Anda di halaman 1dari 133

HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT RELIGIUSITAS MAHASISWA


DENGAN PENYUSUNAN ASUHAN KEPERAWATAN SPIRITUAL
MUSLIM PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR

OLEH :

ANDI MUHAMMAD FIQRI MUSLIH DJAYA


142 2013 0078

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT RELIGIUSITAS MAHASISWA


DENGAN PENYUSUNAN ASUHAN KEPERAWATAN SPIRITUAL
MUSLIM PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR

OLEH :

ANDI MUHAMMAD FIQRI MUSLIH DJAYA


142 2013 0078

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep.)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil penelitian ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan

tim penguji pada Seminar Hasil Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

Makassar, Maret 2017

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Samsualam, S.Kep.Ns.,SKM.,M.Kes Hj. Murtini, SKM.,M.Kes

Diketahui,

Wakil Dekan I

Dr. Muh. Ikhtiar, SKM.,M.Kes

ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Andi Muhammad Fiqri Muslih Djaya

Stambuk : 142 2013 0078

Institusi : Universitas Muslim Indonesia

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Hasil Penelitian yang saya tulis

ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil

alihan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan sebagian atau keseluruhan Hasil Penelitian ini hasil karya orang lain,

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Maret 2017

Yang menyatakan,

Andi Muhammad Fiqri Muslih Djaya

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah segala puji atas Kehadirat Allah SWT., atas segala

curahan rahmat dan karunia-Nya serta nikmat yang tak pernah putus

kepada penulis, sehingga dapat melaksanakan dan merampungkan

penelitian ini dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Tingkat

Religiusitas Mahasiswa dengan Penyusunan Asuhan Keperawatan

Spiritual Muslim Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muslim

Indonesia Makassar. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan atas

junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW., yang diutus oleh Allah SWT.

ke bumi sebagai suri tauladan yang baik bagi umat seluruh alam.

Penulis menyadari banyaknya tantangan yang dihadapi selama

penulisan tugas akhir ini, namun berkat doa, motivasi, petunjuk serta

bantuan dari berbagai pihak sehingga semua dapat teratasi dengan baik.

Oleh karena itu, dengan segala hormat dan ketulusan hati, penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua Ayahanda

tercinta (H. Syafwan HD) dan Ibunda tercinta (Almh. Andi Faridah Ariyani

Hayat) atas kesabaran, pengorbanan, kepercayaan dan dukungan moral

dan materi serta doa yang senantiasa menyertai setiap langkah kaki saya.

Tak lupa pula peneliti sampaikan terima kasih yang setinggi-

tingginya kepada:

iv
1. Bapak H. Muh Mokhtar Noer Jaya SE, M.Si selaku ketua yayasan

Wakaf Universitas Muslim Indonesia

2. Ibu Prof. Dr Hj. Masrurah Mokhtar, MA selaku Rektor Universitas

Muslim Indonesia.

3. Bapak Dr. R. Sudirman M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

4. Ibu Hj.Murtini SKM. M.Kes selaku ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan selaku Pembimbing II, beserta seluruh staf dosen

PSIK FKM UMI, terima kasih atas bimbingan dan arahan serta

limpahan ilmunya yang tidak ternilai.

5. Bapak Dr. Samsualam.,S.Kep.,Ns.,SKM.,M.Kes selaku pembimbing

I yang telah banyak meluangkan waktu dan kesempatannya untuk

membagi ilmu dan membimbing peneliti dalam menyusun skripsi ini

sampai selesai.

6. Teman-teman seperjuangan di PSIK FKM UMI angkatan 2013 yang

telah berjuang sama-sama dan saling memotivasi.

Kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi

dengan peneliti dalam penulisan skripsi ini, terima kasih banyak atas

segala bantuannya baik itu secara moril dan materil sampai skripsi ini

selesai yang tidak mampu peneliti sebutkan satu per satu.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan berkat, rahmat dan

hidayah-Nya kepada mereka yang telah membantu penulis dalam

penyelesaian tugas akhir ini.

v
Upaya untuk mencapai hasil yang maksimal telah dilakukan,

namun penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih terdapat

kekurangan, maka dengan kerendahan hati penulis menerima kritik

dan saran yang sifatnya membangun guna untuk penyempurnaan.

Akhir kata peneliti berharap semoga bermanfaat bagi pembaca dan

peneliti selanjutnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, April 2017

Penulis

vi
RINGKASAN

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Keehatan Masyarakat
Universitas Muslim Indonesia
Skripsi, Maret 2017
Andi Muhammad Fiqri Musli Djaya
14220130078
Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Religius Mahasiswa dengan
Penyusunan Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim dibimbing oleh
Samsualam dan Hj. Murtini (xii + 4 Tabel + 78 Halaman + 10 Lampiran).

Asuhan keperawatan spiritual adalah metode yang terorganisasi


dan sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien serta
bagian integral dari praktik keperawatan yang membutuhkan
pertimbangan matang dalam pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan ini harus berlandaskan pada penerapan ilmu pengetahuan
serta prinsip-prinsip biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan tingkat religiusitas
mahasiswa dengan penyusunan asuhan keperawatan spiritual muslim.

Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan


rancangan penelitian menggunakan pendekataan Cross Sectional study
dimana ciri penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen. Adapun penentuan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan besar sampel
sebanyak 49 responden. Uji hubungan dilakukan dengan menggunakan
uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan < 0,05.

Hasil penelitian ini diperoleh nilai =1,00 untuk pengetahuan


dengan penyusunan asuhan keperawatan spiritual muslim, dan nilai =
1,00 untuk tingkat religiusitas mahasiwa dengan penyusunan asuhan
keperawatan spirtual muslim.

Kesimpulan dari penelitian adalah tidak ada hubungan


pengetahuan dan tingkat religiusitas mahasiswa dengan penyusunan
asuhan keperawatan spiritual muslim Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
Untuk itu diharapkan institusi pendidikan untuk menyelenggarakan kegiatan
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan terkait asuhan keperawatan
spiritual muslim melalui aktivitas proses belajar mengajar dan pelatihan-pelatihan
terutama pelatihan yang bersifat soft skill.
Daftar Pustaka 39 (1981-2016)
Kata Kunci : Pengetahuan, Tingkat Religiusitas, dan Asuhan Keperawatan
Spiritual Muslim

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN SAMPUL .................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................. iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

RINGKASAN .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI........................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 6

C. Tujuan ................................................................................................ 6

D. Manfaat .............................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................ 8

A. TINJAUAN UMUM TENTANG PENGETAHUAN ........................... 8

B. TINJAUAN UMUM TENTANG TINGKAT RELIGIUSITAS .......... 10

C. TINJAUAN UMUM TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN


SPIRITUAL ...................................................................................... 29

BAB III KERANGKA KONSEP .............................................................. 55

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti ......................................... 55

B. Bagan Kerangka Konsep ............................................................... 55

C. Definisi Operasional ........................................................................ 55

viii
D. Hipotesis .......................................................................................... 56

BAB IV METODE PENELITIAN............................................................. 57

A. Desain Penelitian ............................................................................ 57

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 57

C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 58

D. Instrumen Penelitian ....................................................................... 59

E. Pengumpulan Data ......................................................................... 61

F. Pengolahan Data dan Analisa Data .............................................. 62

G. Etika Penelitian ................................................................................ 64

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 65

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................. 65

B. Hasil Penelitian ................................................................................ 67

C. Pembahasan.................................................................................... 71

D. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 76

BAB VI PENUTUP ................................................................................. 77

A. Kesimpulan ...................................................................................... 77

B. Saran ................................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN LAMPIRAN

BIODATA PENELITI

ix
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Usia


Responden di Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun 2017 ............ 68

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Responden di Program Studi Ilmu keperawatan Tahun 2017 ............ 68

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dengan


Penyusunan asuhan Keperawatan Spiritual Muslim Tahun 2017 ....... 69

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Religiusitas


Mahasiswa dengan Penyusunan asuhan Keperawatan Spiritual
Muslim Tahun 2017 ........................................................................... 70

x
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 The ESQ Way ..................................................................... 34

Gambar 2.2 Istilah yang Terkait dengan Spirituality ............................... 40

Gambar 2.3 Pengembangan Model Asuhan Keperawatan


Spiritual Muslim .................................................................. 50

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep .................................................... 55

Gambar 1. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 2. Dokumentasi Kegiatan

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Pengambilan Data Awal

Lampiran 2. Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3. Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 4. Lembar Kuesioner Responden

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 6. Dokumentasi

Lampiran 7. Master Tabel Hasil Peneiltian

Lampiran 8. Hasil Uji Statistik

Lampiran 9. Surat Keterangan LAB. Komputer FKM UMI

Lampiran 10. Surat Pernyataan Keaslian Data

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses keperawatan adalah metode yang terorganisasi dan

sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien serta

bagian integral dari praktik keperawatan yang membutuhkan

pertimbangan matang dalam pengambilan keputusan. Pengambilan

keputusan ini harus berlandaskan pada penerapan ilmu pengetahuan

serta prinsip-prinsip biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Selain

sebagai kerangka berfikir ilmiah, proses keperawatan merupakan alat

untuk mengkaji kebutuhan klien, merencanakan dan

mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuai dengan

kebutuhan klien, serta melakukan evaluasi dengan tujuan yang telah

ditetapkan sehingga asuhan keperawatan yang diberikan lebih

sistematis dan komprehensif (Asmadi, 2008).

Proses keperawatan sangat relevan dengan upaya dan arah

perkembangan profesionalisme keperawatan saat ini dan searah

dengan Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes,

2014), yaitu mampu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat masyarakat sehingga akan terwujud derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan

ekonomi.

1
2

Manfaat penerapan proses keperawatan dalam pemberian

asuhan keperawatan salah satunya adalah mengembangkan teknis

dan intelektual perawat. Memberikan asuhan keperawatan kepada

klien, perawat sebaiknya tidak terjebak pada kegiatan yang sifatnya

rutinitas. Hal tersebut akan menghambat perkembangan keterampilan

teknis dan intelektual perawat sebab perawat bekerja ibarat robot.

Proses keperawatan merupakan kerangka berfikir secara kritis, logis,

dan sistematis serta kerangka bertindak secara etis dan rasional

kepada klien. penerapan proses keperawatan yang baik dan benar

akan mengembangkan kemampuan pengetahuan tersebut.

Mekanisme pengendalian yang efektif dan efisien terhadap

intelektual perawat tersebut perlu dikembangkan dan dibina dalam

pendidikan tinggi keperawatan. Di samping itu, pihak-pihak yang

mengelola pendidikan tinggi keperawatan dan pihak-pihak yang

berhubungan dengan pendidikan tinggi keperawatan agar benar-

benar memahami arti dan makna pendidikan keperawatan sebagai

pendidikan profesi dan melaksanakan pendidikan keperawatan secara

keseluruhan. (Nursalam & Efendi, 2012).

Seluruh rangkaian dalam proses pendidikan pada program

pendidikan tinggi keperawatan harus ditata dan dilaksanakan

sedemikian rupa, sehingga memungkinkan peserta didik memahami

dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang

diperlukan dalam melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan


3

sesuai tuntutan profesi keperawatan atau standar profesional. Peserta

didik diharuskan menguasai body of knowledge yang diperlukan oleh

seorang perawat profesional dan menguasai berbagai metode dan

teknik keperawatan yang diperlukan untuk melaksanakan pelayanan

atau asuhan keperawatan sehingga lulusan benar-benar menunjukkan

sikap profesional, menguasai ilmu pengetahuan keperawatan dalam

kadar yang memadai, serta menguasai keterampilan profesional

keperawatan. (Nursalam & Efendi, 2012).

Perawat profesional memandang manusia sebagai makhluk

holistik meliputi bio-psiko-sosial-spiritual-kultural yang telah menjadi

prinsip keperawatan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan

harus memerhatikan aspek tersebut. Manusia sebagai makhluk

spiritual mempunyai hubungan dengan kekuatan di luar dirinya,

hubungan dengan Tuhannya, dan mempunyai keyakinan dalam

hidupnya. Keyakinan yang dimiliki seseorang akan berpegang

terhadap perilakunya. Mengingat besarnya pengaruh keyakinan

terhadap kehidupan seseorang, perawat harus memberikan motivasi

sehingga penerima pelayanan senantiasa memelihara kesehatannya

(Asmadi, 2008).

Peran pendidikaan tinggi keperawatan dalam memenuhi

kebutuhan dan keinginan peserta didik menjadi perawat profesional

adalah suatu dorongan internal yang sangat berpengaruhi terhadap

kemampuan memberikan asuhan keperawatan spiritual. yang pada


4

kenyataannya, berbagai kendala menyebabkan kemampuan perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual menjadi tidak

berkembang dan berakibat tidak terpenuhinya kebutuhan spiritual bagi

penerima pelayanan kesehatan. Seperti yang telah dikemukakan oleh

Samsualam (2016) dan Fasiak (2012), yaitu dimensi spiritual belum

mampu dilaksanakan secara mksimal dalam pelayanan kesehatan

terutama dalam bidang keperawatan. Hal ini terjadi karena kurangnya

pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi perawat dalam

memberikan perawatan spiritual. Fakta membuktikan dalam bidang

pendidikan dan lembaga keperawatan dimana pelaksanaan kurikulum

tentang dimensi ini kurang mendapat perhatian yang menganggap

bahwa kebutuhan spiritual klien merupakan bagian dari kesehatan

psikologis.

Rendahnya pemahaman tentang penyusunan asuhan

keperawatan spiritual muslim tersebut selayaknya dipandang sebagai

suatu fenomena yang tidak lepas dari berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Dari sudut pandang internal, beberapa faktor yang

dapat berpengaruh yaitu kurangnya pengetahuan tentang

keperawatan spiritual, ketidakmampuan peserta didik dalam

berkomunikasi, ambigu, hal yang bersifat pribadi, dan takut melakukan

kesalahan yang berakibat pada rendahnya pelaksanaan proses

pembelajaran dan kemampuan menyusun asuhan keperawatan

spiritual muslim, faktor eksternal terdiri dari organisasi dan


5

manajemen, hambatan ekonomi berupa kekurangan buku panduan,

kurangnya waktu belajar, dan pembinaan peningkatan religiusitas.

Mengkiritisi situasi sosial, timbul dugaan bahwa pengetahuan

dan tingkat religiusitas dapat menjadi faktor yang membantu peserta

didik dalam mengembangkan dan menerapkan penyusunan asuhan

keperawatan spiritual muslim. Hal ini merujuk pada alasan pokok

bahwa pengetahuan dan tingkat religiusitas mahasiswa yang terbentuk

dari proses kebutuhan atau keinginan adalah suatu dorongan internal

bagi peserta didik yang sangat mempengaruhi pengisian pencatatan

asuhan keperawatan spiritual muslim. Berdasarkan hasil observasi

dan wawancara kepada mahasiswa, terdapat beberapa hal pengisian

pencatatan asuhan keperawatan spiritual muslim tidak dilakukan,

format pengisian asuhan keperawatan mulai dari pengkajian hingga

evaluasi yang belum memperhatikan kebutuhan spiritual klien secara

menyeluruh, dan tidak adanya buku pedoman yang menjadi acuan

peserta didik dalam melakukan penyusunan asuhan keperawatan

spiritual muslim.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa perlu melakukan

suatu pendekatan penelitian. Untuk itu dipilih judul penelitian

HUBUNG AN PENGETAHUAN DAN TINGKAT

RELIGIUSITAS MAHASISWA DENGAN PENYUSUNAN

AS UH AN KEPER AW AT AN SPIRITU AL MUSLI M .


6

B. Rumusan Masalah

1. Adakah hubungan pengetahuan dengan penyusunan asuhan

keperawatan spiritual muslim?

2. Adakah hubungan tingkat religiusitas mahasiswa dengan

penyusunan asuhan keperawatan spiritual muslim?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan pengetahuan dan tingkat religiusitas

mahasiswa dengan penyusunan asuhan keperawatan spiritual muslim.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan penyusunan

asuhan keperawatan spiritual muslim.

b. Diketahuinya hubungan tingkat religiusitas mahasiswa dengan

penyusunan asuhan keperawatan spiritual muslim.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Sebagai masukan bagi mahasiswa yang sedang menjalani

pendidikan tinggi keperawatan dalam menguasai proses

keperawatan yang tidak terlepas dari aspek spiritual.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

keilmuan, pengalaman, dan pengembangan diri peneliti di bidang

penelitian.
7

b. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rekomendasi dan

evaluasi bagi Program Studi Ilmu Keperawatan dalam

merevitalisasi proses pembelajaran pendidikan keperawatan.

c. Bagi Profesi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan yang positif dalam usaha mengembangkan profesi

keperawatan melalui informasi baru tentang pelaksanaan proses

keperawatan dengan pendekatan spiritual.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi tentang hubungan pengetahuan dan tingkat religiusitas

mahasiswa dalam penyusunan asuhan keperawatan spiritual

muslim dan sebagai data dasar dalam penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN UMUM TENTANG PENGETAHUAN

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan dapat diartikan sebagai actionable information

atau informasi yang dapat ditindaklanjuti atau informasi yang dapat

digunakan sebagai dasar untuk bertindak, untuk mengambil

keputusan, dan untuk menempuh arah atau strategi tertentu

(Nursalam, 2016).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui

proses sensori khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu

(Sunaryo, 2008).

