Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS INDONESIA

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESETARAAN GENDER

DI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN ANGKATAN 2020

Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir


Semester mata kuliah Penulisan Ilmiah

RUDOLF EDUARD SATRIA JALASETYANTO

2006581035

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

DEPOK

DESEMBER 2020
BAB I
PENDAHULUAN

Istilah gender sudah didengungkan sejak lama, bahkan dari awal abad ke 19 hingga
puncaknya pada era 1980an dan terus berkembang hingga saat ini. Gerakan ini diawali dengan
pergerakan kaum feminis di Eropa Barat yang menentang pemahaman ekstrim gereja roma atas
perempuan pada akhir masa kegelapan di Eropa Barat. Akhir-akhir ini, isu kesetaraan gender
mulai ramai dibicarakan oleh masyarakat di Indonesia. Setiap orang memiliki persepsi
berbeda-beda mengenai isu kesetaraan gender ini. Ada yang mengaggap bahwa kesetaraan
gender hanya berkaitan dengan perempuan, sehingga laki-laki tidak perlu turut mencampuri
dan mengikuti setiap kegiatan yang berkaitan dengan kesetaraan gender ini.Pemahaman
mengenai gender adalah penggolongan atas perilaku terhadap diri seseorang tanpa melihat dari
jenis kelaminnya. Kesetaraan gender mengarah kepada persamaan atas hak dan akses tanpa
membeda bedakan berdasar kepada gendernya.

Pada era modern ini sudah menjadi pemandangan yang lumrah jika kita melihat laki-
laki yang suka memakai mekap, menggunakan baju perempuan dan lain sebagainya. Namun
di sisi lain, sering juga terlihat perempuan yang bergaya lebih gagah dengan berambut pendek,
memakai pakaian pria, dan ciri khas yang menunjukkan kejantanan lainnya. Masih banyak
sekali yang berpandangan bahwa hal ini merupakan hal yang salah dan tidak dibenarkan. Hal
ini terjadi lantaran Indonesia memiliki akar budaya dan juga agama yang kuat dan tertanam di
dalam setiap pemikiran masyarakatnya. Salah satu contoh dari budaya adalah laki-laki adalah
sosok yang tangguh, gagah, kuat dan bisa memimpin. Di sisi lain perempuan harus bersikap
kalem, penurut, kemayu, dan lain sebagainya. Selain itu berdasar pada agama terbesar yang
dianut oleh masyarakat indonesia yaitu Islam, laki-laki dilarang untuk memakai pakaian
wanita, berulah seperti wanita pun sebaliknya perempuan harus menutup auratmya, bersikap
kalem, dan penurut, karena menurut agama Islam kita diharuskan untuk bertidak sesuai jenis
kelamin kita. Oleh karena itu, kesetaraan gender ini kurang dapat diterima karena dianggap
melawan kodrat Tuhan. Konstruksi binarian yang membatasi manusia hanya ke dalam dua
kubu, perempuan dan laki-laki, feminin-maskulin, merah muda dan biru, sudah tidak relevan
lagi.
Fenomena gender bender, misalnya, hadir lewat brand-brand produksi pop culture,
fashion, entertainment, TV, media sosial; J-Pop, K-Pop, C-Pop, menjadi hal lumrah
dikonsumsi generasi milenial. Pesan-pesan gender bender, bahwa dunia ini tidak hanya soal
laki-laki dan perempuan. Ada lesbian, gay, transgender, queergender, pangender, neutral
gender.1 Saat ini hadirnya percampuran gender sudah sangat umum di masyarakat kita,
terutama di kaum muda oleh sebab itu penting bagi kita untuk mencari tahu pandangan anak
muda terhadap hadirnya percampuran gender ini

