Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Bahasa dan Pendidikan Multikultural

DOSEN:
Dr. Muhamad Ali, M.Psi

PENYUSUN:
SISKA (F1121201011)
LIZA (F1121201012)
EVA SASKIA DEWIYANTI (F1121201013)

KELAS :
REGULER A PAGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA


DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Bahasa dan Pendidikan Multikultural” untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan
Multikultural. Dalam pembuatan makalah ini tidak terdapat kesulitan yang berarti karena
materi yang mudah didapatkan.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan, dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Muhamad Ali,
M.Psi selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Multikultural dan kepada setiap
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan juga wawasan menyangkut Bahasa dan Pendidikan
Multikultural.
Kami pun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Pontianak, Oktober 2020

Penyusun
Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. 2
DAFTAR ISI. .............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah.................................................................... 4
B. Rumusan masalah............................................................................ 4
C. Tujuan.............................................................................................. 4
D. Manfaat penulisan............................................................................ 4-5
BAB II PEMBAHASAN
A. Menghargai keragaman bahasa........................................................ 6
B. Komunikasi nonverbal..................................................................... 7
C. Menghargai keberagaman bahasa di sekolah................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 10-11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 12

3
BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Indonesia sebagai negara kepulauan yang secara geografis dan budaya memiliki
perbedaan, hal ini menegaskan bahwa Indonesia adalah bangsa multikultural yang didiami
oleh penduduk berjumlah 255,4 juta jiwa berdasarkan data tahun 2015.12 Sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki 5 (lima) kepulauan besar dan kurang lebih
1120 suku bangsa menurut BPS (Badan Pusat Statistik),13 suku yang memiliki komunitas dan
bahasa tertentu, dan selanjutnya disebut sebagai bahasa daerah. Reallitas ini menjadikan
Indonesia sebagi negara pemilik bahasa daerah yang paling banyak, yaitu kurang lebih 750
(tujuh ratus lima puluh ribu) bahasa daerah, jumlah tersebut cukup besar dan dapat
menggambarkan betapa beragamnya bahasa daerah yang dimiliki Indonesia.

Rumusan Masalah
A. Apa faktor yang menjadi penyebab Indonesia memiliki keragaman bahasa?
B. Bagaimana cara menghargai keragaman bahasa?
C. Apa hubungan bahasa dan kultur dalam pendidikan multikultural?
D. Masalah apa yang terjadi mengenai kebahasaan di Indonesia?
E. Bagaimana politisasi perkembangan bahasa pada era kolonial, baru, dan reformasi?

Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada maka tujuan yang ingin dicapai dari
penulisan ini adalah :
1. Mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab Indonesia memiliki keragaman bahasa.
2. Mengetahui cara menghargai keragaman bahasa.
3. Mengetahui apa yang menjadi hubungan bahasa dan kultur dalam pendidikan multikultural.
4. Mengetahui masalah-masalah yang terjadi mengenai kebahasaan di Indonesia.
5. Mengetahui bagaimana politisasi perkembangan bahasa pada era kolonial, baru dan
reformasi.

Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat positif kepada berbagai
pihak. Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis

4
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada mata kuliah Pendidikan
Multikultural khususnya pada konsep bahasa dan pendidikan multukultural.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumber informasi untuk penulisan
makalah sejenis.
b. Bagi masyarakat
1.) Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat terkait
bagaimana cara menghargai keragaman bahasa di Indonesia dari Sabang-Merauke.
2.) Hasil Penulisan ini dapat memberikan informasi pada masyarakat luas tentang
keragaman berbagai bahasa di Indonesia yang dapat menjadi implementasi pada
kehidupan sehari-hari terutama bahasa Indonesia dengan tepat.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

