Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO

CAESAREA PADA NY.K DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI


(KPD) DI RUANG NIFAS RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU

Disusun Oleh:

1. Desi Ratnadila (1501007)


2. Romadhoni Evi N (1501036)
3. Sri Anggita Sari (1501044)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2018

LAPORAN PENDAHULUAN MASA NIFAS


KETUBAN PECAH DINI

A. TINJAUAN PERSALINAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)


1. Pengertian
Ketuban pecah dini dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung, disebabkan oleh karena berkurangnya membran atau
meningkatnya intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut.
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya/rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion
sebelum usia kehamilan mencapai 33 minggu dengan atau tanpa kontraksi.
Ketuban pecah dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan
berlangsung (Manuaba, 2002).

2. Etiologi
Penyebab pasti dari KPD ini belum jelas, akan tetapi ada beberapa keadaan yang
berhubungan dengan terjadinya KPD ini, diantaranya:
a. Trauma: amniosiotesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual
b. Peningkatan tekanan intrauterus, kehamilan kembar atau polihidra
amnion
c. Infeksi vagina, serviks atau korioamnionitis, streptococus serta bakteri
vagina
d. Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah
e. Keadaan abnormal dari fetus, seperti malpresentasi
f. Kelainan pada serviks atau alat genetalia seperti ukuran serviks yang
pendek (<25 cm)
g. Multipara dan peningkatan usia ibu
h. Defisiensi nutrisi

3. Tanda dan gejala KPD


Tanda dan gejala terjadinya KPD adalah keluarnya cairan krtuban melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak berbau seperti amoniak, cairan
ini tidak akan berhenti karena diproduksi terus sampai persalinan. Jika ibu demam
dan terdapat bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
takikardi maka diagnosis korioamnionitis dapat ditegakkan dan dapat diperkuat
dengan adanya pus dan bau pada sekret.
4. Penatalaksanaan
a. Konservatif
Rawat di Rumah Sakit
- Jika terdapat perdarahan pervagina dengan nyeri perut, dapat dicurigai
kemungkinan soluioplasenta. Dan jika ada tanda-tanda infeksi (demam,
sekret/cairan vagina bau) berikan antibiotik.
- Jika tidak ada tnda-tanda infeksi dan kehamilan <37 minggu:
Berikan antibiotik untuk mengurangi mordiditus ibu dan janin dan
Ampisilin 4x500 mg selama 7 hari, ditambah eritromsin 3x250 mg selama
7 hari
- Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartus tidak ada tanda-
tanda infeksi berikan dezametason 5mg setiap 6 jam (4x), observasi tanda-
tanda infeksi. Jika usia kehamilan 32-37 minggu dan sudah inpartus sera
tidak ada tanda-tanda infeksi dapat diberikan terapi fokolitik, dexametason,
dan induksi setelah 24 jam.
b. Aktif
Kehamilan lebih dari 37 minggu induksi dengan oksitosin bila gagal sectio
caesaria dapat pula diberikan misoprospol setiap 6 jam (max 4 x) intravaginal
dengan dosis 25 mg-50 mg.
c. Kaji TTV setiap 2 jam
d. Pantau DJJ setiap 1 jam
e. Hindari VI

B. TINJAUAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA


1. Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Caesarea adalah suatu tindakan pembedahan obstetric guna melahirkan
janin melalui insisi dinding rahim (Laparotomi) .
2. Indikasi dilakukan Sectio Caesarea (Manuaba, 2002)
a.CPD ( Chepalo Pelvic Disporpotion)
CPD yaitu ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala
janin yang menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
b. PEB (Pre Eklampsia Berat)
c.KPD (Ketuban Pecah Dini)
d. Bayi Kembar
Hal ini kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Bayi kembar dapat mengalami sungsang atau salah
letak lintang sehingga sulit dilahirkan secara normal.
e.Faktor hambatan jalan lahir
3. Jenis-Jenis
a.Sectio Caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah
uterus , insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang / memanjang.
b. Sectio Caesarea Klasik atau Sectio Caesarea Korporal
Pada sectio caesarea klasik ini dibuat kepada korpus uteri pembedahan ini agak
mudah dilakukan, insisi memanjang pada segmen atas uterus.
c.Sectio Caesarea ekstra peritoneal
Sectio Caesarea dilakukan untuk mengurangi bahaya injeksi perporal rongga
peritoneum tidak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterine berat.

