Anda di halaman 1dari 66

Asuhan Keperawatan pada Ny.

T dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman dan


Nyaman Pada Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi di Puskesmas
Larompong Kabupaten Luwu.

OLEH :

Nama :Miftahul Jannah S, Kep

Nim 032020062

Pembimbing

Nama :Ns. Cheristina S.Kep, M.Kes

STIKES KURNIA JAYA PERSADA KOTA PALOPO TAHUN AKADEMIK


2020/2021
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segalanya berkat limpahan
rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny. T dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Aman dan Nyaman Pada Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi di Puskesmas Larompong
Kabupaten Luwu”.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penulisan, isi dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan laporan ilmiah ini.
Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bantuan moril maupun materil,
maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada
:
Akhir dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri. Semoga
laporan karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya,
semoga Allah SWT memberi berkahnya bagi kita semua. Amiin

Luwu, Januari 2021

Miftahul Jannah
2

DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................1
Daftar Isi.............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Ruang Lingkup......................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS.......................................................................................6
A. Konsep Dasar Lanjut Usia....................................................................................6
B. Konsep Dasar Hipertensi......................................................................................16
C. Konsep Proses Keperawatan Lansia dengan Gangguan Sistem.......................22
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................................26
A. Pengkajian Keperawatan......................................................................................26
B. Pengkajian Psikologis............................................................................................28
C. Pengkajian Sosial Ekonomi..................................................................................28
D. Pemeriksaan Fisik..................................................................................................29
E. Informasi Penunjang.............................................................................................30
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................................58
A. Pengkajian Keperawatan......................................................................................58
B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................59
C. Intervensi Keperawatan........................................................................................60
D. Implementasi Keperawatan..................................................................................61
E. Evaluasi Keperawatan...........................................................................................61
BAB V PENUTUP.............................................................................................................63
A. Kesimpulan.............................................................................................................63
B. Saran.......................................................................................................................63
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut American Society of Hypertension (ASH) hipertensi adalah suatu sindrom
atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat dari kondisi lain yang
kompleks dan saling berhubungan, WHO menyatakan hipertensi merupakan peningkatan
tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama
atau lebih besar 95 mmHg, (JNC VII) berpendapat hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah diatas 140/90 mmHg, sedangkan menurut Brunner dan Suddarth hipertensi juga
diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darahnya diatas 140/90 mmHg.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan peningkatan tekanan
darah sistolik yang persisten diatas 140 mmHg sebagai akibat dari kondisi lain yang
kompleks dan saling berhubungan (Nuraini, 2015).
Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
secara menetap (Dipiro, dkk., 2011). Umumnya, seseorang dikatakan mengalami hipertensi
jika tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg. Hipertensi dibedakan menjadi dua macam,
yakni hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi dipicu oleh beberapa
faktor risiko, seperti faktor genetik, obesitas, kelebihan asupan natrium, dislipidemia,
kurangnya aktivitas fisik, dan defisiensi vitamin D (Dharmeizar, 2012). Prevalensi hipertensi
yang terdiagnosis dokter di Indonesia mencapai 25,8% dan Yogyakarta menduduki peringkat
ketiga prevalensi hipertensi terbesar di Indonesia. Tingkat prevalensi hipertensi diketahui
meningkat seiring dengan peningkatan usia dan prevalensi tersebut cenderung lebih tinggi
pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah atau masyarakat yang tidak bekerja
(Erica Kusuma Rahayu Sudarsono, 2017).
4

demiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8%-28,6% penduduk yang


berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Menurut penelitian Boedi Darmoyo
(2005) didapatkan bahwa antara 1,8%-28,6% penduduk dewasa adalah menderita hipertensi
dengan rata-rata usia antara 35- 65 tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor yaitu
kurangnya aktivitas fisik, berat badan lebih, gangguan dari perubahan hormonal serta faktor
genetika, serta kurangnya pengetahuan penderita hipertensi dan keluarga tentang
pencegahan, penanganan dan perawatandengan baik dan benar (Teti Agustin, 2015).
Faktor risiko berperan penting terhadap kejadian hipertensi. Apabila faktor risiko
diketahui maka akan lebih mudah dilakukan pencegahan. Saat ini, pemerintah Indonesia
mulai memberikan perhatian serius terhadap penyakit tidak menular yaitu dengan
memaksimalkan kinerja dalam hal pencegahan dan deteksi dini PTM melalui kegiatan
Posbindu (Jumriani Ansar, 2019).

B. Ruang Lingkup
Dalam penulisan kasus ini penulisa akan mengambil kasus yaitu “Asuhan
Keperawatan pada Ny. T dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman Pada
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Hipertensi di Puskesmas Larompong Kabupaten Luwu.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam memberikan “Asuhan Kperawatan Pemenuhan
Kebutuhan dasar Aman dan Nyaman pada Lansia Ny.T dengan Gangguan Kardiovaskuler :
Hipertensi”
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T dengan Gangguan Kardiovaskuler :
Hipertensi” .
b. Mampu menentukan Diagnosa Keperawatan “Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T dengan Gangguan Kardiovaskuler
: Hipertensi”.
5

c. c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan “Asuhan Keperawatan Pemenuhan


Kebutuhan dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T dengan Gangguan Kardiovaskuler
: Hipertensi”.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan “Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T dengan Gangguan Kardiovaskuler
: Hipertensi”.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan “Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T dengan Gangguan
Kardiovaskuler
: Hipertensi”.
f. Mampu mengidentifikasi perbedaan yang terjadi antara teori dan kasus.
g. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung, faktor penghambat, serta dapat
mencari solusi yang baik.
h. Mampu mendokumentsai semua kegiatan “Asuhan Keperawatan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman pada Ny.T dengan Gangguan
Kardiovaskuler
: Hipertensi”
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah dengan metode deskriptif
atau studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah ; studi kasus,
dimana peserta didik mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan. Dalam metode ini
di sebutkan juga bagaimana peserta didik memperoleh data informasi dengan (wawancara secara
langsung dari klien (Ny.T) dan tidak langsung dari petugas kesehatan, observasi, dan
pemeriksaan fisik).
6

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Lanjut Usia


1. Pengertian
WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah
usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang komulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008). Menua atau menjadi tua adalah
suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan
proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan (Kushariyadi, 2010). Menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti diri dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Reny Yuli,
2014).
2. Batasan Lanjut Usia
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas”
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut: usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut
7

usia(elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia
sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun,
c. Menurut Prof. Dr.Ny.Sumiati Ahmad Mohammad Masa bayi (0-1 tahun), masa
prasekolah (1-6 tahun), masa sekolah (6-10 tahun), masa pubertas (10-20 tahun),
masa dewasa (20-40 tahun), masa setengah umur (40-65 tahun), masa lanjut usia
(65 tahun ke atas).
d. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikologi UI) terdapat empat fase yaitu: pertama
(fase inventus) ialah 25-40 tahunn, kedua (fase virilities) ialah 40-55tahun, ketiga
(fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup
usia.
e. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65
tahun atau 70 tahun, masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi
tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old
(> 80 tahun).

3. Tipe-Tipe Lanjut Usia

Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
b. Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan
perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
c. Tipe Mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.
d. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
e. Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja.
f. Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif dan acuh tidak acuh
8

6. Teori-teori Proses Menua


a. Teori Biologis Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi
bahwa proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan
fungsi tubuh selama masa hidup (Reny Yuli, 2014). Teori ini lebih
menekankan pada perubahan kondisi tingkat struktural sel/organ tubuh,
termasuk didalamnya adalah pengaruh agen patologis.
1) Teori Genetik Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetic
untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam 12 nuclei
(inti sel) suatu jam yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam
ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak
berputar, jadi menurut konsep ini bila jam berhenti akan meninggal dunia,
meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang
katastrofal.
2) Teori Non-genetik
a) Teori penurunan system imun tubuh (auto immune theory) Mutasi
yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
sistem imun tubuh mengenai dirinya sendiri. Jika mutasi yang
merusak membrane sel, akan menyebabkan sistem imun tidak
mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari
peningkatan peyakit auto imun pada lanjut usia.
b) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory) Radikal
bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan
fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti: Asap
kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi,
sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigment
dan kolagen pada proses menua.
c) Teori menua akibat metabolism Bahwa pengurangan asupan kalori
ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur,
sedangkan perubahan asupan kalori menyebabkan kegemukan dan
memperpendek umur.
d) Teori rantai silang Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan
oleh lemak, protein, karbohidrat dan asam nukleat (molekul
kolagen)
9

bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan


yang menyebabkan perubahan pada membran plasma yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis dan
kehilangan fungsi pada proses menua.
b. Teori Psikologis
a) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory) Seseorang yang dimasa
mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah menua Sense
of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai
tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran
optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari usia lanjut.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dengan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
b) Kepribadian Berlanjut (Continuty Theory) menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
c) Teori Pembebasan (Disengagement Theory) Putusnya pergualan atau
hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu
lainnya. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan 14 ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering terjadi anda kehilangan (triple loss),
yakni : kehilangan peran (loss of role), hambatan kontak sosial
(restriction of contacts and relationships), berkurangnya komitmen
(reduced commitment to social moes and values). (Azizah, 2011)
c. Teori Lingkungan (Environtmental Theory)
1) Radiation Theory (Teori Radiasi) Setiap hari manusia terpapar dengan adanya
radiasi baik karena sinar ultraviolet maupun dalam bentuk
gelombanggelombang mikro yang lebih menumbuk tubuh tanpa terasa yang
10

