OLEH
T. SARI AGUSTINI
NIM P 23139016120
T. Sari Agustini
P2.3 1.39.0.1 6.120
Pembimbing I
Sura . Pd M. Kes
NIP 19650924.198802. l .00
I
Penguj i:
Bcscna perangkat yang ada (j ika diperlukan). Dengao Hek Bebas Roya]ti Non-
eksklusif ini Jumsan Farmasi Pollekkes Kemenkcs Jakarta II berhak
menyimpan, gengalih media/formet-kan, mengelola dalam hcn‹ k gang£a)an
dat (database). merawaL dan mcmpublikasikan tugas akhir says tanga
meminta j in dari saya selama leap mencancumkari nama saya sebagai
Menulis/pencipia dan sebagai pemilik Hak Cipia.
Oemikian pemyataan ini saya buai dengan seRnemva.
Oibuat di : Jakana
Pada buIen : Juni 2019
Yeng menyatakan
BAB I
PENDAHULUAN
Dikenal juga sebagai tekanan darah arteri yaitu tekanan darah yang diukur
pada dinding arteri dalam satuan millimeter merkuri. Terbagi menjadi dua tekanan
darah yaitu tekanan darah sistolik yang diperoleh selama kontraksi jantung, dan
tekanan darah diastolik yang diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung
diisi. 14
2.1.4 Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah pasien yang telah diukur
menggunakan tensimeter dan diketahui tekanan darah sistolik melebihi 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikendalikan melalui cek kesehatan secara
rutin,melakukan diet rendah garam dan mengkonsumsi obat secara teratur untuk
mengurangi resiko komplikasi pada organ jantung dan organ lainnya 1.16
1. Hipertensi Esensial/Primer
Adalah hipertensi tanpa kelainan patologi yang jelas. Penyebabnya adalah banyak
faktor seperti faktor keturunan dan lingkungan yang meliputi pengaruh kepekaan
terhadap ion natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah
terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-lain .15
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder jarang terjadi dan biasanya hanya 10% dari penderita
hipertensi. Hipertensi jenis ini disebabkan oleh keadaan medis seperti penyakit
ginjal,penyakit jantung,pengaruh obat-obatan tertentu dan penyakit pembuluh
darah .15
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Bapak/Ibu minum obat secara teratur?
2 Apakah dalam 2 minggu terakhir ada hari yang
Bapak/Ibu tidak minum obat?
3 Apakah Bapak/Ibu pernah berhenti minum obat
tanpa memberitahu dokter karena merasa ada efek
samping?
4 Jika Bapak/Ibu bepergian apakah Bapak/Ibu
terkadang lupa membawa obat ?
5 Apakah Bapak/Ibu minum obatnya kemarin?
6 Apakah Bapak/ Ibu menghentikan minum obat jika
merasa sudah membaik?
7 Apakah Bapak/Ibu merasa bahwa terapi hipertensi
yang diberikan oleh dokter ini rumit/agak susah
diterapkan?
8 Seringkah Bapak/Ibu merasa kesulitan untuk ingat
minum obat?
Perhitungan kepatuhan MMAS-8 adalah berdasarkan skor yang didapat dari hasil
jawaban kuesioner yaitu :
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dari sampel dalam penelitian ini sama, yaitu seluruh pasien yang
telah didiagnosa oleh dokter atau tenaga kesehatan lain telah mengidap hipertensi
primer yang datang berobat ke Puskesmas Ciracas atau sub unit yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Ciracas dengan jangkauan usia 35 s/d 75 tahun.
1. Kriteria inklusi adalah persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek
penelitian/populasi agar dapat diikutsertakan dalam penelitian. Kriteria
inklusi dalam penelitian ini meliputi:
a. Masyarakat yang telah terdaftar sebagai pasien dan memiliki rekam
medis di Puskesmas Ciracas.
b. Masyarakat yang telah didiagnosa dokter atau petugas kesehatan
mengidap hipertensi
c. Masyarakat yang berusia 35 tahun s/d 75 tahun yang diketahui
berdasarkan data rekam medis pasien hipertensi yang datang berobat
ke Puskesmas Ciracas Serang dan bersedia menjadi responden adalah
yang termuda 35 tahun dan tertua 75 tahun..
2. Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek peneliltian
yang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam
penelitian:
a. Penderita hipertensi sekunder
b. Penderita hipertensi dengan diabetes mellitus atau penyakit lain
c. Ibu hamil dengan hipertensi
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Editing
Dilakukan dengan cara mengkonfirmasi ulang jawaban pasien terutama
umur , pendidikan dan pertanyaan- pertanyaan tentang kepatuhan yang ada
di formulir dengan mencocokkan data di rekam medis atau menanyakan
langsung kepada pasien agar kuesioner terisi lengkap, jelas, relevan dan
konsisten.
2. Coding
Jawaban atau hasil yang diperoleh diklasifikasikan menurut jenisnya ke
dalam bentuk yang lebih ringkas setelah diberi skor atau menggunakan
kode-kode tertentu sebelum diolah dengan computer dengan menggunakan
aplikasi SPSS. Skor kepatuhan dari kuesioner dihitung berdasarkan
standar Morisky Medication Adherence Scale 8 dan digolongkan menjadi
3 golongan yaitu tidak patuh (skor < 6), cukup patuh (skor 6-7) dan patuh (
skor 8) . 23,30
3. Entry
Proses memasukkan data-data yang telah mengalami proses editing dan
coding ke dalam alat pengolahan data (komputer) atau program
pengolahan data tertentu (SPSS). SPSS merupakan singkatan dari
Statistical Program for Social Science yang merupakan paket program
statistik yang berguna untuk mengolah dan menganalisis data penelitian.
Kemampuan yang dapat diperoleh dari SPSS meliputi pemrosesan segala
bentuk file data, modifikasi data, membuat tabulasi berbentuk distribusi
frekuensi, analisis statistik deskriptif, analisis lanjut yang sederhana
maupun yang kompeks dlsb.30
4. Cleaning
Cleaning atau pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali
data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan
tersebut mungkin terjadi pada saat memasukkan data ke komputer.
Contoh untuk jumlah total responden pada tiap variable harus sesuai
dengan jumlah responden sesungguhnya. Jika terjadi kekurangan jumlah
responden pada satu variabel maka berarti terjadi missing data (data
hilang). 30
3.5.4 Analisis Data
Puskesmas Ciracas merupakan satu dari enam belas (16) Puskesmas yang
ada di Kota Serang sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kota Serang.
Berdiri sejak tahun 1995, pada awal berdirinya Puskemas Ciracas bernaung di
wilayah kabupaten Serang. Kemudian pada saat pembentukan kota Serang pada
tahun 2008 , karena letaknya berada di wilayah kota Serang , maka Puskesmas
Ciracas berada di bawah pembinaan Dinas Kesehatan kota Serang.31
Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ciracas terdiri dari 1 (satu)
kelurahan yaitu Kelurahan Serang. Luas wilayah kerja Puskesmas Ciracas adalah
490 Ha dengan jumlah Rukun Warga (RW) sebanyak 27 dan Rukun Tetangga
( RT) sebanyak 118. Jumlah penduduk pada tahun 2018 adalah 29.545 jiwa terdiri
dari laki-laki sebanyak 14.973 dan perempuan sebanyak 14.572.
4.1.1 Kondisi Geografis Wilayah Kerja Puskesmas Ciracas
Posyandu : 32 posyandu
Jumlah kader : 150 orang
Posbindu : 3 posbindu
Jumlah kader : 13 orang
1. Pengobatan Umum
2. Pengobatan Balita Sakit
3. Pengobatan Gigi
4. Klinik Tuberkolosis dan Kusta
5. Klinik Penyakit Tidak Menular
6. Klinik Gizi
7. Pelayanan Keluarga Berencana
8. Pelayanan Imunisasi
9. Pelayanan Laboratorium
10. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
BAB V
5.1. HASIL
Tabel 5.1
Karakteristik Responden Dalam Kepatuhan Minum Obat
Hipertensi
No Jumlah
n %
1. Jenis Kelamin
Laki-laki 41 29,5
Perempuan 98 70,5
2. Umur
< 45 tahun 31 22,3
> 45 tahun 108 77,7
3. Pendidikan
< SMP 86 61,9
> SMP 53 38,1
4. Kepatuhan
Kurang patuh 80 57,6
Cukup patuh 42 30,2
Patuh 17 12,2
Jumlah 139 100
Tabel 5.2
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepatuhan Minum Obat
Penderita Hipertensi
Kepatuhan Total
Jenis Kelamin Kurang Cukup Patuh N % p Value
patuh patuh
N % N % N %
Laki-laki 29 70,7 8 19,5 4 9,8 41 100 0,090
Perempuan 51 52 34 34,7 13 13,3 98 100
80 57,6 42 30,2 17 12,2 139 100
Tabel 5.3
Hubungan Umur dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Hipertensi
Kepatuhan Total
Umur Kurang Cukup Patuh n % pValue
patuh patuh
N % N % N %
< 45 tahun 20 64,5 10 32,3 1 3,3 31 100 0,146
> 45 60 55,6 32 29,6 16 14,8 108 100
tahun
Jumlah 80 57,6 42 30,2 17 12,2 139 100
Tabel 5.3. di atas menunjukan berdasarkan umur, proporsi penderita yang
patuh berumur > 45 tahun sedikit lebih banyak yang patuh dibandingkan yang
berumur < 45 tahun yaitu 16 penderita (14,8%) berbanding 1 penderita (3,3%).