Allah Swt. berfirman dalam Al-Quranul Qariim, Surah Az-

Zumar (39): 9, sebagai berikut:









Terjemahnya: (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam
dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat
dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran (QS. Az-Zumar (39: 9).

8
Ayat ini mengandung makna bahwa hendaklah kita sebagai

umat Islam agar menyembah kepada yang berhak yaitu Allah Swt.

segala jenis ibadah dilakukan secara ikhlas kepada-Nya termasuk

9
9

menuntut ilmu untuk memperoleh pengetahuan dan hendaklah

kita bertahan hidup di dunia dengan bekerja sesuai keahlian

masing-masing (sesuai ilmu pengetahuan) agar dapat

terselesaikan secara maksimal.

Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks. Skor

pada tes pengetahuan sering kali kurang bermanfaat untuk

memprediksi kinerja seseorang di tempat kerja karena sulitnya

mengukur kebutuhan pengetahuan dan keahlian yang secara

nyata digunakan dalam pekerjaan. Pengetahuan akan dapat

memprediksi yang dapat dilakukan seseorang, bukan apa yang

akan dilakukan (Nursalam & Efendi, 2012).

2. Tingkatan Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup

6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu

artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu

tahu adalah dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

dan menyatakan.

b. Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang

diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus

dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.


10

c. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat

menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi

nyata.

d. Analisis, adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke

dalam bagian-bagian lebih kecil, tetap masih di dalam suatu

struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran

kemampuan adalah dapat menggambarkan, membuat bagan,

membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi

perilaku, dan dapat membedakan pengertian.

e. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah

dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan

menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria

yang telah ada atau disusun sendiri (Sunaryo, 2008).

B. TINJAUAN UMUM TENTANG TINGKAT RELIGIUSITAS

1. Pengertian Agama

Dalam sejarah panjang kehidupan manusia di dunia, ada

dua kekuatan besar yang senantiasa mewarnai kehidupan, yaitu


11

kepercayaan (agama) dan filsafat. Setiap pengikut berani mati demi

mempertahankan kepercayaan atau agama, bahkan tidak jarang

dari mereka yang mengorbankan harta, pikiran, serta tenaga hanya

untuk mempertahankan suatu kepercayaan.

Allah Swt. berfirman dalam Al-Quran Surah An-Nahl (93):16,

sebagai berikut:







Terjemahnya: ...dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia
menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa
yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. dan Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang
apa yang telah kamu kerjakan (QS. An- Nahl (93):16).
Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari suku

kata a yang berarti tidak, dan gama yang berarti kacau. Jika

merujuk pada pengertian ini, agama memiliki makna tidak kacau,

atau adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau

tujuan tertentu. Istilah lain yang memiliki makna identik dengan kata

agama ialah religi atau religere dalam bahasa Latin, yang memiliki

arti mengembalikan ikatan, atau memperhatikan dengan seksama

(Imron, 2015).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2008),

agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)

dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta tata


12

kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan

manusia dan lingkungannya.

Karena begitu banyaknya pengertian tentang agama yang

dikemukakan oleh para ahli, maka agama dapat diberi beberapa

definisi sebagai berikut (Imron, 2015):

a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan

kekuatan gaib yang harus dipatuhi,

b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menghiasi

kehidupan manusia,

c. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung

pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia

yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan mereka,

d. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan

cara hidup tertentu,

e. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib,

f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang

diyakini sumber pada suatu kekuatan gaib,

g. Pemujaan terhadap kekuatan yang gaib yang timbul dari

perasaan yang lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan

misterius yang terdapat dari alam sekitar manusia, dan

h. Agama yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui

seorang rasul, juru selamat, atau semacamnya.


13

2. Sejarah Agama Islam

Agama Islam merupakan agama monoteis dan salah satu

dari agama Abrahamik. Kata Islam berasal dari kata Arab, yaitu

aslama-yuslimu-islaman, yang secara kebahasaan diartikan

menyelamatkan. Islam atau Islaman merupakan mashdar atau

kata benda dari kata kerja aslama yang berarti telah

menyelamatkan. Jadi, Islam bisa diartikan penerimaan dari dan

penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan penganutnya

harus menunjukkan ini dengan cara menyembah-Nya, menuruti

perintah-Nya, dan menghindri kemusyrikan (Imron, 2015).

Dengan jumlah penganut lebih dari satu seperempat miliar

orang di seluruh Dunia, Islam merupakan agama terbesar kedua di

dunia setelah agama Kristen. Pengikut ajaran Islam dikenal dengan

sebutan Muslim, yang berarti orang yang tunduk kepada Tuhan.

Agama ini mengajarkan bahwa Allah Swt. menurunkan firman-Nya

kepada seorang manusia terpilih yang menjadi nabi dan rasul

utusan-Nya yang terakhir, yakni Muhammad Saw. (Imron, 2015).

Adapun wahyu yang pertama kali diturunkan Allah Swt.

kepada Nabi Muhammad Saw. ialah sebagai berikut:







14



Terjemahnya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. Al-Alaq (96):1-5).
1) Kitab Suci Agama Islam

Kitab suci agama islam adalah al-Quran. Bagi umat

muslim, kitab suci ini merupakan firman Allah Swt. yang

diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui malaikat

Jibril. Al-Quran merupakan mukjizat Muhammad Saw. yang

sangat berharga bagi umat Islam hingga saat ini. Di dalamnya,

terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam

mencapai kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

2) Sistem Kepercayaan Agama Islam

Kerangka dasar ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi

Muhammad Saw. bersifat multidimensial, universal, abadi, dan

suci. Dikatakan multidimensial karena ajarannya mencakup

dimensi-dimensi yang menyangkut hubungan manusia dengan

pencipta-Nya (hablum minallah) dan hubungan manusia dengan

dirinya, sesamanya, maupun dengan makhluk lainnya (hablum

minannas).

a) Aspek Akidah (Keimanan)

Dalam bahasa Arab, iman diartikan dengan percaya.

Jadi, iman berhubungan dengan kepercayaan dan


15

keyakinan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati,

ucapan, dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka

orang-orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya,

disetiap ucapannya, dan segala tindakannya sama. Dalam

Islam, akidah ini telah dirumuskan dalam bentuk Rukun

Iman. Adapun Rukun Iman tersebut ialah sebagai berikut:

(a) Beriman kepada Allah Swt.,

(b) Beriman kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul,

(c) Beriman kepada Malaikat,

(d) Beriman kepada Kitab-Kitab,

(e) Beriman kepada Hari Akhir,

(f) Beriman kepada Qadha dan Qadar.

b) Aspek Ibadah (Islam)

Islam memiliki arti penyerahan atau penyerahan diri

sepenuhnya kepada Allah Swt. sebagai bentuk penyerahan

diri ini adalah dengan beribadah, yaitu melaksanakan segala

yang diperintahkan oleh Allah Swt. melalui rasul-Nya, dan

menjauhi segala larangan-Nya. Dalam ajaran Islam, ibadah

yang harus dilaksanakan terangkum dalam Rukun Islam.

c) Ihsan (Etika)

Ihsan dapat diartikan dengan berbuat baik. Ihsan

berkaitan dengan akhlak dan moral. Secara terminologi,

akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh


16

suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu

perbuatan yang baik. Akhlak didefinisikan sebagai tindakan

membentuk atau membiasakan perbuatan yang bermanfaat

bagi orang lain.

3) Praktik Keagamaan dan Ritual Agama Islam

a) Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat

b) Mendirikan Shalat,

c) Menjalankan Ibadah Puasa,

d) Mengeluarkan Zakat,

e) Menunaikan Ibadah Haji (Imron, 2015).

3. Religiusitas

Secara etimologi, religiusitas berasal dari kata religi, religion

(Inggris), religie (Belanda), religio (Latin) dan ad-Dien (Arab).

Menurut Driyarkara (1981), kata Religi berasal dari bahasa latin

religio yang akar katanya religare yang berarti mengikat.

Maksudnya adalah suatu kewajiban atau aturan yang harus

dilaksanakan, yang kesemuanya itu berfungsi untuk mengikat dan

mengukuhkan diri seseorang atau sekelompok orang dalam

hubungannya dengan Tuhan atau sesama manusia, serta alam

sekitarnya.

Secara esensial agama merupakan peraturan-peraturan dari

Tuhan Yang Maha Esa yang berdimensi vertikal dan horizontal

yang mampu memberi dorongan terhadap jiwa manusia yang


17

berakal agar berpedoman menurut peraturan Tuhan dengan

kehendaknya sendiri, tanpa dipengaruhi untuk mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak

(Sudarsono, 2008).

Religiusitas dan agama memang merupakan satu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Mangunwijaya (1991), bila

dilihat dari kenampakannya, agama lebih menunjukkan kepada

suatu kelembagaan yang mengatur tata penyembahan manusia

kepada Tuhan, sedangkan religiusitas lebih menunjuk pada aspek

yang ada di lubuk hati manusia. Religiusitas lebih berfokus kepada

aspek kualitas dari manusia yang beragama. Agama dan

religiusitas saling mendukung serta saling melengkapi karena

keduanya merupakan konsekuensi logis dari kehidupan manusia

yang mempunyai dua kutub, yaitu kutub kehidupan pribadi dan

kutub kebersamaannya di tengah masyarakat.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan, maka

dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah suatu gambaran

keadaan dalam diri seseorang yang memberikan respon dalam

bertingkah laku (baik tingkah laku yang tampak maupun tak

tampak), bersikap, dan bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran

agama yang dianutnya.

a. Karakteristik Individu yang Memiliki Religiusitas

Individu yang memiliki religiusitas tinggi akan tercermin


18

dalam berperilaku. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Glock

dan Stark dalam Ancok & Suroso (1995), tentang dimensi

religiusitas. Karakteristik individu yang dapat dilihat memiliki

kesesuaian dengan Islam, yaitu:

1) Memiliki ciri utama berupa keyakinan (aqidah) yang kuat.

Aqidah ini mengungkap masalah keyakinan manusia

terhadap Rukun Iman (Iman kepada Allah Swt., Malaikat,

kitab-kitab, Nabi, hari pembalasan dan qadha dan qadhar).

Seorang muslim yang religius akan merasa yakin atau

percaya terhadap adanya Allah Swt., melakukan hubungan

sebaik-baiknya dengan Allah Swt. guna mencapai

kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat, mencintai dan

melaksanakan perintah Allah Swt., serta menjauhi larangan-

Nya, meyakini adanya hal-hal yang dianggap suci dan

sakral, seperti kitab suci, tempat ibadah dan sebagainya.

2) Mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana yang

telah diperintahkan dan diajarkan oleh agamanya. Seorang

muslim yang beribadah dengan baik menggunakan jam-jam

yang dimilikinya untuk beribadah kepada Allah Swt. dengan

sholat, banyak berdzikir, berdoa, rajin berpuasa dan zakat

serta ibadah-ibadah lainnya.

3) Perilaku-perilaku yang ditunjukkan disesuaikan dan

dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya seperti suka


19

menolong, bekerjasama, berderma, menegakkan keadilan

dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga

lingkungan hidup, menjaga amanat, memaafkan, mematuhi

norma-norma Islam dalam perilaku bergaul dan bersosial

dan sebagainya.

4) Mengetahui dan memahami hal-hal yang pokok mengenai

dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-

tradisi terhadap ajaran agamanya, seperti mengetahui

tentang isi Al-Quran, pokok-pokok ajaran yang harus diimani

dan dilaksanakan (Rukun Iman dan Rukun Islam), hukum-

hukum Islam, Sejarah Islam dan sebagainya. Dengan

mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan agama yang

dianut, seseorang akan lebih paham tentang ajaran agama

yang dipeluknya.

5) Merasakan pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler

merupakan keajaiban yang datang dari Allah Swt. seperti

merasakan bahwa doanya dikabulkan oleh Allah Swt.

merasakan ketentraman karena menuhankan Allah Swt.

tersentuh atau bergetar ketika mendengar asma-asma Allah

(seperti suara adzan dan alunan ayat-ayat suci Al-Quran)

dan perasaan syukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah

Swt.
20

Ciri seseorang yang memiliki religiuistas tinggi menurut

Hawari (2008) yaitu:

1) Merasa resah dan gelisah manakala tidak melakukan

sesuatu yang diperintahkan Allah Swt. atau melakukan

sesuatu yang dilarang oleh-Nya. Bersangkutan akan merasa

malu ketika berbuat sesuatu yang tidak baik meskipun tak

seorangpun melihatnya. Selain itu, Ia juga selalu ingat

kepada Allah Swt, perasaannya tenang dan aman karena

merasa dilindungi oleh Dzat yang Maha Perkasa dan Maha

Bijaksana.

2) Selalu merasa bahwa segala tingkah laku dan ucapannya

ada yang mengontrol. Oleh sebab itu, setiap individu selalu

berhati-hati dalam bertindak dan berucap.

3) Melakukan pengamalan agama seperti yang dicontohkan

oleh para Nabi, karena hal tersebut dapat memberikan rasa

tenang dan terlindungi bagi pemeluknya.

4) Memiliki jiwa yang sehat sehingga mampu membedakan

mana yang baik dan buruk bagi dirinya.

5) Selalu melakukan aktivitas-aktivitas positif dalam

kehidupannya, walaupun aktivitas tersebut tidak

mendatangkan keuntungan materi dalam kehidupan

dunianya. Hal ini dikarenakan ia memiliki kontrol diri yang


21

baik sehingga timbul kesadaran bahwa apapun yang

dilakukan pasti akan mendapatkan balasan dari Allah Swt.

6) Memiliki kesadaran bahwa ada batas-batas maksimal yang

tidak mungkin dicapainya, karena menyadari bahwa hal

tersebut sepenuhnya merupakan kehendak Allah Swt. dan

tidak mudah mengalami stres ketika mengalami kegagalan

serta tidak pula menyombongkan diri ketika sukses, karena

yang bersangkutan yakin bahwa kegagalan maupun

kesuksesan pada dasarnya merupakan ketentuan Allah Swt.

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

seseorang yang memiliki religiusitas yaitu memiliki keyakinan

yang kuat akan adanya Allah Swt. sehingga setiap individu

merasa resah dan gelisah manakala tidak melakukan sesuatu

yang diperintahkan Allah Swt. dan tidak tenang jika melakukan

sesuatu yang dilarang Allah Swt. serta merasa segala tingkah

lakunya ada yang mengontrol. Memiliki kesadaran bahwa ada

batas-batas maksimal yang tidak mungkin dicapainya karena

menyadari bahwa hal tersebut sepenuhnya merupakan takdir

Allah Swt. Mampu membedakan mana yang baik dan buruk bagi

dirinya dan selalu melakukan aktivitas-aktivitas positif dalam

hidupnya.

b. Dimensi Religiusitas
22

Berpandangan terhadap rumusan dimensi keberagamaan

yang dikemukakan oleh Glock & Stark dalam Ancok & Suroso

(1995), kemudian dimensi keberagamaan dibagi menjadi lima

dimensi dalam tingkat tertentu yang memiliki kesesuaian dengan

Islam. Walaupun tidak sepenuhnya sama, dimensi keyakinan

dapat disejajarkan dengan akidah, dimensi praktik agama

disejajarkan dengan syariah dan dimensi pengamalan

disejajarkan dengan akhlak. Kelima dimensi tersebut yaitu:

1) Dimensi Keyakinan atau Akidah Islam

Dimensi ini menunjuk pada seberapa jauh tingkat

keyakinan Muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran

agamanya, terutama terhadap kebenaran ajaran-ajaran yang

bersifat fundamental dan dogmatik. Dalam keberislaman, isi

dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah Swt.,

para malaikat, Nabi atau Rasul, kitab-kitab Allah Swt., surga

dan neraka, serta qadha dan qadar.

2) Dimensi peribadatan (praktek agama) atau syariah

Dimensi ini menunjuk pada seberapa jauh tingkat

kepatuhan Muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan

ritual sebagaimana yang telah diperintahkan dan dianjurkan

oleh agamanya. Dalam keberislaman, dimensi ini menyangkut

pelaksanaan sholat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Quran,


23

doa, dzikir, ibadah kurban, iktikaf di masjid pada bulan puasa

dan sebagainya.

3) Dimensi pengamalan atau akhlak

Dimensi ini menunjuk pada seberapa jauh tingkatan

Muslim berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran-ajaran

agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan

dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam keberislaman

dimensi ini meliputi perilaku suka menolong, bekerjasama,

berderma, menyejahterakan dan menumbuhkembangkan

orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku

jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga

amanat, mematuhi norma-norma Islam dalam bergaul dan

bersosial, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam,

dan sebagainya.

4) Dimensi pengetahuan atau ilmu

Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat dalam

pengetahuan Muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya,

terutama mengenai ajaran-ajaran pokok dari agamanya,

sebagaimana termuat dalam kitab sucinya. Dalam

keberislaman, dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang

isi Al-Quran, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan

dilaksanakan (Rukun Islam dan Rukun Iman), hukum-hukum

Islam, sejarah Islam dan sebagainya.


