozoa bereproduksi secara aseksual
dengan tunas dan fragmentasi, serta reproduksi seksual menghasilkan
gamet.
Contoh Anthozoa adalah Tubastrea (koral atau karang), Acropora,
Urticina (anemon laut), dan Turbinaria. Koral hidup di air jernih dan
dangkal karena koral bersimbiosis dengan ganggang. Ganggang
memberikan makanan dan membantu pembentukan rangka pada koral.
Sedangkan koral memberikan buangan yang merupakan makanan bagi
ganggang serta perlindungan bagi ganggang dari herbivora. Koral atau
karang hidup berkoloni membentuk massa yang kaku dan kuat karena
mempunyai kerangka yang terbuat dari kalsium karbonat. Koral hidup di
laut dangkal dengan suhu rata-rata 20°C (daerah tropis antara 30°LU
hingga 30°LS). Koral melakukan reproduksi aseksual dengan
pembentukan kuncup atau tunas. Contoh: Acropora, Stylophora, Leptoria,
dan sebagainya. Koral yang sudah mati, rangka kapurnya akan menjadi
batu karang/terumbu. Ada tiga tipe batu karang, yaitu karang pantai,
karang penghalang, dan karang atol. Karang atol, karang pantai, dan
karang penghalang dapat melindungi pantai dari abrasi air laut. Karang
dan anemon membentuk taman laut yang menjadi tempat persembunyian
dan tempat perkembangbiakan ikan serta sebagai objek wisata. Rangka
koloni dari polip koral inilah yang membentuk karang pantai (terumbu
karang) atau atol (pulau karang) yang merupakan relief bawah laut dengan
danau air tawar atau laguna di tengahnya.
Mawar laut atau anemon laut menempel pada dasar perairan
menggunakan bagian tubuh yang disebut cakram kaki. Permukaan atas
terdapat mulut yang dikelilingi banyak tentakel berukuran pendek yang
tersusun seperti mahkota bunga. Tentakel ini berfungsi untuk mencegah
agar pasir dan kotoran lain tidak melekat sehingga tubuhnya tetap bersih.
Mawar laut mempunyai sistem saraf difus yang tidak memiliki sistem saraf
pusat.

2.5. Peran Porifera dan Coelenterata

2.5.1. Porifera
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 8

Beberapa jenis porifera seperti spongia dan hippospongia dapat


digunakan sebagai spons mandi dan alat gosok. Namun, spons mandi yang
banyak digunakan umumnya adalah spons buatan, bukan berasal dari kerangka
porifera. Zat kimia yang dikeluarkannya memiliki potensi obat penyakit
kanker dan penyakit lainnya.

2.5.2. Coelenterata
Coelenterata terutama kelas Anthozoa yaitu koral atau karang
merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang.
Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup beragam jenis hewan dan
ganggang. Keanekaragaman organisme terumbu karang yang paling tinggi
terdapat di Asia Tenggara, dari Filipina dan Indonesia hingga The Great Barier
Reef di Australia. The Great Barrier Reef di Australia besarnya sedemikian
rupa sehingga dapat terlihat melalui penginderaan jarak jauh dari luar angkasa.
Dua puluh lima persen ikan yang dikonsumsi manusia juga hidup pada
ekosistem ini. Selain itu, terumbu karang sangat indah sehingga dapat di
jadikan objek wisata. Karang di pantai sangat bermanfaat sebagai penahan
ombak untuk mencengah pengikisan pantai.

2.6. Gambar Porifera dan Coelenterata

2.6.1. Porifera

Siklus Porifera:

Struktur Porifera dan sel koanosit pada Porifera:


Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 9

Tipe saluran air pada Porifera:

Contoh Porifera; Spongia dan Hippospongia:


Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 10

2.6.2. Coelenterata

Siklus hidup Coelenterata:

Struktur tubuh Medusa:


Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 11

Jenis Polip pada Hydrozoa:

Contoh Coelenterata, Physalia dan Hydra:

Atol di Kepulauan Selayar, Taka Bonerate:


Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 12

Karang penghalang di Australia, The Great Barrier Reef:

3. Cacing Vermes
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 13

Cacing vermes terdiri atas 3 filum berdasarkan rongga tubuhnya yaitu


Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan, Annelida. Tubuh cacing lunak, tak bercangkang,
dan bila cacing tersebut dipotong menjadi dua, maka akan terbentuk dua potongan yang
sama, yaitu kiri dan kanan yang disebut simetris bilateral. Cacing ini hidup sebagai
parasit pada organisme lain. Hewan ini termasuk triplobastik, yaitu memiliki tiga lapisan
kulit, di antaranya adalah ektoderm, yaitu lapisan luar yang akan berkembang menjadi
kulit, mesoderm, yaitu lapisan tengah yang akan menjadi otot-otot dan beberapa organ
tubuh, ektoderma yaitu lapisan luar yang akan menjadi usus dan alat pencernaan.

