Anda di halaman 1dari 7

ABORTUS

Diagnosis
Diagnosis abortus ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis
Tiga gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian bawah
terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung,bokong dan perineum,
perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi. Gejala ini terutamanya khas pada abortus
dengan hasil konsepsi yang masih tertingal di dalam rahim. Selain itu, ditanyakan adanya
amenore pada masa reproduksi kurang 20 minggu dari HPHT. Perdarahan pervaginam dapat
tanpa atau disertai jaringan hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah
berupa jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram
bawah perut biasanya di daerah atas simpisis (Gaufberg, 2016).
Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi yang
tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan riwayat infeksi traktus genitalis harus
diperhatikan.6 Riwayat kepergian ke tempat endemik malaria dan pengambilan narkoba malalui
jarum suntik dan seks bebas dapat menambah curiga abortus akibat infeksi (Gaufberg, 2016).
2. Pemeriksaan Fisik
Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit. Palpasi abdomen dapat memberikan
idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan pemeriksaan bimanual. Yang dinilai
adalah uterus membesar sesuai usia gestasi, dan konsistensinya. Pada pemeriksaan pelvis,
dengan menggunakan spekulum keadaan serviks dapat dinilai samaada terbuka atau tertutup ,
ditemukan atau tidak sisa hasil konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau
didapatkan di liang vagina (Saifuddin, 2006).
Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Perdarahan Nyeri Ukuran Serviks Gejala Khas Diagnosis
Abdomen Uterus
Sedikit-banyak Sedang-berat Sesuai usia Terbuka Pengeluaran Abortus
gestasi sebagian komplit
jaringan hasil
konsepsi
Sedikit Tanpa rasa Lebih kecil Tertutup Pengeluaran Abortus
nyeri/ nyeri dari usia semua komplit
sedang gestasi jaringan hasil
konsepsi
Sedikit-banyak Sedang-berat Sesuai usia Terbuka Tidak ada Abortus
gestasi pengeluaran insipens
hasil
konsepsi
Sedikit Sedang Sesuai usia Tertutup Tidak ada Abortus
gestasi pengeluaran iminens
hasil
konsepsi
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu bekuan, waktu
perdarahan, trombosit, dan GDS. Pada pemeriksaan USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh,
ada sisa hasil konsepsi dalam uterus (Gaufberg, 2016).

Tatalaksana (Kemenkes, 2013)


Tatalaksana Umum
1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu, yaitu penilaian
tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
2. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90 mmHg). Jika
terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak terdapat tanda syok, tetap pikirkan
kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena
kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
3. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan
kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
a. Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
b. Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
c. Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
4. Segera rujuk ibu ke rumah sakit
5. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan konseling
kontrasepsi pasca keguguran.
6. Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.

Tatalaksana Khusus
1. Abortus Iminens
a. Pertahankan kehamilan.
b. Tidak perlu pengobatan khusus.
c. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
d. Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada pemeriksaan
antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG panggul I setiap 4
minggu. Lakukan penilaian ulang bila perdarahan lagi
e. Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG.
f. Nilai kemungkinan adanya penyebab lain.

2. Abortus Insipiens
a) Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak
nyaman selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai
kontrasepsi pascakeguguran.
b) Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu: lakukan evakuasi isi
uterus jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
- Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila
perlu)
- Rencanakan evakuasi segera.
c) Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
- Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi sisa hasil
konsepsi dari dalam uterus
- Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCI 0, 9% atau
Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi
d) Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
e) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
f) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen,
dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa hemoglobin setelah
24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat
diperbolehkan pulang.

3. Abortus Inkomplit
a) Lakukan konseling.
b) Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
mencuat dari serviks.
c) Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan
evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang
dianjurkan. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2
mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
d) Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1
liter NaCI 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi.
e) Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
f) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
g) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah
24 jam. Blla hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.
h) Waspadalah bila tidak ditemukan adanya jaringan hasil konsepsi pada sampel
kuretase. Lakukan evaluasi ulang atau rujuk untuk memeriksa kemungkinan
adanya kehamilan ektopik.

4. Abortus Komplit
a) Tidak diperlukan evakuasi lagi.
b) Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan
kontrasepsi pasca keguguran.
c) Observasi keadaan ibu.
d) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg hari selama
2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
e) Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu

5. Missed Abortion
a) Lakukan konseling.
b) Jika usia kehamilan <12 minggu: evakuasi dengan AVM atau kuretase.
c) Jika usia kehamilan >12 minggu namun <16 minggu: pastikan serviks terbuka,
bila perlu lakukan pematangan serviks sebelum dilakukan dilatasi dan kuretase.
Lakukan evakuasi dengan tang abortus dan sendok kuret.
d) Jika usia kehamilan 16-22 minggu : lakukan pematangan serviks. Lakukan
evakuasi dengan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NaCI 0,9% Ringer Laktat
dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Bila
dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali sebelum merencanakan
evakuasi lebih lanjut.
e) Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
f) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi ke laboratorium.
g) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah
24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.

Komplikasi (Sari dan Prabowo, 2018)


a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiporetrofleksi.
Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu
segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luar dan bentuk perforasi, penjahitan
luka perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin juga terjadi
perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk
selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan
pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa
memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah
peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat
(syok endoseptik).

SKDI

Gaufberg SV, Slava V. 2016. Abortion Treatened.


http://emedicine.medscape.com/article/795359-overview , diakses pada 28 Mei 2021
Saifuddin A. 2006. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Kementrian Kesehatan Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kemenkes.
Sari RDP dan Prabowo AY. 2018. Buku ajar perdarahan pada kehamilan trimester 1.
Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Anda mungkin juga menyukai