C. TINJAUAN MASA NIFAS


1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2008). Masa nifas
adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil
dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas adalah suatu periode pertama setelah kelahiran, peiode ini tidak
pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 minggu hingga 6 minggu.
Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan
kehamilan, nifas ditandai oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari
perubahan tersebut dapat menyebabkan komplikasi yang serius (Cunnningham
Gary, 2012).

1. Klasifikasi
Rukiyah, LiaY, Meidal (2010) memaparkan periode post partum menjadi :
a.Periode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, pada masa ini sering
terdapat banyak masalah seperti perdarahan.
b. Periode early post partum (24 jam sampai 1 minggu)
Masa dimana involusi uterus harus dipastikan dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c.Periode late post partum (1-5 minggu)
Masa dimana perawatan dan pemeriksaan kondisi sehari-hari serta konseling
KB.

2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a.Involusi uterus
Involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan. Proses ini segera setelah pascapartum, berat uterus menjadi
1.000 gr. Selama masa nifas, dua hari setelah pelahiran uterus mulai berinvolusi.
Sekitar 4 minggu setelah pelahiran uterus kembali ke ukuran sebelum hamil
(Dewi Vivian&Sunarsih, 2013).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus.
2) Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi didalam otot uterus.
3) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga
akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah
ke uterus
b. Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan
kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini
mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2
cm.

Penyembuhan luka bekas plasenta khas. Pada permulaan nifas bekas plasenta
mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus (Sitti
saleha, 2009).

Pengeluaran lengkap tempat perlekatan plasenta memerlukan waktu sampai 6


minggu. Jika terjadi gangguan pada proses ini, dapat terjadi perdarahan pada
puerperal awitan lambat. Segera setelah pelahiran, kemudian ukurannya mengecil
secara cepat dalam waktu satu jam (Cunningham Gary, 2012).
c. Perubahan pada servik dan vagina
Pada serviks terbentuk sel-sel otot terbaru,karena adanya kontraksi dan
retraksi,Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari,
struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak
bercelah. vagina teregangpada waktu persalinan namun lambat laun akan
mencapai ukuran yang normal.
Nampak berubah kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti
tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus
normal dengan ovulasi.
d.Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa, dan lochea mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Komposisi lochea adalah jaringan
endometrial, darah dan limfe. Lochea mengalami perubahan karena proses
involusi. Tahap lochea yaitu :
1 )Rubra (merah)
Lochea ini muncul pada hari pertama hingga hari ke tiga masa post partum.
Warnanya merah dan mengandung darah dari luka pada plasenta dan serabut.
2) Sanguinolenta (merah kuning)
Lochea ini bewarna merah kuning berisi darah dan lendir, pengeluaran pada
hari ketiga sampai kelima post partum.
3) Serosa (pink kecoklatan)
Lochea ini muncul pada hari kelima sampai kesembilan. Warnanya kekuningan
atau kecoklatan, terdiri atas sedikit darah dan lebih banyak serum.
4) Alba (kuning-putih) : 10-14 hari Lochea ini muncul lebih dari hari ke
10. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, lebih banyak mengandung
leukosit, selaput lendir servik, dan serabut jaringan yang mati. Lochea terus
keluar sampai 3 minggu. Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat
berdiri. Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
e. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi pada ibu menyusui dimulai12 minggu rata-rata 18 minggu post
partum. Menstruasi pada ibu post partum tergantung dari hormon prolaktin.
Apabila ibu tidak menyusui menstruasi mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8.
Menstruasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi
untuk mencegah kehamilan.
f. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan uterus mempunyai pembuluh-pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan bagi peredaran darah yang
banyak,maka arteri tersebut harus mengecil lagi saat nifas.
g. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena teregang begitu
lama,tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
h.Nyeri setelah pelahiran
Setelah melahirkan uterus tetap berkontraksi dengan kuat pada inteval tertentu dan
menimbulkan nyeri, yang mirip dengan pada saat persalinan namun lebih ringan.
i.Saluran kencing
Dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga menimbulkan obstruksi dan
menyebabkan retensi urine, dilatasi ureter dan pyelum kembali normal dalam 2
minggu.
j.Laktasi
Keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam
kehamilan pada waktu ini .buah dada belum mengandung susu melainkan
colostrum. Colostrum adalah cairan kuning yang mengandung banyak protein dan
garam.