dapat mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam sel hidup atau bahkan
rusak dan mati.
2) Stress Theory (Teori Stres) Stress fisik maupun psikologis dapat
mengakibatkan pengeluaran neurotransmitter tertentu yang dapat
mengakibatkan perfusi jaringan menurun sehingga jaringan mengalami
kekurangan oksigen dan mengalami gangguan metabolisme sel sehingga
terjadi penurunan jumlah cairan dalam sel dan penurunan jumlah cairan
dalam sel dan penurunan eksisitas membrane sel.
3) Pollution Theory (Teori Polusi) Tercemarnya lingkungan dapat
mengakibatkan tubuh mengalami gangguan pada sistem
psikoneuroimunologi yang seterusnya mempercepat terjadinya proses menua
dengan perjalanan yang masih rumit untuk dipelajari.
4) Exposure Theory (Teori Pemaparan) Terpaparnya sinar matahari yang
mempunyai kemampuan mirip dengan sinar ultra yang lain mampu
mempengaruhi susunan DNA sehingga proses penuaan atau kematian sel
bisa terjadi.
7. Tugas Perkembangan Lanjut Usia
Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus, tujuh
kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi :
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan Lansia harus
menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan sistem tubuh,
perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit,
tetapi hal ini adalah normal.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan Lansia
umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu mungkin
perlu untuk menyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya peran
kerja.
c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan Mayoritas lansia dihadapkan pada
kematian pasangan, teman, dan kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit
diselesaikan, apalagi bagi lansia yang menggantungkan hidupnya dari
seseorang yang meninggalkannya dan sangat berarti bagi dirinya.
11

d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia Beberapa lansia menemukan


kesulitan untuk menerima diri sendiri selama penuaan. Mereka dapat
memprlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal
penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil mereka “nenek”
atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang menempatkan keamanan
mereka pada resiko yang besar.
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup Lansia Dapat mengubah rencana
kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik dapat mengharuskan pindah ke rumah
yang lebih kecil dan untuk seorang diri.
f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa Lansia sering
memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak-anaknya yang telah
dewasa. g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup Lansia
harus belajar menerima aktivitas dan minat baru untuk mempertahankan
kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara sosial sepanjang
hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan
mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi
terbatas, mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru selama pensiun.

8. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia


a. Perubahan Fisiologi
1) Sel Jumlah sel menurun/ lebih sedikit, ukuran sel lebih besar, jumlah
cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, proporsi protein di otak,
otot ginjal, darah dan hati menurun, jumlah sel otak menurun, mekanisme
perbaikan sel terganggu, otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%,
lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
2) Sistem Kardiovaskuler Elastis dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya. 17 Kehilangan elastisitas
pembuluh darah. Kurang efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan
12

tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing


mendadak). Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer (normal ± 170/90 mmHg).
3) Sistem pernapasan Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi,
kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, aktivitas silia menurun, paru
kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman
bernafas menurun, ukuran alveoli melebar dan jumlah berkurang,
berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada arteri menurun menjadi 75
mmHg, karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas
terganggu, reflex dan kemampuan batuk berkurang, sensitifitas terhadap
hipoksia dan hiperkarbia menurun, sering terjadi emfisema similis,
kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun
seiring pertambahan usia.
4) Sistem Persarafan Berat otak menurun 10-20% (sel saraf setiap orang
berkurang setiap harinya), cepat nya menurun hubungan persarafan,
respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stress, saraf
panca indra mengecil, penglihatan berkurang, pendengaran menghilang,
saraf penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap perubahan,
kurang sensitive terhadap sentuhan, defisit memori.
5) Sistem Pencernaan Kehilangan gigi, penyebab utama kehilangan
periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, indra
pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi indra
pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah, terutama
rasa manis dan asin, hilang nya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa
asin, asam dan pahit, esophagus melebar, rasa lapar menurun, asam
lambung menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun,
peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi melemah
(daya absorpsi terganggu, terutama karbohidrat), hati semakin mengecil
dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.
6) Sistem Geniotourinarina
13

a) Ginjal Ginjal merupakan alat umtuk mengeluarkan sisa metabolism


tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh
satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus). Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang.
Akibatnya kemampuan mengosentrasi urine menurun, berat jenis
urine menurun, proteinuria (biasanya +1), BUN (Blood urea
nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat.
b) Vesika Urinaria Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada
pria lanjut usia, vesika urinaria sulit di kosongkan sehingga
mengakibatkan retensi urine meningkat
c) Pembesaran Prostat Kurang lebih 75% dialami oleh pria pada usia
diatas 65 tahun
7) Sistem Endokrin Produksi hampir semua hormone menurun, fungsi
paratiroid dan sekesinya tak berubah, Pituitary : Pertumbuhan hormone
ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH. Menurunnya
aktivitas tiriod, BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat,
menurunnya produksi aldosteron. Menurunnya sekresi hormone bonads :
progesterone, estrogen, testosterone.
8) Sistem Indera
a) Indera Pendengaran Gangguan pendengaran. Hilangnya daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara
atau nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata
kata. 50% terjadi pada usia di atas 65 tahun. Membran timpani
menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis, terjadi pengumpulan
serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin, fungsi
pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan atau stress.
14

b) Indera Penglihatan Sfingter pupil timbul sclerosis dan respons


terhadap sinar menghilang, kornea lebih berbentuk sferis (bola),
lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan, meningkatnya ambang,
pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat,
susah melihat dalam gelap. Penurunan/ hilangnya daya akomodasi
dengan manifestasi prebiosfia, seseorang sulit melihat dekat yang di
pengaruhi berkurangnya elastisitas lensa, lapang pandang menurun,
luas pandang berkurang, daya membedakan warna menurun,
terutama warna biru atau hijau pada skala.
c) Indera Peraba Indera peraba memberikan pesan yang paling intim
dan yang paling mudah untuk menerjemahkan. Bila indera lain
hilang, rabaan dapat mengurangi perasaan sejahtera, meskipun
reseptor lain akan menumpul dengan bertambah usia, namun tidak
menghilang.
d) Indera Pengecap dan Penghidu Empat rasa dasar yaitu manis, asin,
asam dan pahit. Diantara semuanya, rasa manis yang paling tumpul
pada lansia. Maka jelas bagi kita mengapa senang mebubuhkan gula
secara berlebihan. Rasa yang tumpul menyebabkan kesukaan
terhadap makanan yang asin dan banyak berbumbu. Harus
dianjurkan penggunaan rempah untuk mengurangi garam dan
penyedap rasa.
9) Sistem Integuman Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, permukaan kulit cenderung kusam, kasar, bersisik (karena
kehilangan proses kreatinasi serta perubahan ukuran bentuk sel epidemis),
timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata
pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau noda cokelat,
terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut halus
di ujung mata akibat lapisan kulit menipis, respon terhadap trauma
menurun, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut
menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal,
15

berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi,


pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku
menjadi pudar, kurang bercahaya, kuku kaki tumbuh secara berlebihan
dan seperti tanduk, jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.
10) Sistem Muskuloskeletal Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin
rapuh, gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi,
kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra, pergelangan,
dan paha, kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga
rusak dan aus, kifosis, gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan
terbatas, gangguan gaya berjalan, kekakuan jaringan penghubung, diskus
intervetebralis menipis dan menjadi pendek, persendian membesar dan
menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, atrofi serabut
otot, komposisi otot berubah sepanjang waktu, aliran darah ke otot
berkurang sejalan dengan proses menua, otot polos tidak begitu
berpengaruh.
11) Sistem Reproduksi dan seksualitas
a) Wanita
o Vagina Orang-orang yang makin menua masih juga
membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu dimana fungsi
seksual seseorang berhenti: frekuensi seksual intercourse
cenderung menurun secara bertahap tiap tahun, tetapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmati masih berjalan terus sampai tua
selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi
berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna
o Ovari menciut, uterus mengalami atrofi
o Atrofi payudara
b) Pria
o Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada
penurunan berangsur-amgsur.
o Dorongan seksual menetap sampai usia 70 tahun, asal kondisi
kesehatannya baik, yaitu: - Kehidupan seksual dapat diupayakan
16

sampai masa lanjut usia. - Hubungan seksual secara teratur


membantu mempertahankan kemampuan seksual. - Tidak perlu
cemas karena prosesnya alamiah. - Sebanyak 75% pria usia
diatas 65 tahun mengalami pembesaran prostat.
b. Perubahan Psikologi Perubahan psikologis yang meliputi short term memory
(memori jangka pendek), frustasi, kesepian, takut menghadapi kematian,
perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan.
c. Perubahan Sosial
1) Perubahan peran post power syndrome, single woman, single parent.
2) Ketika lansia lainnya meninggal maka muncul perasaan kapan akan
meninggal.
3) Terjadinya kepikunan yang dapat mengganggu dalam bersosialisasi.
4) Emosi mudah berubah, sering marah-marah dan mudah tersinggung.
d. Perkembangan Spiritual Agama/ kepercayaan semakin berintegrasi dalam
kehidupan, lanjut usia semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari. Spiritualitas pada lansia
bersifat universal, intrinsic dan merupakan proses individual yang berkembang
sepanjang rentang kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan terdapat pada
kehidupan lansia, keseimbangan hidup tersebut dipertahankan sebagian oleh
efek positif harapan dari kehilangan tersebut. Lansia yang telah mempelajari
cara menghadapi perubahan hidup melalui mekanisme keimanan akhirnya di
hadapkan pada tantangan akhir yaitu kematian. Harapan memungkinkan
individu dengan keimanan spiritual atau religious untuk bersiap mengahadapi
krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian. Satu hal pada lansia yang
diketahui sedikit berbeda dari orang lebih muda yaitu sikap mereka terhadap
kematian.