3.1. Ciri Morfologi dan Anatomi Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Annelida

3.1.1. Platyhelminthes
Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata platy yang
berarti pipih dan helminthes yang berarti cacing. Jadi, Platyhelminthes berarti
cacing pipih. Cacing Platyhelminthes ada yang hidup bebas dan ada yang
hidup sebagai parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas banyak ditemukan di
laut, beberapa hidup di air tawar, dan di tempat-tempat yang lembap. Tubuh
cacing platyhelminthes lunak dan epidermisnya mempunyai silia.
Platyhelminthes yang hidup sebagai parasit mempunyai lapisan kutikula, silia
yang hilang jika sudah dewasa, mempunyai alat pengisap, dan mungkin
memiliki kait untuk menempel.
Platyhelminthes adalah hewan triploblastik, artinya, sudah mempunyai
tiga lapisan tubuh, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Namun,
Platyhelminthes belum mempunyai rongga tubuh (selom). Dengan demikian,
cacing pipih termasuk hewan triploblastik aselomata. Sesuai dengan namanya,
bentuk cacing ini pipih seperti daun atau seperti pita. Struktur tubuh Cacing
pipih memanjang pipih dorsoventral. Bagian tubuh Platyhelminthes dapat
dibagi menjadi bagian anterior (depan/kepala), posterior (belakang/ekor),
dorsal (punggung), ventral (perut), dan lateral (samping).
Bentuk kepalanya segitiga dan terdapat dua bintik mata yang peka
terhadap cahaya yang sering disebut oseli, panjangnya sekitar 2-3 cm. Bagian
tubuhnya dibagi menjadi bagian kepala (anterior), ekor (posterior), bagian
punggung (dorsal), bagian perut (ventral), dan bagian samping (lateral).
Sama seperti Coelenterata, masuknya oksigen dan keluarnya karbon
dioksida pada Plathyhelminthes melalui permukaan tubuhnya. Adapun sistem
sarafnya karena sudah mempunyai kepala sehingga mempunyai sistem saraf
pusat, yaitu mempunyai ganglion otak berjumlah sepasang yang dihubungkan
dengan serabut saraf menyerupai tangga yang terbuat dari tali dan dikenal
dengan sistem saraf tangga tali.
Cacing platyhelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah. Cacing
pipih pernapasannya dilakukan dengan seluruh permukaan tubuh, dan melalui
rongga gastrovaskuler. Tubuhnya simetri bilateral.

3.1.2. Nemathelminthes
Nama Nemathelminthes berasal dari bahasa Latin nematos yang berarti
benang dan nelminthes yang berarti cacing, Nemathelminthes berarti cacing
benang. Cacing Nemathelminthes sering disebut juga cacing gilig karena
cacing ini tidak terbagi menjadi segmen-segmen dan dengan bentuk tubuh
yang silindris. Nama lain Nemathelminthes adalah Nematoda.
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 14

Cacing Nematoda disebut juga cacing gilig. Tubuh dari cacing ini
gilig, tidak bersegmen, kulitnya halus, licin, dan dilapisi oleh kutikula.
Apabila dipotong tubuhnya, akan terlihat tubuhnya bersifat bilateral simetris
dan termasuk golongan hewan yang triplobastik pseudoselomata. Memiliki
sistem pencernaan sempurna dan cairan tubuh pada coelom yang berfungsi
sebagai sistem peredaran darah. Phylum Nematoda ini ditemukan di habitat
air, tanah lembap, jaringan tumbuhan serta pada cairan dan jaringan hewan
lainnya. Menurut Campbell (1998: 602), sekitar 80.000 spesies Nematoda
telah diketahui. Nematoda yang ada, jumlahnya 10 kali lipat dari nematoda
yang telah diketahui. Ukuran nematoda berkisar dari yang berukuran kurang
dari 1 mm hingga lebih dari 1 m. Nematoda ada yang hidup bebas dan juga
parasit pada hewan lainnya. Terlihat juga mulut dan anus di dalamnya juga
terdapat usus, jadi sistem pencernaannya sudah lengkap. Cacing ini bernapas
secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh dan memiliki cairan mirip
darah sebagai alat transportasi.

