Anda di halaman 1dari 83

- Laporan Kasus -

Efusi Pleura e.c TB Paru + Gizi


Buruk + Anemia Penyakit Kronik
Assyifa Rachmadina, S. Ked 04054822022079
Wiena Nadella Praja, S.Ked 04054822022110
Deva Wulandari, S.Ked 04054822022186
Pembimbing:
dr. Fifi Sofiah, Sp.A (K)
OUTLINE
0 0
1 4
Pendahuluan Analisis Kasus
0 0
2Status Pasien 5
Kesimpulan
0
3
Tinjauan Pustaka

2
0
1
Pendahuluan

3
Latar Belakang
Tuberkulos
is Jumlah kasus TB pada anak
berkisar 1 juta dalam 10.4 juta
• Disebabkan oleh Mycobacterium insiden kasus (WHO,2015).
tuberculosis
• Masih menjadi penyebab utama Epidemiolog
kematian di dunia. i WHO juga melaporkan sekitar
210.000 kematian dari TB anak
di 2015, dimana 24% kasus
Faktor tersebut memiliki koinfeksi
Risiko dengan HIV.

• Malnutrisi dan gizi buruk dapat menjadi faktor risiko


terjadinya infeksi dan penyakit tuberculosis
Tujuan
• Tuberkulosis dapat juga menyebabkan malnutrisi dan
gizi buruk, yang bisa mengganggu masa pertumbuhan • Diagnosis TB yang cepat, dapat menurunkan angka
dan perkembangan anak. kesakitan dan kematian anak.

• Terapi yang tepat juga bisa menghindarkan dari


komplikasi, juga penyebaran TB secara langsung. 4
0
2
Status Pasien

5
Identifikasi Pasien
● Nama : An. MVL
● Tanggal Lahir (Usia) : 20 Februari 2021 (8 bulan)
● Jenis kelamin : Perempuan
● Agama : Islam
● Nama Ayah : Tn. M
● Nama Ibu : Ny. W
● Alamat : 30 Ilir
● Suku Bangsa : Sumatera Selatan
● No. Med Rec : 0001224XXX
● MRS : 8 Oktober 2021

6
Anamnesis
Informasi diperoleh secara alloanamnesis dari Ibu
Kandung pasien pada tanggal 13 Oktober 2021

Keluhan Utama Keluhan Tambahan

Sesak semakin memberat sejak 1


Badan lesu
minggu SMRS.

7
Riwayat Perjalanan Penyakit
4 bulan SMRS 2 bulan SMRS

● Pasien mulai merasa sesak. Sesak dirasakan


● Pasien mengeluh batuk. Batuk berdahak hilang timbul. Sesak tidak dipengaruhi cuaca.
berwarna putih, kental, sulit dikeluarkan, ● Keluhan batuk ada, berwarna putih, kental, dan
frekuensi batuk 3-5 x sehari. Batuk lebih sering sulit dikeluarkan. Batuk dirasakan semakin
di malam hari. Batuk berdarah tidak ada. sering frekuensinya.
● Keringat malam ada. ● Demam ada, hilang timbul lebih sering pada
● Sesak tidak ada. malam hari.
● Demam ada, hilang timbul, lebih sering di ● Badan lesu ada.
malam hari. ● Penurunan frekuensi menyusu ada.
● BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien lalu dibawa ke RS Swasta. Pasien diberikan
● Pasien tidak berobat. obat-obatan namun pasien tidak ingat nama obatnya.
Pasien dirawat selama seminggu dan keluhan sesak
membaik namun terkadang timbul kembali.

8
Riwayat Perjalanan Penyakit
1 minggu SMRS pasien mengeluh sesak semakin memberat. Sesak dirasakan terus-
menerus. Keluhan batuk masih ada. Batuk berdahak berwarna putih yang sulit dikeluarkan
dengan frekuensi >10x sehari, lebih sering pada malam hari. Demam ada, hilang timbul,
suhu tidak diukur. Demam dirasakan lebih sering pada malam hari. Badan lemas ada, pasien
tidak kuat menangis seperti biasa. Ibu pasien juga merasa badan pasien menjadi lebih kecil.
Pasien sering diasuh tetangga yang memiliki riwayat batuk lama. BAK dan BAB tidak ada
keluhan. Pasien berobat ke klinik dan dilakukan nebulisasi. Keluhan sesak sempat membaik
lalu muncul kembali. Pasien berobat ke RSUD lalu dirujuk ke RSMH Palembang guna
tatalaksana lebih lanjut.