B. Konsep Dasar Hipertensi


1. Pengertian
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.
Hipertensimerupakan penyebab utama gagal jantung, gagal ginjal. Disebut sebagai
17

“pembunuh diam-diam“ karena orang dengan hipertensi sering ridak menampakkan


gejala (Sumaryati, 2018).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka
diastolic(bagian bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur
tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (Sphygomanometer) ataupun alat
digital lainnya ( Irwan,2016).
Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension yang berasal dari bahasa
Latin “hyper” dan “tension. “Hyper” berarti super atau luar biasa dan “tension” berarti
tekanan atau tegangan. Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran yang populer
untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah tenaga yang dipakai
oleh darah yang dipompakan dari jantung untuk melawan tahanan pembuluh darah, jika
tekanan darah seseorang meningkat dengan tajam dan kemudian menetap tinggi, orang
tersebut dapat dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi atau hipertensi (Ibrahim, 2019).
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau
lebih dan tekanan diatolik 120 mmHg. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten, di mana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. Menurut WHO 1996, batasan tekanan darah normal
orang dewasa adalah maksimum 140/90 mmHg. Apabila tekanan darah seseorang di atas
angka tersebut pada beberapa kali pengukuran di waktu yang berbeda, orang tersebut bisa
dikatakan menderita hipertensi. Penderita hipertensi memiliki resiko lebih besar untuk
mendapatkan serangan jantung dan stroke (Ibrahim, 2019).
Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, menunjukkan
bahwa total kasus hipertensi di dunia sebanyak 839 juta kasus yang terjadi. Kasus dari
hipertensi akan semakin tinggi total kasus atau penderita pada tahun 2025 sebanyak 1,15
milyar dari total keseluruhan penduduk yang ada di dunia (WHO, 2012). Data World
Health Organization (WHO) tahun 2014, Prevalensi hipertensi usia lebih dari 18 tahun
pada wanita sebesar 20,5% dan laki-laki sebesar 24%. Data Riskesdas tahun 2013,
Prevalensi hipertensi terjadi penurunan pada tahun 2007 dari 31,7% menjadi 25,8% pada
tahun 2013 (Anggriani,
2014).
18

2. Klasifikasi
Menurut NAND NIC-NOC 2015
No Kategori Sistolik mmHg Diastolik mmHg
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal hipertensi 130-139 85-89
4 Grade 1 (ringan) 140-149 90-99
5 Grade 2 (sedang) 150-159 100-109
6 Grade 3 (berat) 160-169 100=119
7 Grade 4 (sangat berat) 170-179 >120

3. Etiologi Menurut Reny Yuli Aspiani (2014)


Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
a. Hipertensi Esensial / Hipertensi Primer Penyebab hopertensi primer belum diketahui
pasti, namun ada beberapa faktor yaitu :
1) Faktor Keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemnungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi.
2) Ciri Perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah : umur (jika umur bertambah maka tekanan darah
meningkat), jenis kelamnin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan), ras (ras
kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan Hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah : konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr),
kegemukan atau makan berlebihan, stress, merokok, minum alkohol, minum
obat-obatan (ephedrine, prednisone, epineprin).
b. Hipertensi Sekunder Jenis hipertensi ini penyebabnya dapat diketahui sebagai berikut
:
1) Penyakit ginjal : Glomerulonefritis, Plyelonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor.
19

2) Penyakit Vascular : Ateroklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli


kolestrol dan Vaskulitis.
3) Kelainan endokrin : Diabetes Melitus, Hiperteroidisme, Hipotiroidisme.
4) Penyakit saraf : Stroke, Ensephalitis, Syndrom Gulian Barre.
5) Obat-obatan : Kontrasepsi Oral, Kortikosteroid.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
4. Manifestasi Klinis
a. Mengeluh sakit kepala dan pusing
b. Lemas dan kelelahan
c. Sesak napas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Kesadaran menurun
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Penunjang
1. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti : hipokoagulabilitas,
anemia.
2. BUN/ kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3. Glucosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal da nada DM.
20

5. Kolestrol total serum.


6. Kolestrol LDH dan HDL serum.
7. Trigliserida serum (puasa).
b. Ct scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda penyakit jantung hiprtensi.
d. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : batu ginjal, perbaikan ginjal.
e. Foto dada : menunjukan distruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
6. Komplikasi
a. Gagal Jantung Hipertensi menetap mempengaruhi sistem kardiovaskuler, saraf dan
ginjal. Laju aterosklerosis meningkat, menignkatkan resiko penyakit jantung coroner
dan stroke. Beban kerja ventrikel kiri meningkat, menyebabkan hipertropi ventrikel
yang kemudian meningkatkan resiko penyakit jantung coroner, disritmia, dan gagal
jantung.
b. Stroke Percepatan aterosklerosis yang terkait dengan hipertensi meningkatkan resiko
infark cerebral (stroke). Peningkatan tekanan pada pembuluh serebral dapat
menyebabkan perkembangan mikroneurisme dan peningkatan resiko hemoragi
cerebral.
c. Ensefalopati hipertensi Suatu sindrom yang di tandai dengan tekanan darah yang
sangat tinggi, perubahan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan intracranial,
papilledema, dan kejang dapat berkembang.
d. Nefrosklerosis dan insufisiensi ginjal Proteinuria dan hematuria mikroskopik
berkembang, serta gagal ginjal kronik.
7. Penatalaksanaan dan Terapi
a. Penatalaksanaan Non Farmakologi (Keperawatan)
1) Pengaturan diet
Beberapa diet yang dianjurkan
a) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada
klien hipertensi. dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi
sistem reninangiotensin sehingga dapat berpotensi sebagai anti hipertensi
jumlah
21

intake sodium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram
per hari.
b) Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanisme nya
belum jelas. Pemberian potassium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi, yang dipercaya di mediasi oleh nitric oxide pada dinding
vascular.
c) Diet kaya buah dan sayur.
d) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung coroner
2) Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan
mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup juga berkurang.
3) Olahraga
Olahraga Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda, bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung. Olahraga
terartur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan
untuk menurunkan tekanan darah. olahraga meningkatkan kadar HDL, yang
dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
b. Penata Laksanaan Medis
1) Terapi oksigen
2) Pemantauan hemodinamik
3) Pemantauan jantung
4) Obat-obatan.
a) Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah
jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan garam dan airnya.
b) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung atau
arteri, sebagian penyekat saluran kalsium bersifat lebih spesifik untuk saluran
lambat kalsium otot jantung. Sebagian yang lebih spesifik untuk saluran
kalsium otot polos vascular.
c) Penghambat enzim mengubah angiotensin 2 atau inhibitor ACE berfungsi
untuk menurunkan angiotensin 2 dengan menghambat enzim yang diperlukan
untuk mengubah angiotensin 1 menjadi angiotensin 2. Kondisi ini
menurunkan tekanan darah secara langsung dengan menurunkan tekanan
TPR, dan secara
22

tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosterone, yang akhirnya


meningkatkan pengeluaran natrium pada urin kemudian menurunkan volume
plasma dan curah jantung.
d) Antagonis (penyekat) reseptor beta (beta-blocker), terutama penyekat
selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan kecepatan
denyut dan curah jantung.
e) Antagonis reseptor alfa (beta-bloker) menghambat reseptor alfa di otot polos
vascular yang secara normal berespon terhadap rangsangan saraf simpatis
dengan vasokontriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.
f) Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untuk menurunkan TPR
misalnya : Natrium, Nitropusida, Nikardipin, Hidralazin, Nitrogliserin

C. Konsep Proses Keperawatan Lansia dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler: Hipertemsi
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecematan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas :
a. Pengumpulan Data (Anamnesa)
1) Data Demografis Identitas klien : meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat,
agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, riwayat pekerjaan,
tanggal masuk panti, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama Pada umumnya keluhan utama pada Lansia dengan Hipertensi
adalah sakit kepala, lemah, tengkuk terasa tegang, episode berkeringat,
kecemasan, palpitasi (feokromositoma), episode lemah otot (aldosteronisme).
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan :
a) Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi
nyeri.
b) Quality of Pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
23

c) Region : radiation, relief. Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (Scale) of Pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
3) Riwayat Penyakit Sekarang Pengumpulan data yang dilakukan untuk
menentukan sebab dari hipertensi, yang nantinya membantu dalam membuat
rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa keluhan sakit kepala, pusing,
tengkuk terasa tegang, lemas, berkeringat dan kronologi terjadinya penyakit
tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan dapat
menegakan diagnose serta tindakan keperawatan.
4) Riwayat Penyakit Keluarga Ada peran genetik pada penyakit Hipertensi, dimana
keluarga memiliki Hipertensi maka kemungkinan untuk mengalami Hipertensi
juga semakin besar genetik.
5) Riwayat Psikososial Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehariharinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat.

b. Pola-Pola Fungsi Kesehatan


1) Aktivitas/ istirahat Gejala : Kelemahan, Letih, Napas pendek, Gaya hidup
monoton. Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2) Sirkulasi Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/
katup, penyakit serebrovaskuler. Tanda : Kenaikan TD, Nadi : denyutan jelas,
Frekuensi/ irama : takikardia, berbagi disritmia, Bunyi jantung : murmur,
Distensi vena jugularis, Ekstremitas Perubahan warna kulit, suhu dingin
(vasokontriksi perifer), pengisian kapiler mungkin lambat.
24

3) Integritas ego Gelaja : Faktor-faktor stress akut/kronis misal finansial,


pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial, keputusan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri misal
ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh.
4) Makanan / cairan Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau
mengonsumsi makanan atau cairan adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan
untuk mengunyah. Tanda : Penurunan berat badan, dan membrane mukosa
kering.
5) Hygiene Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.
6) Neurosensory Gejala : Keluhan pusing / pening, sakit kepala, kebas, kelemahan
pada suatu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia).
Tanda
: Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
(ingatan), respon motorik : penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal
optik.
7) Nyeri/kenyamanan Gejala : Nyeri hilang timbul pada kepala terutama daerah
oksipital.
8) Keamanan Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan. Tanda : Episode
paresthesia unilateral transien.
9) Interaksi sosial Gejala : Kerusakan interaksi dengan keluarga / orang lain,
perubahan peran, isolasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertropi ventricular.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi, kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.
d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebihan sehubungan dengan kebutuhan fisik, pola hidup monoton, keyakinan
budaya.
25

e. Infektif koping individual berhubungan dengan mudah terserang penyakit, krisis


situasional, perubahan dalam hidup, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak
adekuat, nutrisi buruk, harapan yang tidak terpenuhi, kerja berlebihan, metode
koping tidak efektif.
f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan
berhubungan dengan kurang pengetahuan, keterbatasan kognitif, menyangkal
diagnosis.
g. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik pada ekstremitas
kanan bagian bawah.
h. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
3. Implementasi Keperawatan
Setelah perencanaan penulis mengacu pada tahap implementasi. Pada tahap ini penulis
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Banyak faktor yang mendukung terlaksananya impelementasi keperawatan
diantaranya : peran keluarga yang mendukung, tersedianya alat-alat serta adanya
bimbingan dari perawat ruangan, CI ruangan, pembimbing dari akademik, serta adanya
peran dokter yang menentukan diagnosa menurut medis
4. Evaluasi Keperawatan
Mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah
pencapaian tujuan. Data di kumpulkan dengan dasar berkelanjutan untuk mengukur
perubahan dalam fungsi, dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam ketersediaan atau
penggunaan sumber eksternal. Hasil akhir yang di harapkan untuk pasien :
a. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat.
b. Mematuhi program perawatan diri.
c. Tidak mengalami komplikasi.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
26

