Anda di halaman 1dari 10

PARASITOLOGI ISTN DESY MULIANA WENAS, M.Si.

CILIATA

Ciliata atau Infusoria merupakan kelas terbesar dari protozoa. Ciliata adalah
hewan yang berbulu getar. Ciliata memiliki Silia yang berfungsi untuk
bergerak, menangkap makanan dan untuk menerima rangsangan dari
lingkungan. Ukuran silia lebih pendek dari flagel.Ciliata memiliki 2 inti sel
(nukleus), yaitu makronukleus (inti besar) yang mengendalikan fungsi hidup
sehari-hari dengan cara mensisntesis RNA, juga penting untuk reproduksi
aseksual, dan mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat
konjugasi untuk proses reproduksi seksual.

Ciliata juga ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga


keseimbangan air dalam tubuhnya. Di samping itu terdapat vakuola makanan
untuk mencerna dan mengedarkan makanan, serta vakuola berdenyut untuk
mengeluarkan sisa makanan.
Banyak ditemukan hidup di laut maupun di air tawar. Mempunyai bentuk tubuh
yang tetap, dan oval. Cilliata ada yang hidup bebas dan adapula yang parasit.
Contoh yang hidup bebas adalah Paramecium caudatum dan yang parasit
adalah Nyctoterus ovalis yang hidup di dalam usus kecoa serta Balantidium
coli.

Pengertian Ciliata
Ciliata (latin, cilia = rambut kecil) atau Ciliophora/Infosoria bergerak
dengan cilia (rambut getar). Cilia terdapat pada seluruh permukaan sel atau
hanya pada bagian tertentu. Cilia membantu pergerakan makanan ke
sitostoma. Makanan yang terkumpul di sitostoma akan dilanjutkan ke sitofaring.
Apabila telah penuh, makanan akan masuk ke sitoplasma dengan membentuk
vakuola makanan.
Sel Ciliata memiliki dua inti: makronucle dan mikronuclei. Makronukleus
memiliki fungsi vegetatif. Mikronukleus memiliki fungsi reproduktif, yaitu pada
konjugasi. Ciliata hidup bebas dilingkungan berair, baik air tawar maupun laut.
Ciliata dapat hidup secara baik parasit maupun simbiosis. Contoh dari Ciliata
adalah Balantidium coli,Vorticella, dan paramecium.

Taksonomi
PARASITOLOGI ISTN DESY MULIANA WENAS, M.Si.

Phylum : ciliophora
Klass : kinetofragminophorea
Subklas : vestibuliferia
Ordo : Trichostomatida
Subordo : Trichostomatina
Famili : Balantiidae
Genus : Balantidium

Morfologi Ciliata
Tropozoit berbentuk lonjong, ukuran 60-70 x 40-50 µm. Tubuh tertutup silia
pendek, kecuali di daerah mulut silia lebih panjang (adoral cilia).
Bagian anterior terdapat cekungan dinamakan peristom dan terdapat mulut
(sitostom), tidak memiliki usus namun dibagian posterior memiliki anus
(cy;cytoyge). Terdapat 2 inti yang terdiri dari makronukleus (maN;berbentuk
ginjal) dan mikronukleus (miN;berbentuk bintik kecil) yang terdapat pada
cekungan makronukleus. Terdapat vakuole makanan (berisi sisa makanan ;
bakteri, leukosit, erithrosit, dll) dan vakuole kontraktil (cv).
Kista berbentuk bulat, ukuran 50-60 µ, dinding dua lapis, sitoplasma bergranul,
terdapat makro& mikronukleus serta sebuah badan refraktil. Tropozoit hidup
dalam mukosa dan sub mukosa usus besar, terutama di daerah sekum bagian
terminal daripada illeum. Bergerak ritmis dengan perantaraan cilia. Tropozoit
tidak dapat lama hidup di luar badan, tetapi kista tetap hidup selama beberapa
minggu. Kista yang dapat hidup di luar badan adalah bentuk infektif. Bila
tertelan oleh hospes baru, maka dinding kista hancur dan trofozoit yang
dilepaskan masuk dinding usus, dan memperbanyak diri.

Struktur Tubuh Ciliata


PARASITOLOGI ISTN DESY MULIANA WENAS, M.Si.