3.1.3. Annelida
Annelida berasal dari kata annulus yang berarti cincin dan oidos yang
berarti bentuk. Dari namanya, Annelida dapat disebut sebagai cacing yang
bentuk tubuhnya bergelang-gelang atau disebut juga cacing gelang. Jumlah
Annelida yang telah dikenal sekitar 15.000 spesies dengan ukuran yang
bervariasi, dari yang panjangnya 1 mm hingga 3 m. Umumnya hidup bebas,
meskipun ada juga yang bersifat parasit. Cacing ini mempunyai tingkatan
lebih tinggi dibanding dengan kedua kelompok cacing yang telah dibahas
sebelumnya. Annelida adalah hewan triploblastik yang sudah mempunyai
rongga sejati sehingga disebut triploblastik selomata. Annelida mempunyai
bentuk tubuh simetri bilateral, dengan tubuh beruas-ruas dan dilapisi lapisan
kutikula nonchitinous serta dilengkapi pula oleh sejumlah bristle chitin yang
disebut setae. Cacing ini terbagi sesuai dengan ruas-ruas tubuhnya dan satu
sama lain dibatasi dengan sekat (septum). Pembuluh darah, sistem saraf, dan
sistem ekskresi di setiap segmen saling berhubungan melewati septa.
Meskipun demikian, antara ruas satu dan lainnya tetap berhubungan sehingga
terlihat bentuk seperti cincin yang terkoordinasi.

3.2. Cara Hidup Platyhelminthes, Nemathelminthes, dam Annelida

3.2.1. Platyhelminthes
Cacing ini hidup di laut, air tawar, dan tanah yang lembab. Cacing
tersebut akan bergerak dengan cepat ke depan di atas lendir dengan cara
menggerak-gerakkan sejumlah besar silia yang ada di permukaan ventral. Silia
ini akan hilang pada waktu dewasa dan mempunyai alat kait untuk menempel
dan alat pengisap. Apabila terapung di air, maka akan berenang dengan
gerakan tubuh yang mengombak, yang sangat memungkinkan untuk mencari
makan secara aktif. Karena mempunyai mulut, maka makanan masuk dalam
mulut di permukaan ventral menuju ke rongga gastrovaskular yang terletak di
tengah tubuhnya yang terdapat usus-usus bercabang-cabang membentuk
saluran-saluran ke seluruh tubuhnya, sehingga usus tersebut dapat berfungsi
untuk mencerna makanan sekaligus untuk mengedarkannya. Karena cacing ini
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 15

tidak mempunyai lubang anus, maka sisa makanannya keluar melalui lubang
yang menjadi jalan masuknya makanan.

3.2.2. Nemathelminthes
Di antara hewan multiseluler, mungkin hewan ini mempunyai jenis dan
individu terbanyak setelah insekta. Cacing Nemathelminthes dapat ditemukan
di mana saja. Mungkin, tidak ada kelompok lain yang dapat ditemukan pada
semua habitat, seperti halnya cacing ini. Kebanyakan dari cacing
Nemathelminthes hidup bebas di air dan di tanah. Cacing yang hidup di tanah
kadang-kadang dapat merusak akar tumbuhan. Sebagian jenis lainnya hidup
sebagai parasit, baik pada jaringan atau cairan tubuh manusia, hewan, dan
tumbuhan. Pada tumbuhan, cacing Nemathelminthes dapat hidup pada akar,
biji gandum, getah pohon yang luka. Pada hewan atau manusia, cacing ini
dapat hidup di usus, darah, dan organ-organ lain. Telur cacing ini berukuran
mikroskopik dan tahan terhadap lingkungan yang kurang baik.

3.2.3. Annelida
Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan
juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap. Annelida
telah memiliki sistem pencernaan yang terdiri atas mulut, faring,
kerongkongan (esofagus), usus, dan anus. Sistem peredaran darahnya tertutup
karena telah memiliki pembuluh darah. Darah Annelida juga telah
mengandung hemoglobin sehingga berwarna merah. Untuk sistem saraf,
Annelida memiliki sistem saraf tangga tali.