3. Perubahan Psikologis Masa Nifas


Banyak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan, sebenarnya hal
tersebut adalah wajar.Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani. Tanggung jawab menjadi seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi
yang baru lahir. Dalam menjalani adaptsaai setelah melahirkaan ibu mengalami
fase-fase sebagai berikut :
a.Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian pada diri
sendiri.
Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini :
1) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang di inginkan tentang
bayinya.
2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik. Misalnya rasa
mulas, payudara bengkak dll.
3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat
bayinya dan cenderung melihat saja tanpa membantu.

b.Fase taking hold


Fase taking hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu merasa kawatir atas ketidakmampuannya dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat
sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Tugas sebagai tenaga
kesehatan adalah misalnya dengan cara mengajarkan cara merawat bayi, cara
menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas,
memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu.
c. Faseletting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah
meningkat. Pendidikan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan bermanfaat
bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu. Suami dan
keluarga dapat membantu dalam merawat bayi, mengerjakan urusan rumah
tangga sehingga tidak terlalu terbebani

4. Data Fokus Masa Nifas


a.Pengkajian fisik
1) Riwayat kesehatan sebelumnya
2) Tanda-tanda vital
3) Mamae
Gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara, management, kondisi
putting, pengeluaran ASI.
4) Abdomen
Palpasi , tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
5) Perineum
Lochea, tanda-tanda REEDA
6) Ekstremitas : Varices, tanda-tanda Homan
7) Rektum hemoroid
8) Aktivitas sehari-hari

b. Pengkajian psikologis
1) Umum : Status emosi, gambaran diri dan tingkatan kepercayaan
2) Spesifik : Depresi postpartum
3) Seksualitas : Siklus menstruasi, pengeluaran ASI dan penuruanan
libido.

5. Diagnosa Keperawatan
a.Nyeri b.d agen injuri fisik (trauma jalan lahir)
b. Hambatan mobilitas fisik b.d insisi bedah
c.Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik pasca operasi
d. Kurang pengetahuan : Perawatan post partum b.d kurang informasi
penanganan post partum .
e.Menyusui tidak efektif b.d kurang pengetahuan
f. Resiko infeksi b.d faktor resiko: laserasi jalan lahir, bantuan, pertolongan
persalinan

6. Intervensi
1. Nyeri b.d agen injury fisik
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu
berkurang.
Kriteria Hasil :
a. Skala nyeri berkurang
b. Ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang
c. Tidak merasa nyeri saat mobilisasi
d. Tanda vital dalam batas normal

Intervensi :
a. Kaji ulang skala nyeri
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa
nyeri
c. Motivasi memobilisasi sesuai indikasi
d. Berikan kompres hangat
e. Delegasi pemberiananalgetik

Rasional :
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat.
b. Untuk mengalihkan perhatian ibudan rasa nyeri yang dirasakan.
c. Memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan
mengurangi nyeri secara bertahap.
d. Meningkatkan sirkulasi pada perineum
e. Melonggarkan sistem saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang.

2. Hambatan mobilitas fisik b.d insisi bedah


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan hambatan mobilitas
dapat teratasi dengan baik.
Kriteria Hasil :
a. Keadaan umum baik
b. Klien dapat beraktivitas seperti semula
c. Klien dapat bergerak scara mandiri

Intervensi :
a. Kaji kemampuan pergerakan aktivitas klien seperti : (Miring ke
kanandan ke kiri).
b. Anjurkan klien melakukan mobilisasi secara bertahap
c. Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam melakukan latihan
gerak
d. Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang
pentingnya melakukan latihan gerak.
Rasional :
a. Melakukan latihan gerak dapat menghindari kekuatan pada otot
b. Untuk mengetahui kemampuan pergerakan klien
c. Bantuan keluarga dapat membantu memotivasi klien untuk melakukan
gerak
d. Pendidikan kesehatan dapat memberikan pemahaman terhadap klien
dan keluarga

