Anda di halaman 1dari 6

Serumen Prop

Serumen
Serumen merupakan campuran produk sekresi glandula seruminosa dan glandula sebasea.
Komposisi serumen terdiri dari berbagai macam protein, asam lemak jenuh, keratinosit dan
memiliki komponen anti bakteri. Produksi serumen pada dasarnya sebuah konsekuensi yang
timbul dari anatomi lokal yang unik. Kanalis auditori eksternus adalah satu-satunya cul-de-sac
yang dilapisi stratum korneum dalam tubuh.
Serumen memiliki fungsi lubrikasi dan membersihkan kanalis auditori eksternus.
Komponen penyusun serumen yang bersifat hidrofobik dapat menjaga kondisi kanalis auditori
eksternus lembab dan hangat. Serumen dianggap memiliki fungsi proteksi terhadap serangga
yang masuk ke kanalis auditori eksternus, namun hal ini masih belum terverifikasi secara
scientifik.
Serumen juga dapat mengikat debris, debu, rambut dan sel epitel yang terdeskuamasi.
Material tersebut dikeluarkan dari kanalis auditori eksternus dengan difasilitasi oleh migrasi
epitel pada kanalis auditori eksternus yang arahnya dari membran timpani ke lateral. Gerakan
rahang ketika mengunyah dan berbicara membantu proses pengeluaran serumen dari telinga.
Pewarisan tipe serumen bersifat autosomal. Terdapat dua tipe dasar serumen yaitu
serumen tipe basah dan tipe kering. Tipe basah bersifat dominan. Ras kaukasia dan ras kulit
hitam memiliki probabilitas 80% menghasilkan serumen tipe basah, lengket dan berwarna seperti
madu yang akan berubah menjadi gelap jika terpapar udara. Ras mongoloid, indian dan amerika
lebih sering ditemukan memiliki fenotip serumen tipe kering dan bersisik.
Kumpulan serumen yang berlebihan bukan merupakan suatu penyakit. Akumulasi
serumen dapat mengeras membentuk gumpalan padat. Bila serumen yang padat terkena air saat
mandi, serumen mengembang dan menyebabkan gangguan pendengaran sementara.

Epideomiologi
Kumpulan serumen yang berlebihan bukan merupakan suatu penyakit. Akumulasi
serumen dapat mengeras membentuk gumpalan padat. Bila serumen yang padat terkena air saat
mandi, serumen mengembang dan menyebabkan gangguan pendengaran sementara.
Serumen prop terjadi pada sekitar 6% populasi, dengan penderita terbanyak adalah
populasi lanjut usia. Selain itu, populasi anak-anak juga merupakan populasi yang sering terkena
serumen prop. Studi pada Tiongkok mendapatkan prevalensi serumen prop pada anak TK
sebesar lebih dari 10%.
Epidemiologi serumen prop di Indonesia paling banyak terdapat pada anak-anak.
Permasalahan gangguan pendengaran ini perlu mendapat perhatian seperti gangguan
pendengaran akibat paparan bising, gangguan pendengaran akibat infeksi dan sumbatan serumen
prop yang banyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah. Sumbatan serumen dapat
mengakibatkan gangguan pendengaran sehingga akan mengganggu proses penyerapan pelajaran
bagi anak sekolah. Hasil survei cepat yang dilakukan oleh Profesi Perhimpunan Ahli THT
(Perhati) dan Departemen Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) di beberapa
sekolah di 6 kota di Indonesia, ternyata prevalensi serumen prop pada anak sekolah cukup tinggi
yaitu antara 30-50 %.
Serumen prop maupun komplikasinya, umumnya tidak menyebabkan mortalitas. Walau
demikian, terdapat kemungkinan terjadinya gangguan pendengaran permanen akibat komplikasi
infeksi dari serumen prop yang tidak diobati.

Patofisiologi
Patofisiologi serumen prop/impaksi serumen dapat disebabkan akibat dua proses yaitu akumulasi
serumen dan/atau deformitas anatomi kanal telinga. Sebelum membahas mengenai patofisiologi
serumen prop, perlu terlebih dahulu mengerti mengenai fisiologi serumen.
Fisiologi Serumen
Fisiologi serumen merupakan hasil dari produksi kelenjar sebasea dan seruminosa di lapisan luar
kulit telinga. Lapisan dermis kulit kanal pada rawan telinga mengandung dua kelenjar eksokrin
yang terlibat dalam produksi serumen. Dua kelenjar eksokrin di saluran telinga adalah kelenjar
sebasea (minyak) dan kelenjar apokrin (keringat).
Kelenjar Sebasea (Minyak)
Kelenjar sebasea menghasilkan zat yang disebut sebum. Sebum ini terdiri dari lemak
(lipid) dan debris dari sel lemak yang mati. Sebum ini berfungsi melindungi dan membasahi
rambut dan kulit pada telinga agar tidak kering, rapuh dan pecah-pecah. Tingkat sekresinya
meningkat selama masa remaja.
Kelenjar sebasea biasanya ditemukan di telinga bagian luar. Sifat sebum tidak berbau,
tetapi ketika dipecah oleh bakteri dapat menghasilkan bau. Komposisi sebum terdiri dari
squalene, ester gliserol, kolesterol bebas dan asam lemak. Asam lemak pada manusia terdiri dari
25% lilin monoester, 41% trigliserida, 16% asam lemak bebas dan 12% squalene. Kandungan
lemak yang tinggi dalam sebum ini memberikan pelumasan yang baik pada telinga.