3.3. Cara Reproduksi Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Annelida

3.3.1. Platyhelminthes
Reproduksi Platyhelminthes dapat terjadi secara aseksual maupun
seksual. Secara aseksual atau vegetatif, yaitu dengan cara pembentukan
individu anak dari bagian tubuh individu induknya.
Reproduksi platyhelminthes secara seksual terjadi dengan peleburan
sel sperma dan ovum yang menghasilkan zigot. Proses ini terjadi dengan
perkawinan silang. Pada umumnya, cacing ini bersifat hermafrodit, yang
berarti dalam satu individu terdapat alat kelamin jantan dan betina. Akan
tetapi, seperti telah disebutkan, perkawinan hanya terjadi antara dua individu
yang berlainan.
Daur hidup salah satu cacing Platyhelminthes yaitu Taenia solium
terjadi sebagai berikut. Reproduksi dan daur hidup Taenia solium dimulai dari
lepasnya proglotid tua bersama feses dari tubuh manusia. Tiap ruas berisi
ribuan telur yang telah dibuahi. Kemudian, ruas-ruas tersebut hancur dan telur
yang telah dibuahi bisa tersebar ke mana-mana. Zigot terus berkembang
membentuk larva onkosfer di dalam kulit telur. Jika telur termakan babi, kulit
telur dicerna dalam usus, dan larva onkosfer menembus usus masuk ke
pembuluh darah atau pembuluh limfe dan akhirnya masuk ke otot lurik. Di
otot, larva onkosfer berubah menjadi kista yang terus membesar membentuk
cacing gelembung (sistiserkus). Pada dinding sistiserkus berkembang skoleks.
Jika seseorang memakan daging tersebut yang belum matang, kemungkinan
sistiserkus masih hidup. Di dalam usus manusia yang memakannya, skoleks
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 16

akan keluar dan akan menempel pada dinding usus, sedangkan bagian
gelembungnya akan dicerna. Dari “leher”, kemudian akan tumbuh proglotid-
proglotid. Selanjutnya, proglotid tua akan menghasilkan telur yang telah
dibuahi.

3.3.2. Nemathelminthes
Semua Nemathelminthes tidak melakukan perkembangbiakan
aseksual. Jadi, perkembangbiakannya dilakukan secara seksual. Alat kelamin
jantan dan betina terpisah (dioesus, berumah dua). Cacing betina umumnya
berukuran lebih besar daripada cacing jantan. Betina dan jantan juga dapat
dibedakan dari ekornya. Pada cacing jantan, bagian ekornya (posterior), di
dekat lubang anus, terdapat tonjolan yang disebut penial setae yang digunakan
untuk kopulasi, sedangkan pada betina tidak ada. Fertilisasi terjadi secara
internal dan betina mampu menghasilkan telur sebanyak 100.000 butir atau
lebih setiap harinya.

3.3.3. Annelida
Reproduksi Annelida dilakukan secara seksual. Annelida jantan
memiliki organ testis dan Annelida betina memiliki ovarium. Kedua organ
bisa terdapat pada satu hewan yang hermafrodit atau terdapat pada individu
yang berbeda. Sebagian cacing ini mempunyai jenis kelamin terpisah (diesis,
gonokoris), dan sebagian hermaprodit. Umumnya cacing ini menghasilkan
larva bersilia yang disebut trokofor.
Pada cacing yang sudah dewasa akan terjadi penebalan epidermis yang
disebut klitelum. Alat ini dapat digunakan untuk kopulasi dan akan
menghasilkan kelenjar-kelenjar yang membentuk lapisan lendir sangat kuat
untuk membentuk kokon, yaitu tempat/wadah telur yang telah dibuahi.
Meskipun Annelida ini bersifat hemaprodit, tetapi pada saat terjadinya
pembuahan harus dilakukan pada dua individu dengan saling memberikan
sperma yang disimpan dalam reseptakulum seminis. Setelah selesai terjadinya
perkawinan, maka kokon akan lepas dan berisi butir-butir telur yang telah
dibuahi.

3.4. Klasifikasi Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Annelida

3.4.1. Platyhelminthes
Platyhelminthes dibedakan menjadi 3 kelas yaitu Turbellaria (cacing
bersilia), Trematoda (cacing pipih), dan Cestroda (cacing isap).

a. Turbellaria
Hewan dari kelas Turbellaria memiliki bentuk tubuh pipih dan
memiliki silia (bulu getar). Biasanya hidup di air tawar yang jernih, air
laut, atau tempat lembab dan jarang yang bersifat parasit. Beberapa jenis
memiliki dua mata dan tanpa alat hisap. Hewan ini mempunyai
kemampuan regenerasi yang besar, yaitu dari setiap potongan tubuhnya
dapat tumbuh menjadi individu baru. Contoh Turbellaria antara lain
Planaria yang berukuran 0,5 – 1,0 cm dan Bipalium yang mempunyai
panjang tubuh sampai 60 cm dan hanya keluar di malam hari. Planaria
mempunyai kepala berbentuk segitiga. Pada kepala terdapat dua bintik
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 17

mata yang dapat membedakan intensitas cahaya. Permukaan tubuh


Planaria bersilia dan di tengah-tengah bagian tubuh terdapat mulut yang
dilekngkapi dengan proboscis (tenggorok yang dapat ditonjolkan keluar).
Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, dan
usus yang bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang ke
bagian samping tubuh. Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan
makanan dan memperluas bidang penguapan. Planaria tidak memiliki anus
pada saluran pencernaan makanan sehingga sisa makanan yang tidak
tercerna dikeluarkan melalui mulut. Planaria sering dimanfaatkan sebagai
pakan ikan.