24

5) Dimensi pengalaman atau penghayatan

Dimensi ini menunjuk pada seberapa jauh tingkat

Muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan

dan pengalaman-pengalaman religius. Dalam keberislaman

dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan

Allah Swt., merasakan doa-doanya sering terkabul, perasaan

tentram bahagia karena menuhankan Allah Swt., perasaan

bertawakkal (pasrah diri secara positif) kepada Allah Swt.,

perasaan khusuk ketika melaksanakan sholat atau berdoa,

perasaan tergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat Al-

Quran, perasaan bersyukur kepada Allah Swt., perasaan

mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah Swt.

Dalam pandangan Fetzer Institute (1999), mengemukakan

bahwa religiusitas terdiri dari dua aspek, yaitu:

1) Aspek intrinsik yaitu menggunakan agama sebagai alat-alat

untuk mencapai sesuatu seperti untuk memperoleh

kenyamanan, keamanan, status dan dukungan sosial.

2) Aspek ekstrinsik yaitu melaksanakan agama semata-mata

tulus karena perintah Tuhan bukan karena kepentingan

pribadi. Masing-masing aspek terdiri dari 12 indikator, yaitu:

a) Pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual

experiences), Dimensi ini merupakan persepsi individu

terhadap sesuatu yang berkaitan dengan dampak


25

menjalankan agama (pengalaman spiritual) dalam

kehidupan sehari-hari. Secara terperinci dimensi ini

berkaitan dengan pengalaman-pengalaman, perasaan-

perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang

dialami seseorang yang melihat komunikasi dalam suatu

esensi ketuhanan yaitu Tuhan, kenyataan terakhir dengan

otoritas transedental.

b) Makna Beragama (meaning), Meaning adalah pencarian

makna dari kehidupan dan berbicara mengenai

pentingnya makna atau tujuan hidup sebagai bagian dari

fungsi penting untuk mengatasi hidup atau unsur

kesejahteraan psikologis. Pencarian makna juga telah

didefinisikan sebagai salah satu fungsi kritis agama.

c) Nilai-nilai Beragama (values), Values adalah pengaruh

keimanan terhadap nilai-nilai hidup, seperti mengerjakan

tentang nilai cinta, saling menolong, saling melindungi dan

sebagainya. Nilai-nilai agama tersebut mengatur tata

kehidupan manusia untuk mencapai ketentraman,

keselamatan dan kebahagiaan.

d) Keyakinan (beliefs), Konsep belief merupakan sentral dari

religiusitas. Dalam bahasa Indonesia disebut keimanan.

Yakni kebenaran yang diyakini dengan nilai dan

diamalkan dengan perbuatan. Keyakinan dan kecintaan


26

kepada agama merupakan karakter dasar dan ciri khas

ekspresi kesadaran bawah sadar seseorang yang

mengimani ajaran agama tersebut.

e) Pengampunan (forgiveness), Secara harfiah forgiveness

adalah memaafkan, yakni suatu tindakan yang bertujuan

untuk memberi maaf bagi orang yang melakukan

kesalahan dan berusaha keras untuk melihat orang itu

dengan belas kasihan, kebajikan dan cinta.

f) Praktek Keberagamaan Individual (private religious

practices). Menurut Fetzer Institue (1999), private religious

practices merupakan perilaku beragama dalam

mempelajari agama meliputi ibadah, mempelajari kitab

suci, dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan

religiusitasnya. Secara mendasar dimensi ini dapat

dipahami untuk mengukur tingkatan sejauh mana

seseorang mengerjakan ritual agamanya. Dimensi ini

mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang

dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap

ajaran agama yang dianutnya.

g) Pengaruh Beragama (religious/spiritual coping)

merupakan coping stress guna mengatasi kecemasan,

kegelisahan dan stress. Hal ini dilakukan dengan cara

berdoa, beribadah untuk menghilangkan stress.


27

h) Dukungan Agama (religious support), Religious support

adalah aspek hubungan sosial antar individu dengan

pemeluk agama sesamanya. Dalam Islam hal semacam

ini sering disebut dengan Ukhuwah Islamiyah. Agama

mengandung otoritas dan kemampuan pengaruh untuk

mengatur kembali nilai-nilai dan sasaran yang ingin

dicapai masyarakat.

i) Riwayat Beragama (spiritual religious/spiritual history),

Religious atau spiritual history merupakan seberapa jauh

individu berpartisipasi untuk agama dalam hidupnya dan

seberapa jauh agama mempengaruhi perjalanan

hidupnya. Willcox (2006), menyatakan sebagian orang

beranggapan bahwa agama sebagai suatu peninggalan

masa lampau, sesuatu yang bersifat kuno. Ditegaskan ide

tentang agama memang sudah lama ada, namun agama

yang sejati selalu baru untuk setiap manusia yang

bernafas. Dalam pandangan psikologi sufi, menurut

Willcox (2006), spiritual history terbangun dalam dua

kategori utama: spiritualitas dan materialis. Materialis

mengatakan bahwa perasaan jasmaniyah

menggambarkan kebenaran, ditemukan dalam sel-sel

manusia dan benda-benda di luar diri manusia. Spiritualis

mengatakan kebenaran ditemukan melalui pikiran


28

manusia (yang merupakan produk dari sel-sel manusia).

j) Komitmen Beragama (commitment), Commitment adalah

seberapa jauh individu mementingkan agamanya,

komitmen, serta berkontribusi kepada agamanya. Menurut

Hidayat (2006), melukiskan cara yang indah dalam

menjalin komitmen agama yaitu Menurutnya agama

ibarat pakaian. Hal ini dikarenakan, pertama, untuk

menjaga kesehatan. Mereka yang tinggal di daerah dingin

sangat sadar akan fungsi kesehatan. Kedua, untuk

menjaga aurat. Salah satu aspek yang membedakan

manusia dengan binatang adalah manusia mengenal

konsep aurat lalu mengenakan pakaian. Ketiga, orang

yang berpakaian selalu menilai aspek estetika atau seni

agar indah dipandang. Inilah tiga fungsi utama pakaian

yang bisa dianalogikan dengan agama.

k) Organisasi beragama (organizationan religiousness),

Organizational religiousness merupakan konsep yang

mengukur seberapa jauh individu ikut serta dalam

lembaga keagamaan yang ada di masyarakat dan

beraktivitas di dalamnya. Menurut Effendy (2009),

lembaga keagamaan memiliki implikasi-implikasi yang

sifatnya personal maupun kelompok. Misalnya lembaga

keagamaan yang ada di Indonesia yaitu Muhammadiyah


29

dan Nahdlatul Ulama (NU).

l) Pilihan Terhadap Agama (religious preference), Konsep

religious preference bisa diartikan sebagai pijakan untuk

menentukan sejauh mana individu membuat pilihan dan

memastikan agama yang dianutnya. Contoh dari religious

preference bagi umat Islam adalah menjalankan jihad.

Kata jihad sering dimaknai sebagai perjuangan dan

biasanya digunakan dalam Al-Quran sebagai kata kerja:

kaum Muslim didorong untuk berjuang dengan sungguh-

sungguh di jalan Allah Swt.

Religiusitas dapat diekspresikan dengan berbagai cara yang

berbeda. Individu yang dapat terbilang religius pada suatu aspek, bisa

saja tidak terbilang religius pada aspek yang lain. Maka, religiusitas

disimpulkan sebagai suatu hal yang berkonsep multidimensional

(banyak dimensi) bukan unidemensional (satu dimensi).

C. TINJAUAN UMUM TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN

SPIRITUAL

1. Pengertian Spiritual

Spiritual berasal dari kata spirituality, yang merupakan kata

benda, turunan dari kata sifat spiritual. Kata bendanya adalah spirit

diambil dari kata latin spiritus yang artinya bernafas. Ada

beberapa arti spirit: prinsip yang menghidupkan atau vital sehingga

menghidupkan organisme fisik, mahluk supernatural, kecerdasan


30

atau bagian bukan materiil dari orang. Dalam bentuk kata sifat

spiritual mengandung arti yang berhubungan dengan spirit, yang

berhubungan dengan yang suci, yang berhubungan dengan

fenomena atau mahluk supernatural. Dalam bahasa Arab dan

Parsi, istilah yang digunakan untuk untuk spiritualitas adalah

Ruhaniyyah (Arab) dan Manawiyyah (Parsi). Istilah pertama

diambil dari kata ruh, sedangkan istilah kedua diambil dari kata

mana, yang mengandung konotasi kebatinan, yang hakiki

sebagai lawan dari yang kasatmata. Kedua istilah tersebut

berkaitan dengan tataran realitas lebih tinggi daripada yang materil

dan kejiwaan. Dari beberapa arti dari literatur tersebut, tiga hal yang

menjadi jelas dari pengertian spiritualitas ini. Pertama yang

menghidupkan. Tanpa spiritualitas, organisme mati secara jasadiah

ataupun kejiwaan. Kedua, memilki status suci (sacred), jadi

statusnya lebih tinggi dari yang materil (profane). Ketiga, terkait

dengan tuhan sebagai kausa prima kehidupan (Paley, 2008).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata spiritual

diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan atau

bersifat kejiwaan yakni rohani atau bathin (Depdikbud, 2008).

Pengertian lain menurut Ary Ginanjar, spiritual itu murni dan

bersifat Ilahiah. Dorongan untuk mencari kebenaran, keadilan,

kedamaian, dan kasih sayang adalah adalah potensi energi spiritual


31

yang dimiliki oleh setiap manusia yang ditiupkan melalui roh

manusia, energi ini bersifat kuat dan kekal (Agustian, 2003).

Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu

dan tergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup,

kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan seseorang. Dalam

(Potter & Perry, 2009) spiritual meliputi aspek sebagai berikut: (1)

Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui,(2) Menemukan

arti dan tujuan hidup,(3) Menyadari kemampuan untuk

menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri.

2. Kebutuhan Spiritual

Dalam hal pengembangan karakter dan kepribadian digagas

berdasarkan nilai-nilai Rukun Iman, Rukun Islam dan Ihsan, yang

pada akhirnya akan menghasilkan seorang tenaga profesional yang

unggul di sektor emosi dan spiritual, yang mampu mengeksplorasi

dan menginternalisasi kekayaan ruh serta fikiran dalam hidupnya.

Maka, seorang perawat terlebih dahulu harus memiliki sebuah

konsep pemikiran baru.

Konsep pemikiran baru (the new level of thinking)

diharapkan mampu menjawab masalah pelik dalam hal

pembangunan kecerdasan emosi dan spiritual yang pada akhirnya

dapat membantu individu dalam memberikan sebuah pelayanan

yang berkualitas.
32

Penulis buku ESQ, Ary Ginanjar Agustian (2003), berhasil

mengembangkan sebuah konsep yang diyakini mampu melahirkan

manusia yang unggul, sebuah konsep yang mengarahkan setiap

individu pada kebahagiaan dan kesuksesan dunia yang beracu

pada akhirat yang disebuat sebagai konsep ESQ Model (lihat Gbr.

1. ESQ Model).

Sebagai umat manusia, kita harus dapat semaksimal

mungkin untuk menyeimbangkan kehidupan kita baik dunia

maupun akhirat. Pada The ESQ Way 165, segala hal tentang

bagaimana memperoleh cara hidup yang sehat dan cara berfikir

yang tepat sesuai dengan aturan agama Islam telah dijelaskan

dalam buku tersebut.

Terdapat empat bagian dalam unsur-unsur ESQ Model.

Pada bagian satu disebut sebagai (Zero Mind Process-

Penjernihan Emosi), diharapkan mampu berfikir secara jernih,

terlepas dari belenggu-belenggu pemikiran yang selama ini

menghalangi kecerdasan emosi manusia. Hasil dari penjernihan

emosi ini dinamakan God-Spot atau Fitrah yang menjadi titik

tolak dari sebuah kecerdasan spiritual.

Pada bagian dua (Mental Building), yakni tentang arti

pentingnya alam pikiran. Yang dijabarkan tentang cara

membangun kecerdasan emosi secara sistematis yang dikenal

dengan 6 Prinsip berdasarkan 6 Rukun Iman. Dimulai dari


33

pembangunan Prinsip Bintang atau Star Principle (1), Angel

Principle (2), dilanjutkan dengan Leadership Principle (3), lalu

Learning Principle (4), Vision Principle (6), dan terakhir Well

Organized Principle (6). Disinilah terbentuk sebuah EQ (karakter

manusia) yang berdasarkan spiritual yang sesuai dengan suara

hati terdalam dalam diri manusia (Self consience).

Bagian tiga, (Personal Strength) merupakan 5 langkah

fisik yang dikerjakan secara berurutan dan sangat sistematis

berdasarkan 5 Rukun Islam. Pada dasarnya, dalam bagian ini

setiap langkah dimulai dari penetapan misi atau (1) mission

statement dan dilanjutkan dengan pembentukan karakter atau

(2) character building. Selanjutnya, pelatihan pengendalian diri

atau (3) self control. Dari tiga langkah tersebutakan

menghasilkan apa yang disebut sebagai ketangguhan pribadi

(Personal Strength).

Bagian empat, (Sosial Strength) akan menguraikan

tentang pelatihan untuk mengeluarkan potensi spiritual menjadi

sebuah langkah nyata dan melakukan aliansi atau sinergi.

Langkah tersebut merupakan perwujudan tanggung jawab sosial

seorang individu yang telah memiliki ketangguhan pribadi.

Pelatihan yang diberikan ini dinamakan Langkah Sinergi atau

strategic collaboration (4) dan diakhiri dengan Langkah Aplikasi

Total atau total action (5).


34

Pada ESQ Model, lingkaran terdalam (God Spot) terletak

pada Dimensi Spiritual (SQ) atau alam bawah sadar, Lingkaran

yang lebih luar terletak pada Dimensi Emosi (EQ), yaitu alam

prasadar. Dan pada lingkaran terluar terdapat lima lingkaran

kecil yang terletak pada area Dimensi Fisik (IQ) pada alam

sadar. Lingkaran pada Dimensi Emosi (EQ) dan Dimensi Fisik

(IQ) harus berada pada garis edarnya dan mengorbit pada Titik

Tuhan (God Spot).

Gambar 2.1 The ESQ Way


3. Konsep Asuhan Keperawatan Spiritual

Dalam beberapa dekade yang lalu, perawatan spiritual

secara umum tidak dianggap sebagai dimensi dalam asuhan

keperawatan. Dengan munculnya gerakan kesehatan holistik

bersamaan dengan gagasan keperawatan holistik, maka model

praktek keperawatan saat ini sering berbicara tentang perlunya


35

perawat untuk memberikan perawatan spiritual kepada pasien

sebagai bagian dari praktek keperawatan holistik, tapi kemudian

gagal untuk menjelaskan apakah ini diperlukan. Hal ini sebagian

dikarenakan perawat keasyikan mempraktekkan pelayanan dengan

keahlian berbasis bukti untuk perawatan dalam dimensi fisik,

psikososial (Loon, 2005).

Data lain ditunjukkan bahwa beberapa klien lebih

menghargai perawatan spiritual yang diberikan oleh perawat

dibandingkan yang lain. Ini menggaris bawahi bahwa pentingnya

penilaian sebelum perencanaan perawatan spiritual dan tindakan

diberikan. Penilaian spiritual tidak hanya mencakup penilaian

keyakinan dan praktik yang relevan dengan perawatan spiritual,

tetapi juga bagaimana klien merasakan bahwa keyakinan dan

praktik-praktik keperawatan ini dapat didukung oleh perawat. Ada

beberapa faktor menunjukkan lemahnya keinginan perawat untuk

memberikan perawatan spiritual, termasuk frekuensi kehadiran

ibadah, selain juga ada orang yang religius dan sangat menyadari

kebutuhan rohani mereka akan tetapi tidak ingin untuk membahas

topik ini pada perawat mereka, karena mereka memiliki teman dan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu sebagian

orang menganggap bahwa spiritualitas adalah urusan pribadi

sehingga tidak nyaman untuk mendiskusikan dengan perawat

pribadi atau dengan perawat lain (Taylor & Mamier, 2005).


36

4. Standar Asuhan Keperawatan

Assosiation of Hospice & Palliative Care Chaplains (2009),

telah mengeluarkan standar pelayanan spiritual yang berisikan 7

standar . Standar standar ini di terbitkan dan terkandung dalam

bagian 47 dari undang-undang perawatan kesehatan dan sosial

kesehatan masyarakat dan standar 2003. Adapun tujuan dari

standar ini adalah untuk memfasilitasi audit layanan keperawatan

spiritual yang dapat menjamin kesetaraan, mengembangkan dan

pendekatan terpadu untuk di seluruh layanan perawatan spiritual.

Untuk membantu dalam proses audit maka alat penilaian

disertakan dengan standar 7 sebagai berikut:

a. Standar 1: Perawatan spiritual dan agama

Pernyataan standar: Pasien dan wali mereka memiliki kebutuhan

spiritual dan keagamaan untuk dinilai dan ditangani.

b. Standar 2: Akses ke layanan perawatan Spiritual

Pernyataan standar: Semua pasien dan wali memiliki informasi

dan akses tentang layanan perawatan spiritual.

c. Standar 3: Bekerja dengan komunitas agama dan kelompok

keyakinan.

