MULTIKULTURAL
DISUSUN OLEH :
SISKA (F1121201011)
LIZA (F1121201012)
EVA SASKIA DEWIYANTI (F1121201013)
PENDAHULUAN
Ada yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal
yang berbeda, namun mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak
dapat dipisahkan. Ada yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi
kebudayaan, sehingga segala hal yang ada dalam kebudayaan akan tercermin di
dalam bahasa. Sebaliknya, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa sangat
dipengaruhi kebudayaan dan cara berpikir manusia atau masyarakat penuturnya.
Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan Leonie Agustina
dalam buku Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi,
hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif,
di mana bahasa berada di bawah lingkup kebudayaan.
PROBLEM KEBAHASAAN
Bahasa Indonesia pada masa Orde Baru memiliki sejarah besar dalam
perkembangannya. Yaitu berubahnya ejaan lama ke ejaan baru yang telah
disempurnakan (EYD) dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada
peringatan HUT RI ke 27. Hal tersebut merupakan bentuk tindak lanjut dari
Kepres no 57 tahun 1972 dan hasil kinerja dari panitia ejaan bahasa yang
dibentuk orde baru pada masa transisi kepemimpinan tahun 1966.
Jika kita tarik dari fenomena tersebut ini merupakan upaya penyeragaman
yang dilakukan Orde Baru dengan tujuan untuk ideologisasi dalam
melegitimasi kekuasaannya. Pada masa Orde Baru ini Bahasa Indonesia
mengalami pemiskinan makna (meminjam istilah Mochtar Lubis) [2].
Pemiskinan makna tersebut disebabkan oleh sentralisasi dan pemaknaan
tunggal pada bahasa politik yang digunakan Orde Baru.
POLITISASI BAHASA INDONESIA PASCA PEMERINTAHAN SOEHARTO
Di era ini bahasa memiliki penyelewengan makna yang sering diutarakan oleh
kalangan masyarakat kita seperti misalnya muncul istilah “melempar bola panas”.
Selain aspek politik, di dalam aspek sosial masyarakat lebih miris lagi. Perkembangan
bahasa Indonesia cenderung mengalami anarkisme bahasa jika di dalam aspek sosial.
Dalam aspek ekonomi pun demikian. Di era ini bahasa jika kita analisis lebih jauh
dapat ditemukan bahwa bahasa terindustrialisasikan, dibatasi dan dibawa ke wacana
pasar bebas.
Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan mengenai perkembangan Bahasa
Indonesia pada era ini sangat mengalami kemunduran yang cukup drastis dari
penggunaannya dan cenderung dipolitisasi menuju wacana rezim yang belum jelas dan
cenderung fasis.
PENILAIAN POSITIF DAN STEREOTIF TERHADAP BAHASA