Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker

B. Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan

yang bertujuan untuk menghancurkan atau memperlambat pertumbuhan

sel-sel kanker.

C. Palliative Care

Menurut Potter & Perry (2009), perawatan paliatif merupakan

intervensi untuk orang-orang yang menghadapi penyakit kronis yang

mengancam jiwa atau berada di akhir kehidupan. Fokus perawatan

palliative care meliputi kontrol gejala, perawatan holistik,perawatan

keluarga, dan komunikasi (Hospice America, 2009).

Kata paliatif berasal dari bahasa latin “pallium” yang berarti

mantel. Sedangkan dalam bahasa inggris “to palliate” berarti mengurangi

penderitaan atau memberikan kenyamanan. Perawatan paliatif adalah

semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita terutama yang

tidak dapat di sembuhkan. Tindakan aktif yang dimaksud menghilangkan

nyeri dan keluhan lain, serta perbaikan dalam bidang psikologis, sosial dan

spiritual. Tidak saja diberikan pada penderita yang tidak dapat

disembuhkan tetapi juga penderita yang memiliki harapan untuk sembuh

bersama-sama tindakan kuratif (Kemenkes, 2012).

Prinsip dasar palliative care menurut WHO (2017) adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian adalah hal

yang wajar.

2. Tindak mempercepat atau menunda kematian.

3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lainnya.

4. Menjaga keseimbangan aspek psiko sosio dan spiritual.

5. Mengusakan agar pasien tetap aktif sampai akhir hayatnya.

6. Memberikan dukungan pada keluarga dalam masa duka cita.

Prinsip palliative care menurut dr. Maria A. Witjaksono adalah

menghargai setiap kehidupan, tidak mempercepat atau menunda

kemaatian, menghargai keinginan pasien dalam mengambil

keputusan,menghilangkan nyeri dan keluhan lainya, mengintegrasikan

aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan

keluarga, menghindari tindakan medis yang sia-sia, memberikan dukungan

yang perlu agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir

hayatnya, memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.

Prinsip dan sikap yang dibutuhkan untuk palliative care menurut jurnal

international Association For Hospice And Palliative Care (2017)

diantaranya adalah :

1. Sikap peduli

Melibatkan kepekaan, empati serta kasih sayang, dan menunjukan

kepedulian individu.ada kekawatiran pada semua aspek penderitaan

pasien, bukan hanya masalah medis, perawatan atau masalah sosial.


Ada pendekatan yang tidak menghakimi dimana

kepribadian,intelektual, asa etnis, kepercayaan agama atau faktor

individu lainya tidak mengurangi penyampaiaan perawatan optimal.

2. Pertimbangan individualitas

Praktek mengkategorikan pasien dengan penyakit dasarnya,

berdasarkan kesamaan masalah medis yang dihadapi, gagal mengenali

ciri dan masalah psikososial yang membuat pasien menjadi individu

yang unik. Karakterristik bisa sangat mempengaruhi penderitaan dan

perlu diperhitungkan saat merencanakan perawatan paliatif untuk

pasien individual.

3. Pertimbangan budaya

Fahtor etnis, ras, agama dan faktor budaya lainya mungkin memiliki

efek mendalam pada penderitaan pasien. Perbedaaan budaya harus

dihormati dan perencanaan pengobatan dengan cara yang sensitif

secara kultural.

4. Persetujuan

Persetujuan dari pasien, atau orang-orang yang menjadi tanggung

jawabnya didelegasikan, diperlukan sebelum perawatan diberikan atau

ditarik. Mayoritas pasien ingin pengambilan keputusan bersam meski

dokter cendurung meremehkan ini. Setelah menilai pengobatan apa

yang tepat atau tidak tepat, hal ini didiskusikan dengan pasien. Dalam

kebanyakan kasus, pasien dengan informasi memadai akan menerima


rekomendasi yang dibuat jika mereka dijelaskan dalam jargon non-

medis.