3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik pasca operasi


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan deficit perawatan
diri tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
a. Klien Nampak brsih dan rapi
b. Klien dan keluarga mengerti pentingnya kebersihan

Intervensi :
a. Pantau tingkat pemahaman klien, berikan penjelasan tentang manfaat
perawatan diri
b. Lakukan perawatan vulva hygiene
c. Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri setiap hari

Rasional :
a. Informasi sangat mempengaruhi klien sehingga klien dapat termotivasi
untuk melakukan perawatan diri
b. Vulva hygiene akan mencegah berkembang biaknya kuman-kuman
yang dapat masuk ke dalam serviks
c. Meningkatkan tingkat kemandirianklien di dalam merawat dirinya
serta memperlancar sirkulasi udara.
4. Kurang pengetahuan ; perawatan post partum b.d kurangnya informasi
tentang penanganan post partum
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan ibu
tentang perawatan dini dan bayi bertambah.

Intervensi :
a. Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan luka section
caesarea), perubahan fisiologi, lochea, perubahan peran , istirahat, KB,
perawatan payudara.
b. Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.

Rasional :
a. Membantu mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan
berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
b. Memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang sudah dipelajari.

5. Menyusui tidak efektif b.d kurang pengetahuan


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai
kepuasan menyusui
Kriteria hasil :
a. Ibu mengungkapkan proses situasi
b. Bayi dapat ASI yang cukup
Intervensi :
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui
sebelumnya
b. Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik menyusui
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional :
1. Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar
memberikan intervensi yang tepat
2. Posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat
merusak dan mengganggu
3. Agar kelembaban pada payudara tetap dalam batas normal
6. Resiko infeksi b.d faktor resiko: laserasi jalan lahir, bantuan,
pertolongan persalinan
Tujuan :
Seteah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
a.Dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi
b. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

Intervensi :

a.Kaji lokhea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan
episiotomi
b. Sarankan ibu agar mengganti pembalut per 4 jam
c.Pantau tanda-tanda vitalLakukan rendam bokong
d. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang

Rasional :

a.Untuk mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensikan dengan


tepat
b. Agar tidak terjadi media tempat berkembang biaknya kuman
c.Peningkatan suhu lebih dari 38 derajat celcius menandakan infeksi
d. Untuk memperlancar sirkulasi ke perineum dan mengurangi oedema
e.Membantu mencegah kontraksi rektal melalui vagina
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU NIFAS DENGAN POST SC

I. IDENTITAS
A. Pasien
1. Nama : Ny. T
2. Umur : 33 tahun
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA
5. Alamat : Boyolali
6. Tanggal partus : 03 Desember 2018
7. Jenis partus : Sectio Caesaria
B. Penanggung jawab
1. Nama : Tn. P
2. Umur : 41 tahun
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA
5. Alamat : Boyolali

C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan operasi
P : Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan operasi saat bergerak
Q : Nyeri seperti diiris-iris
R : Di bagian jahitan post operasi
S : Skala 6
T : Hilang timbul
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menagatkan nyeri pada luka bekas jahitan operasi, pasien
mengatakan belum berani untuk berjalan dan hanya bias belajar duduk di
TT karna setelah operasi dan adnya program pembatasan gerak sehingga
dalam aktifitas memerlukan bantuan suami / keluarganya.

3. Riwayat kesehatan dahulu


Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah melakukan operasi, pasien
mengatakan ini merupakan kehamilan dan persalinan pertama.