Kelenjar Seruminosa
Kelenjar seruminosa ini termasuk dalam kelenjar eksokrin yang terdiri dari dua jenis
yaitu ekrin (merokrin) dan apokrin.
Kelenjar ekrin menutupi sebagian besar tubuh kecuali saluran telinga. Kelenjar ini
mensekresikan air dan natrium klorida yang berfungsi menghasilkan keringat dan membuang
kotoran. Saluran kelenjar keringat ekrin berakhir di pori-pori pada lapisan epidermis yang
berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh melalui pendinginan evaporatif.
Kelenjar keringat apokrin adalah kelenjar sudoriferosa yang bermodifikasi dan pada
saluran telinga hanya ditemukan di lapisan saluran telinga bagian luar. Kelenjar apokrin lebih
besar, lebih dalam dan menghasilkan sekresi lebih banyak dari kelenjar ekrin. Sekresi yang lebih
banyak ini mencegah masuknya partikel ataupun serangga ke dalam telinga serta melumasi
gendang telinga.

Patofisiologi Serumen Prop


Patofisiologi serumen prop dapat disebabkan oleh dua proses yaitu akumulasi serumen
yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor yakni penuaan, faktor mekanik dan deformitas
anatomi kanal telinga  
Akumulasi Serumen
Akumulasi serumen dalam telinga dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
 Faktor usia: mengurangi jumlah dan aktivitas kelenjar seruminosa sehingga
menghasilkan jenis serumen yang lebih kering
 Proses penuaan: meningkatkan produksi rambut saluran telinga yang meningkatkan
potensi serumen terperangkap di kanal telinga
 Faktor mekanik: penggunaan cotton bud menyebabkan terdorongnya kotoran ke telinga
yang lebih dalam sehingga kotoran tertumpuk
Deformitas Anatomi Kanal Telinga
Deformitas anatomi kanal telinga lebih sering disebabkan oleh faktor genetik Hal inilah
yang menyebabkan mengapa beberapa orang membentuk serumen lebih cepat dan banyak
dibandingkan yang lain. Faktor berikutnya adalah variasi bentuk anatomi berupa penyempitan
saluran telinga, baik bawaan ataupun didapat.
Patofisiologi Gejala Serumen Prop
Efek oklusif dari impaksi serumen akan menyebabkan gejala utama berupa rasa penuh
pada telinga dan gangguan pendengaran. Terkadang impaksi serumen ini juga dapat
menimbulkan gejala berupa tinnitus, batuk dan vertigo. Masuknya air dalam saluran telinga pada
saat mandi atau sisa air dari tindakan irigasi serumen dapat menyebabkan pembengkakan pada
serumen. Serumen yang mengalami pembengkakan ini dapat mengumpulkan bakteri di saluran
telinga bagian tengah sehingga menyebabkan infeksi dalam bentuk otitis eksterna.
 
ETIOLOGI
Etiologi serumen prop, atau disebut sebagai impaksi serumen, adalah faktor internal dan
eksternal yang menyebabkan terjadinya oklusi saluran telinga oleh serumen.
Faktor Internal
Faktor internal yang berperan terhadap terjadinya serumen prop adalah faktor genetik, anatomi
saluran telinga, dan usia. Faktor genetik membuat beberapa orang membentuk lebih banyak
serumen dibandingkan yang lain. Faktor anatomi saluran telinga membuat orang yang memiliki
saluran telinga kecil, lebih rentan terhadap impaksi serumen karena produksi serumen yang
sedikit saja dapat menutupi salurannya. Faktor usia pada pria tua menghasilkan sekresi serumen
yang lebih kering dan banyaknya rambut pada saluran telinga juga meningkatkan
risiko gangguan pendengaran. 

DIAGNOSA
Diagnosis serumen prop dapat ditegakkan jika timbul gejala berupa otalgia, tinitus, vertigo,
oklusi total dan atau saat pemeriksaan fisik telinga terdapatnya akumulasi serumen yang
mengganggu visualisasi saluran telinga atau membran timpani.
ANAMNESIS
Keluhan
 Rasa penuh pada telinga
 Pendengaran berkurang
 Rasa nyeri pada telinga
 Keluhan semakin memberat bila telinga kemasukan air (sewaktu mandiatau berenang)
 Beberapa pasien juga mengeluhkan adanya vertigo atau tinnitus.
Faktor Risiko
 Dermatitis kronik liang telinga luar 
 Liang telinga sempit
 Produksi serumen banyak dan kering
 Kebiasaan mengorek telinga
Pemeriksaan Fisik
Otoskopi : obstruksi liang telinga luar oleh material berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman.
Konsistensi dari serumen dapat bervariasi.
Tes penala : normal atau tuli kondukti.

Tatalaksana
1. Menghindari membersihkan telinga secara berlebihan
2. Menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam telinga.
3. Tatalaksana farmakoterapi.
a. Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkanpada pelilit
kapas.
b. Serumen yang keras dikeluarkan denganpengait atau kuret. Apabiladengan cara
ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih
dahuludengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.
c. Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga sehingga
dikuatirkan menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu
mengeluarkannya, dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang
suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.
d. Indikasi untuk mengeluarkan serumen adalah sulit untuk melakukan evaluasi
membrane timpani, otitis eksterna, oklusiserumen dan bagian dari terapi tuli
konduktif. Kontraindikasi dilakukannya irigasi adalah adanya perforasi membran
timpani. Bila terdapat keluhan tinitus, serumen yang sangat keras dan pasien yang
tidak kooperatif merupakan kontraindikasi dari suction.

Prognosis
Prognosis serumen prop dipengaruhi oleh pengobatan yang adekuat untuk mengeluarkan
serumen yang terimpaksi. Jika serumen prop tidak diobati, gejala dapat bertambah buruk dan
bahkan dapat terjadi komplikasi berupa infeksi atau gangguan pendengaran permanen.

Anda mungkin juga menyukai