9
Riwayat Kehamilan

• GPA : G4P3A0
• HPHT : 15 Mei 2020
• Periksa hamil : ANC 3 kali selama
hamil di bidan
• Riwayat minum alkohol :-
• Riwayat merokok :-
• Riwayat makan obat-obatan tertentu :-
• Penyakit atau komplikasi kehamilan :-

10
Riwayat Persalinan

• Masa Kehamilan : Aterm (37 minggu)


• Partus : Pervaginam
• Tempat : Klinik
• Ditolong oleh : Bidan
• Tanggal : 20 Februari 2021
• BBL : 2800 gram
• PBL : 49 cm
• Lingkar Kepala : Ibu tidak ingat
• Lingkar Lengan Atas : Ibu tidak ingat
• Riwayat pendarahan : Tidak ada
• KPSW : Tidak ada
• Riwayat demam saat persalinan : Tidak ada
• Riwayat ketuban kental, hijau, bau : Tidak ada
• Keadaan bayi saat lahir : Bayi langsung menangis
11
Riwayat Makanan

• Pasien diberikan susu formula sejak lahir sebanyak 40 cc


tiap 2 jam.
• Pasien tidak pernah mendapatkan asi ekslusif.
• Pasien tidak diberi MPASI.

Kesan: Kuantitas dan kualitas makan pasien kurang baik.

12
Riwayat Sosial Ekonomi

• Ayah bekerja sebagai buruh lepas dan ibu pasien sebagai ibu rumah tangga.
• Pasien merupakan anak keempat.
• Rumah padat penduduk dengan jarak antar rumah berdekatan.
• Terdapat tetangga pasien yang memiliki riwayat batuk lama yang sering mengurus
pasien.
• Rumah pasien ditinggali 12 anggota keluarga.
• Rumah memiliki banyak ventilasi dan WC sendiri.
• Pasien berobat menggunakan BPJS.
• Pengasuhan dilakukan oleh ibu dan ayah.
Kesan: Sosial ekonomi menengah ke bawah.

13
Riwayat Imunisasi

IMUNISASI DASAR

  Usia   Usia   Usia   Usia

BCG 1 bulan            

Hep B 0 1 hari Hep B 1 - Hep B 2 - Hep B 3 -

DPT 1 - DPT 2 - DPT 3 -    

Hib 1 - Hib 2 - Hib 3 -    

Polio 1 - Polio 2 - Polio 3 - Polio 4 -

Campak -            

Kesan: Riwayat imunisasi dasar PPI tidak lengkap.

14
Riwayat Penyakit yang Pernah
Riwayat Keluarga Diderita

• Perkawinan : Menikah • Riwayat gejala TB : Tidak ada


• Usia : Ayah (38 tahun), • Riwayat diagnosis HIV pada ibu : Tidak
Ibu (35 tahun) ada
• Pendidikan : Ayah (SMA) • Riwayat alergi : Tidak ada
Ibu (SMA)

15
Riwayat Kebiasaan Keluarga Riwayat Perkembangan

Ayah merokok ± ½-1 bungkus per hari, • Mengangkat kepala : Usia 3 bulan
riwayat minum alkohol disangkal. • Berbalik : Usia 4 bulan
• Tengkurap : Usia 5 bulan
• Merangkak : Usia 7 bulan
Kesan: Perkembangan normal

