Anda di halaman 1dari 6

Data analisis rasionalitas penggunaan obat pasien

Rasionalitas
No. Nama Obat Aturan Cara Lama
Sediaan Indikasi Obat Dosis Penderita
Pakai Pemberian Pemberian
1 Adona ® (Carbazochrome Ampul R R R R R R R
Sodium Sulfonat)
2 Asam Tranexamat Tablet R R R R R R R

3 Vitamin K Ampul

4
5
6

10

11

12
Data assessment and plan pengobatan pasien

Monitoring
Problem Medis Terapi Obat DRPs Rekomendasi
Efek Samping Efektivitas
Batuk darah Adona® - Sebaiknya pemeriksaa pasien - Sehari setelah
nanah (Carbazochrome lebih dilengkapi, khususnya pemberian
Sodium Sulfonat) untuk jumlah darah pada Adona® (hari ke-
batuk pasien, agar dapat 4), batuk darah
diketahui klasifikasi mulai berkurang
hemoptisisnya (hari ke-5 dan ke-
6)

Asam Tranexamat - Sebaiknya untuk mengatasi Tn. A.I belum Saat batuk darah
batuk darah diberikan Asam BAB selama 5 berkurang (hari
Tranexamat terlebih dahulu, hari, setelah sehari ke-11 dan ke-12)
untuk menghindari batuk pemberian Asam penggunaan
darah kembali parah akibat Tranexamat Tn. monoterapi Asam
pemberian Codein A.I kembali BAB Tranexamat
efektif
menghentikan
batuk darah (hari
ke-13)
Vitamin K Setelah pemberian
Vitamin K yang
dikombinasi
dengan Adona®,
dan Asam
Tranexamat (hari
ke-9 dan ke-10),
batuk darah mulai
berkurang (hari ke-
11)
Uraian Obat
1. Adona®
a. Komposisi
Adona® mengandung Karbazokrom Natrium Sulfonat 5 mg/ml (ISO, 2016).
b. Farmakologi
Obat karbazokrom adalah agen hemostatik, yang menghambat peningkatan permeabilitas
kapiler dan memperkuat resistensi kapiler. Karbazokrom natrium sulfonat bekerja dengan
memperpendek waktu pendarahan (hemostatik), tetapi tidak mempunyai efek pada koagulasi
darah atau sistem fibrinolitik.
c. Indikasi
Tendensi pendarahan yang disebabkan menurunnya retensi kapiler dan meningkatnya
permeabilitas kapiler; pendarahan dikulit, membran mukosa dan membran internal,
pendarahan difundus mata, pendarahan ginjal dan metrorrhagia, pendarahan abnormal
selama atau paska operasi akibat penurunan retensi kapiler (ISO, 2016).
d. Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitivitas terhadap komponen obat (ISO, 2016).
e. Efek samping
Hipersensitifitas, gangguan sistem pencernaan (nafsu makan berkurang) (ISO, 2016).
f. Peringatan dan perhatian
Penurunan dosis pada usia lanjut. Dapat menyebabkan hasil positif pada tes urobilinogen.
Metabolit karbazokrom dapat menimbulkan perubahan warna kuning-orange pada urin.
g. Dosis dan aturan pakai
IM atau SC 10 mg/2 ml atau 1 ampul satu kali sehari; IV atau infus 25 mg–100 mg atau 1
ampul (25 mg/5 ml) – 2 ampul (50 mg/10 ml) satu kali sehari (dosis tunggal untuk dewasa),
dosis dapat ditambah atau dikurangi berdasarkan usia dan berat ringannya gejala (ISO,
2016).
2. Asam Tranexamat
a. Komposisi
Setiap tablet mengandung 500 mg Asam Traneksamat (ISO, 2016).
b. Farmakologi
Asam traneksamat adalah obat antifibrinolitik yang kompetitif menghambat aktivasi
plasminogen menjadi plasmin, agar tidak terjadi memecahan gumpalan fibrin. Asam
traneksamat digunakan dalam pengobatan dan pencegahan perdarahan terkait dengan
fibrinolisis yang berlebihan, juga digunakan dalam profilaksis angioedema herediter.
Penggunaan parenteral biasanya diubah menjadi oral setelah beberapa hari (Sweetman,
2009).
c. Indikasi
Asam traneksamat digunakan untuk mengatasi perdarahan akibat fibrinolisis berlebihan,
dapat didasarkan atas hasil laboratorium berupa TT dan PT yang menurun (Gunawan, dkk.,
2012). Fibrinolisis lokakl seperti: epistaksis, prostatektomi, konisasi serviksi. Edema
angioneurotik herediter. Pendarahan abnormal sesuadah operasi. Pendarahan sesudah
operasi gigi dan penderita hemofilia.
d. Kontraindikasi
Hipersensitivitas dan telah diterapi dengan trombin, kelainan pengelihatan warna (ISO,
2016). Penderita pendarahan subakhnoid. Penderita dengan riwayat tromboembolik. Tidak
diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular aktif. Penderita buta.
e. Efek samping
Efek samping obat adalah trombosis intravaskular akibat inhibisi aktivator plasminogen,
hipotensi, miopati, perut terasa tidak enak, diare dan hidung tersumbat (Katzung, dkk.,
2013). Mual, muntah, diare (kurangi dosis); hipotensi dan pusing pada injeksi intravena
cepat (PIONAS, 2015).
f. Peringatan dan perhatian