D. Riwayat obstetric

No Usi Tahu Jenis Penolo BB ASI Masalah


a n persalin ng L kehamilan
an
1 0 2018 SC Dokter 250 eksklus Ketuban
har 0 gr if pecah dini
i

E. Riwayat kehamilan sekarang


1. Gangguan pada kehamila muda
Pasien mengatakan ketika kehamilannya berusia 1-4 bulan pasien mual
dan muntah
2. Tempat pemeriksaan kehamilan
Pasien mengatakan ketika hamil memeriksankehamilannya pada pelayanan
kesehatan terdekat
3. Obat yang diberikan
Pasien mengatakan obat yang diberikan atau obat penambah darah untuk
ibu hamil
4. Nutrisi selama hamil
Selama hamil pasien makan nasi, sayur dan lauk 1 piring habis, selain itu
juga makan buah buahan, minum ± 6 gelas air putih setiap hari

F. Riwayat Pesalinan
1. Jenis persalinan
Jenis persalinan menggunakan tindakan SC, SC dilakukan pada hari senin
tanggal 03 desember 2018 jam 21.10 WIB dengan BB 2500 gram
2. Lama persalinan
Lama persalinan ± 1 jam
3. Jumlah perdarahan
Jumlah perdarahan yag dialami ± 350 cc

4. Keadaan umum
Keadaan umum pasien baik, E : 5, M : 6, V : 4. TD : 120/80mmHg,
S : 36 º C, N : 80x/mnt, RR : 20x/mnt
5. Masalah persalinan
Pasien mengalami ketuban pecah dini kemudian diputuskan untuk
dilakukan tindakan persalinan dengan SC

G. Riwayat kontrasepsi
Pasien mengatakan dari awal menikah dan sebelum hamil tidak menggunakan
alat kontrasepsi apapun.

H. Data psikologis
1. Adaptasi psikologis ibu
Fase taking in : periode ketergantungan yang berlangsung pada hari ke 2
setelah melahirkan, pada saat itu ibu terfokus pada perhatian dirinya
sendiri, ibu cenderung pasif terhadap lingkungannya.
2. Empati sensivitas terhadap isyarat bayi
Pasien sangat empati terhadap bayi baru saja dilahirkan dan serig
memangku bayinya
3. Respon ibu ketika bayi menangis
Pasien segera meminta suaminya untuk mendekatkan bayinya pada pasien
4. Konsep diri
a. Kepuasan ibu terhadap kelahiran
Pasien mengatakan sangat puas dan bahagia terhadap kelahiran anak
pertamanya
b. Penerimaan ibu
Pasein mengatakan bahagia karna bias menjadi seorang ibu yang dapat
memberikan keturunan
c. Harga diri
1) Perubahan apa yg ibu rasakan setelah melahirkan
Pasien mengatakan perubahan saat setelah melahirkan adalah
bentuk perut dan masih terasa nyeri
2) Apakah ada hal yg penting yg dipikirkan saat ini
Pasie mengatakan hal yang penting yg dipikirkan saat ini adalah
kesehatan bayinya
3) Kesesuaian antara harapan dan kenyataan
Pasien mengatakan selalu berharap segera diberi momongan, ketika
setelah menikah san kenyataannya sekarang sudah diberikan
momongan sesuai dengan harapannya.
4) Sikap inu terhadap persalinan dan merawat bayi
Pasien mengatakan sudah mempersiapkan segala kebutuhan untik
bayinya sebelum persalinan untuk meraway bayinya apabila sudah
dilahirkan
5. Pengalaman melahirkan
Pasien mengatakan ini adalah pengalaman pertama melahirkan dan pasien
tetap bersyukur meskipun harus dilahirkan secara SC
6. Depresi
a. Apakah ibu tampak diam dan menarik diri
Tidak ibu tanpak senang dan bahagia atas kelahiran anaknya
b. Apakah ibu tampak menanggis
7. Kecemasan
a. Apa respon ibu jika bayi sakit
Ibu langsung mengendongnya dan memeriksa keadaan bayinya dan ibu
akan merasa cemas
b. Perilaku ibu saat bayi sakit
Ibu mengatakan akan merawat dan membawanya kepelayanan
kesehatan terdekat
8. Konflik peran
a. Apakah ibu menerima peran sebagai ibu
Ya ibu menerima peran sebagai ibu untuk anak – anaknya dan akan
selalu menjaga dan merawat anaknya
b. Bagaimana dengan pekerjaan ibu
Ibu mengatakan sebagai seorang ibu rumah tangga yang tidak
mempengaruhi perannya sebagai seorang ibu, ibu mengatakan dapat
membagi waktu untuk mengurus pekerjaan rumah dan mengurus anak
– anaknya.