Pengumpulan data merupakan langkah awal dari pengkajian dalam melakukan asuhan
keperawatan lansia. Dari hasil pengumpulan data pada lansia diperoleh data-data sebagai
berikut :
1. Riwayat Kesehatan
a. Identitas Klien
Nama : Ny.T
Alamat : Kelurahan Larompong
Tempat/tanggal lahir : Larompong, 28 Juli 1958
Suku/Agama : Islam
Status perkawinan : Janda, Cerai Mati
Orang yang dapat dihubungi : Kakak
b. Riwayat Keluarga
Klien menikah dengan suaminya Tn.B, kemudian dari pernikahan tersebut
memiliki 2 orang anak, 1 anak laki-laki dan . anak perempuan. Anak pertama
klien bernama Tn.A berusia 35 tahun, anak kedua bernama Ny.D berusia 20
tahun. Sekarang kedua anak klien tinggal bersama istri atau suami nya,
c. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini, klien tidak bekerja, sebelumnya klien bekerja sebagai
pedagang pakaian. Sebelum putus dari pekerjaan dan sebelum suami klien
meninggal dunia, penghasilan didapat dari pekerjaan klien sehari-hari.
d. Status Kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
Keluhan yang dirasakan klien saat ini adalah sering pusing, tengkuk terasa
berat dan kaku, mata terasa nyeri dan pandangan tiba-tiba menjadi kabur.
Adapun obat-obatan yang dikonsumsi Ny.T Captopril 25 mg 1x1.
2) Riwayat Kesehatan yang Lalu Orang tua klien (ibu) memiliki penyakit
hipertensi dan (ayah) klien klien memiliki panyakit asma. Klien tidak
memiliki riwayat penyakit.
e. Pemenuhan Kebutuhan sehari-hari
27

1) Nutrisi Klien makan 3x sehari dengan porsi sedang, klien makan di sediakan
oleh panti. Klien makan-makanan yang sama dengan penghuni panti lainnya,
klien tidak menyukai ikan, klien sangat suka mengkonsumsi biskuit.
2) Personal hygiene Klien mandi 2x sehari, pagi dan sore, membersihkan rambut
2 hari sekali menggunakan shampoo, kuku bersih tidak kotor dan tidak
panjang, mulut bersih tidak ada sariawan, klien terlihat cukup bersih
menggunakan baju daster.
3) Aktifitas/ istirahat Aktifitas klien terhambat karena kelemahan dan
keterbatasan anggota gerak bagian bawah dan terdapat luka jahitan post op.
Klien melakukan aktivitas secara mandiri namun secara perlahan, klien
menggunakan alat bantu kursi roda. Pola tidur klien 8 jam selama sehari.
4) Eliminasi Pola eliminasi klien dalam sehari BAB 1 kali saja dan BAK 5- 8 kali
dalam sehari, tidak ada kesulitan saat eliminasi.
5) Oksigenasi Pola nafas Ny.T normal, frekuensi nafas 18x/ menit, klien tidak
memiliki keluhan batuk, pilek, dan sesak nafas, klien tidak memiliki riwayat
alergi obat dan makanan.
6) Spiritual Hubungan klien dengan tuhan baik, klien rutin melakukan ibadah
pada hari senin dan kamis, dan sering membaca bukubuku tentang keagaman.
f. Tinjauan Sistem
1) Kondisi dari system tubuh yang ada Terjadi gangguan pada system
kardiovaskuler terdapat masalah hipertensi.
2) Masalah/ gagguan pada system tubuh Ny.T mengatakan sering pusing,
tengkuk terasa berat dan kaku, pandangan sering kabur.
3) Penggunaan Protesa Klien menggunakan kursi roda

B. Pengkajian Psikologi
a. Proses Pikir (lupa, bingung, pikun, curiga) : Saat ditanya atau dilakukan pengkajian
wawancara klien mampu menyebutkan waktu dan tanggal. Klien mampu mengingatnya
dengan baik, klien juga mampu mengingat tentang identitas dirinya.
28

b. Gangguan Perasaan (depresi, wajah tanpa ekspresi, kelelahan, acuh tak acuh, mudah
tersinggung) : Saat diwawancara Ny.T menunjukan ekspresi wajah dan perasaan
senang, Ny.T tidak memiliki gangguan perasaan, klien menunjukan sesuai dengan apa
yang di sampaikan. Ny.T juga terbuka dengan masalah-masalah yang ditanyakan oleh
perawat.
c. Komunikasi (Penggunaan protesa, kesulitan berkomunikasi, putus asa dll) : Klien
berkomunikasi dengan baik dan jelas.
d. Orientasi (Tempat, Waktu dll) : Orientasi Ny.T baik, klien mampu mengingat sekarang
berada dirumah
e. Sikap Klien Terhadap Lansia Klien mengatakan merasa senang tinggal dipanti, klien
juga mampu bersosialisasi dengan baik dengan sesama peghuni panti. Klien merasa
banyak teman dan banyak hal yang bisa dilakukan, klien memandang dirinya positif
“Ny.T mengatakan saya selalu menerima apapun yang terjadi dalam hidup saya dan
selalu berusaha menjalani hidup ini. Saya yakin Tuhan memberi jalan dan mempunyai
rencana yang lebih baik untuk hidup saya”.
f. Mekanisme koping klien terhadap masalah yang ada Ny.T jika ada masalah selalu
mendekatkan diri kepada Allah, dengan berdoa dan berusaha menerima apapun yang
terjadi.
C. Pengkajian Sosial Ekonomi
a. Latar Belakang Klien Ny.T seorang janda, suami klien sudah meninggal sejak tahun
2013 dan memiliki 2 orang anak, dulu Ny.T seorang pedagang pakaian dan untuk
kebutuhan sehari-hari didapatkan dari hasil berdagang.
b. Frekuensi hubungan sehari-hari
1) Dengan Keluarga Komunikasi klien dengan keluarga baik jika ada masalah selalu
memberikan pendapat.
2) Dengan Masyarakat Klien tidak ada masalah dengan masyarakat (lansia penghuni
panti), klien mudah bergaul dengan sesama lansia di panti.
3) Aktivitas Klien di Panti Klien di panti selalu mengikuti jadwal yang sudah di
cantumkan oleh petugas panti, klien mengikuti aktivitas kegiatan yang diadakan
oleh panti seperti ibadah, senam, kerajinan dan kunjungan kunjungan serta acara-
acara lain yang di selenggarakan dipanti.
D. Pemeriksaan Fisik
29

a. Tanda Tanda Vital


1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Suhu : 36,7ºC
4) Nadi : 80x/ menit
5) Tekanan Darah : 170/90 mmHg
6) Pernafasan : 18x/ menit
7) Tinggi Badan : 160 cm
8) Berat Badan : 60 kg
b. Pemeriksaan dan Kebersihan perorangan
1) Kepala
a. Rambut Bersih, pendek, tidak kusut, tidak berminyak, tidak ada benjolan,
sedikit beruban.
b. Mata Simetris, konjungtiva an anemis, sclera an ikterik, pupil isokor, lensa
mata tampak sedikit keruh.
c. Hidung Bersih, tidak ada polip, tidak ada cairan dari hidung, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
d. Telinga Bersih, serumen tidak ada, pendengaran baik dan cairan telinga tidak
ada.
2) Leher Nadi karotis teraba kuat, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
3) Dada/ Thorax
a. Dada Bentuk dada simetris
b. Paru-paru Suara nafas vasikuler, tidak ada bunyi suara nafas tambahan
(ronchi, wheezing), irama regular, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan.
4) Jantung Pulsasi jantung teraba kuat, bunyi jantung normal Bj1 : lub Bj2 : dup,
tidak ada bunyi jantung tambahan (gallop, murmur), batas-batas jantung dalam
batas normal.
5) Abdomen Tidak ada distensi abdomen, bising usus 10x/ menit
6) Muskuloskeletal Kesulitan pergerakan karena kelemahan pada ekstremitas bawah
bagian kanan.
30