Menghargai Keragaman Bahasa


 Bahasa daerah memiliki kemampuan untuk mengekspresikan berbagai pikiran,
perasaan, termasuk produk budaya setempat. Juga pengetahuan untuk
mengkategorisasikan alam benda yang ada di lokasi asal bahasa tersebut. Misalnya
bahasa Sumba akan memiliki banyak istilah untuk kuda. Sementara bahasa Dayak di
Kalimantan akan memiliki ribuan istilah untuk jenis pohon di hutan. Kekayaan
perbendaharaan kata dalam bahasa daerah semestinya bisa menjadi sumber serapan
bagi bahasa lainnya, seperti bahasa Indonesia. Disamping itu, pemakaian bahasa
daerah bisa menjadi kebanggaan bagi pewarisnya. Belajar dari sejarah, usaha
penyeragaman, baik yang dilakukan secara sistematis oleh negara maupun yang
dipraktekkan masyarakat dengan legitimasi budaya, nampaknya tidak tepat lagi untuk
diterapkan dalam kehidupan berbangsa.
a. Fungsi bahasa
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat berinteraksi dengan manusia, alat
untuk berpikir, serta menyalurkan arti kepercayaan di masyarakat. Selain sebagai alat
komunikasi maupun berinteraksi, bahasa juga memiliki arti penting sebagai metode
pembelajaran pada lingkup bahasa itu sendiri. Bahasa juga berfungsi sebagai identitas
suatu suku atau bangsa karena keunikannya, karena setiap suku atau bagsa tentunya
memiliki bahasa yang berbeda.
b. Kekuatan Bahasa
Pengaruh dan fungsi dari bahasa sangatlah luas, bahasa mampu mencetak
sebuah kepribadian dan memproduksi suatu prilaku tertentu. Hal ini dikarenakan
bahwa pada mulanya manusia membentuk kebiasaan melalui bahasa yang
digunakannya dan kemudia kebiasaan tersebutlah yang membentuk manusia. Bahasa
seringkali digunakan sebagai media penguasaan, hal ini disebabkan karena bahasa
dapat memaksakan pandangan konseptual pemakai bahasa, dengan cara inilah bahasa
mampu memengaruhi pikiran dan tindakan manusia.
c. Aksen dan Dialek
Aksen yaitu bagaimana seorang melafalkan kata-kata, sedangkan dialek yaitu
lebih mengacu pada dua hal yaitu bagaimana seorang melafalkan kata sekaligus
bagaimana seseorang menggunakan tata bahasa.

6
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah proses komunikasi di mana pesan disampaikan tidak
menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak,isyarat,
bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan
rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan,
kualitas suara, gaya emosi,dan gaya berbicara.
Bahasa dan Kultur
Ada yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang
berbeda, namun mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan.
Ada yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan, sehingga segala hal
yang ada dalam kebudayaan akan tercermin di dalam bahasa. Sebaliknya, ada juga yang
mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan dan cara berpikir manusia atau
masyarakat penuturnya.
Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan Leonie Agustina dalam
buku Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan
kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, di mana bahasa berada di bawah lingkup
kebudayaan.
Problem Kebahasaan
A. Penggunaan Bahasa Indonesia yang Tidak Baku dan Semakin Merebak dalam
Proses Komunikasi Masa Kini
Perkembangan zaman ini telah banyak membawa pengaruh buruk pada tata bahasa
yang berlaku di Indonesia. Jika dibiarkan, pengaruh buruk ini lama-kelamaan akan mengubah
tata bahasa Indonesia yang berlaku saat ini. Padahal, kaidah bahasa yang baik dan benar
sudah diterapkan dan dijalankan sejak dulu oleh masyarakat Indonesia. Penetapan kaidah
bahasa ini juga sudah disesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia dan sudah
disempurnakan melalui EYD.
B. Penggunaan Bahasa Asing pada Produk atau Barang dalam Negeri
Selain penggunaan bahasa Indonesia yang kurang baku atau bahkan tidak baku dalam
proses komunikasi masa kini di Indonesia, permasalahan lain yang juga ikut menghiasi variasi
bahasa adalah penggunaan atau penerapan bahasa asing dalam nama produk atau barang
dalam negeri. Dalam hal ini, produk atau barang yang dimaksud adalah produk dan barang
yang biasa kita lihat menghiasai dunia periklanan di layar kaca televisi kita.
a. Politisasi Bahasa Indonesia di Era Pergerakan kemerdekaan
Salah satu peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia adalah Sumpah Pemuda,
28 Oktober 1928. Peristiwa itu mempersatukan para pemuda dalam tiga sumpah yaitu,
berbangsa yang satu, bertanah air yang satu, dan menjunjung bahasa persatuan bahasa
Indonesia. Sumpah itu tidak hanya memberi “tenaga” kepada bangsa Indonesia untuk