Pernyataan standar: Pelayanan rohani harus bekerja sama

dengan komunitas agama dan kelompok keyakinan untuk

menjamin penyediaan perawatan spiritual dan agama bagi

pasien dan walinya.


37

d. Standar 4: Dukungan Staf

Pernyataan standar: Sebagai bagian dari rumah sakit perlu

menawarkan dukunganpribadi dan profesional bagi staf dan

relawan ulama.
38

e. Standar 5: Pendidikan, Pelatihan dan Penilitian

Pernyataan standar: Layanan perawatan spiritual berkomitmen

untuk mendukung pengembangan profesional berkelanjutan

kepada pendeta /pengasuh spiritual dan memberikan kontribusi

untuk pendidikan profesional tim kesehatan dalam program

pelatihan dan penelitian.

f. Standar 6: Sumber dayaPernyataan Standar: untuk memastikan

penyediaan sumberdaya layanan perawatan spiritual dalam

memenuhi standar pelayanan, job deskripsi, pengawasan dan

kebutuhan pelatihan.

g. Standar 7: perawatan spiritual ke rumah sakit atau unit

Pernyataan standar: Layanan perawatan spiritual adalah sumber

daya untuk rumah sakit bagi yang membutuhkan tindakan.

Menurut Faridah (2011), keperawatan spiritual terdapat

empat tahap proses keperawatan yang telah lazim diterapkan, yaitu

Pengkajian (penggalian tentang status spiritual individu dan

identifikasi kebutuhan dan diagnosa spesifik), Perencanaan,

Intervensi dan implementasi, dan Evaluasi. Berikut keempat

langkah dalam tahap proses asuhan keperawatan spiritual tersebut.

a. Pengkajian (penggalian tentang status spiritual individu dan

identifikasi kebutuhan dan diagnosa spesifik), dalam melakukan

pengkajian perlu sampai pada pengkajian spiritual dan persepsi

tentang penyakit yang diderita. Pengkajian spiritual itu penting


39

karena spiritualitas seseorang akan turut mempengaruhi status

kesehatannya, juga dapat memberikan informasi tentang daya

mekanisme coping pasien, untuk mengetahui adanya distress

spiritual dalam menghadapi penyakit yang diderita, dan untuk

memahami pasien secara holistik sehingga dapat memenuhi

kebutuhannya secara holistik pula.

Model pengkajian asuhan keperawatan spiritual bisa

bermacam-macam antara lain:

1) Model rogers yang terdiri dari sembilan domain yaitu dimensi

transedental, makna dan tujuan hidup, misi dalam hidup,

kesucian hidup, nilai material, altruism, idealism, kesadaran

akan derita dan spiritualitas bermakna.

2) Howdens spirituality Assessment scale, berisi 28 item

pertanyaan (Dossey & Keegan, 2005) empat area spesifik

yang terkandung didalamnya yaitu makna dan tujuan hidup,

kelebihan dan kekurangan diri, hubungan dengan diri, orang

lain dan lingkungan transedental.

3) The FICA model, model ini terdapat empat area, yaitu

keyakinan dan kepercayaan, pentingnya keyakinan dan

kepercayaan tersebut, komunitas spiritual, pelayanan yang

diharapkan.

4) JAREL Spiritual Well-being Scale, Berisi 21 pertanyaan yang

dijawab berdasarkan skala likert sangat setuju sampai


40

dengan sangat tidak setuju (Burkhardt & Nagai-Jacobson,

2002).

5) Spiritual Assessment tool, model yang interaktif dan terdiri dari

aspek makna dan tujuan hidup, kekuatan diri dan hubungan

sesama (Dossey & Keegan, 2005).

6) Quality asessment tools, instrument ini berupa pertanyaan

terbuka atau cerita tentang spiritualtas pasien.

Spirit Spiritual
Needs
Spirituality
Spiritual
Spiritual
Well-being
Distress

Gambar 2.2 Istilah yang Terkait dengan Spirituality

b. Diagnosis Keperawatan spiritual

1) Distres spiritual,

Distres spiritual menurut Carpenito adalah keadaan

ketika individu atau kelompok mengalami atau berisiko

mengalami gangguan dalam system keyakinan atau nilai

yang memberikan kekuatan,harapan, dan makna hidup.

(a) Batasan Karakteristik (Carpenito-Moyet & Juall, 2012).

(1) Mayor (harus ada)

Mengalami suatu gangguan dalam system

keyakinan.
41

(2) Minor (mungkin ada)

Mempertanyakan makna kehidupan, kematian, dan

penderitaan, mempertanyakan kredibilitas terhadap

system keyakinan, mendemonstrasikan keputusan

atau kekecewaan, memilih untuk tidak melakukan

ritual keagamaan yang biasa dilakukan, mempunyai

perasaan ambivalen (ragu) mengenai keyakinan,

mengungkapkan bahwa ia tidak mempunyai alasan

untuk hidup, merasakan perasaan kekosongan

spiritual, menunjukkan keterpisahan emosional dari

diri sendiri dan orang lain, menunjukkan

kekhawatiran marah, dendam, ketakutan mengenai

arti kehidupan, penderitaan, kematian, meminta

bantuan spiritual terhadap suatu gangguan dalam

sistem keyakinan.

(b) Faktor yang berhubungan

(1) Fatofisiologis

Berhubungan dengan ujian dalam sistem keyakinan

atau perpisahan dari ikatan spiritual sekunder akibat :

Kehilangan bagian atau fungsi tubuh, penyakit

terminal, penyakit yang membuat kondisi melemah,

nyeri, trauma keguguran, lahir mati.


42

(2) Terkait Penanganan

Berhubungan dengan konflik antara (sebutkan

program pengobatan) dan keyakinan: Aborsi,

transfuse darah, isolasi, pengobatan, pembedahan,

pembatasan diet, amputasi, prosedur medis.

(3) Situasional (personal, lingkungan)

Berhubungan dengan kematian atau penyakit yang

terdekat, berhubugan dengan rasa malu saat

melakukan ritual keagamaan, berhubugan dengan

hambatan dalam melakukan ritual keagamaan,

pembatasan perawatan intensif, kurangnya privasi,

terkekang di kamar tidur atau ruangan, kurangnya

ketersediaan makanan atau diet khusus, berhubungan

dengan keyakinan yang ditentang oleh keluarga,

teman sebaya pemberi perawatan kesehatan,

berhubungan dengan perceraian, perpisahan dengan

orang yang dicintai.

(c) Tujuan

Individu akan menunjukkan kepuasan terhadap kondisi

spiritual, Indikator: Melanjutkan praktik spiritual yang

tidak mengganggu kesehatan, menunjukkan perasaan

bersalah dan ansietas yang berkurang.


43

(d) Intervensi umum

Komunikasi penerimaan berbagai keyakinan dan

praktik spiritual, tunjukkan sikap tidak menghakimi,

nyatakan pentingnya kebutuhan spiritual, ekspresikan

keinginan tim perawatan kesehatan untuk membantu

dalam memenuhi kebutuhan Spiritual, berikan privasi

dan ketenangan sesuai kebutuhan untuk berdoa setiap

hari kunjungan pemimpin spiritual, dan membaca buku

spiritual serta kontemplasi (meditasi), hubungi

pemimpin spiritual untuk mengklarifikasi praktik dan

pelaksanaan ritual dan layanan keagamaan jika

diinginkan, pertahankan diet sesuai dengan batasan

agama jika tidak mengganggu kesehatan, anjurkan

ritual keagamaan yang tidak merusak kesehatan,

berikan kesempatan individu berdoa dengan orang lain

atau dibacakan doa oleh anggota kelompok

keagamaan atau anggota tim perawatan kesehatan

yang merasa nyaman melaksanakan aktivitas ini,

berikan izin untuk mengdiskusikan masalah spiritual

bersama perawat dengan membicarakan subyek

kesejahteraan spiritual jika perlu, gunakan pertanyaan

mengenai pengalaman spiritual dan keyakinan

sebelumnya untuk membantu individu menempatkan


44

kejadian kehidupan ini kedalam perspektif yang lebih

luas, tawarkan untuk berdoa, meditasi, membaca

bersama klien jika anda merasa leluasa terhadap hal ini

atau anggota tim perawatan kesehatan lainnya jika

lebih sesuai, selalu dampingi dan bersedia untuk

mendengarkan sewaktu klien mengeksprsikan

keraguan diri, rasa bersalah atau perasaan negetif

lainnya. Usahakan untuk menghubungi pendukung

spiritual individu lainnya (seperti perawatan pastoral,

pendeta atau Uztad Rumah Sakit) jika individu tidak

dapat membagi perasaan dengan pemimpin spiritual

yang biasanya.

2) Distres Spiritual, Risiko

Keadaan ketika individu atau kelompok berisiko

mengalami gangguan dalam keyakinan atau system yang

memberi kekuatan, harapan, dan makna hidup.

(a) Faktor risiko: Faktor risiko yang berhubungan dengan

distress spiritual

(b) Tujuan: Individu akan mengekspresikan keselarasan

spiritual yang kontinyu.

(c) Indikator: Melanjutkan praktik ritual spiritual yang

biasanya dan menunjukkan peningkatan rasa nyaman

setelah bantuan.
45

(d) Intervensi umum: disesuaikan dengan Diagnosa Distres

spiritual.

3) Religiusitas, Hambatan

Keadaan ketika individu atau kelompok mengalami

hambatan kemampuan untuk melakukan ketergantungan

pada keyakinan dedominasi tertentu atau komunitas tertentu

dan untuk berpartisipasi dalam ritual yang terkait.

(a) Batasan karakteristik

Individu mengalami distress karena kesulitan

mematuhi ritual agama yang di programkan, contoh :

Pelayanan keagamaan, pengaturan diet, pakaian tertentu,

berdoa, beribadat, menaati hari libur keagamaan,

menunjukkan distress emosional karena terpisah dari

komunitas keagamaan, menunjukkan distress emosional

mengenai keyakinan agama dan atau jaringan sosial

keagamaan, menunjukkan kebutuhan untuk berhubungan

kembali dengan pola dan adat keyakinan sebelumnya,

mempertanyakan pola keyakinan dan adat keagamaan.

(b) Faktor Yang Berhubungan

(1) Berhubungan dengan sakit/penyakit,

(2) Berhubungan dengan penderitaan,

(3) Berhubungan dengan nyeri.


46

(c) Situasional

(1) Berhubungan dengan krisis personal terkait aktivitas,

(2) Berhubungan dengan takut akan kematian,

(3) Berhubungan dengan rasa malu melakukan ritual

spiritual,

(4) Berhubungan dengan hambatan dalam melakukan

ritual spiritual,

(5) Pembatasan perawatan intensif,

(6) Terkekang di tempat tidur atau ruangan,

(7) Kurang privasi,

(8) Kurang tersedia makanan/diet khusus.

(d) Tujuan

Individu akan mengekspresikan kepuasan

mengenai kondisi spiritual dengan indikator: Melanjutkan

praktik spiritual yang tidak mengganggu kesehatan dan

menunjukkan penurunan rasa bersalah dan ansietas.

(e) Intervensi umum

Kaji apakah keinginan klien untuk menjalani agama

atau praktik spiritual atau ritual spiritual diperbolehkan;

jika demikian, berikan kesempatan kepada klien untuk

melakukannya. Ungkapkan pemahaman anda dan

penerimaan anda mengenai pentingnya agama atau

praktik dan keyakinan spiritual klien.


47

(f) Kaji faktor penyebab dan faktor penunjang

(1) Lingkungan rumah sakit atau perawatan rumah,

(2) Keterbatasan terkait proses penyakit atau program

pengobatan (mis, tidak dapat berlutut untuk berdoa

karena traksi; diet yang diprogramkan berbeda dari diet

keagamaan yang biasanya),

(3) Takut membebani atau bertentangan dengan staf

dokter dan keperawatan mengenai permintaan ritual

Spiritual,

(4) Rasa malu melebihi keyakinan atau adat spiritual

(khususnya) paling sering terjadi pada remaja,

(5) Memisahkan diri dari artikel, teks, atau lingkungan yang

bermakna spiritual,

(6) Kurangnya alat transportasi ke tempat atau layanan

spiritual,

(7) Tidak tersedianya pemimpin spiritual akibat situasi

darurat atau kurangnya waktu.

(g) Singkirkan atau kurangi faktor penyebab dan faktor

penunjang,(jika mungkin)

(1) Keterbatasan yang disebabkan oleh lingkungan

rumah sakit atau perawatan rumah,

(2) Berikan privasi suasana tenang jika perlu untuk

berdoa setiap hari, kunjungan pemimpin spiritual,


48

dan membaca doa serta kontemplasi: Tarik tirai atau

tutup pintu, matikan TV dan radio,

(3) Minta staf untuk menunda panggilan pada kardex

dan masukkan kedalam rencana perawatan,

(4) Hubungi pemimpin spiritual untuk mengklarifikasi

praktik dan pelaksanaan ritual atau layanan

keagamaan, jika dikehendaki,

(5) Komunikasikan dengan pemimpin spiritual mengenai

kondisi individu,

(6) Panggil pendeta katolik roma, orthodox, dan

Episkopal sebagai bapak pemimpin Kristen lainnya

sebagai pastor, dan pemuka Yahudi sebagai

Rabbi.,

(7) Hindari gangguan selama kunjungan, jika mungkin,

(8) Tawarkan meja atau ruangan tertutup dengan kain

putih bersih,

(9) Catat kunjungan dan respons klien,

(10) Informasikan mengenai layanan dan materi

keagamaan yang tersedia dalam institusi.

(h) Keterbatasan terkait proses penyakit atau program

pengobatan. Dorongan ritual spiritual yang tidak

membahayakan kesehatan:
49

(1) Bantu klien yang mengalami keterbatasan fisik dalam

berdoa dan ibadat spiritual mis; membantu

memegang rosary, membantu posisi berlutut jika

perlu,

(2) Bantu dalam kebiasaan kebersihan personal,

(3) Hindari mencukur jika jenggot bermakna spiritual,

(4) Biarkan klien mengenakan pakaian atau perhiasan

keagamaan jika mungkin,

(5) Buat aturan khusus mengenai penguburan

ekstremitas atau organ tubuh yang direksi,

(6) Biarkan keluarga atau pemimpin keagamaan

melakukan perawatan ritual pada tubuh,

(7) Buat aturan untuk ritual spiritual penting lainnya

(mis:sirkumsisi) sesuai kebutuhan.

4) Religiositas, risiko hambatan

Keadaan ketika individu atau kelompok berisiko

mengalami hambatan kemampuan untuk melakukan

ketergantungan pada keyakinan denominasi tertentu atau

komunitas tertentu dan untuk berpartisipasi dalam ritual yang

terkait.

(a) Faktor risiko: sesuai hambatan Religiositas.

(b) Tujuan individu akan mengekspresikan kepuasan yang

kontinyu terhadap aktivitas keagamaan dengan indikator:


50

(1) Melanjutkan praktik ritual keagamaan,

(2) Menunjukkan peningkatan rasa nyaman setelah

pengkajian.

(c) Intervensi: disesuaikan dengan intervensi hambatan

keagamaan.

Pengembangan Model Asuhan Keperawatan Spiritual

Muslim yang dikembangkan oleh Samsualam (2016), sebagai

berikut:
Klien
Masuk
Pengkajian Diagnosa
AKSM AKSM
1 2
Keluar

5 Askep Spiritual Rencana


Evaluasi
Muslim (AKSM) intervensi
AKSM 3 AKSM

Implementasi
AKSM

Gambar 2.3 Pengembangan Model Asuhan Keperawatan


Spiritual Muslim
Dalam penelitian disertasi yang dilakukan Samsualam

(2016), yang berkaitan tentang model konsep asuhan keperawatan

spiritual muslim yang pada bagan model asuhan keperawatan

spiritual Muslim pada gambar diatas, terdapat 5 komponen yang


51

harus menjadi perhatian dalam pemberian asuhan keperawatan

yang komprehensif sebagai berikut:

a) Pengkajian AKSM

Pada tahap pengkajian sebaiknya difokuskan pada data

subyektif dan data obyektif yang didapatkan dari hasil

anamnesa pasien dan studi observasi, pshichal assessment

serta studi dokumentasi yang dapat menunjang proses

pengkajian asuhan keperawatan spiritual. Setelah data

terkumpul selanjutnya dapat dilakukan analisis masalah

utama/prioritas pada asuhan keperawatan spiritual khususnya

pada pasien-pasien yang dalam kondisi kesehatan yang lemah

dan penyakit terminal. Setelah analisis data selanjutnya

merumuskan masalah keperawatan sebelum diagnose

keperawatan spiritual ditegakkan.

Dari hasil penelitian Samsualam (2016), tentang

pengkajian AKSM beberapa indikator yang dapat

dikembangkan saat melaukan pengkajian adalah:

1) Ibadah meliputi: (1) Shalat, (2) Berdoa, (3) Mengaji, (4)

Tayammum/bersuci, (5) Puasa. (6) Sedekah.