b. Trematoda
Semua anggota Trematoda hidup sebagai parasit pada Vertebrata baik
berupa ektoparasit (pada ikan) maupun sebagai endoparasit. Hewan
Trematoda memiliki tubuh yang diliputi kutikula dan tak bersilia. Pada
ujung anterior terdapat mulut dengan alat pengisap (sucker) yang
dilengkapi kait sehingga disebut cacing isap. Trematoda bersifat
hemafrodit. Contoh hewan Trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing
hati, parasit pada hati domba), Fasciola gigantica (parasit pada hati sapi),
Chlonorchis sinensis (cacing hati, parasit pada manusia), Schistosoma
mansoni (cacing darah), dan Paragonimus westermani (parasit pada paru-
paru manusia, kucing, anjing, dan babi). Daur hidup cacing hati (Fasciola
hepatica) adalah sebagai berikut. Cacing dewasa bertelur di dalam saluran
atau kantong empedu sapi atau domba. Telur masuk ke saluran pencernaan
dan keluar dari tubuh bersama feses. Bila mencapai tempat basah, telur
kemudian menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium.
Mirasidium kemudian masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea
auricularisrubigranosa).
1. Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokis dan
berada di dalam tubuh siput selama lebih kurang 2 minggu.
2. Sporokis berkembang menjadi larva yang disebut redia.
3. Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi
larva berekor yang disebut serkaria. Serkaria dapat menembus
jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air.
4. Larva kemudian menempel pada rumput dan melepaskan ekornya
dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria membungkus diri
membentuk kista yang dapat bertahan dalam waktu yang lama
dengan tetap menempel pada rumput atau tumbuhan air.
5. Apabila rumput tersebut termakan oleh sapi atau domba, kista pecah
dan metaserkaria dapat menembus dinding usus menuju ke dalam
hati, saluran empedu, dan menjadi setelah beberapa bulan. Cacing
dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi.

c. Cestoda
Cacing pita memiliki tubuh yang pipih dan dilindungi lapisan kutikula,
panjangnya mencapai 2 – 3 m yang terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan
tubuh (strobila). Kepala dilengkapi alat pengisap berjumlah dua atau lebih.
Setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat
perkembangbiakan. Makin ke posterior segmen makin melebar. Setiap
segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 18

Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata, oleh
karena itu tidak mempunyai alat pencernaan. Sistem eksresi terdiri dari
saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api. Sistem saraf sama
seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang. Contoh
Cestoda yaitu Taenia saginata (parasit dalam usus manusia), Taenia
solium (parasit dalam usus manusia), Choanotaenia infudibulum (parasit
dalam usus ayam), Echinococcus granulosus (parasit dalam usus anjing),
dan Diphyllobothrium latum (menyerang manusia melalui inang protozoa).
Daur hidup Taenia saginata dimulai dari dalam usus manusia yang terdapat
proglotid masak yaitu segmen cacing yang mengandung sel telur yang
telah dibuahi (embrio). Telur ini kemudian keluar bersama feses. Bila telur
termakan sapi dan sampai pada usus akan tumbuh dan berkembang
menjadi larva onkoster. Larva kemudian menembus usus dan masuk ke
dalam pembuluh darah atau pembuluh limpa, menuju ke otot lurik dan
membentuk kista yang disebut sistiserkus bovis (larva cacing). Kista akan
membesar dan membentuk gelembung yang disebut sistiserkus. Manusia
akan tertular cacing ini apabila memakan daging sapi mentah atau setengah
matang. Dinding sistiserkus akan dicerna di lambung sehingga larva
dibebaskan. Larva menempel pada usus manusia dengan menggunakan
skoleks. Larva kemudian tumbuh membentuk proglotid yang dapat
menghasilkan telur. Taenia solium mirip dengan Taenia saginata, bedanya
adalah skoleks pada Taenia saginata mempunyai alat pengisap tanpa kait
dan inang perantaranya adalah sapi, sedangkan Taenia solium memiliki
skoleks dilengkapi dengan kait dan inang perantaranya adalah babi.