9. Dukungan sosial
Ibu mengatakan selalu mendapat dukungan dari suami dan keluarga
besarnya, dalam setiap pengambilan keputusan yang terbaik untuk
bersama – sama.
10. Boding Attachment : score gray

Skor bonding memandang berkata Melakukan sesuatu


Sangat positive Sangat gembira, Berbicara langsung Mengulurkan tangan,
antusias, pada bayinya, ingin memegang,
bahagia menggunakan nama memeriksa, membuat
bayinya, kontak dengan bayinya.
memperlihatkan reaksi
positif.
I. Pemenuhan kebutuhan dasar
a. Nutrisi
Ibu mengatakan biasanya makan 3x sehari dengan nasi, sayur, dan lauk,
selama dirawat dirumah sakit, ibu mengatakan makan 3x sehari sesuai apa
yang diberikan dari rumah sakit habis satu porsi.
b. Eliminasi
Ny. T mengatakan tidak nyeri saat BAK. Ny. T terpasang kateter
c. Oksigenasi
Ny. T mengatakan tidak sesak nafas, tidak ada retraksi dinding dada, tidak
terpasang oksigen, pernafasan 20x/ menit
d. Aktivitas dan istirahat
Pasien mengatakan selama di RS aktivitasnya hanya bias berbaring dan
belajar miring kanan dan kiri sera duduk di tempat tidur, sehingga tidak
dapat melakukan aktivitas mandiri seperti biasanya.
e. Pola tidur
Pasien mengatakan selama di RS tidurnya larut malam sekitar jam 10.an
terkadang lebih, sedangkan ketika dirumah jam 9.an sudah tidur, pasien
mengatakan bias tidur selama dirumah sakit namun kadang terbangun
untuk melihat anaknya, pasien mengatakan jarang tidur siang.

f. Seksualitas
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam seksualitas dan pasien
mengatakan hubungan dengan suami sangat harmonis.

J. Pemeriksaan fiisk
a. Status obstetric : G1 P0 A0
b. Tanda – tanda vital
TD : 120/80 mmHg Suhu : 36, 5⸰ C
N : 80x / menit RR : 20x / MENIT
c. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bentuk kepala mesocephal, rambut pendek hitam, bersih tidak ada
luka.
2. Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor,
fungsi penglihatan normal tidak mengggunakan alat bantu penglihatan.
3. Hidung
Bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung
4. Mulut
Bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada lesi.
5. Telinga
Simetris, bersih, tidak ada nyeri tekan, fungsi pendengaran normal,
tidak ada secret.
6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, JVP tidak meningkat, tidak ada
nyeri telan.
7. Dada
a. Paru
I : Bentuk dada simetris, ekspansi paru simetris kanan dan kiri,
tidak ada retraksi otot dinding dada.
P : Ekspansi paru simetris, vocal femitus sama kanan dan kiri
P : Suara sonor
A : Suara nafas vasikuler

b. Jantung
I : Tidak tampak ictus cordis
P : Ictus cordis teraba di intercostal IV sub clavicula
P : Terdengar redup
A : S1 dan S 2 reguler
c. Mamae
I : Simetris kanan dan kiri, bersih tidak ada lesi, bentuk papilla
bulat, tidak ada pembengkakan, ASI keluar dengan lancer.
P : Tidak ada nyeri tekan , keluar ASI
d. Abdomen
I : Simetris, tidak ada jejas, tidak ada masa, tidak ada asites warna
kulit sama dengan yang lain, pusat tepat ditengah.
A : Perestaltik usus 14x/ menit
P : Suara tympani
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran organ.
8. Genetalia
a. Vagina : Integritas kulit baik, tidak ada edema maupun memar
b. Perineum : Utuh, tidak ada edema, tidak ada hematoma.
c. Tanda REEDA
R : kemerahan : tidak ada
E : bengkak : tidak ada
E : Ecimosis : tidak ada
D : discharge : keluar darah
A : Approximase : baik
d. Kebersihan : tidak terlihat begitu bersih karena terdapat darah,
bau darah khas, terpasang kateter.
e. Lochea :
a. Jumlah kurang lebih 240 ml
b. Jenis : lochea rubra: terdapat darah segar dan sisa – sisa
selaput ketuban, sel – sel desidua, verniks kasensa, dan
meconium, selama 2 hari pasca persalinan.
9. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
Edema : tidak ada edema, terpasang infus ditangan kiri
Varises : tidak ada varises
b. Ekstremitas bawah
Edema : tidak ada edema
Varises : tidak ada
Tanda human : (-)
10. Obat – obatan / terapi
a. Infus RL
b. Amox : 500 mg 3 x 1
c. Asmef : 500 mg 3 x 1
d. E – tabion 1 x 1
e. Metro tab 500 mg 3 x 1
K. Hasil pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan Metode


HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.9 12. 0 – 16. 0 g/ dl Cyanmeth
Lekosit 21. 7 4. 0 – 12. 0 10ᶺ3/ ul Impedance
Trombosit 245.0 150.0 – 400.0 10ᶺ3 / ul Impedance
400 - 0
Eritrosit 4. 23 4.00 – 5.00 10ᶺ6/ ul Impedance
Hematokrit 33. 7 37. 0 – 43. 0 volz
Hitung jenis
Granulosit 89. 2 50. 0 – 80.0 %
Limfosit 5.9 20.5 – 51. 1 %
Monosit 5 2-9 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 79, 7 78.6 – 102. 2 Uᶺ3
MCH 28. 1 25. 2 – 34. 7 Pg
MCHC 35.3 31.3 – 35.4 g/ dl

II. ANALISA DATA

Data Problem Etiologi


° DS: Nyeri akut Agen cedera fisik
Klien mengatakan nyeri pada perutbya karena
luka post operasi SC
P: Nyeri saat bergerak/ berganti posisi
Q: Nyeri seperti di iris-iris
R: Nyeri pada perut
S: Skala nyeri 6
T: Nyeri hilang timbul
DO:
Terlihat luka post SC 10cm tertutup kasa, pasien
terlihat menahan sakit.
TD: 120/80 mmHg
N: 80 x/menit
S: 36,5C
RR: 20 x/menit
DS: Hambatan mobilitas post partum
Pasien mengatakan dalam aktivitas dibantu suami fisik
maupun keluarga
Pasien mengatakan jika berpindah posisi masih
sakit

DO:
Pasien tampak dibantu dalam melakukan
aktivitas
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Toileting
Berpakaian
Makan/minum
Mobilisasi TT
Ambulasi
DS: Resiko infeksi area Prosedur invasif
Pasien mengatakan terdapat luka post operasi SC pembedahan
dan merasakan nyeri pada area tersebut

DO:
Terlihat luka bekas jahitan di perut bawah post
operasi SC yang dibalut dengan kassa

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan post partum
3. Resiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan prosedur
invansif
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperwatan NOC NIC


Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Manajemen Nyeri
- Manajemen
dengan agen cedera fisik keperawatan selama 3x24 jam
lingkungan dan
diharapkan nyeri klien
kenyamanan
teratasi dengan kriteria hasil:
1. Mampu mengontrol
1. Monitor tanda-tanda
nyeri
2. Melaporkan nyeri vital
2. Kaji secara
berkurang dari 5 menjadi
komperhensif (PQRST)
2
3. Berikan posisi yang
3. Melaporkan nyeri
nyaman
(PQRST)
4. Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
5. Kolaborasi
pemberian obat
pengurang rasa nyeri
Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Terapilatihan: Ambulasi
berhubungan dengan nyeri keperawatan selama 3x24 jam 1. Jelaskan pentingnya
post partum diharapkan klien mampu latihan gerak
2. Libatkan keluarga
mobilisasi mandiri dengan
dalam program latihan
kriteria hasil:
gerak
1. Pasien dapat
3. Monitor respon
beraktivitas secara
pasien terhadap latihan
mandiri 4. Berikan apresiasi
2. Pasien dapat bergerak
positif atas hasil yang
dengan mudah
telah dilakukan
3. Pasien dapat duduk
dan berjalan secara
mandiri
Resiko infeksi area Setelah dilakukan tindakan Kontrol nyeri
pembedahan berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Anjurkan pasien cuci
dengan prosedur invansif diharapkan tidak terjadi tangan yang benar
infeksi dengan kriteria hasil: sebelum dan sesudah
1. Tidak ada tanda-tanda melakukan aktivitas
2. Pastikan teknik
infeksi disekitar luka post
perawtan luka yang steril
operasi
3. Tingkat intake
2. Mempertahankan
nutrisi yang tepat
lingkungan yang bersih
4. Anjurkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda-tanda infeksi
5. Berikan antibiotic
yang diresepkan