16
Pemeriksaan Fisik Umum
● Keadaan umum : Tampak sakit sedang ● BB : 3600 gram
● Kesadaran : Compos Mentis ● PB : 62 cm
● Tekanan Darah : 85/65 mmHg ● IMT : 9,36 kg/m2
● Nadi :130x/menit, reguler, ● BBL : 2800 gram
isi & tegangan cukup ● PBL : 49 cm
● Pernapasan : 48 x/menit ● BB/U : < -3 SD (Severely Underweight)
● Suhu : 36,5oC ● PB/U : -3 SD < Z < -2 SD (Stunted)
● SpO2 : 99% ● BB/PB: < -3 SD (Gizi buruk)
● Status Gizi: Gizi buruk perawakan pendek

17
Status Antropometri

Interpretasi: Severely Underweight 18


Status Antropometri

Interpretasi: Stunted 19
Status Antropometri

Interpretasi: Gizi Buruk 20


Pemeriksaan Fisik Spesifik
Kepala

• Bentuk : Normocephali, UUB datar, lembut


• Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut, rambut jagung (-)
• Wajah : Wajah dismorfik (-)
• Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil bulat,
isokor, refleks cahaya (+/+),
• Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-), sianosis (-)
• Telinga : Posisi low set ear (-)
• Mulut : Sianosis (-), labioskizis (-), palatoskizis (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

21
Pemeriksaan Fisik Spesifik
Thorax
Paru-paru
● Inspeksi : Statis dan dinamis kanan tertinggal, retraksi
supraklavikula dan epigastrium (+),
iga gambang (+)
● Palpasi : Tidak dilakukan
● Perkusi : Redup sepanjang lapang paru kanan dari ICS II
● Auskultasi : Vesikuler (+/+) kanan menurun, rhonki basah halus (+/-),
wheezing (-/-)
22
Pemeriksaan Fisik Spesifik
Thorax
Jantung
● Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
● Palpasi : Iktus cordis tidak teraba, thrill (-)
● Perkusi : Tidak dilakukan
● Auskultasi : Bunyi jantung I-II (reguler), murmur (-),
gallop (-)

23
Pemeriksaan Fisik Spesifik
● Lipat paha : Benjolan (-)
● Ekstremitas : Akral hangat, palmar pucat (+), sianosis (-),
CRT <3 detik
● Bokong : Baggy pants (+)
● Genitalia & Anus : Dalam batas normal
● Kelenjar Getah Bening (KGB)
Tidak terdapat pembesaran KGB pada posterior auricular, preauricular, mandibular,
cervical anterior dan posterior, supraclavicula, infraclavicula, axilla, dan inguinal.

24
Pemeriksaan Penunjang

25
Pemeriksaan Penunjang

26
Pemeriksaan Penunjang

27
Gambaran Darah Tepi

● Eritrosit : Mikrositik, hipokrom, anisositosis


● Leukosit :Jumlah cukup, left shift 0/0/12/53/28/7
● Trombosit :Jumlah menurun, morfologi dalam batas normal

Kesan
Anemia mikrositik hipokrom dengan left shift dan trombositopenia
(curiga anemia penyakit kronik dengan infeksi)

28
Pemeriksaan Rontgen Thorax
Thorax AP
● Jantung sulit dinilai.
● Trakhea di tengah, mediastinum superior
tidak melebar.
● Sinus dan diafragma kanan berselubung
● Pulmo : hilus kiri tidak melebar, corakan
bronkovaskular kiri tidak meningkat .
Tampak konsolidasi di lapang paru kanan.
Tampak rongga lusen berdinding tipis di
lapang atas dan bawah kanan. Tampak
perselubungan opak di hemithorax kanan.
● Skeletal dan soft tissue baik.

KESAN:
Pneumonia kanan, disertai dengan pneumatocele kanan.
Bronchopneumonia kiri.
Efusi pleura kanan.