Selain dari percampuran gender, pandangan terhadap perempuan musti ditelaah, karena
kesetaraan gender ini diusung oleh para feminis dan digaungkan untuk meninggikan derajat
perempuan yang seringkali dianggap masyarakat kelas dua. Perempuan merupakan sumber
daya yang jumlahnya cukup besar, bahkan di seluruh dunia melebihi jumlah laki-laki. Namun
perempuan yang yang berpartisipasi di sektor publik berada jauh di bawah laki-laki, terutama
di bidang politik. Rendahnya partisipasi perempuan di sektor publik bukan hanya terjadi di
Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia, termasuk juga di negara negara maju. Sebagai contoh
dalam bidang pendidikan kaum perempuan masih tertinggal dibandingkan dengan laki-laki.2
Hal ini terbukti dengan stigma masyarakat Indonesia bahwa perempuan harusnya dirumah saja
dan tidak perlu memperoleh pendidikan yang tinggi. Global Gender Gap Report
2020 dari World Economic Forum menempatkan Indonesia pada posisi ke 85 dari 153 negara
dalam hal kesetaraan gender. Padahal, keterwakilan dan partisipasi perempuan dalam setiap
aspek pembangunan menjadi penentu dalam memastikan pemenuhan hak-hak perempuan dan
kesetaraan gender. 3
Kesetaraan gender merupakan topik penting yang saat ini telah menjadi isu yang
kompleks. Ditengah bertumbuhnya teknologi dan modernisasi dari segala aspek, kebudayaan
dari masyarakatpun turut berubah seiring berjalannya waktu. Kesetaraan gender ini banyak
menekankan tentang pentingnya kesetaraan semua derajat manusia, dan tidak memandang
aspek biologisya. Peran dan pandangan dari generasi muda merupakan hal yang harus diteliti
untuk mencapai kesetaraan gender dimasa yang mendatang.

1
Maharani Indri “Menyikapi Ekspresi Gender Anak Milenial” https://tirto.id/menyikapi-ekspresi-
gender-anak-milenial-coaZ, diakses 11 Oktober 2020.
2
Tim Penulis UMS “Kesetaraan Gender BAB 1” http://eprints.ums.ac.id/33035/2/BAB%201.pdf,
Diakses 11 oktober 2020.
3
Tim Penulis Liputan6.con “Kemajuan Kesetaraan Gender Melambat, Bagaimana Status Indonesia?”
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4200302/kemajuan-kesetaraan-gender-melambat-bagaimana-status-
indonesia, diakses 11 oktober 2020.
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Penelitian dilakukan di lingkup mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia


Tahun angkatan 2020, dengan judul Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesetaraan Gender.
Penelitian ini berfokus kepada persepsi mahasiswa atas kesetaraan gender baik dari segi
pemahaman konsep gender, setuju atau tidak setuju atas kesetaraan gender beserta alasannya.

2. Deskripsi Fokus

Guna memahami uraian penulis dalam penelitian yang berjudul “ Persepsi Masyarakat
Terhadap Kesetaraan Gender”, yang memiliki ruang lingkup pembahasan yang sangat luas,
untuk memperjelas dan mempermudah pokok bahasan dalam penelitian, peneliti
mendeskripsikan fokus penelitian sebagai berikut:

a. Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesetaraan Gender

Sarlito W. Sarwono berpendapat persepsi secara umum merupakan proses perolehan,


penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi.4 Pada proses ini cara pandang
seseorang atas menentukan kesan pemahaman terhadap lingkungannya mulai terlihat,
kemampuan ini disebut sebagai persepsi.

b. Konsep Gender

Hasples dan Suriyasarn, gender adalah sebuah variabel sosial untuk menganalisa
perbedaan laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan peran, tanggung jawab dan
kebutuhan serta peluang dan hambatan. 5

4
Rohmaul Listyana & Yudi Hartono,” Persepsi Dan Sikap Masyarakat Terhadap Penanggalan Jawa
Dalam Penentuan Waktu Pernikahan (Studi Kasus Desa Jonggrang Kecamatan Barat Kabupaten Magetan Tahun
2013), Jurnal Agastya, Vol 5 No 1 (Januari 2015), Hlm. 121.
5
Muchlisin Riadi, “Kesetaraan Gender - Teori, Peran dan Keadilan,”
https://www.kajianpustaka.com/2019/04/kesetaraan-gender-teori-peran-dan-keadilan.html, (diakses 23
november 2020).
Konsep kesetaraan gender merujuk kepada suatu keadaan setara antara laki-laki dan
perempuan dalam pemenuhan hak dan kewajiban. 6 Dalam konsep ini, tidak ada perlakuan
spesial terhadap suatu gender.

c. Bentuk Kesetaraan dan Ketidaksetaraan Gender

Bentuk dari kesetraan gender adalah kondisi dimana baik laki-laki maupun perempuan
memiliki hak, kewajiban dan peran yang adil dan setara dimanapun mereka berada. Bentuk
dari ketidaksetaraan gender merupakan kondisi dimana ada suatu gender yang termarjinalkan
dan tidak mendapatkan hak sebagai manusia yang adil dan seutuhnya.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah mahasiswa di lingkup Fakultas Hukum Angkatan 2020 menyetujui terhadap


adanya kesetaraan gender?
2. Apa landasan mahasiswa dalam menyetujui/tidak menyetujui kesetaraan gender?