V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/Tgl/Jam No.Dx Implementasi Evaluasi TT


D
Selasa, 04-12- 1 - Memonitor S: Klien mengatakan nyeri pada
2018 tanda-tanda luka post SC, nyeri dirasakan
vital saat bergerak dengan skala
- Mengkaji nyeri
nyeri, nyeri di perut bagian
pasien
bawah, nyeri hilang timbul.
(PQRST)
O: Klien tampak menahan sakit
- Memberikan
TD: 120/80 mm Hg
posisi nyaman
N: 80 x/ menit
pasien
S: 36 ºC
RR: 20 x/menit
A: Masalah nyeri belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
- Ajarkan relaksasi napas
dalam
- Kolaborasi pemberian
obat analgesic
2 - Mengkaji S: Klien mengatakan masih
keluhan pasien merasakan nyeri ketika
- Menjelaskan
bergerak, jadi masih takut untuk
pentingnya
melakukan mobilisasi.
mobilisasi dini
O: Klien tampak berbaring
- Melibatkan
ditempat tidur.
keluarga untuk
A: Masalah hambatan mobilitas
membantu
fisik belum teratasi.
mobilisasi dini
P: Lanjutkan intervensi
- Mengajarkan mobilisasi
dini post partum
- Libatkan keluarga dalam
latihan

3 - Mengajarkan S: Klien mengatakan terdapat


pasien luka SC di perut bagian bawah
melakukan cuci yang terasa nyeri.
tangan dengan O: - Terdapat balutan dibagian
benar perut bawah
- Mennganjurkan
- Balutan luka bersih
pasien untuk - Luka jahitan kering
meningkatkan A: Masalah resiko injeksi
intake nutrisi teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Anjurkan meningkatkan
intake makanan
- Berikan perawatan luka
- Kolaborasi pemberian
antibiotic

Rabu, 05- 12 - 1 - Mengka S: Klien mengatakan nyeri


2018 ji nyeri pada sudah berkurang dengan skala
pasien nyeri 3.
- Mengaj
O: Klien tampak lebih rileks
arkan relaksasi
A: Masalah teratasi sebagian.
napas dalam
P: Lanjutkan intervensi
- Kolabor - Kolaborasi
asi pemberian pemberian obat letorolac
obat analgesic
letorolac
2
- Mengaj S: Klien mengatakan masih
arkan pasien merasakan nyeri ketika
melakukan berpindah posisi
mobilisasi dini O: Klien terlihat menahan sakit
post partum A: Masalah hambatan mobilisasi
fisik teratasi sebagian
- Menga
P: Lanjutkan intervensi
mati respon
- Motivasi klien
non verbal
untuk latihan mobilisasi
pasien
dini secara bertahap

- Melibat
kan keluarga
dalam latihan

3 mobilisasi dini S: -
- Mengan
O:
jurkan klien
- Luka jahitan
untuk
kering
meningkatkan - Tidak ada
intake nutrisi kemerahan
- Tidak bengkak
- Melaku
A: Masalah resiko infeksi area
kan perawatan
pembedahan teratasi
luka
P: pertahankan intervensi
- Berkola
borasi dalam
pemberian
antibiotik
Kamis, 05 1 - Mengka S: Klien mengatakan nyeri
Desember 2018 ji nyeri sudah berkurang
- Kolabor
O: Klien tampak rileks
asi pemberian
A: Masalah nyeri teratasi
obat ketorolac
P: Pertahankan intervensi
1gr

2 S: klien mengatakan sudah


melakukan mobilisasi dini dan
Melakukan mobilisasi
tidak merasakan kesakitan
dini post partum
O: pasien tampak sudah bisa
untuk berjalan perlahan
A: Masalah mobilisasi teratasi
P: Pertahankan intervensi

Anda mungkin juga menyukai