29
Pemeriksaan Gene Xpert

Test result:
MTB high detected

30
Diagnosis Banding
Daftar Masalah
• Efusi pleura e.c TB paru + Gizi buruk + Anemia
penyakit kronik
• Batuk • Efusi pleura e.c pneumonia + Gizi buruk +
• Sesak napas Anemia penyakit kronik
• Demam
• Gambaran pneumonia dan efusi pleura
Diagnosis Kerja
• Anemia mikrositik hipokrom
• Gizi buruk • Efusi pleura e.c TB paru + Gizi buruk + Anemia
penyakit kronik

31
Penatalaksanaan
Non farmakologis Farmakologis

• IVFD D5 ¼ NS 5 cc/jam • Rifampisin 1x50 mg p.o


• Transfusi PRC 2 x 30 cc • Isoniazid 1x50 mg p.o
. • Albumin 25% 20 ml • Pirazinamid 1x100 mg p.o
• Susu infantrim 8x30 cc melalui NGT • Etambutol 1x60 mg p.o
• Asam folat 1 mg/hari • Ceftriaxone 1x300 mg IV

32
Rencana
Evaluasi Pemeriksaan

• Foto toraks ulang • Kultur sputum


• CT-scan thorax
.

33
Prognosis

Quo ad Vitam : Dubia ad bonam

Quo ad Functionam: Dubia ad bonam

Quo ad Sanationam: Dubia ad bonam

34
Follow Up
S=
● Tangis kencang
● Sesak napas masih ada namun berkurang

O=
● BB : 3600 gram
● Keadaan umum :Tampak sakit sedang
● PB : 62 cm
● Kesadaran : Compos Mentis
● IMT : 9,36 kg/m2
● Tekanan Darah : 85/65 mmHg
● BBL : 2800 gram
● Nadi :120x/menit, reguler,
● PBL : 49 cm
isi & tegangan cukup
● BB/U : < -3 SD (Severely Underweight)
● Pernapasan : 30 x/menit
● PB/U : -3 SD < Z < -2 SD (Stunted)
● Suhu : 37oC
● BB/PB: < -3 SD (Gizi buruk)
● SpO2 : 98%
● Status Gizi: Gizi buruk perawakan pendek
35
• Kepala : Normosefali, mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik
(-/-), napas cuping hidung (-)
• Thoraks : Simetris, retraksi (+) supraklavikula dan epigastrium
• Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
• Pulmo : Vesikular (+) normal, ronkhi basah halus (+), wheezing (-)
• Abdomen : Datar, lemas, BU (+) normal
• Ekstremitas : Akral hangat, palmar pucat (+), sianosis (-), edema (-), CRT < 3 detik

36
A = Efusi pleura e.c TB paru + Gizi buruk + Anemia penyakit kronik
P=
Terapi nutrisi dan sirkulasi
• IVFD D5 ¼ NS 5 cc/jam
• Susu infantrim 8x30 cc melalui NGT
Terapi medikamentosa
• Rifampisin 1x50 mg p.o
• Isoniazid 1x50 mg p.o
• Pirazinamid 1x100 mg p.o
• Etambutol 1x60 mg p.o
• Ceftriaxone 1x300 mg IV

37
0
3
Tinjauan Pustaka

38
TUBERCULOSIS
Definisi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi bakteri berbentuk
batang, Mycobacterium tuberculosis, dapat menyerang paru namun juga dapat menginfeksi
organ lain, seperti:
● Sistem respirasi • Sistem saraf
● Sistem gastrointestinal • Musculoskeletal
● Sistem limforetikular • Reproduksi
● Kulit • Hati

39
TUBERCULOSIS
Epidemiologi
● Menurut WHO, di tahun 2015, jumlah kasus TB pada anak berkisar 1 juta dalam 10.4
juta insiden kasus.
● Angka kematian estimasi akibat TB anak juga kurang akurat, dimana WHO
melaporkan sekitar 210.000 kematian dari TB anak di 2015, dimana 24% kasus
tersebut memiliki koinfeksi dengan HIV.
● Kematian pada TB paling tinggi pada kelompok usia 0-4 tahun, dibanding kelompok
usia lain.

40
Aspek Dewasa Anak
Epidemiologi Merupakan beban penyakit global yang masif, Beban penyakit yang masih kurang
namun terkuantifikasi dengan jelas, disertai dikuantifikasi, serta kesadaran mengenai TB
kesadaran yang cukup tinggi pada anak masih kurang

Pengendalian TB Menjadi fokus utama program pengendalian Tidak menjadi prioritas pengendalian TB
TB
Patogenesis Biasanya menyerang paru, dengan ciri dan Biasanya terjadi intratorakal, berupa penyakit
karakteristik khas kelenjar limfa. Keterlibatan ekstrapulmonal
sering ditemui.