3.4.2. Nemathelminthes
Kelompok Nemathelminthes dibagi atas dua kelas yaitu Nematoda dan
Nematophora, kelompok yang merugikan manusia adalah Nematoda oleh
karena itu berikut dibahas beberapa contoh Nematoda.

a) Cacing perut (Ascaris lumbricoides)


Cacing ini hidup sebagai parasit dalam usus manusia dan sering
disebut sebagai cacing usus atau cacing gelang, mempunyai panjang
sekitar 20 cm, dengan kedua ujungnya meruncing dan berwarna merah
muda. Karena hidupnya di dalam usus manusia, maka cacing ini
mengisap sari makanan yang ada di dalam usus.
Untuk membedakan antara cacing jantan dan betina, biasanya
tubuh cacing jantan berukuran lebih kecil daripada cacing betina dan
bagian posterior cacing jantan bengkok. Bagian posterior cacing
Ascaris merupakan ujung dengan anus pada sisi ventral. Bagian
anteriornya adalah ujung yang lebih kecil dengan tiga bibir yang
mengelilingi mulut pada ujungnya dan gigi-gigi kecil pada pinggirnya.
Cacing jantan memiliki sepasang alay berbentuk kait yang menyembul
dari anus dan disebut spikula. Spikula ini digunakan untuk membuka
pori kelamin cacing betina dan memindahkan sperma saat kawin.
Pada penderita cacingan, kadang-kadang cacing ini akan keluar
bersama feses (kotoran manusia). Karena suhu badan penderita lebih
panas, maka cacing tersebut tidak tahan berada di dalam usus dan akan
bergerak keluar, bahkan ada yang keluar melalui kerongkongan. Telur
yang telah membentuk embrio mula-mula keluar bersama feses
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 19

kemudian termakan oleh manusia bersama-sama makanan atau


minuman. Selanjutnya, akan menetas di dalam perut manusia dan larva
tersebut menuju ke dinding usus masuk dalam pembuluh darah menuju
ke jantung. Dari jantung kemudian menuju paru-paru. Larva akan
bergerak ke faring/kerongkongan. Apabila larva tersebut tertelan, maka
masuk lagi ke dalam usus dan menetap hingga menjadi dewasa. Coba
Anda pikirkan bagaimana jika cacing ini sampai ke mata atau otak?
Setelah Anda mengetahui daur hidupnya, coba buatlah skema daur
hidupnya agar Anda lebih jelas dan mudah untuk mempelajarinya!
Bagaimana cara kita menghindari penyakit cacing ini? Usaha yang
dapat kita lakukan adalah makan makanan yang bersih, tertutup rapat,
agar terhindar dari lalat dan debu yang mengandung telur cacing. Selain
itu, kita harus menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh.

b) Cacing tambang (Ancylostoma duodenale)


Mengapa cacing ini disebut cacing tambang? Pada waktu itu,
cacing tersebut banyak menyerang orang-orang yang bekerja di daerah
pertambangan yang menginfeksi melalui kulit kaki. Cacing tambang
Ancylostoma memiliki ujung anterior melengkung membentuk kasul
mulut dengan 1-4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya.
Cacing ini hidup di dalam usus manusia dengan alat kait tersebut untuk
mencengkeram dan mengisap darah. Daur hidupnya hampir sama
dengan cacing perut, hanya telurnya menetas di tempat yang becek.
Apabila ada seseorang yang menginjak tanah tersebut, maka larva akan
menempel dan menembus kaki kemudian masuk ke peredaran darah,
selanjutnya akan mengalami daur hidup seperti cacing perut. Seseorang
yang menderita penyakit cacing ini bisa terserang anemia. Ancylostoma
duodenale hidup di Afrika dan Necator americanus hidup di Amerika.

c) Cacing kremi (Oxyuris vemicularis)


Penyakit ini sering diderita anak-anak kecil. Penyakit ini
menyebabkan rasa gatal terus-menerus di sekitar dubur. Gatal-gatal itu
disebabkan karena cacing tersebut bertelur di sekitar dubur. Saat
bertelur cacing itu akan mengeluarkan zat yang menyebabkan rasa
gatal. Apabila digaruk, maka telur tersebut akan menempel pada jari.
Jika penderita lupa cuci tangan dan kemudian makan, maka telur akan
masuk ke dalam perut kemudian masuk ke dalam usus. Di sinilah telur
itu akan menetas menjadi dewasa. Cara penularan seperti ini disebut
juga autoinfeksi.

d) Cacing filaria (Wuchereria bancrofti)


Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut
filaria. Cacing ini menyebabkan penyakit kaki gajah atau elefansiasis.
Cacing ini hidup pada pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu banyak
jumlahnya, dapat menyumbat aliran limfe sehingga kaki menjadi
membengkak. Pada saat dewasa, cacing ini menghasilkan telur
kemudian akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil yang
disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah.
Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Jika
pada waktu itu ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 20

menembus dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada


nyamuk, kemudian setelah mengalami pertumbuhan, larva ini akan
masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk itu menggigit orang, maka orang
itu akan tertular penyakit ini, demikian seterusnya.