2) Keyakinan meliputi: (1) Ke Esaan Tuhan, (2) Mukjizat

Allah, (3) Supranatural, (4) Suggesti baik dari orang lain

maupun diri sendiri, (5) Energy positif dari ucapan-ucapan

yang baik dan positif.


52

Secara garis besar pengkajian keperawatan spiritual

muslim dapat diuraikan dengan sistimatis sebagai berikut: a)

identitas pasien b) keluhan utama, c) pengkajian spiritual

muslim, yang terdiri dari: (1) keyakinan dan makna hidup, (2)

sumber kekuatan hidup, (3) pengalaman dan emosi, (4) orang

terdekat, (5) ritual dan ibadah, (6) perhatikan lingkungan,

apakah ada alat untuk ibadah, (7) perhatikan perilaku ibadah.

Adapun pengelompokan data-data hasil pengkajian

Asuhan keperawatan spiritual yang mungkin relevan dapat

terjadi adalah:

1. Data Subyektif

a. Klien mengatakan tidak mampu menjalankan ibadah


shalat.
b. Klien mengatakan tidak tau cara menjalankan shalat saat
sakit.
c. Klien mengatakan tidak mau menjalankan ibadah karena
sakit.
d. Klien mengatakan sakitnya adalah penghapus dosa
e. Klien mengatakan saat sakit dia tidak pernah
menjalankan ibadah.
f. Klien mengatakan saat sakit lebih dekat dengan Allah
Swt.
g. Klien mengatakan sakitnya adalah cobaan dari Allah
Swt.
h. Klien mengatakan sangat membutuhkan dukungan
ibadah selama sakit.
53

2. Data Obyektif:

a. Klien tampak sholat,

b. Klien banyak menyebut nama Allah,

c. Klien tampak berdzikir,

d. Klien membaca buku doa,

e. Klien memegang tasbih,

f. Klien tampak marah,

g. Klien gelisah,

h. Klien ketakutan akan kematian,

i. Klien lebih banyak diam.

b) Diagnosa keperawatan AKSM

Dari hasil analisis masalah keperawatan spiritual dapat

ditegakkan diagnose keperawatan spiritual berdasarkan data.

Diagnose keperawatan spiritual dari hasil penelitian lapangan

maupun studi pustaka kemudian peneliti melakukan proses

adopsi diagnose keperawatan keluarga. Hal ini didasarkan

pada kenyataan lapangan bahwa pasien dalam kondisi lemah

ataupun sakit sangat memerlukan support system dari orang-

orang terdekat dalam hal ini adalah keluarga sehingga

penegakan diagnose spiritual didasarkan pada kondisi pasien

relevansinya dengan aspek spiritual. Adapun diagnose

keperawatan itu meliputi tiga hal utama yang mengacu pada

diagnose keperawatan keluarga yaitu:


54

1) Hambatan Religiusitas b/d ketidaktahuan pasien atau

keluarga dalam pemenuhan kebutuhan ibadah

2) Hambatan Religiusitas b/d ketidakmampuan pasien dalam

pemenuhan kebutuhan ibadah.

3) Hambatan Religiusitas b/d ketidakmauan pasien atau

keluarga dalam pemenuhan kebutuhan ibadah

c) Rencana Intervensi AKSM

1) Hambatan religiusitas b/d ketidaktauan pasien atau

keluarga dalam pemenuhan kebutuhan ibadah ditandai

dengan data Subyektif dan obyektif (terlampir), tujuan dan

tindakan (terlampir)

2) Hambatan religiusitas b/d ketidakmampuan pasien dalam

pemenuhan kebutuhan ibadah ditandai dengan data

Subyektif dan obyektif (terlampir), tujuan dan tindakan

(terlampir)

3) Hambatan religiusitas b/d ketidakmauan pasien atau

keluarga dalam pemenuhan kebutuhan ibadah ditandai

dengan data Subyektif dan obyektif (terlampir), tujuan dan

tindakan (terlampir) halaman.

d) Implementasi AKSM

Implementasi asuhan keperawatan spiritual muslim

didasarkan pada rencana intervensi. hal ini sangat fleksibel

dilaksanakan sesuai dengan kondisi pasien dan respon pasien


55

saat akan dilakukan intervensi. Implementasi sebaiknya

disesuaikan dengan kebutuhan spiritual pasien dan melibatkan

keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual tersebut.

Karena pada dasarnya pelaksanaan intervensi asuhan

keperawatan spiritual muslim ini sangat erat dengan agama

dan budaya serta kebiasan yang ada dalam keluarga. Dalam

penelitian ini, didasari atas kajian pustaka dan pengalaman

emperikal maka disusun beberapa intervensi keperawatan

islami sebagai berikut:

(a) Doa dan Tata cara Berdoa,

(b) Istinja,

(c)Tayammun,

(d) Bersuci,

(e) Shalat Bagi Orang Sakit Yang Tidak Bisa Berdiri.

e) Evaluasi AKSM

Evaluasi AKSM ini memiliki kesamaan dengan asuhan

keperawatan secara umum yaitu melakukan evaluasi atau

monitoring terhadap pasien berdasarkan hasil anamnesa pada

pasien yang meliputi: data subyektiof dan obyekti, assessment

sementara setelah proses intervensi dan melakukan

perencanaan berdasarkan hasil assesment pasien apa

intervensi yang tepat dilakukan untuk melanjutkan program

pemulihan pasien ditinjau dari aspek spiritual muslim.


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Pada penelitian ini peneliti akan meneliti tentang Hubungan

antara pengetahun dan tingkat religiusitas mahasiswa dengan

penyusunan asuhan keperawatan spiritual muslim. Berdasarkan hal

tersebut, maka peneliti mengambil variabel independen yang akan

diteliti adalah pengetahuan dan tingkat religiusitas. Sedangkan

variabel dependen adalah penyusunan asuhan keperawatan spiritual

muslim.

B. Bagan Kerangka Konsep

Independen Dependen
Pengetahuan Penyusunan Asuhan
Keperawatan Spiritual
Tingkat Religiusitas Muslim

Keterangan:

Independen :

Dependen :

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep


C. Definisi Operasional

1. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah kemampuan responden dari

hasil tahu tentang tindakan yang dilakukan dari penyusunan proses

keperawatan dalam asuhan keperawatan spiritual.

Kriteria Objektif :

Baik : Jika responden memperoleh nilai rata-rata : 44

55
56

Kurang : Jika responden memperoleh nilai rata-rata : <44

2. Tingat religiusitas dalam penelitian adalah kemampuan responden dalam

mengimplementasikan nilai-nilai religiusnya yang dilakukan melalui

penyusunan proses keperawatan dalam asuahan keperawatan spiritual

muslim.

Kriteria Objektif :

Baik Sekali : Jika responden memperoleh nilai rata-rata : 201

Baik : Jika responden memperoleh nilai rata-rata : <201

3. Asuhan keperawatan spiritual muslim dalam penelitian ini meliputi

kemampuan responden dalam menyusun asuhan keperawatan spiritual

yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, penatalaksanaan,

dan evaluasi.

Kriteria Objektif :

Dilakukan : Jika responden memperoleh nilai rata-rata : 25

Tidak Dilakukan: Jika responden memperoleh nilai rata-rata : <25

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusa masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2016). Setiap hipotesis terdiri atas

suatu unit atau bagian dari permasalahan.

Hipotesis Alternatif (Ho/H0): Tidak ada hubungan antara

pengetahuan dan tingkat religiusitas dengan penyusunan asuhan

keperawatan spiritual muslim.

Hipotesis Alternatif (Ha/H1): Ada hubungan antara pengetahuan

dan tingkat religiusitas dengan penyusunan asuhan keperawatan

spiritual muslim.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan

rancangan penelitian menggunakan pendekataan Cross Sectional

study. Ciri penelitian deskriptif korelasional dalam penelitian ini yaitu

hubungan pengetahuan dan tingkat religiusitas mahasiswa terhadap

penyusunan asuhan keperawatan spiritual yang dilakukan dengan

menilai secara simultan antara variabel independen terhadap variabel

dependen dalam waktu yang sama tanpa ada tindak lanjut (Nursalam,

2016).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim

Indonesia, Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari - Maret

2017.

57
58

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya

manusia;klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

(Nursalam, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

peserta didik angkatan 2016 yang tercatat sebagai mahasiswa aktif

di Program Studi Ilmu keperawatan FKM UMI sebanyak 96

mahasiswa

2. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling.

Sementara sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi

yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2016). Sampel

dalam penelitian ini adalah peserta didik angkatan 2016 yang

tercacat sebagai mahasiswa aktif di Program Studi Ilmu

Keperawatan FKM UMI dengan menggunakan teknik simple

random sampling.

Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

N
n=
1+N(d)

96
n=
1+96(0.1)

n = 48,97 dibulatkan menjadi 49 sampel.


59

Jumlah sampel dari angkatan 2014 di Program Studi Ilmu

Keperawatan FKM UMI adalah sebanyak 49. Sampel kemudian

dipilih secara acak untuk menjadi responden. Sampel diambil sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Mahasiswa Keperawatan Angkatan 2014 Program Studi Ilmu

Keperawatan FKM UMI,

2) Mahasiswa yang sedang atau telah menjalani praktik klinik

keperawatan di Rumah Sakit,

3) Bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

1) Mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Ilmu Keperawatan

FKM UMI yang tidak terlibat dalam kegiatan praktik klinik

keperawatan,

2) Tidak bersedia menjadi responden.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data (Sugiyono, 2016). Instrumen penelitian yang di

gunakan yaitu kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang

dibaca dan dijawab oleh responden penelitian (Suyanto, 2011).

Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuisioner yang terdiri dari

pengetahuan, tingkat religiusitas dan penuyusunan asuhan

keperawatan spiritual.
60

1. Kuesioner pengetahuan

Kuesioner pengetahuan ini terdiri dari 30 item pertanyaan dalam

bentuk multiple choice dengan menggunakan skala Guttman yaitu apabila

jawabannya benar diberi nilai 2 dan apabila jawabannya salah diberi nilai

1. Hasilnya menunjukkan pengetahuan baik jika berada pada nilai

rata rata 44 dan menunjukkan pengetahuan kurang jika

memperoleh nilai rata-rata <44. Adapun rumus yang digunakan

dalam menentukan nilai tersebut sebagai berikut:


Rata-rata =

2.134
Rata-rata = = 43,551
49

2. Kuesioner Tingkat Religiusitas

Kuesioner Tingkat Religiusitas ini terdiri dari 80 item

pertanyaan dalam bentuk cek list dengan menggunakan skala

Guttman, yaitu apabila jawabannya ya diberi nilai 3, ragu-ragu

diberi nilai 2, dan tidak diberi nilai 1. Hasilnya menunjukkan tingkat

religiusitas Baik jika nilai rata-rata yang diperoleh responde 201,

dan Baik jika nilai rata-rata yang diperoleh responden <201.


Rata-rata =

9.825
Rata-rata = = 200,51
49
61

3. Kuesioner Asuhan Keperawatan Spiritual

Kuesioner asuhan keperawatan spiritual ini terdiri dari 24 item

pertanyaan dalam bentuk cek list dengan menggunakan skala Guttman

yaitu apabila jawabannya benar diberi nilai 2 dan apabila jawabannya

salah diberi nilai 1. Hasilnya menunjukkan penyusunan asuhan

keperawatan siritual muslim dilakukan jika memproleh nilai rata-rata 25

dan menunjukkan penyusunan asuhan keperawatan siritual muslim tidak

dilakukan jika memperoleh nilai rata-rata <25. Adapun rumus yang

digunakan dalam menentukan nilai tersebut sebagai berikut:


Rata-rata =

21.238
Rata-rata = = 25,265
49

E. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau metode

yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian

yaitu:

1. Data Primer

Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2016).

2. Data Sekunder

Sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen

(Sugiyono, 2016).
62

F. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut (Notoatmodjo S. , 2010), proses pengolahan data ini

melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Editing (Pengeditan Data)

Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isian formulir atau kuisoner. Apakah semua

pertanyaan sudah terisi, apakah jawaban atau tulisan masing-

masing pertanyaan cukup jelas atau terbaca, apakah jawaban

relevan dengan pertanyaan, dan apakah jawaban-jawaban

pertanyaan konsisten dengan jawaban pertanyaan lainnya.

b. Coding (Pengkodean)

Setelah melakukan editing, selanjutnya dilakukan peng

kodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Data Entry (Pemasukan Data)

Yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden

yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan

kedalam program atau software komputer program yang sering

digunakan untuk entri data penelitian adalah paket program

SPSS for Window.


63

d. Cleaning Data (Pembersihan Data)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau

responden selesai dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode

dan ketidak lengkapan, kemudian dilakukan pembetulan atau

koreksi.

2. Analisa Data

Data yang dipeoleh dari hasil kuesioner dihitung dan

diolah dengan bantuan progran SPSS yang disusun dan

disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan penjelasan dalam

bentuk narasi (uraian) untuk memperjelas hubungan antara

variabel independen (faktor penyebab) dan dependen (akibat).

a. Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap

tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis

ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari

tiap variabel (Notoatmodjo S. , 2010). Analisis yang telah

dianalisis dilakukan dengan distribusi frekuensi dari tiap-tiap

variabel independen dan variabel dependen.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan

terhadap dua variabel yang diduga berubungan atau berkolerasi

(Notoatmodjo S. , 2010). Analisis ini dilakukan untuk


64

mengetahui hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen yang dianalisis dengan uji statistik Chi-

Square dan menggunakan komputerisasi dengan tingkat

kemaknaan = 0,05.

Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan

(kolerasi) antara variabel independen dengan variabel

dependen.

Keputusan dari pengujian Chi-Square :

Jika value < (0,05), Ho ditolak dan Ha

diterima yang berarti ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Jika value > (0,05) Ho diterima dan Ha

ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu membawa

rekomendasi dari institusi untuk pihak lain dengan cara

mengajukan permohonan izin kepada institusi/lembaga tempat

penelitian yang ditujukan oleh peneliti. Setelah mendapat

persetujuan, barulah peneliti dapat melakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika yang meliputi:


65

1. Informed concent

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan

penjelasan kepada responden dan meminta persetujuan responden

terlebih dahulu. Bila responden menolak, maka peneliti tidak boleh

memaksakan dan harus tetap menghormati hak-hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Setiap responden akan dijaga kerahasiaan atas informasi

yang diberikan. Peneliti tidak mencantumkan nama responden

tetapi pada lembar tersebut diberi kode.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

penelitian.
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Universitas Muslim Indonesia adalah suatu lembaga pendidikan

tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia Timur yang terakreditasi

secara institusi yang mempunyai beberapa kampus, salah satunya

adalah kampus II Universitas Muslim Indonesia yang berada di jalan

Jend. Urip Sumoharjo Km. 05 dan mempunyai Visi dan Misi

keislaman, yang didirikan pada tanggal 23 juni 1954 dibawah naungan

Yayasan Wakaf Umi. Hingga kini Universitas Muslim Indonesia

membawahi 13 fakultas, salah satunya adalah Fakultas Kesehatan

Masyarakat. FKM terdiri dari 3 program studi, yaitu S1 Ilmu Kesehatan

Masyarakat, S1 Ilmu Keperawatan, Program Profesi Ners, dan D3

Kebidanan.

Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) diselenggarakan

berdasarkan keputusan Dirjen Dikti, Depertemen Pendidikan Nasional,

Nomor: 2684/D/T/2006 pada tanggal 12 juli 2006. Berada di bawah

naungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim

Indonesia Makassar, PSIK FKM UMI memiliki dua tahap pendidikan

keperawatan dimana mahasiswa dengan masa belajar 8 semester

akan lulus dengan gelar S.kep dan kemudian dilanjutkan dengan 2

semester pendidikan program profesi untuk mendapatkan gelar Ners.

65
66

Program Studi Ilmu Keperawatan memiliki Visi dan Misi dalam

menghasilkaan peserta didik yang berkualitas yaitu:

Visi

Sebagai pusat pendidikan dan pengembangan ilmu

keperawatan yang menghasilkan perawat profesional yang Islami,

Unggul, dan Kompetetitif tingkat Nasional tahun 2020 dan

Internasional tahun 2030.

Misi

1. Melaksanakan program pendidikan yang berbasis KKNI ditunjang

dengan peningkatan sarana dan prasarana serta pengembangan

SDM yang memadai.

2. Melaksanakan proses asuhan keperawatan yang terintegrasi

dengan keperawatan spiritual yang Islami.

3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dosen dalam proses

pembelajaran berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.

4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dosen khusus di

bidang kegawatdaruratan dan disaster melalui pelatihan, seminar,

dan workshop.

5. Memotivasi dosen dalam mengembangkan kemampuan untuk

melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

6. mengembangkan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat

yang terintegrasi dengan kajian Al-Quran dan Hadist.