7
mencapai kemerdekaan, tetapi juga dianggap sebagai kelahiran bahasa Indonesia, bahasa
yang mempersatukan kebhinekaan Indonesia.
Kelahiran bahasa Indonesia tidak bisa dipisahkan dari Kebangkitan Nasional. Para
perintis kemerdekaan tidak hanya memikirkan bagaimana merebut kekuasaan dari penjajah,
melainkan juga bagaimana mengisi kemerdekaan dan menjadikan bangsa yang merdeka ini
mempunyai kebudayaan yang bisa dibanggakan, yang diantaranya adalah bahasa Indonesia.
Perjalanan bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan tidak terlepas dari sosok
Mohmamad Tabrani. Sejarah lebih mencatat Muhamad Yamin, Sanusi Pane, dan Sutan
Takdir Alisyahbana bila menautkan dengan bahasa Indonesia.
b. Politisasi Bahasa Indonesia di Era Orde Lama/Kolonial
Bahasa Indonesia di era kolonial sering digunakan tokoh-tokoh
nasional sebagai alat propaganda untuk perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan beberapa tulisan, pidato bahkan media saat itu. Dalam hal lain dapat dilihat
dari upaya propaganda Haji Oemar Said Tjokroaminoto melalui pidatonya. Dalam berpidato
bahkan ia sampai mengajarkan murid-muridnya termasuk Soekarno jika ingin menjadi
pemimpin besar menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator. Hal ini
menandakan perjuangan Tjokroaminoto mengenai bahasa sebagai tulisan maupun ucapan
adalah memuat unsur propaganda terhadap pribumi untuk melawan Belanda.
c. Politisasi Bahasa Indonesia di Era Orde Baru
Bahasa Indonesia pada masa Orde Baru memiliki sejarah besar dalam
perkembangannya. Yaitu berubahnya ejaan lama ke ejaan baru yang telah disempurnakan
(EYD) dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada peringatan HUT RI ke 27. Hal tersebut
merupakan bentuk tindak lanjut dari Kepres no 57 tahun 1972 dan hasil kinerja dari panitia
ejaan bahasa yang dibentuk orde baru pada masa transisi kepemimpinan tahun 1966.
Jika kita tarik dari fenomena tersebut ini merupakan upaya penyeragaman yang
dilakukan Orde Baru dengan tujuan untuk ideologisasi dalam melegitimasi kekuasaannya.
Pada masa Orde Baru ini Bahasa Indonesia mengalami pemiskinan makna (meminjam istilah
Mochtar Lubis) [2]. Pemiskinan makna tersebut disebabkan oleh sentralisasi dan pemaknaan
tunggal pada bahasa politik yang digunakan Orde Baru. 
d. Politisasi Bahasa Indonesia Pasca Pemerintahan Soeharto
Di era ini bahasa memiliki penyelewengan makna yang sering diutarakan oleh
kalangan masyarakat kita seperti misalnya muncul istilah “melempar bola panas”. Selain
aspek politik, di dalam aspek sosial masyarakat lebih miris lagi. Perkembangan bahasa
Indonesia cenderung mengalami anarkisme bahasa jika di dalam aspek sosial. Dalam aspek
ekonomi pun demikian. Di era ini bahasa jika kita analisis lebih jauh dapat ditemukan bahwa
bahasa terindustrialisasikan, dibatasi dan dibawa ke wacana pasar bebas.
Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan mengenai perkembangan Bahasa Indonesia
pada era ini sangat mengalami kemunduran yang cukup drastis dari penggunaannya dan
cenderung dipolitisasi menuju wacana rezim yang belum jelas dan cenderung fasis.

8
e. Penilaian Positif dan Stereotif Terhadap Bahasa
Sikap bahasa Indonesia yang positif hanya akan tercermin apabila si pemakai
mempunyai rasa setia untuk selalu memelihara dan mempertahankan bahasanya sebagai
sarana untuk berkomunikasi. Sikap positif terdapat pada seseorang yang mempunyai rasa
bangga terhadap bahasanya sebagai penanda jati diri. Seseorang yang mempunyai sikap
positif terhadap bahasa Indonesia cenderung akan menerima bahasanya dengan segala
kelebihan dan kekurangan secara terbuka, tanpa merasa kurang percaya diri jika dibandingkan
dengan bahasa lain. Para humanis berorientasi psikoanalisis, semisal Sander Gilman
menekankan bahwa stereotipe secara definisi tidak pernah akurat, tetapi merupakan
penonjolan ketakutan seseorang kepada orang lainnya, tanpa mempedulikan kenyataan yang
sebenarnya. Walaupun jarang sekali stereotipe itu sepenuhnya akurat, tetapi beberapa
penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotipe sesuai dengan fakta
terukur.
Menghargai Keberagaman Bahasa di Sekolah
Peran guru dan sekolah dalam menghargai keberagaman bahasa yaitu guru harus
mempunyai wawasan yang cukup. Guru juga harus mempunyai sensitifitas yang tinggi
terhadap masalah-masalah yang menyangkut adanya diskriminasi bahasa yang terjadi di
dalam kelas maupun diluar kelas.

9
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN :

A. Sejarah Singkat Perkembangan Bahasa Indonesia


i. Berdasarkan prasasti “Amoghapasa” lokasi Negeri Melayu terletak di
Jambi (Sumatera). Pemakaian bahasa Melayu tertua diketahui dari
prasasti raja-raja abad ke-7,
ii. Prasasti kedukan Bukit 683 M, prasasti Talang Tuo 684 M, prasasti
Kota Kapur 686 M dan prasasti Karang Brahi 692 M.
iii. Tujuan lahirnya bahasa Indonesia
a. Bahasa Indonesia lahir tahun 1908 (Budi Utomo) karena tahun
itu lahir rasa nasionalisme Indonesia.
b. Bahasa Indonesia lahir tahun 1918 tanggal 25 Juni karena
bahasa Melayu mendapat pengakuan secara resmi dari Dewan
rakyat pemerintah kolonial (Volksraad), sebagai lanjutan ketetapan
ratu Belanda agar bahasa Melayu digunakan dalam perundingan.
c. Bahasa Indonesia lahir sejak tahun 1920 karena pada tahun
1921 banyak terdapat sastra modern seperti Siti Nurabaya karya
Marah Rusli.
d. Bahasa Indonesia resmi lahir sejak 28 Oktober 1928 (peristiwa
Sumpah Pemuda), ini diperkuat dengan isi sumpah pemuda butir
ke-3 “kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.
e. Bahasa Indonesia lahir tanggal 17 Agustus 1945 (Proklamasi
Kemerdekaan) karena negara Indonesia merdeka dan berdaulat
ditahun tersebut.
iv. Sumber bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu, yang sejak
dulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca), bukan saja
di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia
Tenggara.
v. Peresmian Bahasa Indonesia adalah pada tanggal 28 Oktober 1928,
para pemuda kita mengikrarkan Sumpah pemuda. Naskah Putusan
Kongres Pemuda Indonesia Tahun 19298 itu berisi tiga butir kebulatan
tekad.
vi. Empat faktor yang menjadi penyebab diangkatnya bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut.
a. bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia,
bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan.
b. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena
dalam bahasa ini tidak dikenal tingaktan bahasa, seperti dalam

10
bahasa Jawa (ngoko, kromo) atau perbedaan bahasa kasar dan
halus seperti dalam bahasa Sunda (kasar, lemes) .
c. Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan
sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional.
d. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai
bahasa kebudayaan dalam arti luas.
vii. Tahun-tahun penting mengandung arti sangat menentukan dalam
sejarah perkembangan bahasa Melayu/Indonesia dapat diperinci.
viii. Ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa
Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan Sumpah
Pemuda 1928; kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
ix. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan
kebangsaan, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan antar
warga, antardaerah, antarbudaya, dan (4) alat yang memungkinkan
penyatuan berbagai-bagai suku bangsa denagn latar belakang sosial
budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan
Indonesia.
x. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia ada tiga yakni setia bahasa,
bangga bahasa dan sadar bahasa.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://coggle.it/diagram/WlGQCstHwgABcoFG/t/menghargai-keragaman-bahasa
https://frsfauzan.wordpress.com/2018/10/27/bahasa-indonesia-tiga-zaman-era-kolonial-orde-
baru-dan-reformasi/
https://ismawatidunggio.wordpress.com/2013/11/21/makalah-sejarah-singkat-bahasa-
indonesia/

12

Anda mungkin juga menyukai