Kekuatan otot 5555 5555


5555 3333
7) Lingkungan Bersih, rapih dan nyaman.
E. Informasi Penunjang
a. Diagnosa Medis : HIPERTENSI
b. Laboratorium : tidak ada
c. Terapi Medis : Captopril 25mg 1x1
F. Resume Pengkajian
Klien bernama Ny.T berusia 60 tahun, klien seorang janda suami klien sudah meninggal
sejak tahun 2013, klien masih merasa kehilangan suamninya karena cuma suami nya yang
tinggal bersama. Klien memiliki 2 orang anak, Ny.T dulu pernah bekerja sebagai pedagang
pakaian di pasar larompong selama 5 tahun lalu berhenti karena klien sudah tidak mampu
untuk bekerja. Status kesehatan saat ini klien mengeluh sering merasa pusing, leher terasa
berat dan kaku, mata terasa nyeri dan pandangan tibatiba menjadi kabur. Adapun obat-
obatan yang dikonsumsi Ny.T Captopril 25 mg 1x1.
1. DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
Klien mengatakan : 1. Keadaan umum : baik
1. Penyakit darah tinggi sejak 4 tahun 2. Kesadaran : composmentis
yang lalu 3. Suhu : 36.7ºC
2. Sering merasa pusing dan tidak 4. Nadi : 80x/ menit
nyaman saat darahnya sedang naik 5. Tekanan Darah : 170/90 mmHg
3. Leher terasa berat dan kaku 6. Pernafasan : 18x/ menit
4. Mata suka merasa nyeri dan 7. Tinggi badan : 160 cm
pandangan tiba-tiba menjadi kabur 8. Berat badan : 60 kg
5. Nyeri seperti berdenyutdenyut dan 9. Ny.T tampak meringis tapi masih
tertarik beban mampu untuk menahan nyeri
6. Nyeri timbul hampir setiap hari dan 10. Klien menggunakan alat bantu jalan
hilang timbul (kursi roda) saat beraktivitas
7. Nyeri berkurang setelah 11. Ruangan kamar klien tampak rapih
mengkonsumsi obat darah tinggi dan nyaman
31

8. Klien mengatakan rutin 12. Klien tampak kesulitan meluruskan


mengkonsumsi obat captopril untuk kaki kanan n
mengontrol darah tinggi 13. Kekuatan otot
9. Klien tidak menyukai ikan 5555 5555
10. Makanan yang dihabiskan 1 porsi 5555 3333
11. Sering mengkonsumsi biskui
12. Kaki kanan tidak dapat
digerakkan, saat di angkat sakit
13. Kaki kanan bekas post op karena
fraktur
14. Kesulitan berjalan dan apabila
berjalan harus menggunakan alat
bantu kursi roda
15. Aktivitas dilakukan secara
mandiri namun dengan sangat
perlahan.
16. Kaki kanan lemah dan terasa sulit
untuk dibawa berjalan

2. ANALISA DATA
No. Data Masalah Etiologi
1. Data Subjektif Gangguan Rasa Nyaman Peningkatan Tekanan
Klien mengatakan : Nyeri Vaskuler Serebral
1. Penyakit darah tinggi
sejak 4 yang yang lalu
2. Sering merasa pusing
dan tidak nyaman saat
darahnya sedang naik
3. Leher terasa berat dan
kaku
32

4. Mata suka merasa nyeri


dan pandangan tiba-tiba
menjadi kabur
5. Nyeri seperti berdenyut-
denyut dan tertarik
beban
6. Nyeri hilang timbul
7. Nyeri berkurang setelah
mengkonsumsi obat
darah tinggi
8. Klien mengatakan rutin
mengkonsumsi obat
captopril untuk
mengontrol darah tinggi
Data Objektif
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran
compsmentis Gangguan
Rasa Nyaman Nyeri
Peningkatan Tekanan
Vaskuler Serebral
3. Skala nyeri 8 (1-10)
4. Suhu : 36,7ºC
5. Tekanan Darah :
170/90 mmHg
6. Ny.T tampak meringis
tapi masih mampu
untuk menahan nyeri
7. Terapi : Captopril 25mg
1x1
33

2. Data Subjektif Hambatan Mobilitas Kelemahan fisik pada


Klien mengatakan : Fisik ekstremitas kanan
1. Kaki kanan tidak dapat bagian bawah
digerakkan, saat di
angkat sakit
2. Kaki kanan bekas post
op karena fraktur
3. Kesulitan berjalan dan
apabila berjalan harus
menggunakan alat bantu
kursi roda
4. Aktivitas dilakukan
secara mandiri namun
dengan sangat perlahan.
Data Objektif
1. Klien terdapat
kelemahan pada
ekstremitas bawah.
Hambatan Mobilitas
Fisik Kelemahan fisik
pada ekstremitas kanan
bagian bawah
2. Klien beraktivitas
selalu menggunakan
alat bantu kursi roda.
3. Sulit untuk diregangkan
pada kaki kanan dan
kaki kanan mengalami
kelemahan.
4. Kaki kiri dan kanan
pergerakan terbatas.
34

5. Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333
3. Data Subjektif Resiko Jatuh Penurunan Kekuatan
Klien mengatakan : otot
1. Kaki kanan lemah dan
terasa sulit untuk
dibawa berjalan.
2. Kesulitan berjalan dan
apabila berjalan harus
menggunakan alat
bantu kursi roda.
Data Objektif
1. Klien terdapat
kelemahan ekstremitas
bawah bagian kanan.
2. Tonus otot melemah
pada kaki kanan.
3. Klien berjalan
menggunakan alat
bantu kursi roda.
Resiko Jatuh Penurunan
Kekuatan otot
4. Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi
35

1. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri 1 Januari 2021 3 Januari 2021


berhubungan dengan Peningkatan
Tekanan Vaskuler serebral ditandai
dengan :
Data Subjektif
Klien mengatakan
:
1. Penyakit darah tinggi sejak 4
yang yang lalu
2. Sering merasa pusing dan tidak
nyaman saat darahnya sedang
naik
3. Leher terasa berat dan kaku
4. Mata suka merasa nyeri dan
pandangan tibatiba menjadi
kabur
5. Nyeri seperti berdenyut-denyut
dan tertarik beban
6. Nyeri hilang timbul
7. Nyeri berkurang setelah
mengkonsumsi obat darah
tinggi
8. Klien mengatakan rutin
mengkonsumsi obat captopril
untuk mengontrol darah tinggi
Data Objektif
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran compsmentis
3. Skala nyeri 8 (1-10)
4. Suhu : 36,7ºC
5. Tekanan Darah : 170/90 mmHg
36

6. Ny.T tampak meringis tapi


masih mampu untuk menahan
nyeri
7. Terapi : Captopril 25mg 1x1
2. Hambatan Mobilitas Fisik 1 Januari 2021 3 Januari 2021
berhubungan dengan kelemahan
fisik pada ekstremitas kanan bagian
bawah ditandai dengan : Data
Subjektif
Klien mengatakan :
1. Kaki kanan tidak dapat
digerakkan, saat di angkat sakit
2. Kaki kanan bekas post op
karena fraktur
3. Kesulitan berjalan dan apabila
berjalan harus menggunakan
alat bantu kursi roda
4. Aktivitas dilakukan secara
mandiri namun dengan sangat
perlahan.
Data Objektif
1. Klien terdapat kelemahan pada
ekstremitas bawah.
2. Klien beraktivitas selalu
menggunakan alat bantu kursi
roda.
3. Sulit untuk diregangkan pada
kaki kanan dan kaki kanan
mengalami kelemahan.
4. Kaki kiri dan kanan pergerakan
terbatas.
37

5. Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333
3. Resiko jatuh berhubungan dengan 1 Januari 2021 3 Januari 2021
penurunan kekuatan otot ditandai
dengan :
Data Subjektif
Klien mengatakan
:
1. Kaki kanan lemah dan terasa
sulit untuk dibawa berjalan.
2. Kesulitan berjalan dan apabila
berjalan harus menggunakan
alat bantu kursi roda.
Data Objektif
1. Klien terdapat kelemahan
ekstremitas bawah bagian
kanan.
2. Tonus otot melemah pada kaki
kanan.
3. Klien berjalan menggunakan
alat bantu kursi roda.
4. Kekuatan otot
5555 5555
5555 3333

4. RENCANA KEPERAWATAN
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan, kriteria
hasil, rencana tindakan dan rasional sebagai berikut :
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
. Keperawatan Hasil
38

1. Nyeri Tujuan : 1. Kaji keadaan 1. Keadaan


berhubungan Setelah dilakukan umum klien umum
dengan tindakan keperawatan dan TTV menunjukan
peningkatan kepada Ny.T selama keadaan klien
tekanan vascular 3 x 24 jam diharapkan secara utuh
serebral ditandai tekanan vaskuler dengan
dengan tidak meningkat. mengetahui
Data Subjektif Kriteria Hasil : TTV terutama
Klien a. Melaporkan tekanan darah
Mengatakan : nyeri/ untuk
1. Penyakit darah ketidaknyaman menentukan
tinggi sejak 4 an hilang atau tindakan
yang yang lalu terkontrol selanjutnya.
2. Sering merasa b. Mengungkapka 2. Untuk
pusing dan n metode yang 2. Kaji tingkat mengetahui
tidak nyaman memberikan nyeri klien tingkat nyeri
saat darahnya pengurangan klien dengan
sedang naik c. Mengikuti menggunakan
3. Leher terasa regimen pengkajian
berat dan kaku farmakologi PQRST.
4. Mata suka yang 3. Untuk
merasa nyeri diresepkan 3. Kaji lokasi mengetahhui
dan pandangan d. Tekanan darah intensitas dan nyeri yang
tiba-tiba dalam batas skala nyeri. dirasakan klien
menjadi kabur normal sehingga bisa
5. Nyeri seperti ditentukan
berdenyut- .intervensi
denyut dan yang tepat.
tertarik beban 4. Untuk
6. Nyeri hilang menghindari
timbul insiden
39