3.4.3. Annelida

a. Polygochaeta
Polychaeta berasal dari bahasa Yunani poly (banyak) dan chaeta (seta
atau rambut) yang berarti cacing berambut banyak. Kelompok cacing ini
berukuran antara 5 – 10 cm dengan warna yang beraneka ragam, umumnya
hidup di laut yaitu dalam pasir atau di antara batu-batuan di daerah pasang
surut. Tubuh bersegmen-segmen, setiap segmen mempunyai parapodia
(kaki bedaging), pada setiap parapodia terdapat seta untuk bergerak kecuali
pada segmen terakhir, serta mempunyai alat sensoris yaitu sensor palpus
pada ujung depan (kepala). Daerah kepala disebut juga prostomium dan
terdiri atas mata, antena, dan sensor palpus tersebut. Reproduksi terjadi
melalui perkawinan cacing jantan dan betina yang menghasilkan larva
trakofor. Contoh cacing ini adalah Eunice viridis (cacing wawo, hidup di
laut Maluku), Lysidice oele (cacing palolo, hidup di Kepulauan Fiji),
keduanya dapat dimakan dan mengandung protein yang tinggi. Contoh lain
adalah Nereis virens (kelabang laut) dan Arenicola sp.

b. Oligochatea
Olygochaeta berasal dari bahasa Yunani oligo (sedikit) dan chaeta
(seta atau rambut) yang berarti cacing berambut sedikit. Tubuhnya
bersegmen, tidak mempunyai parapodia, dan mempunyai beberapa seta
pada setiap ruas. Sebagian besar hidup di air tawar atau di darat dan
bersifat hermafrodit. Contoh yang mudah kamu temukan adalah Lumbricus
terrestris (cacing tanah). Tubuh cacing tanah memiliki segmen berjumlah
15 – 200 buah. Pada setiap segmen terdapat seta kecuali pada segmen
pertama dan terakhir. Pada segmen ke-32 sampai segmen ke-37 terdapat
klitelum atau sadel yang mengandung kelenjar sebagai alat kopulasi.
Cacing tanah bersifat hermafrodit tetapi tidak dapat melakukan pembuahan
sendiri. Dua cacing tanah melakukan perkawinan silang dengan
menempelkan tubuh secara berlawanan. Alat kelamin jantan mengeluarkan
sperma dan diterima klitelum pasangannya untuk membuahi sel telur. Sel
telur yang telah dibuahi ditampung di dalam kokon dan dilepaskan dari
tubuh cacing.
Cacing tanah bergerak dengan otot longitudinal dan otot sirkuler. Alat
eksresinya berupa sepasang nefridia yang terdapat pada setiap segmen dan
disebut metanefridia. Pernapasan dilakukan secara difusi menggunakan
seluruh permukaan tubuh yang lembab. Sistem peredaran darahnya
tertutup dengan plasma darah yang mengandung hemoglobin sehingga
berwarna merah. Sistem saraf berupa saraf tangga tali. Makanannya berupa
zat-zat organik, dicerna dengan sistem pencernaan makanan yang lengkap
yaitu mempunyai mulut, esofagus, tembolok, lambung, usus, dan anus.
Cacing ini mempunyai daya regenerasi yang tinggi dan membantu
menghancurkan zat organik. Cacing tanah juga makan dengan cara
menelan tanah selama menggali. Makanan yang tidak dicerna dibuang
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 21

melalui anus. Buangan ini dibawa ke permukaan tanah sehingga tampak


seperti gundukan kecil. Gundungan ini dinamakan kascing dan
menyuburkan tanah. Contoh dari cacing Oligochaeta adalah Pheretima
posthurna (cacing tanah), Perichaeta (cacing hutan), dan Tubifex (cacing
air).