D. Tinjauan Pustaka

Menurut World Health Organization (WHO), gender adalah sifat perempuan dan laki-
laki, seperti norma, peran, dan hubungan antara kelompok pria dan wanita, yang dikonstruksi
secara sosial. Gender dapat berbeda antara satu kelompok masyarakat dengan masyarakat
lainnya, serta dapat berubah sering waktu. 7 Sedangkan, Menurut Hasples dan Suriyasarn
(2005), gender adalah sebuah variabel sosial untuk menganalisa perbedaan laki-laki dan
perempuan yang berkaitan dengan peran, tanggung jawab dan kebutuhan serta peluang dan
hambatan.8 Menurut Rianingsih Djohani (1996:7) bahwa yang dimaksud dengan gender adalah
: “pembagian peran, kedudukan dalam tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan
oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut

6
Tim Penulis KemenPPPA,”Mencapai Kesetaraan Gender Dan Memberdayakan Kaum Perempuan,”
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1439/mencapai-kesetaraan-gender-dan-memberdayakan-
kaum-
perempuan#:~:text=Pengertian%20kesetaraan%20gender%20merujuk%20kepada,dalam%20kesetaraan%20gen
der%20dewasa%20ini., diakses 12 Desember 2020.
7
Arif Putra,“Pengertian Gender Menurut WHO, Ternyata Beda dengan Seks,”
https://www.sehatq.com/artikel/pengertian-gender-dan-perbedaannya-dengan-seks, (diakses 21 november
2020).
8
Muchlisin Riadi, “Kesetaraan Gender - Teori, Peran dan Keadilan,”
https://www.kajianpustaka.com/2019/04/kesetaraan-gender-teori-peran-dan-keadilan.html, (diakses 23
november 2020).
norma-norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat”.9 Lebih lanjut, pengertian
kesetaraan gender berarti bahwa semua orang dari segala umur dan jenis kelamin harus
memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil dalam hidup, dan semua manusia harus
memiliki akses dan kontrol terhadap sumber daya dan manfaat yang setara, dengan kata lain
secara adil, sehingga semua orang dapat mengambil manfaat dan berpartisipasi dalam
pembangunan.10

Pengertian dari diskriminasi adalah setiap pembedaan, pengeluaran (exclusion), atau


preferensi berdasarkan pada jenis kelamin, gender (atau penggolongan lain yang ada di
masyarakat seperti etnis, warna, agama, atau opini politik), yang berakibat pada peniadaan atau
pengurangan kesetaraan kesempatan dan perlakuan. 11 Diskriminasi terhadap perempuan
didasari oleh budaya patriarki. Budaya patriarki merupakan suatu sistem dari struktur dan
praktik sosial dimana laki-laki lebih mendominasi, menindas, dan mengeksploitasi kaum
perempuan (Walby, 1990).12 Penyebab kekerasan terhadap perempuan adalah diskriminasi
gender, yakni pandangan yang bias gender tentang hubungan antara pria dan perempuan.
Seorang pria bisa memukul, memerkosa, membatasi ruang gerak dan memaki perempuan,
karena ia dan masyarakat di sekitarnya menganggap status sosial pria lebih tinggi daripada
perempuan.13

Berdasar pada Pasal 1 CEDAW, bentuk diskriminasi adalah, “Setiap pembedaan,


pengucilan, atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh
atau tujuan untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan,atau penggunaan
hak-hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, sipil, atau apaun launnya oleh wanita terlepas dari status perkawinan mereka, atas

9
Nan Rahminawati,“Isu Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan (Bias Gender),” Jurnal Mimbar 3, (Juli-
September 2001), hal. 274.
Nelien Haspels dan Busakorn Suriyasarn,” Aksi Penanggulangan Pekerja Anak serta Perdagangan
10

Perempuan dan Anak,” Jurnal Meningkatkan Kesetaraan Gender, (November 2003), Hal. 6.
11
Ibid.
Dede Nurul Qomairah,”Persepsi Masyarakat Mengenai Kesetaraan Gender Dalam Keluarga,” Jurnal
12

Cendekiawan Ilmiah, vol.4, (Desember 2019), Hal. 53.