Kontrol infeksi Multibasiler, risiko penularan tinggi Pausibasiler, risiko penularan rendah, kecuali
keterlibatan paru luas atau kavitas

Resistensi obat Sulit dibedakan, terutama kasus kambuh Biasanya resistensi primer, yang
mengindikasikan transmisi baru

41
Aspek Dewasa Anak
Riwayat paparan Penting, namun sering diabaikan Merupakan bagian penting dalam diagnosis

Risiko progresi Memiliki risiko rendah terhadap penyakit Risiko lebih tinggi untuk mengalami
yang mengikuti infeksi TB, kecuali penyakit setelah paparan TB, terutama pada
imunokompromais bayi dan imunokompromais
Pencitraan Rontgen dada tidak rutin dilakukan, kecuali Rontgen dada sangat membantu diagnosis
sputum negatif

Tatalaksana Dengan 4 obat di fase intensif Dengan 3-4 obat, tergantung load organisme
dan keparahan penyakit
Prognosis Luaran baik dengan tatalaksana cepat dan Luaran baik dapat dicapai, namun buruk jika
tepat terjadi meningitis tuberkulosis dan
terdiagnosis lambat

42
Tuberculosis
Etiologi

• M. tuberculosis, bakteri basil berukuran1-5 µm, tidak membentuk spora, tahan asam,
pleomorfik, gram positif, aerob obligat.

• Sel bakteri memiliki dinding sel yang tebal akan zat lemak/lipid, yang berfungsi
terhadap bakterisidal antibodi dan komplemen.

• Dinding yang tebal dari asam mikolik, dan zat lainnya, memiliki peran terhadap
kemampuan bakteri, sehingga resisten terhadap berbagai antibiotik, mampu bertahan
dibawah kondisi ekstrim, seperti asam atau alkalin, dan situasi rendah oksigen dan
intraseluler.

43
Tuberculosis
Klasifikasi
Berdasarkan definisi kasus;

TB konfirmasi bakteriologis TB konfirmasi klinis


Terduga pasien TB (presumptive),

Pasien TB yang terbukti positif Pasien yang tidak memenuhi kriteria


Seseorang yang mempunyai keluhan
bakteriologi pada hasil pemeriksaan terdiagnosis secara bakteriologis
atau gejala klinis mendukung TB
melalui pemeriksaan mikroskopis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB
(sebelumnya dikenal sebagai terduga
langsung, TCM TB, atau biakan, baik aktif oleh dokter, dan diputuskan
TB).
TB paru maupun ekstra paru untuk diberikan pengobatan TB

44
Tuberculosis
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi anatomis;

TB paru TB ekstraparu

Melibatkan parenkim paru atau Kasus TB yang melibatkan organ di


trakeobronkial. Pasien yang luar parenkim paru seperti pleura,
mengalami TB paru dan ekstra kelenjar getah bening, abdomen,
paru harus diklasifikasikan saluran genitorurinaria, kulit, sendi
sebagai kasus TB paru. dan tulang, selaput otak

45
Tuberculosis
Klasifikasi
Berdasarkan riwayat pengobatan OAT sebelumnya;

Kasus Baru Kasus dengan riwayat pengobatan

Pasien yang belum pernah mendapat • Kasus kambuh


OAT sebelumnya atau riwayat • Kasus pengobatan setelah gagal
mendapatkan OAT kurang dari 1 • Kasus setelah loss to follow up
bulan (< dari 28 dosis bila memakai
obat program).

46
Tuberculosis
Klasifikasi
Berdasarkan riwayat berdasarkan hasil uji kepekatan obat;

Mono resisten (TB MR), yaitu Poli resisten (TB PR), resisten terhadap lebih
resisten terhadap salah satu jenis dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid
OAT lini pertama saja. dan Rifampisin secara bersamaan

Multi drug resistant (TB MDR), yaitu resistan


terhadap Isoniazid dan Rifampisin secara
bersamaan.