7. Nyeri 4. Bantu klien kecelakaan


berkurang dalam atau terjatuh
setelah ambulasi karena pusing.
mengkonsums sesuai dengan
i obat darah kebutuhan.
tinggi
8. Klien
mengatakan
rutin
mengkonsums
i obat captopril
untuk
mengontrol
darah tinggi
Data Objektif
1. Keadaan
umum : baik
2. Kesadaran
compsmentis 5. Mengurangi
3. Skala nyeri 8 atau
(1-10) menghilangkan
4. Suhu : 36,7ºC sakit kepala.
5. Tekanan 5. Berikan
Darah : 170/90 tindakan non
mmHg farmakologi
6. Ny.T tampak (Teknik 6. Aktifitas yang
meringis tapi relaksasi otot meningkatkan
masih mampu progresif) vasokontriksi
untuk 6. Berikan menyebabkan
menahan nyeri penjelasan sakit kepala.
cara untuk
40

meminimalka Terapi untuk


n menurunkan
vasokontriksi tekanan darah.
mengurangi
mengejan saat
BAB, Batuk
panjang, dan
membungkuk.
7. Kolaborasi
dalam
pemberian
obat penurun
tekanan darah
(captopril
1x1)
2. Hambatan Tujuan : Setelah 1. Kaji 1. Untuk
Mobilitas Fisik dilakukan tindakan kemampuan mengetahui
berhubungan keperawatan kepada klien dalam sejauh mana
dengan Cedera Ny.T selama 3 x 24 mobilisasi. mobilisasi
jaringan sekitar jam diharapkan yang dapat
fraktur ditandai hambatan mobilitas 2. Kaji luasnya dilakukan.
dengan fisik dapat teratasi kerusakan 2. Untuk
Data Subjektif Kriteria Hasil : secara mengetahui
Klien a. Mempertahanka teratur. luasnya
mengatakan : n atau kerusakan
1. Kaki kanan meningkatkan dan
tidak dapat kekuatan dan hambatan
digerakkan, fungsi yang 3. Lakukan mobilisasi.
saat di terkena. latihan
angkat sakit tentang 3. Meningkatk
gerak aktif an sirkulasi,
41

2. Kaki kanan b. Peningkatan pada membantu


bekas post op dalam aktivitas ekstremitas mencegah
karena fisik. (ROM). kontraktur.
fraktur c. Tidak ada 4. Anjurkan
3. Kesulitan komplikasi, klien 4. Pergerakan
berjalan dan tidak adanya bagaimana agar
apabila kontraktur. merubah mengurangi
berjalan d. Mempergerakan posisi dan hambatan
harus teknik atau berikan mobilisasi
menggunaka gerakan yang bantuan jika
n alat bantu memungkinkan diperlukan. 5. Untuk
kursi roda dalam 5. Anjurkan latihan aktif
4. Aktivitas peningkatan klien untuk dan respon
dilakukan aktivitas. membantu baik
secara e. Peningkatan pergerakan ekstremitas
mandiri mobilisasi. dan latihan yang tidak
namun dengan sakit.
dengan menggunak
sangat an 6. Untuk
perlahan. ekstremitas memenuhi
Data Objektif yang tidak kebutuhan
1. Klien sakit untuk mobilisasi,
terdapat menyokong koordinasi
kelemahan yang lemah. dan
pada 6. Kolaborasi kekuatan
ekstremitas dengan ahli pada
bawah. fisioterapi ekstremitas
2. Klien secara aktif
beraktivitas latihan dan
selalu ambulasi
menggunak klien.
42

an alat bantu
kursi roda.
3. Sulit untuk
diregangkan
pada kaki
kanan dan
kaki kanan
mengalami
kelemahan.
4. Kaki kiri
dan kanan
pergerakan
terbatas.
5. Kekuatan
otot
5555 5555
3333 3333
3. Resiko jatuh Tujuan : 1. Kaji 1. Mengetahui
berhubungan Setelah dilakukan kemampuan sejauh mana
dengan kerusakan tindakan keperawatan klien dalam kemampuan klien
neuromuskuler, kepada Ny.T selama berdiri dan dalam berjalan
tekanan dan 3 x 24 jam diharapkan berjalan dan berdiri
disuse ditandai resiko jatuh tidak 2. Berikan 2. Pencahayaan
dengan : terjadi. pencahayaan yang cukup
Data Subjektif Kriteria Hasil : yang cukup membuat saat
Klien a. Mampu mobilisasi lebih
mengatakan : meminimalkan aman
1. Kaki kanan terjadinya 3. Anjurkan 3. Menghindari
lemah dan resiko jatuh klien untuk jatuh karena lantai
terasa sulit b. Mampu menggunakan licin
menjelaskan
43

untuk dibawa cara mencegah alat bantu saat


berjalan. terjadinya beraktivitas
2. Kesulitan resiko jatuh 4. Lakukan 4. Mengajarkan
berjalan dan c. Mampu program rentang gerak
apabila memodifikasi latihan fisik sendi untuk
berjalan harus lingkungan ROM menghindari
menggunakan yang aman kekakuan saat
alat bantu berjalan dan
kursi roda. berdiri
Data Objektif 5. Bantu klien 5. Menghindari
1. Tonus otot dalam resiko cidera lebih
melemah pergerakan lanjut
pada kaki sendi,
kanan. batasan-
2. Klien batasan sendi
berjalan
menggunaka
n alat bantu
kursi roda.
3. Lantai
didepan
kamar mandi
panti terlihat
basah dan
licin
4. Ruangan
kamar klien
rapih dan
nyaman
5. Kekuatan
otot
44

5555 5555
5555 3333

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dalam rangka memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi sesuai
dengan rencana keperawatan yang telah dibuat, maka penulis melakukan asuhan
keperawatan selama 3 hari yang dimulai dari tanggal 01-03 Januari 2021

No. Hari/Tanggal Jam Tindakan Keperawatan Paraf


Dx
1. Senin 01 08:00 1. Mengkaji keadaa umum klien Miftahul
Januari 2021 DS : Jannah
Klien mengatakan sering merasa
pusing dan tidak nyaman saat
darahnya sedang naik, leher
terasa berat dan kaku, mata
merasa nyeri dan pandangan
tiba- tiba menjadi kabur.
DO :
Keadaan umum : baik.
Kesadaran : Composmentis,
Suhu : 36,7ºC, Nadi : 80 x/menit,
Tekanan Darah : 170/90 mmHg,
RR :18x/menit.

2. Mengkaji tingkat nyeri klien


08:15 DS :
Klien mengatakan nyeri
berdenyut-denyut dan seperti
tertarik beban, nyeri hilang
timbul. DO : Skala nyeri 8 (1-10).
45

3. Mengkaji lokasi intensitas dan


skala nyeri
DS : Klien mengatakan nyeri di
08:20 bagian kepala, kaku dibagian
leher belakang, mata merasa
nyeri.
DO : Skala nyeri 8 dari (1-10),
klien tampak meringis namun
masih bisa tertahankan.
4. Memberikan tindakan non
farmakologi (Teknik relaksasi
otot progresif)
11:00 DS : Klien mengatakan dapat
melakukan gerakan namun
belum maksimal.
DO : Klien tampak relaks setelah
dilakukan teknik relaksasi.
5. Memberikan penjelasan cara
untuk meminimalkan
vasokontriksi (mengurangi
mengejan saat BAB, Batuk
13:00 panjang, dan membungkuk).
DS : -
DO :
Klien tampak memperhatikan
dan mendengarkan penjelasan
perawat
6. Memberikan tindakan
farmakologi captopril 25 mg 1
tablet
46

DS: -
DO: -
2. Senin, 01 13:10 1. Mengkaji kemampuan klien Miftahul
Januari 2021 dalam mobilisasi jannah
DS :
Klie mengatakan kesulitan untuk
berjalan dan kaki kanan lemah
DO :
Klien tampak kesulitan
melakukan pergerakan Kekuatan
otot
5555 5555
5555 3333
2. Mengkaji luasnya kerusakan
10:00 awal secara teratur
DS :
Klien mengatakan bagian atau
anggota tubuh yang tidak bisa
digunakan dan digerakkan pada
ekstremitas bawah bagian kanan.
DO :
Kelemahan tampak pada
ekstremitas bawah bagian kanan

3. Melakukan latihan rentang


gerak aktif (ROM) DS : Klien
mengatakan kaki kanan bila
10:05 digerakkan sakit DO : Kaki
kanan klien tampak lemah.
4. Menganjurkan klien
bagaimana merubah posisi
47

dan memberikan bantuan


bila diperlukan.
14:00 DS :
Klien mengatakan bila ingin
merubah posisi secara
perlahan.
DO :
Klien tampak menunjukkan
adanya peningkatan aktivitas
3. Senin 01 08:00 1. Mengkaji kemampuan klien Miftahul
Januari 2021 dalam berdiri dan berjalan Jannah
DS :
Klien mengatakan bila
berdiri dan bangun secara
perlahan.
DO :
Klien tampak perlahan dan
kesulitan bangun.
13:50 2. Memberikan pencahayaan
yang cukup.
DS : -
DO :
Klien tampak menyalakan
lampu kamar.
3. Menganjurkan klien untuk
14:00 menggunakan alat bantu
saat beraktivitas.
DS :
Klien mengtakan selalu
memakai kursi roda saat
beraktivitas.
48

DO :
Klien tampak menggunakan
kursi roda
1. Selasa, 02 08:00 1. Mengkaji keadaan Miftahul
Januari 2021 umum klien Jannah
DS :
Klien mengatakan
pusingnya akan
berkurang jika minum
obat
DO :
Keadaan umum : baik,
Kesadaran :
Composmentis, Suhu :
36ºC, Nadi : 82 x/menit,
Tekanan Darah : 160/90
mmHg, RR : 19
x/menit.
08:05 2. Mengkaji tingkat nyeri
klien
DS :
Klien mengatakan
pusingnya berkurang
setelah minum obat,
skala nyeri 5 (1-10)
DO : -
3. Memberikan tindakan
08:10 non farmokologi
(Teknik relaksasi otot
progresif)
DS :
49

Klien mengatakan
senang saat diajarkan
teknik relaksasi dan
sudah beberapa hafal
gerakannya.
DO :
Klien tampak kooperatif
dan mengikuti semua
gerakan yang diberikan.
4. Menjelaskan cara untuk
meminimalkan
09:00 vasokontriksi
(mengurangi mengejan
saat BAB, Batuk
panjang, dan
membungkuk)
DS :
Klien mengatakan
setelah diberi penjelasan
kemarin
mulai mengurangi
mengejan dan
menunduk
DO :
Setelah diberikan
penjelasan pada hari
senin kemarin , klien
mampu meminimalkan
vasokontriksi untuk
meminimalkan rasa
pusingnya
50