c. Hirudinea
Hirudinea meliputi berbagai jenis lintah (hirudo = lintah) yang banyak
terdapat di air tawar, air laut, dan di darat. Tubuh pipih dorsoventral
dengan permukaan yang ditutupi kutikula dan tidak memiliki parapodia
atau seta. Hewan ini memiliki alat pengisap pada bagian ujung anterior
dan posterior, pengisap di ujung posterior ukurannya lebih besar. Lintah
merupakan hewan hermafrodit, lubang kelamin jantan terletak di depan
lubang kelamin betina. Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring,
tembolok, lambung, rektum, dan anus. Peredaran darahnya tertutup dan
bernapas melalui seluruh permukaan kulit. Alat eksresi berupa nefridium
yang terdapat pada setiap segmen. Hewan ini mempunyai kelenjar ludah
yang menghasilkan zat hirudin, mengandung bahan anti koagulasi yang
dapat mencegah penggumpalan darah. Tak hanya itu, saat mengisap darah
Hirudinea juga mengeluarkan zat anestetik yang mengurangi rasa sakit
dari penderitanya, sehingga terkadang inangnya tidak sadar darahnya
dihisap oleh kelas Hirudinea. Contoh Hirudo medicinalis (lintah) dan
Haemadipsa javanica (pacet).

3.5. Peran Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Annelida

3.5.1. Platyhelminthes
Secara umum, peranan anggota platyhelminthes kurang
menguntungkan manusia karena sebagian besar merupakan parasit pada
manusia dan hewan, terutama anggota kelas Trematoda dan Cestoda. Namun
dalam ekosistem Platyhelminthes berperan sebagai panyusun rantai dan
jarring-jaring makanan, yaitu sebagai konsumen.cacing pita merupakan parasit
yang hidup di dalam usus inang, cacing pita tidak memiliki mulut ataupun
saluran pencernaan.
Cacing pita merupakan hewan hermafrodit karena dalam setiap
praglotidnya terdapat ovary dan testis. Proglotid-proglotid yang telah masak,
yaitu yang sudah mengandung telur-telur berisi embrio, akan melepaskan diri
dari tubuh induknya dan keluar dari tubuh inang bersama feses. Beberapa
spesies Platyhelminthes dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan
hewan. Salah satu diantaranya adalah genus Schistosoma yang dapat
menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput
air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh
manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih,
ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia. Kerusakan tersebut disebabkan
perkembanganbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh hingga
menyebabkan reaksi imunitas. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit
endemik di Indonesia. Contoh lainnya adalah Clonorchis sinensis yang
menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya.
Spesies ini dapat menghisap darah manusia. Pada hewan, infeksi cacing pipih
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 22

juga dapat ditemukan, misalnya Scutariella didactyla yang menyerang udang


jenis Trogocaris dengan cara menghisap cairan tubuh udang tersebut.

3.5.2. Nemathelminthes
Karena cacing ini hidup sebagai parasit pada makhluk hidup, maka
bersifat merugikan kehidupan manusia.

3.5.3. Annelida
Filum Annelida banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia. Beberapa
jenis cacing tanah, membantu menyuburkan tanah karena dapat emnguraikan
Zat sampah dan membantu aerasi di dalam tanah. Beberapa jenis polychaeta,
seperti cacing wawo dan cacing palolo, merupakan sumber protein di daerah
Maluku. Sedangkan, golongan hirudenia yang mampu menghasilkan zat anti
pembekuan darah, banyak digunakan untuk pengobatan.

3.6. Gambar Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Annelida

3.6.1. Platyhelminthes

Macam-macam Platyhelminthes:

Struktur tubuh Platyhelminthes


Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 23

Reproduksi aseksual Platyhelminthes:

Struktur tubuh Fasciola hepatica:


Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 24

Daur hidup salah satu jenis Platyhelminthes, Fasciola hepatica:

3.6.2. Nemathelminthes

Struktur tubuh Nemathelminthes, Ancylostoma duodenale:

3.6.3. Annelida
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 25
Makalah Porifera, Coelenterata, dan Cacing Vermes 26

4. Sumber

Aryulina, Diah, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf, dan Endang Widi Winarni. Biologi 1:
SMA dan MA untuk Kelas X. 2007. Penerbit ESIS: Jakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Animalia

http://ilhamishak.wordpress.com/2011/04/21/porifera-dan-coelenterata/

http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/struktur-jaringantubuh-coelenterata/

http://ilhamishak.wordpress.com/category/contoh-makalah-lainyya/makalah-vermes/

http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-x/plathyhelminthes-cacing-pipih-dan-ciri-cirinya/

http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/struktur-jaringan-tubuh-cacing-pipih-
platyhelminthes/

http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/struktur-jaringan-tubuh-cacing-gilig-
nemathelminthes/

http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-x/nemathelminthes-cacing-benang-dan-ciri-
cirinya/

http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/struktur-jaringan-tubuh-cacing-gelang-annelida/

http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-x/filum-annelida/

Anda mungkin juga menyukai