Extensive drug resistant (TB XDR), yaitu TB


Resisten Rifampisin (TB RR), yaitu resistan
MDR sekaligus resistan terhadap salah satu terhadap Rifampisin dengan/tanpa resistensi OAT
golongan obat fluorokuinolon dan minimal salah lain

satu OAT lini kedua jenis suntikan.


47
Tuberculosis
Patofisiologi
Inhalasi basil TB dalam droplet nuclei

alveolus

sebagian besar difagosit oleh makrofag

basil TB berkembang biak

pembentukan tuberkel perkijuan

pecah

lesi
fokus primer Ghon  menyebar menuju kelenjar limfe
regional  limfangitis & limfadenitis  kompleks primer
 Penyebaran limfohematogen

48
Tuberculosis
Algoritma Penegakan Diagnosis

49
Tuberculosis
Algoritma Penegakan Diagnosis

50
Skoring

51
Tuberculosis
Tatalaksana
Dosis Harian Dosis Maksimal
Nama Obat Efek Samping
(mg/kgBB/hari) (mg/hari)

Hepatitis, neuritis perifer,


Isoniazid (H) 10 (7-15) 300
hipersensitivitis

Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis,


trombositopenia, peningkatan enzim
Rifampisin (R) 15 (10-20) 600
hati, cairan tubuh berwarna oranye
kemerahan

Toksisitas hepar, artralgia,


Pirazinamid (Z) 35 (30-40) -
gastrointestinal

Neuritis optik, ketajaman mata


Etambutol (E) 20 (15–25) - berkurang, buta warna merah hijau,
hipersensitivitas, gastrointestinal

Streptomisin (S) 15 – 40 1000 Ototoksik, nefrotoksik

52
Tuberculosis
Tatalaksana
Prednison
Kategori Diagnostik Fase Intensif Fase Lanjutan (2-4 mg/kg/hari; max 60 mg/hari dalam
4 mgg)
TB Paru BTA (-)
2HRZ 4HR -
TB Kelenjar
Efusi Pleura TB 2HRZ 4HR 2 mgg - tapp off
TB Paru BTA (+) 2HRZE 4HR -

TB Paru Berat:
- TB Milier
- TB Paru dengan 2HRZE 7-10 HR  
kerusakan luas
- TB + destroyed lung

Meningitis TB 4 mgg – tapp off


Perikarditis TB 2 mgg – tapp off
2HRZ(E/S) 10 HR
Peritonitis TB 2 mgg – tapp off
Skeletal TB -

53
Tuberculosis
Tatalaksana

54
Tuberculosis
Prognosis

Prognosis TB paru anak secara umum baik, namun karena peningkatan risiko
TB ektrapulmonal seperti meningitis TB dan TB milier yang berat, maka
prognosis menjadi buruk dan meningkatkan mortalitas dan morbiditasnya,
terutama pada bayi dan anak kurang dari 2 tahun.

55
PNEUMONIA
Definisi
Pneumonia adalah peradangan/inflamasi yang mengenai parenkim paru yang disebabkan
oleh berbagai macam etiologi dimana kuman atau zat (agen) teraspirasi akan menimbulkan
ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi (ventilation perfusion mismatch) di sistem
pernafasan, yang tercermin melalui gejala klinis, radiologis, maupun laboratoris.

56
PNEUMONIA
Etiologi

Virus
Bakteri
• Respiratory syncytial virus
• Streptococcus pneumoniae, (RSV)
• Haemophilus influenzae Tipe • Adenoviruses
B(HiB) • Rhinovirus
• Mycoplasma pneumonia, • Influenza virus
• Para influenza virus.