67

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kampus II Universitas

Muslim Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Ilmu

Keperawatan pada tanggal 27 Februari 2017 hingga 11 Maret 2017.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Keperawatan

Program Studi Ilmu Keperawatan Angkatan 2014 dan sampel dalam

penelitian ini yaitu Mahasiswa yang telah menjalani Praktik Klinik

Keperawatan di Rumah Sakit. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi yang memuat daftar pertanyaan dan

pernyataan yang berhubungan dengan variabel yang diteliti

berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Hasil

pengolahan data yang telah dilakukan kemudian disajikan dalam

bentuk tabel deskriptif maupun tabel analisis hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen yang secara sistematis disajikan

sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk menilai distribusi frekuensi

variabel yang relevan dengan tujuan penelitian sebelum dianalisa

lebih lanjut. Adapun variabel yang dimaksud dalam analisa

univariat adalah sebagai berikut:


68

a. Karakteristik Responden

1) Usia

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Karakteristik Usia Responden di
Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun 2017
Jumlah
Karakteristik Usia
n Persentase
14 - 19 Tahun 27 55.1%
20 25 Tahun 22 44.9%
Total 49 100%

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dari 49 responden

frekuensi usia responden keseluruhan berada pada usia 14

29 Tahun sebanyak 27 orang (55.1%) dan usia 20 25

Tahun sebanyak 22 rang (44.1%).

2) Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di
Program Studi Ilmu keperawatan Tahun 2017
Jumlah
Jenis Kelamin
n Persentase
Laki-laki 9 18.4%
Perempuan 40 81.6%
Total 49 100%
Berdasarkan tabel 5.2 dari 49 responden, frekuensi

frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki 9

orang (18.4%) dan perempuan 40 orang (81.6%).

2. Analisis Bivariat

Hasil Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan

antara variabel independen (variabel bebas) yaitu Pengetahuan


69

dan Tingkat Religiusitas Mahasiswa dengan variabel dependen

(variabel terikat) yaitu Penyusunan Asuhan Keperawatan Spiritual

Muslim, dengan analisa sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan


dengan Penyusunan asuhan Keperawatan Spiritual Muslim
Tahun 2017
Penyusunan Asuhan
Keperawatan Spiritual
Muslim
Total
Pengetahuan Tidak value
Dilakukan
Dilakukan
Penyusunan
Penyusunan
n % n % n %
Baik 6 23.1% 20 76.9% 26 100%
1,00
Kurang 5 21.7% 18 78.3% 23 100%
Total 12 37 49

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa terdapat 26

responden (100%) berpengatahuan baik, terdiri dari 6

responden (23.1%) melakukan penyusunan asuhan

keperawatan spiritual muslim dan 20 responden (76.9%) yang

tidak melakukan penyusunan asuhan keperawatan spiritual

muslim. Pada pengetahuan yang kurang terdapat 23 responden

(100%) yang terdiri dari 5 responden (21.7%) yang melakukan

penyusunan asuhan keperawatan spiritual muslim dan 18

responden (78.3%) yang tidak melakukan penyusunan asuhan

keperawatan spiritual muslim.


70

Berdasarkan hasil penelitian analisa Chis-Square dengan

menggunakan uji Continuity Correction diperoleh nilai = 1,00

dimana nilai -value > = 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak

yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independen

Pengetahuan dengan variabel dependen Penyusunan Asuhan

Keperawatan Spiritual Muslim.

b. Tingkat Religiusitas

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat


Religiusitas Mahasiswa dengan Penyusunan asuhan
Keperawatan Spiritual Muslim Tahun 2017
Penyusunan Asuhan
Keperawatan Spiritual
Muslim
Tingkat Total
Tidak value
Religiusitas Dilakukan
Dilakukan
Penyusunan
Penyusunan
n % n % n %
Baik 8 24.2% 25 75.8% 33 100%
0,726
Kurang 3 18.8% 13 81.2% 16 100%
Total 12 37 49

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa terdapat 33

responden (100%) mempunyai Tingkat Religiusitas sangat baik,

terdiri dari 8 responden (24.2%) melakukan penyusunan asuhan

keperawatan spiritual muslim dan 25 responden (75.8%) yang

tidak melakukan penyusunan asuhan keperawatan spiritual

muslim. Pada Tingkat Religiusitas yang kurang terdapat 16

responden (100%) yang terdiri dari 3 responden (18.8%) yang


71

melakukan penyusunan asuhan keperawatan spiritual muslim

dan 13 responden (81.2%) yang tidak melakukan penyusunan

asuhan keperawatan spiritual muslim.

Berdasarkan hasil penelitian analisa Chi-Square dengan

menggunakan uji Fishers Exact Test diperoleh nilai = 1,00

dimana nilai -value > = 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak

yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independen

Tingkat Pengetahuan dengan variabel dependen Penyusunan

Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim.

C. Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan dengan Penyusunan Asuhan

Keperawatan Spiritual Muslim.

Penyusunan asuhan keperawatan spiritual muslim dalam

penelitian ini dibagi dalam 2 kriteria yaitu dilakukan penyusunan

dan tidak dilakukan penyusunan. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan pada mahasiswa sebanyak 100%, mahasiswa yang

berpengetahuan baik serta melakukan penyusunan asuhan

keperawatan spiritual muslim sebanyak 23.1% mahasiswa dan

mahasiswa yang tidak melakukan penyusunan asuhan

keperawatan spiritual muslim sebanyak 76.9% mahasiswa. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin baiknya pengetahuan tidak

memberikan dampak yang signifikan terhadap penyusunan asuhan

keperawatan spiritual muslim. Hal ini dikarenakan penyusunan


72

asuhan keperawatan spiritual muslim yang belum diberikan kepada

mahasiswa berdampak terhadap tidak adanya motivasi yang

mendorong mahasiswa dalam melaksanakan penyusunan asuhan

keperawatan spiritual muslim tersebut. Motivasi berkaitan erat

dengan dorongan yang kuat untuk melakukan setiap pekerjaan

dengan hasil optimal.

Dalam hasil penelitian ini pula diperoleh dari seluruh

mahasiswa, mahasiswa yang berpengetahuan kurang sebanyak

100% mahasiswa, dengan melakukan penyusunan asuhan

keperawatan spiritual muslim sebanyak 21.7% mahasiswa dan

tidak melakukan penyusunan asuhan keperawatan spiritual muslim

sebanyak 78.3% mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

kurangnya pengetahuan tentang asuhan keperawatan spiritual

muslim maka penyusunan asuhan semakin tidak dilakukan. Faktor

nonsosial dalam hal ini alat bantu belajar mengajar yang lengkap

dan terstruktur akan mambantu proses belajar atau sebaliknya,

metode belajar yang memadai akan membantu proses belajar atau

sebaliknya, dan faktor waktu, tempat, sarana dan prasarana dapat

mempengaruhi proses belajar.

Hal ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh

Notoatmodjo (2010), bahwa pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya perilaku dan tindakan

seseorang. Perawat praktisi dan mahasiswa keperawatan tidak


73

dipersiapkan dalam masa pendidikannya untuk dapat mengatasi

masalah-masalah spiritual klien. hal tersebut didasarkan atas tidak

memadainya pembahasan aspek spiritual jika dibandingkan

dengan aspek fisik atau psikologis. Selain hal tersebut, rasa tidak

nyaman dalam membahas spiritual dapat mengganggu

perkembangan kompetensi asuhan spiritual mahasiswa.

Memperoleh ketenangan atau kenyamanan merupakan tahap

paling awal dalam membuka kesadaran dan sensitivitas mahasiswa

terhadap isu kebutuhan spiritual klien.

Menurut Rochman (2009), pembahasan tentang aspek

spiritualitas dan asuhan spiritual dalam keperawatan dirasakan

masih sedikit. Hal ini juga turut memberikan kontribusi terhadap

masih kurangnya tingkat kemampuan perawat dalam memberikan

asuhan spiritual serta keterbatasan dalam kemampuannya untuk

mengidentifikasi perilaku pasien yang mengindikasikan distres

spiritual.

Menurut asumsi peneliti, dari hasil penelitian ini

pengetahuan merupakan faktor penghambat dalam pelaksanaan

penyusunan asuhan keperawatn spiritual muslim tetapi bukan

merupakan faktor utama bagi mahasiswa tidak melakukan

penyusunan tersebut. Terdapat beberapat faktor lain yang dapat

mempengaruhi dalam melakukan penyusunan asuhan

keperawatan spiritual muslim yaitu kurang nyaman dengan


74

kehidupan spiritualnya, kurang menganggap penting kebutuhan

spiritual, kurangnya dukungan pendidikan yang dapat membantu

meningkatkan minat belajar mahasiswa, mahasiswa tidak

mempunyai keinginan untuk mengakses teori-teori baru dalam

bidang keperawatan khususnya mengenai penyusunan asuhan

keperawatan spiritual muslim.

Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Yusuf (2013), dengan hasil uji statistik Fishers Exact Test

diperoleh nilai p value = 0,004 (p < 0,05) menyatakan bahwa ada

pengaruh pengetahuan perawat terhadap penerapan asuhan

keperawatan.

2. Hubungan Tingkat Religiusitas Mahasiswa dengan Penyusunan

Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada

mahasiswa, sebanyak 100% responden yang mempunyai tingkat

religiusitas sangat baik dengan melakukan asuhan keperawatan

spiritual muslim sebanyak 24.2% dan tidak melakukan penyusunan

asuhan keperawatan spiritual muslim sebanyak 75.8%. Hal

tersebut menunjukkan walaupun responden memiliki tingkat

religiusitas sangat baik tetapi belum mampu melakukan

penyusunan asuhan keperawatan spiritual muslim secara

terstruktur.
75

Hasil penelitian ini pula diperoleh dari seluruh mahasiswa,

dengan tingkat religiusitas baik sebanyak 100% responden dengan

melakukan penyusunan asuhan keperawatan spiritual muslim

sebanyak 18.8% responden dan tidak melakukan asuhan

keperawatan spiritual muslim sebanyak 81.2%. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa tingkat religiusitas yang baik belum mampu

mendukung mahasiswa dalam penyusunan asuhan keperawatan

spiritual muslim.

Individu mencapai tahap perkembangan yang berbeda,

bergantung pada karakteristik setiap individu dan interpretasi

tentang pengalaman dan pertanyaan dalam kehidupan. Konsep

perkembangan spiritualitas ini penting dalam memahami

spiritualitas pasien dan bagaimana kematangan spiritualitas

perawat mempengaruhi kemampuannya untuk memenuhi

kebutuhan spiritual pasien, membentuk hubungan, dan kemudian

membantu pasien dengan kebutuhan perawatan kesehatannya

(Potter & Perry, 2009).

Konsep spiritualitas sudah terkait dengan perkembangan

keperawatan. Oleh karena itu, nilai-nilai professional dalam

keperawatan sangat dekat dengan spiritualitas. Altruistic love,

caring, dan genuiness bernilai spiritual tinggi yang dapat ditemukan

disemua pengajaran spiritualitas. Dalam lingkungan praktis, hal ini

menciptakan iklim spiritual yang kondusif (Mulyono, 2011).


76

Menurut asumsi peneliti, dari hasil penelitian ini tingkat

religiusitas mahasiswa merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi proses penyusunan asuhan keperawatan spiritual

muslim akan tetapi tingkat religiustas bukan merupakan faktor

utama yang mempengaruhi proses tersebut. Beberapa faktor

diantaranya adalah proses pendidikan yang harus dipersiapkan

secara baik untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi

mahasiswa dalam memberikan penyusunan asuhan keperawatan

spiritual muslim dan menganggap pemenuhan kebutuhan spiritual

adalah tanggung jawab seorang perawat professional.

Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Spearmans rho

berpola positif namun dalam rentang kategori sedang yang telah

dilakukan oleh Arini, Mulyono, & Susilowati (2015), bahwa ada

hubungan yang bermakna antara spiritualitas dengan kompetensi

asuhan spiritual dengan arah hubungan yang positif dan keeratan

hubungan sedang.

D. Keterbatasan Penelitian

Waktu yang ditentukan responden tidak dapat menyesuaikan dengan

jadwal penelitian dikarenakan bertepatan dengan jadwal dinas praktik klinik

keperawatan.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penyusunan

asuhan keperawatan spiritual muslim pada mahasiswa Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Muslim Indonesia dengan nilai ( = 1,00)

2. Tidak ada hubungan antara Tingkat Religiusitas mahasiswa

dengan penyusunan asuhan keperawatan spiritual muslim pada

mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Muslim Indonesia dengan nilai (p = 1,00)

B. Saran

Untuk meningkatkan pelaksanaan penyusunan asuhan keperawatan

spiritual muslim, maka harus dilakukan usaha untuk meningkatkan

pengetahuan mahasiswa dalam penyusunan asuhan keperawatan spiritual

tersebut sekaligus membantu meningkatkan kemampuan program studi

dalam menghasilkan lulusan yang berdaya saing dan sebagai pusat

pendidikan dan pengembangan ilmu keperawatan yang menghasilkan

perawat profesional yang Islami, Unggul, dan Kompetetitif, antara lain:

1. Menyelenggarakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan terkait asuhan keperawatan spiritual muslim melalui

77
78

aktivitas proses belajar mengajar dan pelatihan-pelatihan terutama

pelatihan yang bersifat soft skill.

2. Mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan, pengetahuan,

motivasi, dan persepsinya yang pada akhirnya akan meningkatkan

kualitas spiritual yang dapat diterapkan dalam bentuk penyusunan

asuhan keperawatan spiritual muslim yang terstruktur.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan informasi

terbaru tentang penelitian ini dengan mempertimbangkan variabel-

variabel yang dapat mempengaruhi penyusunan asuhan

keperawatan spiritual muslim agar mendapatkan hasil penelitian

yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Alkitab: Al-Qur'an dan Terjemahnya. (2012). Bandung: Syaamil quran.

Agustian, A. G. (2003). Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power.


Jakarta: Arga.

Ancok, & Suroso, D. (1995). Psikologi Islam Solusi Islam. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Arini, H. N., Mulyono, W. A., & Susilowati, I. (2015). Hubungan Spiritualitas


Perawat dan Kompetensi Asuhan Spiritual. Journal Keperawatan
Soedirman, 10, 130-138.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Assosiation of Hospice & Palliative Care Chaplains. (2009). Standards for


spiritual care services in the NHS in Wales. Colege of Health care
caplains.

Burkhardt, M. A., & Nagai-Jacobson, M. G. (2002). Spirituality: Living Our


Connectedness. Albany: Delmar.

Carpenito-Moyet, & Juall, L. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan.


Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Profil Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Bidang Pemberantasan Penyakit Tidak Menular.

Depdikbud. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (IV ed.). Jakarta:


Balai pustaka.

Dossey, B. M., & Keegan, L. (2005). Holistic Nursing a Handbook for


practice (4 ed.). Massachusetts: Jones and Bartlet publisher.

Driyarkara, N. (1981). Percikan Filsafat. Jakarta: PT. Pembangunan.

Effendy, B. (2009). Agama Publik dan Privat: Pengalaman Islam


Indonesia. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Faridah, V. N. (2011). Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional


Freedom Technique(Seft) Islami Terhadap Tekanan Darah
Penderita Hipertensi Usia 45-49 Tahun Di RSUD Dr. Soegiri
Lamongan. Tesis pasca sarjana Unair:tidak terpublikasi.
Fasiak. (2012). Tuhan Dalam Otak Manusia, Mewujudkan Kesehatan
Spiritual Berdasarkan Neurosains. Bandung: PT.Mizan Pustaka.

Group, F. I. (1999). Multidimensional measurement of religiousness,


spirituality for use in health research. Kalamazoo.

Hawari, D. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai


Penerbit FK UI.

Hidayat, K. (2006). Psikologi beragama. menjadikan hidup lebih ramah


dan santun. Jakarta: Hikmah.

Imron, M. A. (2015). Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia.


Yogyakarta: IRCiSoD.

Kemenkes. (2014). Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No.


36 tahun 2014. Jakarta: Sinar Grafika.

Loon, A. M. (2005). Commentary on Fawcett T and Noble A (2004) The


challenge of spiritual care in a multi-faith society experienced as a
Christian nurse. Journal of Clinical Nursing 13, 136142. Journal of
Clinical Nursing, 14, 266-268.

Mangunwijaya, Y. B. (1986). Menumbuhkan Sikap Religiusitas pada Anak.


Jakarta: Gramedia.

Mangunwijaya, Y. B. (1991). Menumbuhkan Sikap Religiusitas pada Anak.


Jakarta: Gramedia.

Mulyono, W. A. (2011). Penerapan Spiritualitas ditempat kerja di RSI F


dan hubungannya dengan kepuasan kerja perawat. Journal
Keperawatan Soediman, 94-102.

Notoatmodjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Citra.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Nursalam, & Efendi, F. (2012). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta:


Salemba Medika.

Paley. (2008). Spirituality and secularization: nursing and the sociology of


religion. Journal of Clinical Nursing, 17, 175186.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan (7 ed.).
Jakarta: Salemba Medika.

Rochman. (2009). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan pemberian


asuhan keperawatan spiritual oleh perawat di RS Islam Jakarta.
Tesis.

Samsualam. (2016). Pengembangan Model Asuhan Keperawatan


Spiritual Berdasarkan Perspektif Islam Di Rumah Sakit Ibnu Sina
Makassar. Makassar: Disertasi: Tidak Dipublikasikan.

