Sejak 3 hari SMRS penderita bertambah pucat, tidak terdapat demam maupun perdarahan.
Penderita juga mengeluh perut tampak membesar dan anak terlihat semakin lemas, anak dibawa
berobat ke poliklinik RSMH dan disarankan untuk rawat inap.
• Vital Sign: Tekanan darah: 90/60 mmHg, nadi: 110x/menit, RR: 28x/ menit, temperature: 36,7◦C.
• Kepala: Konjungtiva palpebra anemis, sclera ikterik (+), frontal bossing (-), tulang pipi menonjol
(-).
• Leher: Tidak ditemukan pembesaran KGB
• Abdomen: hepar teraba 5 cm bac dan 5 cm bpx, permukaan rata, tepi tajam, nyeri tidak ada,
lien teraba schuffner 4, bising usus dalam batas normal.
• Extremitas: akral pucat, CRT <3’’
Pemeriksaan Penunjang:
• Laboratorium:
• Hemoglobin: 4,2 g/dl, Hematokrit: 12 vol%, leukosit 10.700mm3, MCV: 62.9 fl, MCH: 21 pg,
MCHC: 34%, Trombosit: 261.000/mm3, Diff count: 0/3/39/52/6, Retikulosit 3,39%, LED:
32mm/ jam.
• Bilirubin total: 1.81 g/dl, bilirubin indirek: 1.21 g/dl, bilirubin direk: 0.6 g/dl. Besi serum:
185µg/L, Total Iron Binding Capacity (TIBC): 305µg/dL, saturasi transferin 60.6%, ferritin
223ng/mL.
• Gambaran Darah Tepi:
• Eritrosit mikrositer hipokrom dengan anisopoikilositosis (fragmentosit, anulosit, eliptosit), sel
pensil (+), target cell (+).
• Leukosit jumlah normal, bentuk normal.
• Trombosit jumlah normal, bentuk normal.
KLARIFIKASI ISTILAH
Fakta Prioritas
Keluhan utama: Avril, anak laki- laki usia 3 tahun 8 bulan, BB 13 kg, PB 94 cm, VVVV
dibawa berobat dengan keluhan pucat sejak 1 bulan SMRS.
Keluhan tambahan: Pasien disertai perut yang makin membesar, tidak terdapat
demam, mimisan, gusi berdarah, maupun bintik merah di badan. Tidak terdapat
BAB hitam maupun BAK merah.
PRIORITAS UTAMA
ANALISIS MASALAH
Thalasemia (gangguan sintesis rantai globin) Sel darah merah (Packed Red
Cell/PRC)
Kerusakan hati yang parah (anemia
penyakit kronis)
Keganasan hematologi
Menyingkirkan
anemia
aplastik Harus transfusi ??
Leher (-) Pembesaran kelenjar getah bening (KGB). (-) Pembesaran kelenjar getah bening Normal
(KGB)
Abdomen Hepar tidak teraba Hepar teraba 5 cm bac dan 5 cm bpx, Hepatosplenomegaly
Lien tidak teraba permukaan rata, tepi tajam, nyeri tidak
Bising usus dbn ada,
Lien teraba S4
Bising usus dbn
Ekstremitas Akral hangat dan tidak pucat Akral pucat, CRT <3” hipoksia perifer
ANALISIS MASALAH
Pemeriksaan Penunjang:
Apa interpretasi pemeriksaan penunjang
pada kasus?
Laboratorium: Bagaimana mekanisme abnormalitas
• Hemoglobin (Hb): 4,2 g/dL, Hematokrit (Ht): 12 pemeriksaan penunjang laboratorium
vol%, leukosit 10.700/mm3, MCV: 62.9 fL, MCH: pada kasus?
21 pg, MCHC: 34%, Trombosit: 261.000/mm3,
Diff.count: 0/3/39/52/6, retikulosit 3.39%, Laju
Endap Darah (LED): 32 mm/jam.
• Bilirubin total 1.81 g/dL, bilirubin indirect 1.21
g/dL, bilirubin direct 0,6 g/dL. Besi serum 185
µg/L, Total Iron Binding Capacity (TIBC) 305
µg/dL, saturasi transferin 60.6%, Ferritin 223
ng/mL.
