Mini Project FIX
Mini Project FIX
Oleh :
dr. Febianti
Pendamping :
dr. Hj. Mahdiana
i
2
HALAMAN PENGESAHAN
Mini Project
Judul
GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI
PADA KUNJUNGAN RAWAT JALAN PUSKESMAS MENTOK
PERIODE JANUARI – JUNI 2023
Oleh
dr. Febianti
Pendamping
dr. Hj. Mahdiana
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat internship di Puskesmas
Muntok Bangka Barat
2
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-
Nya sehingga Mini Project dengan judul “Gambaran Karakteristik Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Muntok Kabupaten Bangka Barat Bulan
Agustus-September 2023” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Mini Project
ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan
Program Internship Dokter Indonesia Provinsi Bangka Belitung di Puskesmas
Muntok.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan
petunjuk-petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik dari institusi
maupun dari luar institusi Puskesmas Mentaras. Melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Harianto, SKM selaku Plt. Kepala Puskesmas Muntok yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
2. dr. Hj. Mahdiana selaku dokter pembimbing di Puskesmas Muntok atas kesabaran
serta bimbingan yang telah diberikan.
3. Perawat, bidan dan segenap karyawan/wati Puskesmas Muntok atas kebersamaan
dan dukungannya selama ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Mini Project ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis dalam penyusunan Mini Project ini.
Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
dr. Febianti
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang dapat mengakibatkan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Hipertensi berarti
tekanan darah di dalam pembuluh-pembuluh darah sangat tinggi yang
merupakan pengangkut darah dari jantung yang memompa darah ke seluruh
jaringan dan organ-organ tubuh. Seseorang dinyatakan menderita hipertensi bila
tekanan darahnya di atas normal atau tekanan sistolik lebih tinggi 140 mmHg
dan diastoliknya diatas 90 mmHg. Sistolik adalah tekanan darah pada saat
jantung memompa darah kedalam pembuluh nadi (saat jantung berkontraksi).
Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung memgembang atau relaksasi.
Berdasarkan etiologi, hipertensi dibedakan menjadi 2, yaitu hipertensi
primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu kondisi
terjadinya tekanan darah tinggi sekitar 95% yang disebabkan faktor gaya hidup
seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Hipertensi sekunder
adalah suatu kondisi terjadinya tekanan darah tinggi lebih jarang hanya sekitar
5% dan disebakan oleh kondisi medis (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi
terhadap obat-obatan tertentu (misalnya pil KB).
World Health Organization (WHO) melaporkan tahun 2012 sedikitnya
sejumlah 839 juta kasus hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar pada
tahun 2025 atau sekitar 29 % dari total penduduk dunia, dimana penderitanya
lebih banyak pada wanita (30%) dibanding pria (29%). Sekitar 80% kenaikan
kasus hipertensi terjadi terutama di negara-negara berkembang. Data WHO
menunjukkan dari setengah penderita hipertensi yang diketahui, hanya
seperempat atau 25 % yang mendapat pengobatan. Sementara hipertensi yang
diobati dengan baik hanya 12,5%. Hipertensi yang dapat menyebabkan
rusaknya organ-organ tubuh, seperti ginjal, jantung, hati, mata dan terjadi
kelumpuhan organ-organ gerak (WHO,2013).
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipertensi, yaitu Usia,
Riwayat keluarga, Etnis, Jenis kelamin, Merokok, Obesitas, Stres, Aktivitas
olahraga, Asupan garam (natrium) dan Konsumsi alkohol. Hipertensi
merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam, sehingga tidak ada tes
genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk terjadi
hipertensi secara konsisten. Dari tingginya jumlah kasus hipertensi terutama
yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Mentok, sehingga peneliti tertarik
4
5
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi berasal dari kata “hyper” yang berarti lebih dan “tension” yang
berarti tekanan. Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistilok ≥140
mmHg atau nilai tekanan diastolik ≥ 90mmHg .
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular yang menjadi
masalah serius karena prevenlensi penyakit ini terus meningkat. Hipertensi sering
tidak menunjukkan tanda dan gejala sehingga menjadi pembunuh diam-diam (the
silent killer of death) dan menjadi pencetus utama timbulnya penyakit jantung,
stroke dan ginjal.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
darah diatas normal dalam jangka waktu yang lama. Dikatakan hipertensi apabila
diperiksa menggunakan tensi meter angka tekanan darah akan menunjukkkan nilai
diatas 140/80 mmHg, angka 140 menunjukkan angkan sistolik, dan angka 80
menunjukkan angka diastolik, artinya tekanan darah darah saat jantung
mengembang dan pengisian darah kembali ke dalam jantung.