57
PNEUMONIA
Etiologi
Umur  Kuman penyebab 
Lahir – 3 minggu  - Group B Streptococcus 
- Kuman gram negatif (misalnya E. Coli) 
3 minggu – 3 bulan  - Virus (RSV, parainfluenza virus, influenza A dan B,
adenovirus) 
- Chlamydia trachomatis 
- Streptococcus pneumoniae 
4 bulan – 4 tahun  - Streptococcus pneumoniae, virus, haemophilus influenzae,
Group A streptococcus (Streptococcus pyogenes),
Streptococcus aureus, Mycoplasma pneumoniae 

> 5 tahun  - Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae,


Streptococcus pneumoniae 

58
PNEUMONIA
Patogenesis
Mekanisme terjadinya pneumonia dapat berupa mikroorganisme penyebab terhisap ke paru
bagian perifer melalui saluran respiratori

deposit fibrin semakin bertambah

terjadi edema dan konsolidasi (serbukan sel PMN, fibrin,


eritrosit, cairan edema)

proses fagositosis dan jumlah makrofag meningkat

terjadi degenerasi sel dan fibrin menipis, lalu kuman & debris

59
PNEUMONIA
Manifestasi Klinis

- Peningkatan frekuensi nafas, yang memperlihatkan anak sesak


- Tampak retraksi dinding dada bawah saat menarik nafas
- Tampak sianosis pada area sekitar bibir dan ujung ekstremitas

Kondisi ini dapat mengakibatkan anak menjadi gelisah sehingga anak tidak mau makan
atau minum

60
PNEUMONIA
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik

Demam, batuk, sesak napas, • Demam


biru disekitar mulut, • Dispneu yang ditandai dengan pernapasan
menggigil (pada anak), cepat (takipneu), pernapasan cuping hidung,
kejang (pada bayi), dan nyeri retraksi dan sianosis
dada. • Suara napas vesikuler meningkat sampai
bronchial
• Suara napas tambahan ronkhi basah halus
nyaring

61
PNEUMONIA
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

• Darah perifer lengkap : Leukositosis (hitung jenis bergeser ke kiri), LED ↑, CRP
↑ (infeksi bakterial).
• Analisa gas darah
- Hipoksemia.
- Kadar PaCO2 bisa ↓, normal atau ↑ tergantung kelainannya
- Asidosis respiratorik/metabolik
- Gagal nafas.
• Foto Thoraks AP/Lateral

62
PNEUMONIA
Tatalaksana
Medikamentosa
• Ampicilin (B-lactam) dan gentamisin (aminoglikosida) sebagai terapi lini
pertama.
• Bila tidak ada perbaikan dalam 2 hari, gentamisin diganti dengan golongan
sefalosporin, lama pemberian 5-7 hari.
• Pada beberapa institusi penggunaan sefalosporin generasi 3 seperti cefotaxime
dan ceftazidime dapat dijadikan pengganti kombinasi aminoglikosida.

63
PNEUMONIA
Tatalaksana
Cairan

64
PNEUMONIA
Tatalaksana
Suportif

• Terapi suportif pada pneumonia berikan terapi oksigen yang dimonitoring


dengan pulse oxymetri.
• Pemberian oksigen dapat menyesuaikan dengan downe score.
• Pasien pulang apabila tidak sesak dengan frekuensi nafas 40-60 kali/menit,
minum baik, tidak ada tanda infeksi dan penyakit penyebab teralah terkendali

65
PNEUMONIA
Edukasi

- Edukasi terkait nutrisi, edukasi pemenuhan asupan gizi yang cukup.


- Menjelaskan mengenai pemberian antibiotik, dosis, dan efek samping.
- Menjelaskan prognosis dan komplikasi penyakit.
- Menjauhkan anak dari polusi udara dan asap rokok.

66
PNEUMONIA
Komplikasi

Sepsis, acute respiratory distress syndrome (ARDS), haemolytic uraemic


syndrome (HUS), disseminated intravascular coagulation (DIC),
secondary thrombocytosis, empyema, atelectasis, abses paru.

67
PNEUMONIA
Prognosis

• Secara umum prognosis pneumonia pada anak-anak baik. Perkembangan dan


pertumbuhan jaringan pernafasan memungkinkan prognosis jangka panjang yang baik.
• Terdapat beberapa kondisi yang mempengaruhi prognosis seperti kondisi
immunosupressan, penyakit jantung bawaan, dan penyakit komorbid tuberkulosis,
hipoglikemia, pulmonary hemorrhage, syok, BB < 2500 gram, usia gestasi < 34
minggu.