Tabel 5.4
Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita
Hipertensi
Kepatuhan Total
Pendidikan Kurang Cukup Patuh N % p Value
patuh patuh
N % N % N %
< SMP 55 64 26 30,2 5 5,8 86 100 0,006
> SMP 25 47,2 16 30,2 12 22,6 53 100
80 57,6 42 30,2 17 12,2 139 100
5.2 Pembahasan
Berrdasarkan tabel 5.2 Hasil uji statistik dengan chi square didapatkan p
Value , , dengan demikian pada α = , 5 tidak ada perbedaan antara jenis
kelamin dengan kepatuhan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Haryatmo,36 yang menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang
mungkin berkontribusi terhadap mengapa jenis kelamin tidak ikut berpengaruh
dalam kepatuhan. Dalam kenyataan dewasa ini, muncul faktor-faktor yang dapat
meminimalkan variasi dan kesenjangan yang ada antar jenis kelamin. Akses dan
kesempatan yang sama terhadap sumber informasi, semua jenis pekerjaan,
hubungan sosial dengan berbagai komunitas dan tingkat pendidikan yang sama
merupakan beberapa hal diluar jenis kelamin akan tetapi membuat laki-laki dan
perempuan menjadi serupa dalam hal kapasitas, peran dan fungsi sehingga dapat
dipahami apabila jenis kelamin tidak menjadi faktor pengaruh dominan termasuk
dalam hal kepatuhan. 36
Berdasarkan tabel 5.3 Hasil uji statistik dengan chi square didapatkan p
Value 0,146, dengan demikian pada α = , 5 tidak ada perbedaan antara umur
dengan kepatuhan berobat penderita hipertensi. Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Evadewi dan Sukmayanti , 18 yang menyatakan
bahwa umur seseorang tidak berhubungan dengan tingkat kepatuhan. Kepatuhan
tidak hanya berhubungan dengan usia tetapi multifaktor yang mempengaruhi
seperti jenis kelamin, lama menderita hipertensi, latar belakang sosial ekonomi,
sikap dan emosi yang disebabkan oleh penyakit yang diderita, hubungan pasien
dengan tenaga kesehatan, dukungan keluarga dan faktor lingkungan. 18,22
Berdasarkan Tabel 5.4 Hasil uji statistik dengan chi square didapatkan p
Value , 6, dengan demikian pada α = , 5 ada perbedaan antara pendidikan
dengan kepatuhan berobat penderita hipertensi. Hasil ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan berpengaruh dalam kepatuhan minum obat pada pasien
hipertensi. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi, faktor literasinya akan semakin
baik. Demikian juga dengan kemudahan dalam mendapat informasi kesehatan
akan lebih baik dibandingkan dengan orang dengan tingkat pendidikan lebih
rendah sehingga dengan informasi kesehatan tersebut dapat meningkatkan
kepedulian pasien terhadap kesehatannya.37 Hasil ini juga sejalan dengan
35
penelitian yang telah dilakukan oleh Sinuraya dkk yang menyatakan bahwa
tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi perilaku dan tingkat kesadaran
untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
6.1 Kesimpulan
1. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 139 orang terdiri dari laki-laki
41 orang (29,5%) dan perempuan 98 orang (70,5%).
2. Responden yang berumur ≤ 45 tahun 3 orang (22,3%) dan > 45 tahun 8
orang (77,7%).