Berikut ini terdapat beberapa struktur tubuh ciliata, terdiri atas:

1. Kebanyakan ciliata berbentuk simetris kecuali ciliate primitive, simetrinya


radial.
2. Tubuhnya diperkuat oleh perikel, yaitu lapisan luar yang disusun oleh
sitoplasma padat.
3. Tubuhnya diselimuti oleh silia, yang menyelubungi seluruh tubuh utama
disebut silia somatis.
4. Ciliata mempunyai dua tipe inti sel (nucleus), yaitu makronukleus dan
mikronukleus.
5. Ciliata tidak mempunyai struktur khusus pertukaran udara dan sekresi.

Siklus Hidup Ciliata


PARASITOLOGI ISTN DESY MULIANA WENAS, M.Si.

Stadium kista dan tropozoit dapat berlangsung di dalam satu jenis hospes.
Hospes alamiah adalah babi, dan manusia merupakan hospes insidentil. Jika
kista infektif tertelan di dalam usus besar akan berubah menjadi bentuk
tropozoit. Di lumen usus atau dalam submukosa usus, tropozoit tumbuh dan
memperbanyak diri (multiplikasi). Jika lingkungan usus kurang sesuai bagi
tropozoit akan berubah menjadi kista.
Stadium kista parasit yang bertanggung jawab dalam proses penularan
balantidiasis (1). Umumnya kista tertelan melalui kontaminasi pada
makanan dan air (2). Setelah tertelan, terjadi excystation pada usus halus,
dan tropozoit berkoloni di usus besar (3)Tropozoit dalam lumen usus besar
binatang dan manusia, dimana memperbanyak diri dengan cara
pembelahan binary fission (4). Tropozoit menjadi kista infektif (5). Beberapa
tropozoit menginvasi ke dinding usus besar dan berkembang, beberapa
kembali ke lumen dan memisahkan diri. Kista matang keluar bersama tinja (1).

Reproduksi Ciliata
PARASITOLOGI ISTN DESY MULIANA WENAS, M.Si.

Berlangsung secara binary transverse fission (belah diri melintang), yaitu


tropozoit melakukan pembelahan diri dan secara konjugasi, dimana 2 tropozoit
membentuk kista bersama, dan kemudian bertukar material dari inti dan
berpisah kembali menjadi 2 tropozoit baru.

Klasifikasi Ciliata
Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi ciliata, terdiri atas:

1. Ichthyophthirius multifiliis (white spot)

Jenis Ciliata ini dapat berukuran sampai dengan 1,5 mm, sehingga dapat
terlihat oleh mata kita. Ichthyophthirius akan terlihat pada kulit ikan berupa
bintik-bintik putih, yang lebih dikenal dengan nama White Spot. Penyakit ini
akan terlihat pada sirip untuk tahapan awalnya, sirip mengapit/menjepit, dan
ikan akan terlihat menggosokan badannya pada tanaman atau obyek lainnya.
Pengobatan harus segera dilakukan, karena parasit (dari penyakit) ini
berenang bebas di air dan mudah menyebar (Asep, 2010).
lchthyophthirius multifiliis, parasit ini tidak memiliki inang spesifik dan
merupakan ektoparasit yang paling berbahaya diantara ektoparasit ikan air
tawar. Kecuali pada bagian anterior yang berbentuk cincin (cystome), hampir
di seluruh permukaan tubuh Ichthyophthirius multifiliis tertutup oleh cilia yang
PARASITOLOGI ISTN DESY MULIANA WENAS, M.Si.