68
GIZI BURUK
Definisi

• Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur
(BB/U) yang merupakan padanan istilah severely underweight.
• Kondisi kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB) <-3 SD dan atau ditemukan tanda-tanda klinis marasmus,
kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.

69
GIZI BURUK
Faktor Risiko

• Faktor Host
• Faktor Agen
• Sosial Ekonomi

70
GIZI BURUK
Klasifikasi

71
GIZI BURUK
Patofisiologi

72
GIZI BURUK
Diagnosis

73
GIZI BURUK
Tatalaksana

74
GIZI BURUK
Tatalaksana

75
GIZI BURUK
Kriteria sembuh

Bila BB/TB atau BB/PB >-2 SD dan tidak ada gejala klinis dan memenuhi kriteria
pulang sebagai berikut:

a. Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar, dan aktif


b. BB/PB atau BB/TB >-3 SD)
c. Komplikasi sudah teratasi
d. Ibu telah mendapat konseling gizi
e. Terdapat kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-
turut.
f. Selera makan sudah membaik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan.

76
Analisis Kasus

77
An. ASP / P / 6 bulan

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan


+ 4 bulan SMRS
penunjang
- Batuk berdahak - KU: tampak sakit sedang
- Demam (+) - Kesadaran: CM ; TD: 85/65
- Keringat malam (+) mmHg ; RR: 48 x/menit ;
- Berat badan turun Suhu: 36,5oC ; SpO2: 99% - left shift dan peningkatan
- Lesu / malaise on nasal cannule 3 lpm penanda infeksi akut, yaitu
+ 2 bulan SMRS
- NCH (+) peningkatan LED dan CRP
- Sesak napas (+)  infeksi bakteri
- Batuk memberat - Inspeksi paru : statis dan
dinamis kanan tertinggal, - Foto thorax : kesan
- Sesak tidak dipengaruhi cuaca,
tidak adanya pencetus sesak dan retraksi supraclavicular dan pneumonia kanan dan
batuk, tidak ada riwayat asma dan epigastric (+) bronkopneumonia kiri
atopi dalam keluarga, tidak ada - Auskultasi paru: vesikuler
batu kering
(+) kanan menurun, ronkhi
R/ imunisasi dasar PPI tidak lengkap
R/ diasuh tetangga dengan riwayat basah halus (+/+), wheezing
batuk lama (-).
R/ sosek menengah ke bawah
7378
- Konjungtiva anemis
- Palmar pucat
- Lab: Hb ↓, MCV ↓, MCH ↓, MCHC↓, RDW-CV ↑
- Besi serum ↓, TIBC ↓, ferritin ↑

Anemia mikrositik hipokrom ec


anemia akibat penyakit kronis

8079
- Ibu merasa badan pasien lebih kecil
- Penurunan berat badan
- Iga gambang (+)

Status gizi : Gizi buruk perawakan pendek

8080
TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGIS
• Oksigenasi nasal kanul 3 lpm
• IVFD D5 ¼ NS 5 cc/jam
• Transfusi PRC 2x30 cc
• Albumin 25% 20 ml
• Asam folat 1 mg/hari
• Susu SGM 2 8x45cc + 2x60cc melalui NGT

TATALAKSANA FARMAKOLOGIS
• OAT 2HRZE + 4 HR : rifampisin 1x50 mg, isoniazid 1x50 mg,
pirazinamid 1x100 mg, etambutol 1x60 mg
• Ceftriaxone 1x300 mg IV

8181
PROGNOSIS
Prognosis pada pasien untuk quo ad vitam, functionam dan sanationam
adalah dubia ad bonam karena dengan pemberian terapi dan follow-up
yang adekuat pasien dapat mengalami perbaikan secara fungsional dan
sembuh tanpa komplikasi.

8182
Terima Kasih

83

Anda mungkin juga menyukai