5. Memberikan terapi
sesuai program
captopril 25 mg 1 tablet
09:00 DS : -
DO : obat sudah
diminum.
2. Selasa, 02 09:00 1. Mengkaji kemampuan klien Miftahul
Januari 2021 dalam mobilisasi Jannah
DS :
Klien mengatakan mampu
menggerakan kaki kanan.
DO :
Klien tampak mampu
menggerakan ekstremitas
bawah bagian kanan.
09:10 2. Melakukan latihan rentang
gerak aktif (ROM)
DS : Klien mengatakan
latihan hanya mengangkat
kaki
3. Menganjurkan klien
10:00 bagaimana merubah posisi
dan memberikan bantuan
bila diperlukan.
DS :
Klien mengatakan bila ingin
berjalan bangun perlahan.
4. Menganjurkan klien untuk
membantu pergerakan dan
11:00 latihan dengan
menggunakan ekstremitas
51

yang tidak sakit untuk


menyokong yang lemah
DS :
Klien mengatakan kaki kiri
jarang membantu kaki
kanan dalam pergerakan
DO
:
Klien tampak mengangkat
kaki kanan tanpa bantuan.
3. Selasa, 02 11:05 1. Mengkaji kemampuan Miftahul
Januari 2021 klien dalam berdiri dan Jannah
berjalan.
DS :
Klien mengatakan bila
berdiri dan bangun secara
perlahan.
DO :
Klien tampak mampu
bangun dan berdiri.
11:10 2. Memberikan
pencahayaan yang
cukup.
DS : -
DO : Klien tampak
menyalakan lampu
kamar.

1. Rabu, 03 08:00 1. Mengkaji keadaan umum Miftahul


Januari 2021 klien Jannah
DS :
52

Klien mengatakan pusing


masih ada namun hilang
timbul, kaku pada leher
masih ada namun berkurang.
DO :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Suhu : 36ºC Nadi : 80
x/menit Tekanan Darah :
150/100 mmHg RR : 18
x/menit
08:05 2. Mengkaji lokasi intensits
dan skala nyeri
DS :
Klien mengatakan setelah
minum obat pusing
berkurang, kaku pada leher
masih ada namun berkurang,
skala nyeri 4 (1-10)
DO :
Klien tampak menunjukkan
raut wajah yang cukup
relaks
3. Mengajarkan tindakan non
farmakologi (teknik
08:10 relaksasii otot progresif)
DS :
Klien mengatakan senang
saat diajarkan oleh perawat.
DO :
Klien mengikuti gerakan
dengan cukup semangat.
53

4. Memberikan terapi
farmakologi captopril 25 mg
1 tablet
DS : -
08:20 DO : obat sudah diminum
2. Rabu, 03 09:00 1. Mengkaji kemampuan Miftahul
Januari 2021 klien dalam mobilisasi Jannah
DS :
Klien mengatakan
mampu menggerakan
kaki kanan
DO :
Klien tampak mampu
menggerakan
ekstremitas bawah
bagian kanan.
09:10 2. Melakukan latihan
rentang gerak aktif dan
ROM
DS :
Klien mengatakan
mampu melakukan nya.
DO :
Klien tampak mengikuti
gerakan sampai selesai.

3. Menganjurkan klien
09:20 bagaimana merubah
posisi dan memberikan
bantuan bila diperlukan.
DS :
54

Klien mengatakan
mampu merubah posisi.
DO :
Klien tampak mampu
merubah posisi sendiri.
4. Menganjurkan klien
untuk membantu
pergerakan dan latihan
dengan menggunakan
09:35 ekstremitas yang tidak
sakit untuk menyokong
yang lemah.
DS :
Klien mengatakan
sudah dapat
mengangkat kaki yang
lemah dengan mandiri.
DO :
Klien tampak
mengangkat kaki kanan
secara perlahan
3. Rabu, 03 10:00 1. Mengkaji kemampuan klien Miftahul
Januari 2021 dalam berdiri dan berjalan Jannah
DS :
Klien mengatakan mampu
berdiri dengan secara
perlahan.
DO :
Klien tampak bangun dan
berdiri secara perlahan
13:00
55

2. Menganjurkan klien untuk


menggunakan alat bantu
saat beraktivitas.
DS :
Klien mengatakan saat
melakukan aktivitas pakai
kursi roda.
DO :
Klien tampak memakai
kursi roda

6. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi yang sudah dilakukan penulis setelah tindakan keperawatan selama 3 hari
yang dimulai dari tanggal 01-03 Januari 2021 dapat dilihat dari catatan perkembangan
sebagai berikut :
No. Dx Tanggal SOAP Paraf
1. Rabu/03 S: Miftahul Jannah
Januari Klien mengatakan pusing masih ada
2021 namun hilang timbul, kaku pada leher
masih ada namun berkurang. Skala
nyeri 4 (1-10)
O:
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Suhu : 36ºC
Nadi : 80 x/menit
Tekanan Darah : 150/100 mmHg RR : 18
x/menit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
56

Minimalkan aktivitas yang dapat


meningkatkan sakit kepala, seperti
mengejan saat BAB, batuk panjang, dan
membungkuk.
2. Rabu/03 S: Miftahul Jannah
Januari Klien mengatakan mampu menggerakan
2021 kaki kanan . Klien menagtakan sulit
melatih gerak dan jarang melakukan
ROM. Klien mengatakan dapat merubah
posisi. Klien mengatakan mampu
mengangkat kaki kanan yang lemah
secara mandiri dengan perlahan.
O:
Klien tampak mampu menggerakan
ekstremitas bawah bagian kanan, adanya
peningkatan pergerakan mobilisasi.
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Motivasi klien untuk latihan gerak aktif,
pergerakan sendi, ROM.
3. Rabu/03 S: Miftahul Jannah
Januari Klien mengatakan bila berdiri bangun
2021 dengan perlahan. Klien mengatakan
melakukan pergerakkan dengan
bertahap..
O:
Klien tampak bangun berdiri secara
perlahan. Klien melakukan pergerakan
sendi ekstremitas atas dan bawah.
A:
57

Masalah Teratasi
P:
Anjurkan klien selalu menggunakan alat
bantu saat beraktivitas.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan antara tinjauan teoritis dengan laporan kasus
penelitian. Dalam pembahasan ini penulis mencoba membandingkan antara tinjauan teoritis dan
laporan kasus tentang pemenuhan kebutuhan dasar aman dan nyaman pada lansia Ny.T dengan
Hipertensi dengan mengikuti tahap-tahap proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
58

A. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini penulis mengarah pada format pengkajian yang telah disediakan dari
institusi, mengacu pada proses pengkajian yang terdapat pada tinjauan teoritis, dan konsep
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Untuk tehnik mengumpulkan data dengan cara melakukan
wawancara, pemeriksaan fisik, observasi klien, dan melihat status. Terdapat beberapa kendala
karena kurang lengkapnya catatan keperawatan, alat pengukur tekanan darah yang tidak valid
(rusak), hasil penunjang yang tidak memadai karena belum tersedianya laboratorium, serta
kurang lengkapnya buku-buku edisi terbaru tentang pemenuhan kebutuhan pada lansia dengan
hipertensi.
Pada tinjauan teori, penyebab dan tanda gejala dari hipertensi yaitu Genetik, usia, stress
fisik dan psikis obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dengan tanda gejala sakit
kepala, biasanya di tengkuk dan leher, dapat muncul saat terbangun, dan berkurang saat siang
hari. Tanda gejala lain terjadi akibat kerusakan organ target dan dapat mencakup nokturia,
bingung, mual dan muntah, dan gangguan penglihatan.
Pada tinjauan teoritis menurut Abraham Maslow terdapat kebutuhan dasar manusia yaitu,
fisiologis (oksigen), cairan (minum), nutrisi (makan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi,
istirahat tidur, serta kebutuhan seksual, rasa aman nyaman, kebutuhan rasa dicintai, harga diri,
kebutuhan aktualisasi diri. Namun, pada penderita hipertensi kebutuhan dasar yang terganggu
menurut teori maslow yang ada pada kasus Ny.T adalah kebutuhan rasa aman dan keselamatan,
hal ini terjadi klien mengatakan sering merasakan sakit kepala jika darahnya tinggi kepala terasa
berat, sering pusing, pandangan sering menjadi kabur.
Pada landasan teori hipertensi klien mendapatkan pemeriksaan penunjang dan laboratorium
yang spesifik mengenai hipertensi, seperti pemeriksaan EKG, CT scan, IUP serta data
laboratorium yang meliputi : kolestrol total serum, kolestrol LDL dan HDL serum, Trigliserida
serum, hemoglobin, hematokrit. Sedangkan data yang didapatkan oleh penulis hanya
pemeriksaan tekanan darah dan mendokumentasikan selama 3 hari perawatan pada tanggal 01-03
Januari 2021.
Pada aspek sosial secara teori lansia akan mengalami gangguan dalam bersosialisasi, karena
lansia cenderung memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi
kematian, sedangkan pada kasus Ny.T tidak ditemukan, karena Ny.T masih bisa bersosialisasi
dengan biak.
Pada aspek psikologis secara teoritis lansia akan mengalami gejala psikologis berupa rasa
takut, tegang, depresi, mudah sedih, mudah marah, mudah tersinggung dan curiga karena seorang
59

lansia tidak dibutuhkan lagi, sedangkan pada kasus Ny.T tidak ditemukan gangguan psikologis,
Ny.T saat di wawancara menunjukan ekspresi wajah senang, klien juga terbuka dengan masalah-
masalah yang dihadapi. Dalam teori pada lansia masa janda dapat memperberat depresi bagi
wanita lanjut usia, sedangkan pada Ny.T klien menerima status jandanya dalam arti koping klien
terhadap masalah yang dihadapi baik dalam fase menerima.
Pada aspek spiritual secara teoritis bahwa lansia akan matur dalam kehidupan
keagamaannya, sementara pada kasus Ny.T cukup baik dalam melakukan ibadah klien
melakukan kebaktian di aula, hal ini sesuai dengan tinjauan teoritis bahwa lansia akan matur
dalam kehidupan keagamaannya
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan proses pengkajian dan data yang terkumpul dikelompokkan sesuai
dengan masalahnya, maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan data-
data tersebut. Berdasarkan teori diagnosa yang terdapat pada pasien hipertensi, yaitu :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertropi ventricular.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi, kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan
sehubungan dengan kebutuhan fisik, pola hidup monoton, keyakinan budaya.
5. Infektif koping individual berhubungan dengan mudah terserang penyakit, krisis
situasional, perubahan dalam hdup, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak
adekuat, nutrisi buruk, harapan yang tidak terpenuhi, kerja berlebihan, metode koping
tidak efektif.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan
berhubungan dengan kurang pengetahuan, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosis.
7. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik pada ekstremitas kanan
bagian bawah.
8. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
Diagnosa yang terdapat pada tinjauan kasus yaitu :
60