berfungsi untuk pergerakannya, bagian sitoplasmanya terdapat makronukleus


yang berbentuk seperti tapal kuda, mikronukleus (inti yang kecil) yang
menempel pada makronukleus dan sejumlah vakuola kontraktil (Binary, 2010).
Jika diamati dengan mata telanjang parasit ini terlihat seperti bintik-bintik putih
pada kulit atau sisik ikan (inangnya). Hal ini terlihat jelas dari pengamatan
terhadap ikan lele, karena warna dasar dari ikan lele yang gelap dan bintik-
bintik putih yang menempel pada tubuhnya menandakan adanya “Ich” yang
menempel. Parasit ini dapat menginfeksi kulit, insang dan mata pada berbagai
jenis ikan baik ikan air tawar selain ikan lele, ikan air payau dan laut serta dapat
menyebabkan kerusakan kulit.
Penetrasi parasit ke dalam jaringan kulit ikan menyebabkan perubahan pada
jaringan integument, yaitu terbentuknya rongga di sekitar parasit, epithelial sel
rusak, pembuluh darah di daerah infeksi pecah, dan jaringan akan diselimuti
oleh sel darah. Parasit akan tumbuh dan menyebabkan bengkaknya
permukaan kulit ikan. Pada perkembangan selanjutnya rongga parasit akan
pecah, dan epithelium rusak meninggalkan luka menganga sehingga lapisan
dermis terekspose pada perairan.
Pada keadaan seperti ini ikan akan mengalami ketidakseimbangan
osmoregulasi. Seperti pada permukaan tubuh, epithelium insang juga
merupakan organ target dari parasit ini. Adapun keberadaan “Ich” pada organ
dalam ikan, maka akan lebih berbahaya karena Ichthyophthirius multifiliis,
selain merusak jaringan epithelium, membuat permukaan insang tidak
berfungsi. Hal ini karena lamela dipenuhi oleh lendir, dan dinding lamela yang
berfungsi sebagai alat pertukaran ion. Akhirnya ekskresi dan osmoregulasi
terganggu. Pada keadaan demikian biasanya kematian ikan akan tinggi, karena
ikan mengalami gangguan penyerapan oksigen (Binary, 2010).

2. Crytocarion irritans (marine ich)

Penyakit yang disebabkan oleh Crytocarion ini terjadi pada (aquarium) air laut,
gejala penyakit ini mirip dengan yang ditimbulkan oleh
parasit Ichthyophthirius pada air tawar (Asep, 2010).

3. Brooklynella hostilis

Brooklynella mempunyai bentuk dan ukuran yang menyerupai


parasit Chilodonella. Jenis Ciliata ini biasanya menyerang kulit dan insang dari
ikan air laut tropis. Pada tahapan awal kita akan melihat area kecil yang terlihat
pucat pada kulit ikan tersebut. Ikan akan berkurang nafsu makannya, nafas
PARASITOLOGI ISTN DESY MULIANA WENAS, M.Si.

semakin kencang, semakin lama ikan akan terlihat lesu dan mengeluarkan
lendir. Pada tahapan berikut area pucat akan bertambah besar, dan hingga
pada tahapan akhir akan terlihat perubahan yang sangat besar pada kulit, yang
akan menyebabkan kematian pada ikan (Asep, 2010).

4. Glossatella

Glossatella ini menetap pada pada luka. Jenis Ciliata ini mempunyai bentuk
seperti batang dengan ukuran yang pendek yang akan menempel pada tepian
luka. Organisme ini berkembang cepat dan tumbuh hampir menutupi luka
membentuk seperti lapisan berbulu. Lapisan berbulu ini mirip dengan lapisan
jamur, tetapi jamur mempunyai filamen yang lebih panjang. Apabila semua luka
telah tertutupi, maka Ciliata ini akan mencoba berkembang ke bagian kulit yang
masih sehat disekitarnya (Asep, 2010).

5. Trichodina sp.

Sangat sulit untuk dapat mengetahui kulit ikan yang terinfeksi jenis Ciliata ini.
Ikan akan terlihat menggosok-gosokan tubuhnya dan sering terlihat membuka-
menutup siripnya. Protozoa ini akan menempel pada kulit dan akan
menyebabkan iritasi kulit, yang mana akan menyebabkan kulit dan selaput
lendir semakin tipis (Asep, 2010).
Trichodina sp. Dapat menyebabkan penyakit Trychodiniasis. Trichodina
sp.merupakan protozoa berbentuk cakram dengan diameter sekitar 100
mikron.Memiliki “gigi-gigi” yang terdapat di bagian tengah dan cilia pada bagian
permukaan bawah. Trichodina sp. menyebabkan penyakit gatal-gatal pada
ikan. Ikan yang terserang parasit ini ikan dalam keadaan lemah, warna tubuh
kusam (tidak cerah), sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar atau
dinding kolam dan dapat menyerang hampir semua jenis ikan. Ditemukan pada
jenis ikan mas, tambakan, gurami, nilam, tawes, mujahir dan sepat (Asep,
2010).
Berdasarkan hasil pengamatan lendir dari tubuh ikan lele dengan mikroskop,
dapat diidentifikasi parasit Trichodina sp. yang juga dikenal
dengan Trichodiniella sp. dapat menyebabkan penyakit Trichodiniasis, yang
bisa menyerang kulit ikan maupun insang pada ikan. Trichodina sp. merupakan
protozoa berbentuk cakram bulat seperti mangkok dengan gigi-gigi yang
terdapat di bagian tengah. Sisi-sisi tubuh Trichodina sp. berbentuk cembung.
Bagian ini berfungsi sebagai tempat menempel cilia yang berfungsi sebagai
pergerakan pada permukaan tubuh inang. Parasit ini memiliki dua bagian yaitu
PARASITOLOGI ISTN DESY MULIANA WENAS, M.Si.