5. Pilihan tempat perawatan

Pasiendan keluarga perlu dikut sertakan dalam diskusi tempat

perawatn. Pasien dengan penyakit terminal harus dikelola dirumah bila

memungkinkan meskipun di negara maju sedikit yang melakukannya,

kebanyakan meninggal di rumah sakit.

6. Komunikasi

Komunikasi yang baik antara profesional perawatan kesehatan yang

terlibat dalam perawatan pasien sangat penting dan sangat penting bagi

kebanyakan aspek perawatan paliatif. Ada bukti kuat bahwa

komunikasi semacam itu kurang optimal. Komunikasi yang baik

dengan pasien dan keluarga juga penting.

Prinsip dasarnya terintegrasi pada model perawatan paliatif yang

meliputi:

a) Menghormati pasien dan keluarganya. Dalam memberikan

perawatan paliatif, perawata harus menghargai dan menghormati

keinginan pasien dan keluarga. Sesuai dengan prinsip menghormati

maka infornasi tentang perawatan paliatif harus pasien dan

keluarga, yang mungin memilih untuk mengawali program

perawatan paliatif. Kebutuhan-kebutuhan keluarga harus

diadakan/disiapkan selama sakit dan setelah pasien meninggal


untuk mengingatkan kemampuannya dalam menghadapi cobaan

berat.

b) Kesempatan atau hak mendapatkan kepuasan dan perawatan

paliatif yang pantas. Pada kondisi untuk menghilangkan keluhan

fisik lannya maka petugas kesehatan harus memberikan kesmpatan

pengobatan yang sesuai untuk meningkatkan kualitas hidup pasien,

terapi lain meliputi pendidikan, kehilangan dan penyuluhan pada

keluarga, dukungan teman sebaya, terapi musik, dan dukungan

spiritual, pada keluarga dan saudara kandung, serta perawatan

menjelang ajal.

c) Mendukung perawatan (caregiver). Pelayanan keperawatan yang

profesional harus didukung oleh tim perawatan paliatif, rekan

kerjanya, dan institusi untuk penanganan proses berduka dan

kematian. Daukungan dari institusi seperti penyuluhan rutin dari

ahli psikologis atau penanganan lainnya.

d) Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan

paliatif. Penyuluhan pada masyarakat tentang kesadaran akan

kebutuhan perawatan untuk pasien dan nilai perawatan paliatif

serta usaha mempersiapkan dan memperbaiki hambatan secara

ekonomis. Perawatan paliaf merupakn area kekhususan karena

sejumlah klien meninggal serta kebutuhannya akan perawatan

paliatif lebih ke pemberian jangka panjang, perawatan yang


dibuituhkan tidak ha ya kebutuhan fisik klien tetapi juga kebutuhan

emosi, pendidikan dan kebutuhan sosial, serta keluarganya.

Tujuan palliative care ialah meringankan atau menghilangkan rasa

nyeri dan keluhan lainnya, perbaikan aspek psikologis, sosial dan

spiritual agar kualitas hidup tmaksimal bagi pasien dengan penyakit

stadium lanjut dan keluarganya (Kemenkes 2012).