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular


serebral. Terjadi karena klien mengatakan sering merasakan sakit kepala, jika darahnya
tinggi kepala terasa berat dan leher terasa kaku serta terasa tidak nyaman berdenyut-
denyut pada alis seputar mata dan pandangan menjadi kabur.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik pada ekstremitas kanan
bagian bawah. Terjadi karena klien mengatakan kaki kanan tidak dapat digerakkan saat
diangkat sakit, kesulitan berjalan dan apabila berjalan harus mmenggunakan kursi roda.
3. Resiko cidera jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Terjadi karena klien
mengatakan kaki kanan lemah dan terasa sulit untuk dibawa berjalan, dan berhati-hati
karena takut terjatuh saat kepalanya sedang pusing dan pandangan suka kabur.
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan yang ada pada tinjauan
teoritis yaitu diawali dengan menyusun urutan prioritas, menentukan tujuan, kriteria hasil
serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan pada semua diagnosa yang muncul.
Pada perencanaan untuk diagnosa prioritas masalah pada tinjauan teoritis yaitu diagnose
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertopi ventricular. Data yang menunjukkan untuk
terjadi nya diagnosa prioritas resiko tinggi penurunan curah jantung sesuai konsep teori
tidak mendukung pada kasus Ny.T karena tidak ditemukan tanda gejala seperti pembesaran
jantung, gangguan irama jantung, penurunan aktivitas serta hasil pemeriksaan penunjang
yang mendukung seperti hasil EKG, CT Scan dan IUP.
Pada tinjauan kasus yang menjadi prioritas yang didapatkan oleh penulis adalah
gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral. Hal
ini dikarenakan pada kasus Ny.T sesuai dengan teori yang didukung data Tekanan darah
yang tinggi 170/90 mmHg, sering merasa pusing, terasa kaku pada leher. Penulis
merencanakan tujuan keperawatan selama tiga hari diharapkan Nyeri yang dialami klien
hilang dan terkontrol. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik pada
ekstremitas kanan bagian bawah. Terjadi karena klien mengatakan kaki kanan tidak dapat
digerakkan saat di angkat sakit, kesulitan berjalan dan apabila berjalan harus menggunakan
kursi roda. Penulis merencanakan tujuan selama tiga hari diharapkan mobilisasi pasien
dapat teratasi. Resiko cidera jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Terjadi
karena klien
61

mengatakan kaki kanan lemah dan terasa sulit untuk dibawa berjalan, dan berhati-hati
karena takut terjatuh saat kepalanya sedang pusing dan pandangan suka kabur. Penulis
merencanakan tujuan selama tiga hari diharapkan tidak terjadi resiko jatuh.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksaan ini, penulis melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah ditetapkan atau ditentukan, pelaksanaan dilakukan dengan
memperhatikan keadaan atau kondisi pasien dan sarana yang tersedia diruangan.
Pelaksanaan keperawatan dilakukan oleh penulis selama 3 hari dimulai dari tanggal 01-03
Januari 2021. Semua alat yang mendukung pelaksanaan tindakan keperawatan disediakan
oleh penulis untuk memberikan asuhan keperawatan. Untuk pelaksanaan tindakan
keperawatan Teknik Relaksasi Otot Progresif sendiri juga dilakukan oleh penulis sebagai
mahasiswa perawat dan media seperti lembar balik telah disiapkan oleh penulis. Tidak ada
ahli fisioterapi dan perawat panti yang melakukan secara rutin kepada Ny.T sehingga
penulis melakukan Teknik Relaksasi Otot Progresif secara mandiri selama proses
perawatan. Pelaksanaan perawatan pada Ny.T dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah dibuat, namun ada beberapa rencana tindakan yang tidak dilakukan
yaitu
E. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap kelima dimana dilakukan pengukuran keberhasilan dari
suatu tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis dari tanggal 01-
03 Januari 2021. Adapun dalam evaluasi menulis menggunakan SOAP (Subjektif,
Objektif, Analisa, Planning). Evaluasi yang penulis lakukan selama 3 hari berturut-
turut, adapun hasil dari evaluasi tersebut adalah dua diagnosa yang teratasi sebagian
dan satu diagnosa yang teratasi.
Masalah yang teratasi adalah :
1. Resiko cidera jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Diagnosa ini
dapat teratasi selama 3 hari, karena klien mengatakan sudah mengerti cara
mencegah terjadinya resiko jatuh dengan menggunakan alat bantu kursi roda,
menjauhi lantai yang licin.
Sedangkan masalah yang teratasi sebagian adalah :
62

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral. Karena


klien mengatakan pusing masih ada namun hilang timbul, kaku pada leher masih
ada namun berkurang.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik pada ekstremitas
kanan bagian bawah. Diagnosa ini dapat teratasi sebagian karena klien jarang
melakukan ROM, dan klien mengatakan kesulitan bila melakukan gerakan-gerakan
tersebut.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini, penulis akan memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan Asuhan
Keperawatan pada Lansia Ny.T dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman pada
Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi selama 3 hari dari tanggal 01-03 Januari 2021
.Penulis mengambil kesimpulan baik dari tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus yaitu :
A. Kesimpulan Hasil pengkajian pemeriksaan diagnostik atau data penunjang yang dilakukan
pada Ny.T yaitu tidak adanya hasil laboratorium yang spesifik mengenai hipertensi seperti
pemeriksaan EKG, CT Scan, IUP, serta data laboratorium yang meliputi : kolestrol total
serum,
63

kolestrol LDL dan HDL serum, Trigliserida serum, hemoglobin, dan hematokrit. Dalam
kebutuhan dasar yang terganggu menurut teori Maslow adalah gangguan aman dan nyaman
disebabkan karena adanya penurunan atau perubahan sistem kardiovaskuler. Diagnosa yang
muncul pada kasus Ny.T tidak sesuai dengan diagnose prioritas yang ada di tinjauan teoritis,
diagnosa yang muncul apada kasus Ny.T yang ada yaitu gangguan aman nyaman nyeri
berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral, hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan fisik pada ekstremitas kanan bagian bawah, dan resiko jatuh
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Rencana keperawatan yang diterapkan untuk
Ny.T dibuat berdasarkan tinjauan teoritis. Yang menjadi prioritas dalam tinjauan teoritis
adalah resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertropi ventricular, namun dari data yang 128
129 didapatkan diagnosa pada Ny.T yang menjadi prioritas adalah gangguan aman nyaman
nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral. Pelaksanaan keperawatan
pada Ny.T dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat, ada
beberapa rencana tindakan yang tidak dilakukan karena memandang pada kondisi Ny.T dan
kondisi dipanti. Pelaksanaan yang tidak dilakukan yaitu membantu klien dalam pergerakan
sendi, batasan-batasan sendi. Tahap evaluasi masalah yang dapat teratasi yaitu resiko jatuh
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Sedangkan masalah yang teratasi sebagian
yaitu gangguan aman nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
serebral dan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik pada ekstremitas
kanan bagian bawah.
B. Saran Setelah penulis melakukan observasi selama 3 hari di PSTW Budi Mulia 02
Cengkareng dan bedasarkan kesimpulan yang telah dibuat oleh penulis, maka saran yang
dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Tim perawat dan untuk Panti diharapkan dapat melengkapi alat pengukur tekanan darah
yang akurat untuk mempermudah lansia dipanti untuk memeriksakan kesehatannya,
perawat panti menyediakan waktu untuk untuk melakukan teknik relaksasi otot progresif
pada klien dengan Hipertensi dan mendokumentasikan yang sudah dilakukan.
2. Untuk institusi pendidikan diharapkan dapat menyediakan sumber-sumber buku yang
lengkap dengan edisi terbaru, khususnya tentang Hipertensi dan pemenuhan kebutuhan
dasar lansia dengan Hipertensi.
64

DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, L. M. (2014). Deskripsi Kejadian Hipertensi Warga Rt 05/Rw 02 Tanah Kali


Kedinding Surabaya, 7.
Erica Kusuma Rahayu Sudarsono, J. F. (2017). Peningkatan Pengetahuan Tentang Hipertensi
Guna Perbaikan Tekanan Darah Pada Anak Muda Di Dusun Japanan, Margodadi,
Sayegan, Sleman, Yogyakarta, 27.
Ibrahim. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Hipertensi, 61.
Jumriani Ansar, I. D. (2019). Determinan Kejadian Hipertensi Pada Pengunjung Posbindu Di
Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota Makassar, 29.
65

Nuraini, B. (2015). Risk Factor Of Hypertension, 11.


Parastari, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Tn.I Dengan Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Aman Dan Nyaman Pada Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi Di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 02 Cengkareng, 17.
Sumaryati, M. (2018). Studi Kasus Asuhankeperawatan Gerontik Pada Keluarga Ny”M”
Dengan Hipertensi Dikelurahanbarombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar, 4.
Teti Agustin, S. M. (2015). Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Mengenai Perawatan
Hypertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Sambongpari Kota Tasikmalaya,
228.

Anda mungkin juga menyukai