anterior dan posterior yang berbentuk cekung dan berfungsi sebagai alat
penempel pada inang. Parasit ini juga memiliki dua inti, yaitu inti besar dan inti
kecil, inti kecil yang dimiliki berbentuk bundar menyerupai vakuola dan inti
besar berbentuk tepal kuda (Binary, 2010).
Organisme ini dapat menempel secara adhesi (dengan tekanan dari luar), dan
memakan cairan sel pada mucus atau yang terdapat pada epidermis. Parasit
ini tidak dapat hidup jika diluar inang. Penempelan Trichodina sp. pada tubuh
ikan sebenarnya hanya sebagai tempat pelekatan (substrat), sementara parasit
ini mengambil partikel organik dan bakteri yang menempel di kulit ikan. Tetapi
karena pelekatan yang kuat dan terdapatnya kait pada cakram, mengakibatkan
seringkali timbul gatal-gatal pada ikan sehingga ikan akan menggosok-
gosokkan badan ke dasar kolam atau pinggir kolam, sehingga dapat
menyebabkan luka (Binary, 2010).
Ikan yang terserang parasit Trichodina sp. akan menjadi lemah dengan warna
tubuh yang kusam dan pucat (tidak cerah), Produksi lendir yang berlebihan dan
nafsu makan ikan turun sehingga ikan menjadi kurus. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa ektoparasit Trichodina sp. mempunyai peranan yang
sangat penting terhadap penurunan daya tahan tubuh ikan dengan rendahnya
sistem kekebalan tubuh maka akan terjadinya infeksi sekunder. Kematian
umumnya terjadi karena ikan memproduksi lendir secara berlebihan dan
akhirnya kelelahan atau bisa juga terjadi akibat terganggunya sistem
pertukaran oksigen, karena dinding lamela insang dipenuhi oleh lendir (Binary,
2010).
Penularan penyakit ini bisa melalui air atau kontak langsung dengan ikan yang
terinfeksi dan penularannya akan didukung oleh rendahnya kualitas air pada
wadah tempat ikan dipelihara (Binary, 2010).

6. Tetrahymena

Parasit ini akan muncul setelah mucous membrane terinfeksi jamur atau
bakteri, parasit ini memakan bagian-bagian rusak pada kulit ikan. Pada
aquarium yang memiliki populasi yang besar, Tetrahymena akan berkembang
secara cepat dan banyak dalam air yang terpolusi (Asep, 2010).

7. Chilodonella

Organisme ini membuat kulit terlihat seperti berkabut dan berwarna keputih-
putihan, transparan berbentuk noda untuk 1-3 cm. Ikan terlihat sakit dan
menggosokkan tubuhnya. Jika ini berlanjut noda pada kulit tersebut akan
PARASITOLOGI ISTN DESY MULIANA WENAS, M.Si.

bertambah besar dan menutupi hampir seluruh kulit dan berlendir putih. Ikan
akan akan terlihat berenang mengayun mengikuti arus air dan acuh tak acuh
terhadap lingkungannya. Parasit ini dapat berenang berpindah-pindah dari satu
ikan ke ikan lain dan menyebar dengan cepat (Asep, 2010).