6
7
7
8
6. Konsumsi Alkohol
Konsusmsi alkohol akan meningkatkan resiko hipertensi. Namun,
mekanismenya belum jelas mungkin akibatmeningkatnya transport
kalsium ke dalam sel otot polos dan melalui peningkatan katekolamin
plasma. Peminum alkohol lebih dari dua gelas sehari akan memiliki resiko
hipertensi dua kali lipat dibandingkan bukan peminum, serta tidak optimalnya
efek dari obat anti hipertensi.
b. Faktor-faktor yang dan faktor yang tidak dapat di kontrol seperti usia, jenis
kelamin, dan Ras
1. Usia
Tekanan darah sistolik meningkat progresif sesuai usia dan orang lanjut
usia dengan hipertensi merupakan resiko besar untuk penyakit kardiovaskuler.
Meskipun penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling
sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun ke atas. Diantara orang amerika
baik yang berkulit hitam maupun berkulit putih yang berusia 65 tahun
ke atas, setengahnya menderita penyakit hipertensi.
2. Jenis Kelamin
Hipertensi berkaitan dengan jenis kelamin laki – laki dan usia. Namun, pada
usia tua resiko hipertensi meningkat tajam pada perempuan dibandingkan
laki – laki. Hipertensi berkaitan dengan indeks massa tubuh (IMT). Laki –
laki obesitas lebih mempunyai resiko hipertensi lebih besar dibandingkan
perempuan obesitas dengan berat badan sama .
3. Ras
Orang Amerika Serikat kulit hitam cenderung mempunyai tekanan darah
lebih tinggi dibandingkan kulit putih (Lloyd – Jones dkk, 2009) dan
keseluruhan angka mortalitas terkait hipertensi lebih tinggi pada kulit hitam.
Pada golongan ini hipertensi biasanya timbul pada usia lebih muda
dibandingkan dengan orang berkulit putih, bahkan perkembangannya
cenderung lebih cepat dan menonjol.
2.1.3 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medulla dari otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdormen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
8
9
bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepeneprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap vasokonstriksi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin, yang
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II. Pertama, dengan meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitary) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urine. Meningkatnya ADH, menyebabkan
urine yang diekskresikan ke luar tubuh sangat sedikit (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstra seluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Kemudian terjadi peningkatan volume darah, sehingga tekanan darah akan
meningkat (Martuti, 2009).
Kedua, dengan menstimulasi sekresi aldosteron (hormon steroid yang memiliki
peranan penting pada ginjal) dari korteks adrenal. Pengaturan volume cairan
ekstraseluler oleh aldosteron dilakukan dengan mengurangi ekskresi NaCl dengan
cara mereabsorbsinya dari tubulus ginjal. Pengurangan ekskresi NaCl menyebabkan
naiknya konsentrasi NaCl, yang kemudian diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler. Maka terjadilah peningkatan volume dan
tekanan darah (Martuti, 2009).
9
10
10
11
stroke dibedakan menjadi dua macam, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemorragik. Stroke hemorragik inilah yang biasanya merupakan komplikasi
hipertensi (Garnadi,2012)
2. Penyakit Jantung
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri sehingga beban jantung bertambah. Sebagai
akibatnya, terjadi hipertrofi ventrikel kiri untuk mengkatkan kontraksi. Hipertrofi
ini ditandai dengan ketebalan dinding yang bertambah, fungsi ruang yang
memburuk, dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi, kemampuan ventrikel
untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya
terlampaui dan terjadi dilatasi dan „‟payah jantung‟‟. Jantung semakin terancam
seiring parahnya aterosklerosis koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi karena
gabungan penyakit arterial koroner yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard
yang bertambah akibat penambahan massa miokard (Garnadi,2012).
