Anda di halaman 1dari 3

Nama : Inri Sihombing

Nim : 170204024
Prodi : PSIK 3.2
Dosen : Ns.Johansen Hutajulu,M.Kep
Makul : Kep.Kritis
Tanggal : Senin, 24 Maret 2020
Keperawatan Kritis dalam bidang kesehatan terkait Covid 19 di Sumatera Utara
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus
menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam kehidupan. Secara keilmuan
perawatan kritis fokus pada penyakit yang kritis atau pasien yang tidak stabil. Untuk pasien yang
kritis, pernyataan penting yang harus dipahami perawat ialah “waktu adalah vital”.

Sedangkan Istilah kritis memiliki arti yang luas penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-
hati terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Perawat
kritis adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung jawab untuk memastikan pasien
dengan sakit kritis dan keluarga pasien mendapatkan kepedulian optimal.

Pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat yang dapat menyebabkan
kematian. Ruangan untuk mengatasi pasien kritis di rumah sakit terdiri dari: Unit Gawat Darurat
(UGD) dimana pasien diatasi untuk pertama kali, unit perawatan intensif (ICU) adalah bagian
untuk mengatasi keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih memusatkan perhatian.

Pada penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah koroner yang disebut unit perawatan
intensif koroner Intensive Care Coronary Unit (ICCU). Baik UGD, ICU, maupun ICCU adalah
unit perawatan pasien kritis dimana perburukan patofisiologi dapat terjadi secara cepat yang
dapat berakhir dengan kematian.

Sebelumnya kita harus mengetahui apa itu COVID19  penyakit menular yang disebabkan
oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2(SARS-CoV-2). Penyakit ini pertama kali
diidentifikasi pada tahun 2019 di Wuhan , ibu kota Hubei Cina, dan sejak itu menyebar secara
global, mengakibatkan pandemi virus coronavirus 2019-20 . Gejala umum
termasuk demam , batuk , dan sesak napas . Nyeri otot , produksi dahak , diare , dan sakit
tenggorokan jarang terjadi.
Sementara sebagian besar kasus menghasilkan gejala ringan, beberapa berkembang
menjadi pneumonia dan kegagalan multi-organ . Pada 23 Maret 2020, tingkat kematian per
jumlah kasus yang didiagnosis adalah 4,4 persen; Namun, itu berkisar dari 0,2 persen hingga 15
persen, menurut kelompok umur dan masalah kesehatan lainnya .

Virus ini biasanya menyebar dari satu orang ke orang lain melalui tetesan pernapasan


yang dihasilkan selama batuk. Ia juga dapat menyebar dari menyentuh permukaan yang
terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah seseorang. Virus ini dapat hidup di permukaan
hingga 72 jam. Waktu sejak pajanan hingga timbulnya gejala umumnya antara dua dan empat
belas hari, dengan rata-rata lima hari. 

Metode diagnosis standar adalah dengan membalikkan reaksi berantai polimerase


transkripsi (rRT-PCR) dari usap nasofaring . Infeksi juga dapat didiagnosis dari kombinasi
gejala, faktor risiko dan CT scan dada yang menunjukkan fitur pneumonia.
Langkah-langkah yang disarankan untuk mencegah infeksi termasuk sering mencuci tangan ,
menjaga jarak fisik (menjaga jarak dari orang lain), dan menjauhkan tangan dari wajah.

Penggunaan masker direkomendasikan bagi mereka yang curiga memiliki virus dan pengasuh


mereka, tetapi tidak untuk masyarakat umum, meskipun topeng kain sederhana dapat digunakan
oleh mereka yang menginginkannya. Tidak ada vaksin atau pengobatan antivirus khusus untuk
COVID-19. Penatalaksanaan meliputi pengobatan gejala , perawatan suportif , isolasi ,
dan tindakan eksperimental.

Kondisi perkembangan COVID-19 di Sumatera Utara belum menunjukkan penurunan. Bahkan


data Orang Dalam Pemantauan (ODP) terus mengalami peningkatan drastis pada Minggu (22/3)
dibanding satu hari sebelumnya. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 atau Corona
di Sumut melaporkan, ada peningkatan 31,8 persen pada ODP. Jumlah ODP meningkat menjadi
496 orang dari hari sebelumnya hanya 338 orang.

Sementara itu, untuk jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) jumlahnya tetap di angka 48
orang. Begitu juga pasien positif masih 2 orang (1 di antaranya meninggal) dan pasien yang
sembuh tetap 3 orang. Gugus Tugas pun mengimbau kepada orang yang pernah berkontak erat
dengan PDP atau pun positif bisa memeriksakan kesehatannya dan melakukan isolasi mandiri di
dalam rumah masing-masing.

Sementara itu ada 10 kota yang sampai saat ini belum ditemukan ODP dan PDP. Antara lain,
Tebing Tinggi, Samosir, Humbahas, Nias, Nias Utara , Gunung Sitoli, Nias Barat, Sibolga,
Madina dan Labuhan Batu Selatan.

Menurut saya keperawatan kritis dibidang kesehatan pada kasus COVID 19 di Sumatera Utara
sangatlah berperan penting khususnya pada perawat professional yang bekerja mempertaruhkan
nyawa mereka untuk kesejahteraan hidup Indonesia. Bagi para perawat yang sedang berjuang
tetap semangat selalu gunakan APD untuk mencegah penularan dan bagi kita yang sehat mari
membantu para tim medis yang sedang berjuang untuk tetap di rumah bersama keluarga kita
untuk memperlambat serta menghentikan perkembangan covid.

Anda mungkin juga menyukai