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Interpretasi
Hb 11 g/dL 4,2 g/dL Abnormal (↓)
MCV 73-101 fL 62,9 fL Abnormal (↓)
MCH 23-31 pg 21 pg Abnormal (↓)
MCHC 31-37% 34% Normal
Leukosit 5,5-15,5 x 103/mm3 10.700/mm3 Normal
Trombosit 250-550 x 103/mm3 261.000/mm3 Normal
Hitung jenis Basofil : 0-1 Basofil : 0 Basofil : Normal
Eosinofil: 1-6 Eosinofil: 3 Eosinofil: Normal
Neutrofil: 50-70 Neutrofil: 39 Neutrofil: Neuropenia
Limfosit : 20-40 Limfosit : 52 Limfosit : Limfositosis
Monosit : 2-3 Monosit : 6 Monosit : Monositosis
Hematokrit 34-39% 12% Abnormal (↓)
Retikulosit 0,5 – 2,0 % 3,39 % Abnormal (↑)
LED 0-10 mm/jam 32 mm/jam Abnormal (↑)
Biliburin total <1,0 g /dl 1,81 g/dl Abnormal (↑)
Bilirubin indirect <1 1,21 g/dl Abnormal (↑)
Bilirubin direct 0,1 – 0,5 0,6 g/dl Abnormal (↑)
Besi serum 35-150 µg/dl 185µg/dl Abnormal (↑)
TIBC 260-400 µg/dl 305 µg/dl Normal
Saturasi transferin 20-45% 60,6% Abnormal (↑)
Ferritin 30-400 ng/mL 223 ng/mL Normal
Hb, eritrosit, dan hematokrit menurun (anemia)
Netropenia
Peningkatan LED
Besi serum dan TIBC dan
Bilirubin total, direct, saturasi transferin
indirect meningkat ferritin
meningkat normal
ANALISIS MASALAH
analisis
hemoglobin
elektroforesis Hb
metode HPLC
HIPOTESA
Anemia Anemia
defisiensi penyakit
besi kronik
Anemia
sideroblastik
DIAGNOSIS KERJA
Anemia
hipokrom
mikrositer et
causa
thalassemia
beta
DEFINISI
Thalassemia
• kelainan genetik dimana terjadi mutasi di dalam
atau di dekat gen globin yang ditandai dengan
tidak ada atau berkurangnya sintesis rantai
globin.
• Tetramer yang terbentuk tidak stabil sehingga
mempercepat destruksi eritrosit
ETIOLOGI
• Thalassemia-α • Thalassemia-β
Hemoglobin
Jumlah Presentasi
Genotip Elektroforesis
gen α Klinis
Saat Lahir > 6 bulan
Silent Carrier Thalassemia-β
αα/αα 4 Normal N N
-α/αα 3 Silent carrier 0-3 % Hb Barts N Trait Thalassemia-β
--/αα atau – 2 Trait thal-α 2-10% Hb N
Thalassemia-β Yang Terkait Dengan
α/-α Barts Variasi Struktural Rantai β
--/-α 1 Penyakit Hb H 15-30% Hb Hb H
Bart Thalassemia-β° Homozigot (Anemia
Cooley, Thalassemia Mayor)
--/-- 0 Hydrops >75% Hb Bart -
fetalis
PATOGENESIS
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
• Pucat, sklera ikterik, facies cooley (dahi menonjol, mata menyipit, jarak kedua mata melebar,
maksila hipertrofi, maloklusi gigi), hepatosplenomegali, gagal tumbuh, gizi kurang, perawakan
pendek, pubertas terlambat, dan hiperpigmentasi kulit.
PEMERIKSAAN FISIK
• Pucat, sklera ikterik, facies cooley (dahi menonjol, mata menyipit, jarak kedua mata melebar,
maksila hipertrofi, maloklusi gigi), hepatosplenomegali, gagal tumbuh, gizi kurang, perawakan
pendek, pubertas terlambat, dan hiperpigmentasi kulit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• HPLC
• Elektroforesis hb
• Analisis DNA
Transfusi
Dukungan darah
psikososial
Transplantasi
sumsum
tulang
(Sumber : Perhimpunan
Hematologi dan Transfusi
darah Indonesia (PHTDI)
KELASI BESI
** DFO = desferoksamin, DFP = deferipron, DFX =
deferasiroks, TTGO = tes toleransi glukosa oral, PP =
post-prandial.
** Pemantauan dilakukan dengan dukungan dan
kerjasama lintas departemen: Ilmu Penyakit Dalam,
Psikiatri (terutama untuk anak dan remaja),
Kebidanan dan Kandungan (fetomaternal), THT,
Gigi dan Mulut
• Elektroforesis hemoglobin
• Analisis DNA
• Diagnosis prenatal
KOMPLIKASI
Komplikasi akibat penyakit
dasar
• Anemia berat, komplikasi jantung yang
berkaitan dengan anemia, fraktur Komplikasi akibat terapi kelasi besi
patologis, komplikasi endokrin, gagal
tumbuh, gizi kurang, perawakan pendek, • Desferoksamin dapat menyebabkan komplikasi pada
dan pembesaran organ-organ abdomen pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan
fungsi hati dan ginjal, serta menyebabkan gangguan
Komplikasi pengobatan (akibat pertumbuhan.
transfusi) • Deferipron terutama menyebabkan neutropenia,
gangguan fungsi hati, dan ginjal.
• Penumpukan besi pada organ jantung • Deferasiroks menyebabkan gangguan fungsi hati dan
(kardiomiopati), hemosiderosis hati, paru, ginjal.
dan organ endokrin.
• Transmisi berbagai virus khususnya
hepatitis B, hepatitis C, malaria, dan HIV.
• Risiko saat transfusi menimbulkan gagal
jantung, reaksi hemolitik
PROGNOSIS