Pasien dengan penyakit kronik dan terminal akan memberikan

pengaruh besar dalam perubahan emosi, penampilan, perilaku sosial,

spiritusl individu. Maka menjadi sulit untuk mempertahankan kontrol

biologis dan fungsi sosialnya, mereka semakin sering berubah dalam

ekpresi, bentuk wajah, tremor dan lain-lain. Pasien juga bisa menjadi

sering merasa sakit, mual, muntah, dan perubahan yang mengejutkan

didalam dirinya disebabkan oleh penurunan berat badan, stres karena

pengobatan sehingga dapat mengalami ketidak mampuan untuk

berkonsentrasi. Ancaman terhadap konsep diri terjadi karena

menurunnya fungsi mental dan fisik. Meskipun pasien dengan

penyakit kronik dan terminal sering menginginkanuntuk dijenguk,

namun pasien akan mengalami ketakutan bahwa perubahan dalam

dirinya akan membuat orang-orang yang menjenguknya menjadi kaget

dan merasa tidak enak. Konsekuensi mengenai interaksi sosial yang

tidak menyenangkan ini dapat membuat pasien mulai menarik diri dari

kehidupan sosialnya. Ketika keaadan penyakit pasien bertambah


buruk, komunikasi bisa menjadi menurut yang disebabkan oleh

kematian, yang masih tabu dalam masyarakat sehingga jarang

dibicarakan. Pendapat yang salah mengenai apa yang orang lain ingin

dengar mengenai kematian yang menyebabkan staff atau keluarga

merasa tidak enak karna pertanyaan tersebut kebanyak pasien tidak

ingin menjawab pertanyaan mengenai penyakitnya (kemenkes, 2012).

Pelaksanaan perawatan paliatif ialah meringankan atau

menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lainnya, perbaikan psikologis,

sosial dan spiritual agar tercapai kualitas hidup yang maksimal.

Dilapangan dilakukan dengan pendekatan tim yang terdiri dari

berbagai profesi (Kemenkes 2013). Anggota tim perawatan paliatif

terdiri dari profesi kedokteran dan berbagai macam spesialis yaitu

dokter umum, profesi keperawatan, fisioterapis, okupasif terapis,

pekerja sosial medis, ahli gizi, psikologis, ahli agama, relawan dan ahli

rawat (care giver ) dari anggota keluarga (kemenkes 2012).

Menurut kementrian Direktorat Bina pelayanan Keperawatan Dan

Keteknisan Medik Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan

kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015 perawatan

paliatif dapat dilaksanakan di rumah sakit, di rumah, atau hospis.

1) Palliative care di rumah sakit (Hospice Hospital Care)

Unit ini berada di suatu rumah sakit dam merupakan unit tersendiri

dalam struktur organisasi rumah sakit. Keuntungan model ini

adalah dapat dengan mudah mempergunakan fasilitas rumah sakit


dalam mengatasi masalah-masalh yang sulit dilapangan, baik untuk

tindakan medis, tindakan keperawatan, maupun penunjang

tindakan lainnya. Di rumah sakit, pasien bisa dirawat di poli klinik,

rawat jalan atau rawat inap. Lokasi perawatan paliatif di rumah

sakit ditempatkan diruangan tersendiri, khusus ruangan palliative

care atau digabungkan dengan pasien biasa yang masih dalam

pengobatan kuratif.

2) Hospis (Hospice )

Adakalanya pasien dalam keadaan tidak perlu pengawasan ketat

atau tidak khusus lagi, tetapi belum dapat dirawat dirumah karena

perlu adanya pengawasan dari tenaga kesehatan, pasien kemudian

dibawa ke suatu tempat khusus (hospis) yang berada diluar

lingkungan rumah sakit. Unit perawatan ini bisa berada didalam

lingkungan rumah sakit atau diluar lingkungan rumah sakit yang

pengelolanya diluar struktur rumah sakit.

3) Palliative care di Rumah (Hospice Home care)

Perawatan dirumah merupakan lanjutan perawatan dirumah sakit.

Pada perawatan paliatif dirumah, keluarga mempunyai peran yang

lebih menonjol. Sebagian besar tindakan keperawatan dilakukan

oleh kesebelum pasien dibawa pulang kerumah,perlu

dipertimbangkan apakah pasien sudah layak untuk dibawa pulang

kerumah dan apakah keluarga sudah mampu merawat pasien

dirumah. Apabila keluarga belum mampu merawat pasien,


keluarga perlu mendapatkan pelatihan dari perawat untuk

melaksanakan perawatan di rumah. Perawat paliatif akan

mengunjungi pasien sesuai dengan kebutuhan dan adat istiadat

serta kondisi setempat. Konsultasi juga dapat dilakukan melalui

telepon atau sarana komunikasi lain setiap saat.

Anda mungkin juga menyukai