Kurangi dosis pada gangguan ginjal, hindarkan jika berat; hematuria yang masif (hindari
jika ada risiko obstruksi ureter); pemeriksaan mata reguler dan uji fungsi hati yang teratur
pada pengobatan jangka panjang angiodema turunan; kehamilan (PIONAS, 2015).
g. Dosis dan aturan pakai
Dosis awal 15mg/kgBB peroral, diikuti 30mg/kgBB setiap 6 jam (Katzung, dkk., 2013).
Fibrinolisis lokal, 15-25 mg/kgBB 2-3 kali sehari (PIONAS, 2015). 1 tablet (500 mg)
diberikan 3-4 kali sehari. Perlu penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan ginjal.
Pembahasan
Tuan A.I masuk rumah sakit dengan keluhan batuk darah berlendir berwarna cokelat atau
dikenal dengan hemoptisis, umumnya terjadi pada penderita pneumonia dan TB paru.
Hemoptisis ringan atau sedang dapat melakukan pengobatan konservatif dari patologi yang
mendasarinya (misalnya pengobatan infeksi atau tindakan antiinflamasi, untuk optimalisasi
terapi dapat melakukan penghentian perdarahan. Hemoptisis bisa diakibatkan infeksi, inflamasi
dan kanker (Ittrich, et al., 2017). Umumnya hemoptisis akibat infeksi dapat berhenti jika
dilakukan eradikasi pada penyebab infeksi (DiPiro, et al., 2017). Sehingga terapi dengan
Adona® (Carbazochrome Sodium Sulfonate) dimulai pada hari ke-4 hingga hari ke-10.
Carbazochrome sodium sulfonate merupakan agen hemostatik yang bekerja dengan
memperpendek waktu pendarahan, tetapi tidak mempunyai efek koagulasi darah atau sistem
fibrinolitik. Hemoptisis ringan pada TB paru, direkomendasikan penggunaan carbazochrome
sodium sulfonat (Ran, 2013). Pada hari ke-5 hingga ke-6 batuk darah mulai berkurang, tetapi
pada hari ke-7 retensi darah Tn. A.I kembali seperti sebelumnya. Hal ini disebabkan pemberian
Codein pada hari ke-5, dimana pasien dengan hemoptisis sebaiknya tidak diberikan obat supresi
batuk karena dapat menyebabkan retensi darah di paru (Yulisar dan Kamelia, 2016).
Hemoptisis dapat dikontrol dengan pengobatan antifibrinolitik yaitu asam traneksamat
(Ittrich, 2017), kemudian pada hari ke-8 Adona® dikombinasi dengan Asam traneksamat. Tetapi
pada hari ke-9 belum menunjukkan adanya perubahan yang signifikan, sehingga dikombinasi
lagi dengan vitamin K hingga hari ke-10. Vitamin K juga digunakan untuk mengatasi
pendarahan akibat hemoptisis (Song, et al., 2015). Pada hari ke-11 hemoptisis mulia berkurang,
sehingga penggunaan Adona® dan Vitamin K dihentikan, dan dilanjutkan dengan penggunaan
Asam Taneksamat hingga hari ke-12, karena pada hari ke-13 hemoptosis tidak lagi terjadi.
Sebaiknya Asam Tranexamat diberikan sejak awal meskipun Adona® dapat mengurangi retensi
batuk darah sejak penggunaan pertama, tetapi retensi batuk darah kembali parah setelah
pemberian Codein. Sementara penggunaan monoterapi Asam Tranexamat (hari ke-11 dan ke-12)
dapat menghentikan batuk darah (hari ke-13), dalam keadaan penggunaan Codein terus berlanjut.
Pustaka
DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M. 2017.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. McGraw-Hill Education: United States
Gunawan, S.G., dkk. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Balai Penerbit FKUI: Jakarta
Informasi Spesialit Obat Indonesia Volume 50. 2016. PT ISFI Penerbitan: Jakarta
Ittrich H., Bockhorn, M., Klose, H., Simon, M. 2017. The Diagnosis and Treatment of
Hemoptysis. Deutsches Ärzteblatt International: 371-381
Katzung, B.G., Masters, S.B., dan Trevor, A.J. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik Volume 2
Edisi 12. EGC: Jakarta
Pusat Informasi Obat Nasional. 2015. Tersedia di http://pionas.pom.go.id, diakses tanggal 14
september 2019
Ran, D. 2013. Carbazochrome Sodium Sulfonate and Tranexamic Acid for The Treatment of
Pulmonary Tuberculosis Hemoptysis. China Journal of Pharmaceutical Economics. Vol. 2
No. 17
Sweetman, S.C. 2009. Martindale 36thThe Complete Drug Reference. The Pharmaceutical Press:
London
Yulisar, R.N., dan Kamelia, T. 2016. Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Hemoptisis. Ina J
CHEST Crit and Emerg Med. Vol. 3, No. 2: 57-66
Song, W., Cao, J., Xu, Y., Han, Z., Wen, H., and Cui, X. 2015. Hemoptysis due to Aspirin
Treatment Alternative to Warfarin Therapy in a Patient with Atrial Fibrillation. Intern
Med. No. 54: 2615-2618

Anda mungkin juga menyukai