3. Tingkat pendidikan responden adalah ≤ SMP 86 orang (6 , %) dan > SMP
53 orang (38,1%)
4. Tingkat kepatuhan responden adalah kurang patuh 80 orang (57,6%), cukup
patuh 42 orang ( 30,2%) dan patuh 17 orang (12,25).
5. Tidak ada hubungan antara kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi
dengan jenis kelamin dan umur pasien.
6. Ada hubungan antara kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi dengan
pendidikan pasien.
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Dalimartha S, Purnama T.B,Sutarina N, Mahendra.B, Darmawan R,Care
yourself,Hipertensi, Jakarta: Penabur Plus; 2008.
7. Dinas Kesehatan Kota Serang, Profil Kesehatan Kota Serang tahun 2016
,Serang; 2017.
17. Joint National Comitee VIII, Guidelines for the Management of Hypertension
in Adults, 2014.
21. Lailatushifah S.N.F, Kepatuhan pasien yang menderita penyakit kronis dalam
mengkonsumsi obat harian, Jurnal Fak. Psikologi Universitas Mercu Buana:
Yogyakarta; 2012.
23. Morisky D & Munter P, New medication adherence scale versus pharmacy fill
rates in senior with hypertension,American Journal of Managed Care, 2009.
28. Badan Pusat Statistik Kota Serang, Indeks Pembangunan Manusia di Kota
Serang, Serang ; 2018.
29. Supardi S, Surahman. Metodologi Penelitian untuk Mahasiswa Farmasi.
Jakarta: CV Trans info Media; 2014.
31. Profil Puskesmas Ciracas Tahun 2018, Dinas Kesehatan Kota Serang ; 2019.
32. Anggraini, AD, Waren, S., Situmorang, E., Asputra H., dan Siahaan, SS.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang
berobat di poliklinik dewasa Puskesmas Bangkinang periode Januari s/d Juni
2008. Fakultas Kesehatan Universitas Riau , Pekanbaru; 2009.
37. Mezuk B, Kershaw KN, Hudson D, Lim KA, Rattlif S, Job strain, workplace
discrimination and hypertension among older workers: The health and
retirement study, Race Soc Probl, 2011.
38. NKRI, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Jakarta,2016.
Tabel 1.1 Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Esensial PKM
Ciracas Bulan September- November 2018
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Bapak/Ibu minum obat secara teratur?
2 Apakah dalam 2 minggu terakhir ada hari yang
Bapak/Ibu tidak minum obat?
3 Apakah Bapak/Ibu pernah berhenti minum obat
tanpa memberitahu dokter karena merasa ada efek
samping?
4 Jika Bapak/Ibu bepergian apakah Bapak/Ibu
terkadang lupa membawa obat ?
5 Apakah Bapak/Ibu minum obatnya kemarin?
6 Apakah Bapak/ Ibu menghentikan minum obat jika
merasa sudah membaik?
7 Apakah Bapak/Ibu merasa bahwa terapi hipertensi
yang diberikan oleh dokter ini rumit/agak susah
diterapkan?
8 Seringkah Bapak/Ibu merasa kesulitan untuk ingat
minum obat?
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan terakhir:
TD :
LAMPIRAN
Hasil Pengambilan Data Kuesioner Kepatuhan Minum Obat Hipertensi
Frequency Table
Jenis kelamin
Berdasa
rkan
/Jenis Cumulative
Kelami Frequency Percent Valid Percent Percent
Total jumlah responden sebnayak 139 pasien terdiri dari 41orang laki-laki ( 29.5%) dan
98 orang perempuan ( 79,5%)
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Sedangkan berdasarkan umur, terdapat 31 pasien yang berumur kurang atau sama dengan
45 tahun (22.3%) dan 108 pasien yang berumur lebuh dari 45 tahun (77.7%).
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kepatuhan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Sedangkan untuk kepatuhan minum obat pasien hipertensi terdapat 80 orang (57,6%)
pasien yang kurang patuh terhadap anjuran minum obat hipertensi, 42 oraang (30,2%)
dengan kepatuhan cukup dan17 orang( 12,2%) dengan kepatuhan yang baik.
Crosstabs
Jenis kelamin * Kepatuhan Crosstabulation
Kepatuhan
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5.01.
Crosstabs
Umur * Kepatuhan Crosstabulation
Kepatuhan
Chi-Square Tests
Crosstabs
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 6.48.