Sudarsono. (2008). Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:


CV Alfa Beta.

Sunaryo. (2008). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Suyanto. (2011). Metedologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Taylor, E. J., & Mamier, I. (2005). Spiritual care nursing: what cancer
patients and family caregivers want. Journal of Advanced Nursing,
49(3), 260267.

UMI, P. F. (2016). Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Makassar:


Penerbit FKM UMI.

Willcox, L. (2006). Perbandingan Psikologi Sufi. diterjemahkan dari buku


phsycology sufism for beginner. Jakarta: Kalam Nusantara.

Yusuf, R. (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan


Asuhan Keperawatan di Ruang Intena RSUD Prof. Dr. H. Aloei
Saboe.
LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Pengambilan Data Awal


Lampiran 2. Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3. Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan
Judul : Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Religiusitas

Mahasiswa dengan Penyusunan Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim

PSIK FKM UMI, Makassar.

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
No Telp :
Setelah mendengar/membaca dan mengerti penjelasan yang

diberikan mengenai tujuan, manfaat apa yang akan dilakukan pada

penelitian ini, saya menyatakan setuju untuk ikut dalam penelitian ini

secara sukarela tanpa paksaan.

Saya mengerti bahwa dari semua hal yang dilakukan oleh peneliti

dan timnya kepada saya termasuk pengambilan darah yang bisa

menimbulkan masalah, saya percaya kemungkinan tersebut sangat kecil

karena dilakukan secara bebas hama oleh petugas yang terlatih.

Saya tahu bahwa keikutsertaan saya ini bersifat sukarela tanpa

paksaan, sehingga saya bisa menolak ikut atau mengundurkan diri dari

penelitian ini tanpa kehilangan hak saya untuk mendapat layanan

pendidikan. Juga saya berhak bertanya atau meminta penjelasan pada

peneliti bila masih ada hal yang belum jelas atau masih ada hal yang

ingin saya ketahui tentang penelitian ini.

Saya juga mengerti bahwa semua biaya yang dikeluarkan

sehubungan dengan penelitian ini, akan ditanggung oleh peneliti. Demikan


juga biaya perawatan dan pengobatan bila terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan akibat penelitian ini, akan dibiayai oleh peneliti.

Saya percaya bahwa keamanan dan kerahasiaan data penelitian

akan terjamin dan saya dengan ini menyetujui semua data saya yang

dihasilkan pada penelitian ini untuk disajikan dalam bentuk lisan maupun

tulisan.

Bila terjadi perbedaan pendapat dikemudian hari kami akan

menyelesaikannya secara kekeluargaan.

Responden

( )
Lampiran 4. Lembar Kuesioner Responden
Kusesioner Pengetahuan
Kode Responden
A. Data Demografi
Isilah dengan angka pada pilihan 1,2,3,4 pada kotak jawaban yang
tersedia.
1. Nama Inisial :
2. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
3. Umur :
4. Angkatan :
B. Kuesioner Pengetahuan
Isilah dengan abjad pada kotak sesuai pilihan jawaban a, b, c,
d, menurut anda paling benar.
No. SOAL Jawaban
Definisi spiritual/spiritualitas yang paling tepat dibawah
ini adalah:
a. Keyakinan dalam hubungannya dengan manusia
b. Keyakinan dalam hubungannya dengan Tuhan, diri
1.
sendiri, dan orang lain/ lingkungan
c. Keyakinan dalam hubungannya dengan alam
d. Keyakinan dalam hubungannya dengan
penderitaan/kematian
Aspek Spiritual pada dasarnya dimiliki oleh agama :
a. Islam
2. b. Kristen
c. Budha & Hindu
d. Semua agama
Kebutuhan spiritual islami adalah kebutuhan untuk:
3. a. Mendapatkan maaf, pengampunan, keterikatan dan
cinta
b. Mendapatkan penyembuhan
c. Mendapatkan dukungan emosional
d. Semua jawaban diatas benar
Perubahan kebutuhan spiritual islami dapat ditemukan
pada kasus seperti dibawah ini, kecuali:
a. Pasien dengan penyakit kronis
4.
b. Pasien dengan penyakit terminal
c. Pasien yang akan dioperasi
d. Pasien yang baru masuk rumah sakit
Pilihlah pengertian distress spiritual yang paling tepat
dibawah ini:
a. Ketidakmampuan seseorang melakukan ritual
keagamaan
b. Hambatan kemampuan untuk mengalami dan
5.
mengintegrasikan makna dan tujuan dalam hidup
melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain
atau dengan Tuhan
c. Konflik emosional yang dialami klien di RS
d. Stres psikologis yang dialami klien di RS
Pilihlah pengertian Hambatan religiositas yang paling
tepat dibawah ini:
a. Hambatan kemampuan untuk melatih keyakinan
agama dan /atau berpatisipasi dalam ritual tradisi
kepercayaan tertentu.
6. b. Hambatan kemampuan untuk mengalami dan
mengintegrasikan makna dan tujuan dalam hidup
melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain
atau dengan Tuhan
c. Ketidakmampuan seseorang melakukan ritual
keagamaan
d. Kerusakan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa
Respon pasien yang menandakan bahwa pasien
membutuhkan pelayanan spiritual islami :
a. Pasien meminta perawat/rohaniwan untuk
7. mendoakan penyembuhannya
b. Pasien mengungkapkan perasaannya
c. Pasien tidak mengikuti instruksi dokter
d. Semua jawaban diatas benar
Peran independen perawat dalam pemenuhan
kebutuhan spiritual islami pasien adalah:
a. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
berdoa
8.
b. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
berinteraksi dengan keluarga
c. Mengatur ruangan yang tenang
d. Semua jawaban benar
Hal-hal yang perlu dilakukan perawat untuk
mengetahui masalah spiritual pasien seperti dibawah
ini, kecuali:
a. Apakah keyakinan spiritual penting bagi anda?
b. Apakah keyakinan spiritual anda bertentangan
9.
dengan terapi yang diberikan?
c. Apakah keyakinan spiritual anda bertentangan
dengan diet yang diberikan oleh RS?
d. Uraikan praktek spiritual yang biasanya anda
lakukan
Tindakan perawat yang tepat pada pasien yang
10. merasa bahwa keyakinan spiritual islaminya gagal
menjelaskan tentang penderitaan yang dialaminya
adalah:
a. Berdiskusi dengan pasien tentang
permasalahannya
b. Berikan kesempatan kepada pasien untuk
menemui tokoh spiritualnya
c. Menganjurkan keluarga untuk memperhatikan
pasien
d. Semua jawaban benar
Tindakan perawat yang tepat pada pasien yang
merasa bahwa keyakinan spiritual islaminya tidak
dapat menyelesaikan permasalahannya adalah:
a. Berikan kesempatan kepada pasien untuk
11.
mengekspresikan perasaannya
b. Memberikan sentuhan terapeutik
c. Membimbing pasien untuk berdoa/meditasi
d. Jawaban a, b, dan c benar
Jenis tindakan yang dilakukan oleh perawat terhadap
pasien dengan distress spiritual:
a. Menciptakan lingkungan yang mendukung pasien
12. melaksanakan praktek keagamaannya
b. Menurunkan tingkat kecemasan pasien
c. Menurunkan tingkat distres spiritual
d. Semua jawaban diatas benar
Tujuan pemberian asuhan keperawatan spiritual
muslim pada pasien dengan krisis penyakit,
penderitaan, kematian:
13. a. Mempercepat proses penyembuhan penyakit
b. Mempersiapkan pasien mati dengan tenang
c. Pasien menerima keadaanya dan memahami
hikmah dari penderitaan yang dialami saat ini
d. Semua jawaban diatas benar
Privasi pasien yang tidak perlu dijaga oleh perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan sebagai
berikut :
a. Menarik tirai/menutup pintu saat pasien berdoa
14.
b. Mematikan TV saat pasien berdoa
c. Menyediakan fasilitas lain yang dibutuhkan pasien
d. Membiarkan pasien berdoa sesuai dengan agama
dan kepercayaan
Tujuan perawatan pasien dengan distres spiritual:
a. Pasien dapat memenuhi kewajiban agamanya
b. Pasien dapat mempertahankan hubungan personal
15.
dengan Tuhan
c. Meningkatkan kepercayaan diri pasien
d. Jawaban a dan b benar
Pemenuhan kebutuhan bio psiko sosial spiritual dan
kultural merupakan..
a. Kebutuhan holistik
16.
b. Kebutuhan primer
c. Kebutuhan sekunder
d. Komprehensif
Pengkajian subyektif dalam keperawatan spiritual
adalah
a. buku- buku yang ada disekitar tempat tidur pasien
17.
b. ucapan semoga klien sembuh ditempat tidur
c. praktek agama dan ritual yang dilaksanakan pasien
d. berdoa setiap kali akan minum obat
Pengkajian obyektif dalam keperawatan spiritual:
18. a. pasien mengeluhkan pandangannya tentang
hubungan kesehatan dengan keyakinan
b. orang yang paling berarti dalam hidupnya
c. buku-buku yang ada disekitar tempat tidur pasien
d. praktek keagamaan dan ritual yang dilaksanakan
pasien
Hal yang perlu diperhatian pada aspek perilaku
beribadah saat melakukan pengkajian :
a. berdoa
19.
b. membaca Al Quran
c. membaca buku-buku agama
d. semua jawaban diatas benar
Hal-hal yang menjadi syarat bagi perawat dalam
memberikan pelayanan spiritual muslim adalah :
a. memiliki keterampilan dalam perawatan spiritual
muslim
20.
b. mampu membina hubungan saling percaya
c. memiliki pedoman stndar asuhan keperawatan
islami
d. semua jawaban diatas benar
Caring spiritual muslim adalah.
a. rasa kasih sayang yang ditampilkan oleh perawat
muslim
b. rasa peduli dan komunikasi sopan santun yang
21.
ditampilkan perawat muslim
c. membina hubungan dengan rasa simpati dan
empati dalam melakukan ASKEP
d. semua jawaban diatas benar
Seorang klien ny.B umur 55 tahun post op ORIF
mengeluh tidak tau bagaimana harus beribadah
22.
dengan keadaan yang tidak dapat bangun dan
bergerak, apakah masalah keperawatan religi yang
utama ?
a. hambatan religi B/D ketidaktahuan pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ibadah
b. hambatan religi B/D ketidakmauan pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ibadah
c. hambatan religi B/D ketidakmampuan pasien
dalam pemenuhan kebutuhan ibadah
d. risiko distress spiritual
Seorang klien Tn. X dengan umur 70 tahun dirawat di
ruang Aminah dengan keluhan lemah dan tidak dapat
menggerakkan kakinya. Saat diingatkan untuk
beribadah klien mengatakan tidak mampu
menjalankan ibadah karena lemah, apa masalah
keperawatan religi yang utama:
23. a. hambatan religi b/d ketidaktahuan pasien dalam
pemenuhan kebutuhan spiritual muslim
b. hambatan religi b/d ketidakmauan pasien dalam
pemenuhan kebutuhan spiritual muslim
c. hambatan religi b/d ketidakmampuan pasien dalam
pemenuhan kebutuhan spiritual muslim
d. risiko distress spiritual
Seorang klien An. P. umur 28 tahun dirawat dengan
DBD. Saat adzan dzuhur, perawat mengingatkan klien
untuk menjalankan sholat tetapi klien menolak dengan
alasan sakit. Ibu klien mengatakan bahwa anaknya
24. tidak pernah sholat selama sakit, intervensi utama
yang dilakukan oleh perawat :
a. sediakan alat ibadah untuk melaksanakan ibadah
b. dampingi pasien untuk sholat berbaring atau duduk
c. ajak dan motivasi klien untuk melaksanakan sholat
d. rujuk ke pemuka agama (ustad)
Seorang klien ny.B post partum hari ke 3 mengeluh
cemas dan takut yang tidak beralasan.klien
mengatakan tidak tenang apalagi tidak dapat
melaksanakan ibadah sholat karena nifas. Klien
meminta perawat untuk memberikan obat penenang.
Apa intervensi keperawatan religi yang dapat
25.
diberikan:
a. ajarkan pasien tentang praktek ibadah
b. berikan pasien intervensi terkait masalahnya dan
hal yang tidak bertentangan dengan ibadah
c. rujuk ke pemuka agama
d. dampingi pasien dan kolaborasi dengan dokter
Seorang klien anak Tn.A umur 40 tahun di rawat di RS.
Dengan keluhan demam dan menggigil. Tn.A ingin
melaksanakan sholat tetapi takut melaksanakan
wudhu karena kedinginan. Apa intervensi keperawatan
dilakukan:
26.
a. ajak dan motivasi klien untuk berwudhu
b. sediakan alat ibadah
c. dampingi klien untuk melakukan ibadah
d. ajak klien dan dampingi klien untuk melakukan
tayammun.
Ketidaktauan klien dalam pemenuhan kebutuhan
ibadah ditandai oleh
a. pasien tidak tau cara melaksanakan
27.
b. pasien tidak mau menjalankan ibadah karena sakit
c. pasien tidak mampu menjalankan ibadah shalat
d. pasien tidak pernah melaksanakan ibadah shalat
Ketidak mampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan
ibadah ditandai oleh:
a. pasien tidak tau cara melaksanakan
28.
b. pasien tidak mau menjalankan ibadah karena sakit
c. pasien tidak mampu menjalankan ibadah shalat
d. pasien tidak cara melaksanakan ibadah shalat
Ketidakmauan klien dalam pemenuhan kebutuhan
ibadah ditandai oleh
a. pasien tidak tau cara melaksanakan
29.
b. pasien tidak mau menjalankan ibadah karena sakit
c. pasien tidak mampu menjalankan ibadah shalat
d. pasien tidak cara melaksanakan ibadah shalat
Evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan muslim
seperti dibawah ini, kecuali:
a. Pasien sudah mampu melakukan ibadah sholat,
zhikir, berdoa
b. Pasien mengungkapkan keinginannya untuk
30.
beribadah
c. Pasien membutuhkan support keluarga, perawat
dan rohaniwan
d. Pasien dapat mengekspresikan pemahamannya
tentang aktivitas ibadah di Rumah Sakit
Lembar Kuesioner Tingkat Religiusitas
A. RUKUN IMAN
NO. Iman Kepada Allah SWT Ya Ragu-ragu Tidak

1. Saya percaya bahwa Allah swt., Tuhan


Yang Maha Esa itu ada.

2. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain


Allah.
Saya percaya bahwa Allas Swt., adalah
3. Sang Pencipta alam semesta termasuk
manusia.
Saya percaya bahwa Allah Swt., itu Esa

4. (Tunggal) tidak beranak dan tidak pula


diperanakkan serta tidak ada sesuatu
yang menyerupai-Nya.
Saya percaya bahwa Allah swt.,
Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha
5. Penyayang, Maha Penyembuh, Maha
Penolong, Maha Pengampun, Maha
Mendengar, dan Maha Mengetahui.
Saya percaya apabila saya sakit, hal itu
6. merupakan cobaan, ujian, musibah, atau
peringatan dari Allah swt.
Saya percaya bahwa Allah swt., tidak

7. mendatangkan penyakit kecuali


mendatangkan juga obatnya, kecuali
penyakit tua.
Saya percaya bila saya sakit Allah-lah

8. yang menyembuhkan, sedangkan dokter


hanya mengobati penyakit penyakit
saya.
Saya percaya bahwa Allah swt., selalu
9. bersama saya selama saya ingat pada-
Nya (Dzikir).
Hati saya menjadi tenang dan tenteram
10. apabila saya mengingat Allah swt.
(Berdzikir).
Sesungguhnya sholat saya, ibadah
11. saya, hidup saya dan mati saya semata-
mata untuk Allah, Tuhan semesta alam.

12. Sesungguhnya saya adalah milik Allah


dan kepadanya-Nya-lah saya kembali.

NO. Iman Kepada Malaikat Ya Ragu-ragu Tidak

1. Saya percaya bahwa malaikat itu ada,


yang merupakan makhluk ciptaan Allah
Saya percaya bahwa ada 2 malaikat
yang mengawasi dan mencatat amal
perbuatan saya. Malaikat di sisi kanan
2. saya mengawasi dan mencatat amal
kebaikan saya; sedangkan malaikat di
sisi kiri saya mengawasi dan mencatat
perbuatan buruk saya.
Bagi saya kedua malaikat itu
3. merupakan waskat (pengawasan
melekat) terhadap diri saya.
Saya percaya malaikat Jibril yang
4. menyampaikan wahyu Allah kepada
utusan-Nya (para Nabi).
NO. Iman Kepada Kitab-kitab Suci Ya Ragu-ragu Tidak

1. Saya percaya Kitab Suci Zabur


diturunkan kepada Nabi Daud a.s.

2. Saya percaya Kitab Suci Taurat


diturunkan kepada Nabi Musa a.s.