8. Balantidium coli

Hospes parasit ini adalah babi (60-90%) dan beberapa spesies kera yang hidup
di daerah tropik. Tetapi ini kadang-kadang ditemukan pada manusia dan dapat
menyebabkan balantidiosis atau disentri balantidium. Parasit ini ditemukan di
seluruh dunia yang beriklim subtropik dan tropik, tetapi frekuensinya rendah.
Juga di Indonesia parasit ini jarang ditemukan pada manusia. Penularan antara
babi mudah terjadi, sekali-sekali dapat menular pada manusia. Penularan pada
manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang
terkontaminasi (Gandahusada, S., dkk, 1992).
Balantidium coli adalah protozoa yang terbesar pada manusia. Parasit ini
mempunyai dua bentuk yaitu bentuk vegetatif dan bentuk kista. Bentuk
vegetatif adalah lonjong, besarnya 60-70 mikron. Pada bagian anterior yang
agak meyempit, terdapat sitosom yang berfungsi sebagai mulut. Bagian
posterior bentuknya agak melebar, pada daerah ini ditemukan sitoping
(cytopyge) yang berfungsi untuk mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan
lagi. Pada seluruh badan terdapat bulu getar yang tersusun dalam baris
longitudinal. Pada sitosom terdapat bulu getar yang agak panjang.
Fungsi bulu getar adalah untuk bergerak dan mengambil makanan. Di
sitoplasma terdapat dua inti yang khas yaitu satu makronukleus dan
mikronukleus. Selain itu, ditemukan juga 1-2 buah vakuola kontraktil dan
banyak vakuola makanan. Bentuk vegetatif selain bentuk yang makan juga
merupakan bentuk yang berfungsi untuk berkembangbiak dengan cara belah
pasang transversal. Mula-mula mikronukleus yang membelah, diikuti oleh
makronukleus dan sitoplasma sehingga menjadi dua organisme baru. Kadang-
kadang tampak perubahan kontraktil (konjugasi) (Gandahusada, S., dkk,
1992).
Bentuk kista, berukuran kira-kira 60 mikron, lonjong dan berdinding tebal.
Bentuk kista hanya mempunyai makronukleus. Kista yang hidup, mempunyai
bulu getar yang masih bergerak. Bentuk kista tidak untuk berkembang biak
namun fungsinya hanya untuk bertahan. Kista dalam tinja dapat hidup 1-2 hari
pada suhu kamar. Parasit ini hidup di selaput lendir usus besar terutama di
daerah sekum.
PARASITOLOGI ISTN DESY MULIANA WENAS, M.Si.

Bentuk kista merupakan bentuk infektif. Bila kista tertelan, terjadi ekskistasi di
usus halus. Dari satu kista keluar satu bentuk vegetatif yang segera
berkembang biak dan membentuk koloni di selaput lendir usus besar. Bentuk
kista dan bentuk vegetatif keluar bersama tinja hospes. Infeksi terjadi bila
bentuk kista tertelan (Gandahusada, S., dkk, 1992).
Penyakit yang ditimbulkan oleh parasit ini hampir sama dengan penyakit yang
ditimbulkan oleh Entamoeba histolytica. Di selaput lendir usus besar, bentuk
vegetatif membentuk abses-sbses kecil yang kemudian pecah, menjadi ulkus
yang menggaung. Penyakit dapat berlangsung akut dengan ulkus yang merata
pada selaput lendir usus besar. Pada kasus berat, ulkus ini dapat menjadi
gangren yang berakibat fatal. Biasanya disertai dengan sindrom disentri.
Penyakit dapat menjadi menahun dengan diare yang diselingi konstipasi, sakit
perut, tidak nafsu makan, muntah dan kakeksia. Infeksi ringan berlangsung
tanpa gejala, bila parasit hidup di rongga usus besar.Balantidium colikadan-
kadang dapat menimbulkan infeksi ekstraintestinal, misalnya menyebabkan
peritonitis, uretritis (Gandahusada, S., dkk, 1992).
Pengobatannya dapat dilakukan dengan pemberian tetrasiklin,
diiodohidroksikuinolin, nitrimidazin dan metronidazol (Gandahusada, S., dkk,
1992).
Daftar Pustaka:

1. Gandahusada, S., dkk, 1992. Parasitologi Kedokteran, Balai


Penerbit FKUI. Jakarta.
2. Hickman, M.A.M., 1990. Kamus Lengkap Biologi, Jakarta. Erlangga.
3. Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori dan
Praktik). Bandung : ALFABETA
4. Natadisastra, Djaenudin. 2009.PARASITLOGI KEDOKTERAN
Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta : EGC
5. Prianto, Juni. 2010. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
6. Corwin, Elizabeth J.2009. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai