Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Nama Kelompok :
1.Selvi Kurniwati (F1121201009)
2.Esi (F1121201010)
AGAMA DAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

A.Membangun Paradigma dan Keberagaman Inklusif


Paradigma dan keberagaman inklusif pendidikan
multikultural secara garis besar, melihat masyarakat
secara luas, berdasarkan pandangan sikap
indeferense dan non-indeference, tidak hanya
berakar dari ketimpangan struktur rasial, tetapi
mencakup subyek-subyek mengeniai ketidakadilan,
kemiskinan, penindasan dan kelatarbelakangan
kelompok minoritas dalam berbagai bidang: sosial,
budaya, ekonomi, pendidikan, dsb.
Lanjutan
Paradigma ini mendorong tumbuhnya tentang kajian—
kajian “ethnic studies” untuk kemudian menemukan
tempatnya dalam kurikulum pendidikan sejak dari
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
Tujuan initi dari pembahasan tentang subyek ini
adalah untuk mecapai pemberdayaan
(empowerment) bagi kelompok-kelompok minoritas
dan disadventaged.
B.Agama dan Kritik Terhadap Agama
Kritik agama memiliki sejarah yang panjang. Sejarah kritik
agama setidaknya sudah tercatat dari abad ke-5 SM di
Yunani Kuno yang diawali oleh Diogras, sang ateis dari
Melos.
Kritik agama merupakan suatu hal yang rumit karena
terdapat beragam defenisi dan konsep agama dalam
budaya dan bahasa yang berbeda.
Dengan adanya beragam kategori agama seperti
monoteisme, politeisme, panteisme, nonteisme, dan
agama tertentu yang beragam seperi Islam, Kristen,
Yahudi, Taoisme, Bugghisme, serta Katolik.
C.Nilai Universal dalam Agama
Agama itu apa saja semuanya mengajrkan nilai-nilai
universal, seperti persaudaraan, saling tolong
menolong, toleransi antar umat beragama, dan
kasih sayang, jika dlam islam disebut Rahmatan lil
Alamin dan dalam kristiani disebut Cinta Kasih.
Dalam perjalanan nya nilai-nilai universal ini
menjadi doktrin yang disebar ke manusia untuk
dianut sesuai keinginan. Maka lahirlah Islam,
Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
D.Agama dan Kultur
-Agama adalah sekumpulan keyakinan hati dan perilaku
yang sesuai dengan keyakinan-keyakinan tersebut.
-Kultur adalah meliputi akidah, norma, etika dan
perilaku, yang dipengaruhi oleh tiga hal tersebut serta
adat-istiadat yang dimiliki oleh sebuah masyarkat.
-Kolerasi antara agama dan kultur yaitu keberartian
kehidupan manusia tergantung pada perilaku dan
amalan yang dipengaruhi oleh sistem norma dan
akidah (agama) yang diyakini oleh setiap makluk
Tuhan (khususnya manusia).
E.Problem Keberagaman
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat plural ditinjau dari
berbagai aspeknya, baik etnis, bahasa, budaya, adat, maupun
agama. Tak pelak, pluralitas itu juga merupakan tantangan
sendiri bagi masyarakat, jika tidak disakapi demngan benar
maka akan menimbulkan dampak negatif untuk masyarakat itu
sendiri.
Sebagai contoh yaitu pluralitas agama, tantangan umat beragama
adalah menyagkut masalah kemanusiaan universal. Karena itu
agama dituntut mampu memberikan jawaban terhadap
problem tersebut secara menyeluruh yang menyangkut
pemahaman ajaran agama, politisasi agama, keadilan, dst.
F.Konflik Agama
Apa yang dimaksud konflik agama?
Konflik agama merupakan suatu pertikaian antar
agama itu sendiri, maupun antaragama satu
dengan agama lainnya.
Seperti apa contohnya?
Contonya Persilisihan Agama di Aceh pada tahun
2015, yaitu kerusuhan antarumat muslim dan
nasrani.
G.Membangun Paradigma Inklusif di Sekolah

Secara garis besar paradigma Inklusif disekolah yaitu


diharapakan agar siswa/i dapat menghapus streotipe,
sikap dan pandangan egoistik, individualistik, dan ekslusif
dikalangan peserta didik. Oleh karena itu, cukup
proporsional jika proses pendidikan multikultural
diharapkan membantu para siswa untuk
mengembangkan proses identifikasi (pengenalan) anak
didik terhadap budaya, suku bangsa, dan masyarakat
global. Dengan tujuan agar anak dapat mengembangkan
kemampuan yang ada pada dirinya tapa memaksakan
diri.
H.Peran Guru dan Sekolah dalam
Membangun Paradigma Inklusif di Sekolah

Peran guru dalam hal ini meliputi: Pertama, seorang/dosen


harus mampu bersikap demokratis, baiak dalam sikap
maupun perkataan. Kedua, guru/dosens seharusnya
mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kejadian
tertentu yang ada hubungan dengan agama. Ketiga,
guru/dosen seharusnya menjelaskan bahwa inti dari ajaran
agama adalah menciptakan kedamaian dan kesejahteraan
bagi semua orang. Keempat, guru/dosen seharusnya mampu
memberikan pemahaman tentang pentingnya diaolog dan
musyawarah dalam menyelesaikan suatu masalah.
I.Peran Sekolah dalam Membangun Lingkungan
yang Pluralis dan Toleran terhadap Semua
Pemeluk Agama
Pendidikan disekolah harus dapat menciptakan
lingkungan sekolah yang mendukung terlaksananya
lingkungan yang diinginkan, dengan cara misalnya:
menyelipkan materi persatuan dan keberagaman,
mengadakan acara forum kerukunan umat
beragama, ditambahkan ekstrakulikuler tentang
agama, diajarkan agar saling menghormati dengan
yang lebih tua,seusia, maupun lebih muda, dst.

Anda mungkin juga menyukai