3. Saya percaya Kitab Suci Injil diturunkan


kepada Nabi Isa a.s.
Saya percaya Kitab Suci A-Quran

4. adalah Kalamullah (Kalam Allah) yang


diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw.
Saya percaya sesungguhnya Kitab Suci

5. Al-Quran itu, adalah benar-benar tinggi


nilainya dan amat banyak mengandung
hikmah.
Saya percaya bahwa Kitab Suci Al-
6. Quran itu tidak mungkin dibuat oleh
selain Allah swt.
Saya percaya bahwa Allah swt., yang

7. menurunkan Kitab Suci Al-Quran dan


sesungguhnya Allah swt., benar-enar
memeliharanya.
Saya percaya bahwa Kitab Suci Al-
Quran adalah Kitab Allah yang terakhir
8. dan yang terlengkap, yang merupakan
penyempurnaan dari Kitab-kitab Suci
sebelumnya
Saya percaya bahwa Kitab Suci Al-
9. Quran itu tidak ada keraguan di
dalamnya, menjadi petunjuk bagi
manusia khususnya orang-orang yang
bertaqwa.
Saya percaya bahwa Kitab Suci Al-

10. Quran adalah petunjuk dan penawar


(Penyembuh) bagi orang-orang yang
beriman
Saya percaya bahwa ajaran-ajaran
Allah swt., sebagaimana termaktub
11. dalam Kitab Suci Al-Quran itu adalah
merupakan kabar gembira dan pemberi
peringatan.

NO. Iman Terhadap Hari Kiamat Ya Ragu-ragu Tidak

Saya percaya akan datangnya hari

1. Kiamat; pada hari itu semua manusia


akan dibangkikan kembali dari alam
kubur.
Saya percaya bahwa hari kiamat
2. merupakan perhitungan dan peradilan
Allah swt. (hari pembalasan).
Saya percaya bahwa pada hari kiamat
itu Allah swt. Akan memasang
timbangan yang tepat, maka tiadalah

3. dirugikan seseorang sedikitpun. Dan,


jika amal kebaikan itu hanya seberat biji
sawipun pasti Allah swt. Mendatangkan
pahala-Nya. Dan cukuplah Allah swt.
Sebagai
4. Saya percaya bahwa apabila saya
beriman dan bertaqwa kepada-Nya
dalam arti menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya serta amal
kebaikan saya setelah ditimbang dan
dihisab oleh-Nya lebih banyak dari
perbuatan buruk saya, maka dengan
Rahmat-Nya saya akan diselamatkan
dari neraka dan dimasukkan ke dalam
sorga.

NO. Iman Kepada Takdir Ya Ragu-ragu Tidak

Saya percaya mesipun saya telah


berusaha sebaik mungkin sesuai
1. dengan kemampuan saya di jalan yang
benar, namun berhasil atau tidaknya,
Allah swt. Yang menentukan.
Saya ridha menerima takdir, meskipun
sebelumnya tidak berkenan di hati,
2. karena saya percaya bahwa di balik
takdir itu pasti ada hikmahnya (Rahasia
Allah swt.).

B. RUKUN ISLAM

NO. Mengucapkan dua kalimah Syahadat Ya Ragu-ragu Tidak

Sebagai pemeluk agama Islam saya


telah mengucapkan dua kalimah

1. Syahadat; yang artinya saya bersaksi


bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan
saya bersaksi bahwa sesungguhnya
Muhammad adalah utusan-Nya.
Saya berikrar bahwa sesungguhnya

2. sholat saya, ibadah saya, hidup dan


mati saya hanyalah untuk Allah swt.
Tuhan seru sekalian alam.
Saya percaya Nabi Muhammad saw.
Adalah Nabi terakhir yang merupakan
suri tauladan yang baik bagi umat
3. manusia, yaitu bagi mereka yang
mengharapkan Rahmat Allah swt. Dan
kedatangan hari kiamat dengan banyak
menyebut nama-Nya.

NO. Mendirikan Sholat Ya Ragu-ragu Tidak

1. Saya setiap hari wajib menjalankan


ibadah sholat 5 waktu.
2. Saya menjalankan ibadah sholat idul
Fitri dan Idul Adha setiap tahunnya.
3. Selain ibadah sholat wajib 5 waktu,
saya juga menjalankan ibadah sholat-
sholat sunnah, termasuk sholat
tengah malam (tahajjud).
4. Bagi saya sholat berjamaah lebih
baik daripada sholat sendirian.
5. Bila saya sedang menghadapi
masalah, saya akan jadikan sholat
dan sabar sebagai penolong saya;
karena saya yakin bahwa Allah swt.
Beserta orang-orang yang sabar.
6. Saya percaya bahwa dengan
menjalankan sholat yang benar dan
hanya karena Allah semata-mata,
maka saya akan terhindar dari
perbuatan keji dan munkar.

NO. Mengeluarkan Zakat Ya Ragu-ragu Tidak

1. Setiap tahun saya selalu mengeluarkan


zakat harta (2,5%).

2. Setiap akhir bulan ramadhan saya


selalu mengeluarkan zakat fitrah.
Selain zakat untuk membersihkan harta

3. saya, saya juga mengeluarkan infaq dan


sodaqoh (sumbangan amal sosial
keagamaan/amal jariyah).
Saya percaya bahwa zakat dan
sumbangan amal sosial yang saya
4. keluarkan itu semata-mata karena
Allah., akan mendapat balasan pahala
berlipat ganda dari Allah swt.

NO. Puasa dalam bulan Ramadhan Ya Ragu-ragu Tidak

1. Saya wajib menjalankan ibadah puasa


setiap tahun dalam bulan ramadhan.

2. Saya menjalankan ibadah puasa


sunnah di luar bulan Ramadhan.
Saya percaya bahwa dengan
menjalankan ibadah puasa yang benar
3. hanya karena Allah semata-mata, maka
saya akan menjadi hamba yang
bertaqwa.
Saya percaya bahwa dengan berpuasa
4. itu dapat terhindar dari perbuatan keji
dan munkar
Saya percaya bahwa puasa itu benteng

5. terokoh (terkuat) bagi saya, karena


puasa itu sesungguhnya adalah perang
melawan hawa nafsu diri saya sendiri.
Saya merasa lebih sehat secara fisik,
6. psikologik, sosial, dan spiritual setelah
menjalankan ibadah puasa.

NO. Menunaikan Ibadah Haji Ya Ragu-ragu Tidak

1. Bila saya mampu, saya wajib


menunaikan ibadah Haji.
Saya merasa keimananan dan
ketaqwaan saya kepada Allah swt.
2. Lebih meningkat; demikian pula amal
perbuatan menjadi lebih baik, setelah
menunaikan ibadah Haji (Haji Mabrur)
Bila saya mampu, saya akan berkorban

3. (menyembelih hewan korban) pada


setiap hari Raya Idul Adha guna
mendekatkan diri kepada Allah swt.

C. PENGALAMAN
NO. Keimanan Ya Ragu-ragu Tidak

Saya belum merasa beriman, kalau


1. saya tidak mengasihi orang lain
sebagaimana saya mengasihi diri saya
sendiri.
Saya belum merasa beriman, kalau
saya tidur nyenyak karena
2.
kekenyangan, sementara tetangga saya
tidak dapat tidur karena kelaparan.
Saya menyayangi sesama manusia;
sebab saya percaya bila hal itu tidak
3.
saya lakukan, maka Allah tidak sayang
pada diri saya.
Setiap saya selesi menjalankan ibadah
Sholat, saya selalu beristighfar
4.
(memohon ampunan), berdoa dan
berdzikir
Saya akan mencari rezeki dengan cara
5. yanng halal dan membelanjakannya
dengan cara yang halal pula.
Saya akan makan dan minum dengan
6. cara yang halal dan baik (hallalan
thoyiban), dan tidk berlebih-lebihan.

7. Saya berhenti makan sebelum kenyang.

Saya membentengi harta saya dengan


zakat, saya mengobati penyakit saya
8. dengan sodaqoh selain berobat secara
medis. Dan saya akan hadapi ujian
hidup dengan berdoa..
Saya merasa lebih puas memberi
9. (bantuan/pertolongan) daripada
menerima.
Bila
` saya sakit, saya berusaha berobat
10. pada ahlinya (dokter); karena saya
pecaya bahwa sesungguhnya Allah swt.
tidak mendatangkan suatu penyakit
kecuali juga mendatangkan obatnya,
kecuali penyakit tua.
Saya menjaga kebersihan dan
11.
memelihara lingkungan hidup.

NO. Keilmuan Ya Ragu-ragu Tidak

Saya secara teratur mengaji (membaca


1.
Kitab Suci AL-Quran).
Saya secara teratur mengikuti majelis
2.
taklim di masjid atau di tempat lainnya.
Saya secara teratur mengikuti ceramah
3. dan membaca tulisan keagamaan di
media elektronik dan cetak
Saya menyisihkan sebagian uang guna
4. membeli buku-buku agama Islam untuk
menambah pengetahuan saya
Saya mengamalkan ilmu untuk
kemaslahatan orang banyak, dan akan
5. menyampaikan meskipun satu atau dua
ayat (Al-Quran); dan hadis Nabi
Muhammad SAW.
Tokoh idola dan panutan saya adalah
6.
Nabi Muhammad SAW.
Saya wajib berpegang pada ajaran Kitab
Allah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi-Nya
7.
(Muhammad SAW.) agar hidup saya
tidak tersesat.
Lembar Kuesioner Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim
PENILAIAN
NO. INDIKATOR YANG DINILAI
YA TIDAK

A. PENGKAJIAN SPIRITUAL

1 Saya mengumpulkan dan mengelompokkan data


SPIRITUAL pasien.

2 Saya mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman


tentang pengkajian data SPIRITUAL pasien.
Saya melakukan anamnesa biodata pasien, keluhan

3 utama dan mengkonfirmasi kepada ketua tim


keperawatan sebagai penanggung jawaban tentang
pasien.
Saya melakukan anamnesa biodata pasien, keluhan
4 utama dengan pengamatan, wawancara, dan
pemeriksaan fisik tentang data SPIRITUAL pasien.

B. DIAGNOSIS SPIRITUAL

Saya melakukan analisis, interpretasi data, identifikasi


5 masalah SPIRITUAL pasien yang saya tangani untuk
semua pasien.
Saya melakukan analisis, interpretasi data, identifikasi
6 masalah SPIRITUAL pasien berdasarkan masalah yang
telah dirumuskan untuk setiap pasien.
Saya merumuskan masalah SPIRITUAL yang telah ada
7 mengacu pada pengelompokan diagnosis keperawatan
SPIRITUAL untuk setiap pasien.
Saya membuat diagnosis keperawatan SPIRITUAL
8 berdasarkan prioritas gejala-gejala yang dominan untuk
pasien.
C. RENCANA TINDAKAN SPIRITUAL

Saya merencanakan tindakan keperawatan SPIRITUAL


9 dengan tujuan khusus berdasarkan aspek kognitif,
perilaku dan afektif kepada pasien.
Saya membuat penyelesaian masalah keperawatan
10 berdasarkan diagnosis SPIRITUAL yang telah
ditetapkan kepada pasien.

11 Saya melibatkan keluarga pasien dalam rencana


tindakan keperawatan SPIRITUAL kepada pasien .

12 Bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam membuat


rencana tindakan SPIRITUAL untuk pasien.
D. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SPIRITUAL

Saya memberitahukan pasien bahwa waktu sholat sudah


13
tiba.

14 Saya menanyakan kepada pasien bahwa apakah pasien


ingin melaksanakan sholat
Saya menanyakan kepada pasien apakah pasien
15 membutuhkan bimbingan atau pendampingan sholat atau
melaksanakan sendiri.

Saya menanyakan apakah pasien mampu wudhu dan


16
bila tidak, Perawat membantu tayammum.

17 Saya menyediakan peralatan untuk tayammum.

Apabila pasien membutuhkan pendampingan/bimbingan


18
sholat, Saya mendamping.

Saya menanyakan kepada pasien apakah pasien


19
membutuhkan Al-Quran.

20 Saya menyediakan kitap Alquran di ruangan pasien.


Saya menanyakan kepada pasien apakah butuh bantuan
21
Ustad.

E. EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN SPIRITUAL

22 Saya mengevaluasi kemampuan seluruh pasien setelah


diberikan tindakan asuhan keperawatan SPIRITUAL

23 Saya membuat rencana lanjutan jika hasil tindakan


asuhan keperawatan SPIRITUAL tidak memuaskan
Saya memberikan reinforcement (penguatan) pada
24 pasien-pasien sehingga mengalami perubahan positif
dalam menjalankan SPIRITUAL keagamaannya
Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 6. Dokumentasi
Gambar 1. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 2. Dokumentasi Kegiatan


Lampiran 7. Master Tabel Hasil Penelitian
Lampiran 8. Hasil Uji Statistik

Frequencies
Statistics

Umur Jenis Pengetahuan Tingkat Asuhan Keperawatan


Kelamin Religiusitas Spiritual Muslim

Valid 49 49 49 49 49
N
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

14 - 19 Tahun 27 55,1 55,1 55,1

Valid 20 25 Tahun 22 44,9 44,9 100,0

Total 49 100,0 100,0


Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

Laki-laki 9 18,4 18,4 18,4

Valid Perempuan 40 81,6 81,6 100,0

Total 49 100,0 100,0


Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Baik 26 53,1 53,1 53,1

Valid Kurang 23 46,9 46,9 100,0

Total 49 100,0 100,0


Tingkat Religiusitas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Baik 33 67,3 67,3 67,3

Valid Kurang 16 32,7 32,7 100,0

Total 49 100,0 100,0


Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Dilakukan 11 22,4 22,4 22,4

Valid Tidak dilakukan 38 77,6 77,6 100,0

Total 49 100,0 100,0


Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan * Asuhan
49 100,0% 0 0,0% 49 100,0%
Keperawatan Spiritual Muslim
Tingkat Religiusitas * Asuhan
49 100,0% 0 0,0% 49 100,0%
Keperawatan Spiritual Muslim
Pengetahuan * Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim
Crosstab

Asuhan Keperawatan Total


Spiritual Muslim

Dilakukan Tidak dilakukan

Count 6 20 26

Expected Count 5,8 20,2 26,0


Baik
% within Pengetahuan 23,1% 76,9% 100,0%

% within Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim 54,5% 52,6% 53,1%


Pengetahuan
Count 5 18 23

Expected Count 5,2 17,8 23,0


Kurang
% within Pengetahuan 21,7% 78,3% 100,0%

% within Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim 45,5% 47,4% 46,9%


Count 11 38 49

Expected Count 11,0 38,0 49,0


Total
% within Pengetahuan 22,4% 77,6% 100,0%

% within Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim 100,0% 100,0% 100,0%


Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


(2-sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square ,013a 1 ,911


Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,013 1 ,911
Fisher's Exact Test 1,000 ,592
Linear-by-Linear Association ,012 1 ,912
N of Valid Cases 49

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,16.
b. Computed only for a 2x2 table
Tingkat Religiusitas * Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim
Crosstab

Asuhan Keperawatan Spiritual Total


Muslim

Dilakukan Tidak dilakukan

Count 8 25 33

Expected Count 7,4 25,6 33,0


Baik
% within Tingkat Religiusitas 24,2% 75,8% 100,0%

Tingkat % within Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim 72,7% 65,8% 67,3%


Religiusitas Count 3 13 16

Expected Count 3,6 12,4 16,0


Kurang
% within Tingkat Religiusitas 18,8% 81,2% 100,0%

% within Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim 27,3% 34,2% 32,7%


Count 11 38 49
Expected Count 11,0 38,0 49,0
Total
% within Tingkat Religiusitas 22,4% 77,6% 100,0%

% within Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim 100,0% 100,0% 100,0%


Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


(2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square ,187a 1 ,666


Continuity Correctionb ,004 1 ,947
Likelihood Ratio ,191 1 ,662
Fisher's Exact Test 1,000 ,483
Linear-by-Linear Association ,183 1 ,669
N of Valid Cases 49

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,59.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 9 Surat Keterangan LAB. Komputer FKM UMI
Lampiran 10. Surat Pernyataan Keaslian Data
BIODATA PENELITI

A. Identitas Diri

Nama : Andi Muhammad Fiqri Muslih Djaya

NIM : 142 2013 0078

Agama : Islam

TTL : Bantaeng, 06 Januari 1996

Alamat : Kelurahan Bayorang, Kecamatan

Tompobulu, Kabupaten Bantaeng, Prov.

Sulawesi Selatan.

B. Riwayat Pendidikan

Andi Muhammad Fiqri Muslih Djaya adalah anak pertama dari


seorang Ayah bernama H. Syafwan HD dan Ibu Almh. Andi Faridah
Ariyani Hayat. Fiqri sapaan akrabnya mengawali pendidikan di:
Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi Kelurahan Bayorang,
Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng, Prov. Sulawesi
Selatan. Lulus Pada Tahun 2001
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 53 Banyorang Kelurahan
Bayorang, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng, Prov.
Sulawesi Selatan. Lulus Tahun 2007
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Tompobulu
Kelurahan Bayorang, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng,
Prov. Sulawesi Selatan. Lulus Tahun 2010
Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Keperawatan Negeri
3 Kota Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, Prov. Sulawesi Selatan.
Lulus Tahun 2013
Perguruan Tinggi Swasta Universitas Muslim Indonesia (UMI)
Makassar Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Ilmu
Keperawatan Angkatan Tahun 2013/2014.

Anda mungkin juga menyukai