Penyakit jantung lainnya adalah :
a. Hipertrofi ventrikel kiri (LVH)
b. Angina atau infark miokard sebelumnya
c. Riwayat revaskularisasi
3. Penyakit ginjal kronik
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
tidak dapat diperbaiki dari berbagai penyebab. Salah satunya pada bagian yang
menuju ke kardiovaskuler. Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal ginjal
kronis karena penimbunan garam dan air atau sistem renin angiotensin
aldosteron (RAA) (Garnadi,2012).
4. Penyakit arteri koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor risiko utama penyakit arteri koronaria,
bersama dengan diabetes melitus. Plak terbentuk pada percabangan arteri yang
kearah arteri koronaria kiri, arteri koronaria kanan, dan agak jarang pada arteri
sirromfleks. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen
maupun sementara yang disebabkan oleh akumulasi plak atau penggumpalan.
Sirkulasi kolateral berkembang disekitar obstruksi arteromasus yang
menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi
kolateral untuk menyediakan suplai oksigen yang adekuat ke sel yang
berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria (Garnadi,2012).
2.1.7 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
11
12
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Secara garis besar terdapat beberapa halyang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Tidak menimbulakan intoleransi.
4. Obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angiotensin (ACE-I)
12
13
a) Diuretic
Diuretik merupakan salah satu golongan obat anti
hipertensi paling penting karena murah, efektif, umumnya
ditoleransi dengan baik dalam dosis rendah dan diuretik telah
terbukti untuk mencegah kejadian kardiovaskuler, termasuk
stroke dan PJK, dalam berbagai kelompok pasien hipertensi
(Garnadi,2012).
b) (β – blocker)
Beta bloker aman, murah dan efektif untuk digunakan sebagai
monoterapi atau kombinasi dengan diuretik, kalsium antagonis dan
dihydropyridine alpha – blocker. Beta blocker harus dihindari pada
pasien dengan penyakit saluran napas obstruktif dan penyakit
vaskuler (Garnadi,2012).
c) Antagonis Kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambart kontraksi jantung (kontraktilitas), namun obat ini
memiliki efek samping yang mungkin muncul adalah batuk kering,
pusing, sakit kepala dan (Garnadi,2012).
d) ACE-I
Aktivitas sistem renin – angiotensin dapat dihambat dengan empat
cara yang semuanya dapat diterapkan secara klinis. Pertama, beta
blocker yang menghambat pelepasan renin. Kedua, penghambat
langsung terhadap aktivitas renin oleh renin inhibitor selektif,
alikiren. Ketiga, menghambat enzim yang mengubah angiotensin I
menjadi angiotensin II, dengan ACE – I. Keempat, menghambat
aktvitas angiotensin II oleh reseptor blocker kompetitif yaitu ARB
(Garnadi,2012).
13
14
Karakteristik :
1.Usia
2. Jenis Kelamin
Penegakan Diagnosis :
Pemeriksaan Klinis
Hipertensi
Pengobatan
14
15
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.3 Populasi
3.3.1 Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh data pasien hipertensi
rawat jalan.
3.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi
di Puskesmas Mentok Kabupaten Bangka Barat bulan Januari - Juni
2023.
15
16
3.6 Penelitian
3.6.1 Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat
(dependen). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah usia, jenis
kelamin.
3.6.2 Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah penderita hipertensi di Wilayah Puskesmas
Mentok.
16
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
18
18
19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mini project yang dilakukan mengenai
karakteristik penderita hipertensi di Puskesmas Mentok disimpulkan bahwa
distribusi frekuensi terbesar berdasarkan usia yaitu pada usia 70 tahun sebanyak
432 orang (25,18%). Distribusi frekuensi terbesar berdasarkan berdasarkan
jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada berjenis kelamin laki laki yaitu
berjumlah 1.191 orang (69,45%).
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Dokter Umum
a. Diharapkan agar mendeteksi dini hipertensi sehingga hipertensi
bisa terdiagnosis lebih cepat tanpa harus menunggu adanya
komplikasi.
b. Diharapkan agar memberikan konseling kepada penderita
hipertensi untuk memeriksa tekanan darah secara berkala,
mengkonsumsi obat secara teratur dan olahraga sehingga tekanan
darah bisa terkontrol.
c. Memberikan edukasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan
motivasi untuk tidak lupa memakan obat-obatan.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Tirtasari, S., & Kodim, N. (2019). Prevalensi dan karakteristik hipertensi pada usia
dewasa muda di Indonesia. Tarumanagara Medical Journal, 1(2), 395-402.
20