13
Donny Danardono, Joko Purwoko dan V. Hadiyono,”Diskriminasi, Kekerasan dan Hilangnya Hasrat
atas Kesetaraan Gender,” Jurnal Perempuan, (Desember 2014) Hal.1.
dasar persamaan antara Pria dan Wanita” 14 Kekerasan terhadap perempuan dapat berupa fisik,
seksual, dan psikologis.

Menteri keuangan, Sri Mulyani, mengatakan “Ketidaksetaraan gender mengakibatkan


dampak negatif dalam berbagai aspek pembangunan, mulai dari ekonomi, sosial hingga
pertahanan dan keamanan. Beberapa lembaga internasional melihat ketidaksetaraan gender
memiliki hubungan yang kuat dengan kemiskinan, ketidaksetaraan akses pendidikan, layanan
kesehatan, hingga akses keuangan,” 15 Penelitian Klasen dan Lemanna (2009) menyimpulkan
ketimpangan gender merugikan pertumbuhan ekonomi suatu negara/ wilayah.16 Lebih lanjut,
ketimpangan gender di pendidikan mengakibatkan produktivitas modal manusia (human
capital) akan rendah sehingga pertumbuhan ekonomi juga rendah.17

Kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian gender adalah penggolongan seseorang
bedasarkan sifatnya , dan tidak berpaku pada jenis kelaminnya. Kesetaraan gender adalah
persamaan hak dalam menjalani hidup tanpa adanya diskriminasi bedasarkan jenis kelamin.
Diskriminasi gender berawal dari budaya patriarki yang turun-menurun diberlakukan, yang
menganggap bahwa laki-laki lebih superior dibanding perempuan. Diskriminasi gender harus
dihilangkan dari budaya masyarakat, bahkan peraturan yang berlaku. Diskriminasi gender
dapat berimplikasi buruk dalam kemajuan ekonomi, pendidikan dan kehidupan bermasyarakata
. Kesetaraan gender dapat berdampak positif baik dalam pola hidup masyarakat dan kemajuan
suatu bangsa.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penulisan dan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dan
pandangan terhadap kesetaraan gender di lingkup Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Indonesia tahun angkatan 2020.

14
Tim Penulis MaPPI,”Ketidakadilan Gender & Kekerasan Terhadap Perempuan Vol.II,”
http://mappifhui.org/2018/11/23/ketidakadilan-gender-kekerasan-terhadap-perempuan-vol-ii/, (diakses 23
november 2020).
15
Dian Kurniawan,”Sri Mulyani: Ketidaksetaraan Gender Timbulkan Kemiskinan,”
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3607884/sri-mulyani-ketidaksetaraan-gender-timbulkan-kemiskinan,
(diakses 23 november 2020).
16
Agnes Vera Yanti Sitorus,”Dampak Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan Ekonomi,”
Kementrian Sosial Republik Indonesia, Vol 2, (2016), hal. 92.
17
Ibid.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Persepsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), persepsi adalah tanggapan


(penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
pancaindranya.18 Pengertian persepsi dalam kamus ilmiah adalah pengamatan, penyusunan
dorongan-dorongan dalam kesatuan-kesatuan, hal mengetahui, melalui indera, tanggapan
(indera) dan daya memahami. 19 Dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses yang
diawali dengan penginderaan seseorang dan dilanjutkan dengan penerimaan atas suatu hal,
sehingga seseorang tersebut bisa menyimpulkan dan memberikan tanggapan pribadinya.

Faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang menurut David Krech dan Richard
adalah:

1. Faktor Fungsional
Faktor ini berdasar dari kebutuhan, pengalaman masa lalu,dan hal-hal lainnya yang
bersumber dari diri sendiri yang disebut sebagai Faktor Personal.
2. Faktor Struktural
Faktor ini berasal dari sifat seseorang itu sendiri yang dihasilkan oleh efek-efek syaraf
individu.
3. Faktor Situasional
Faktor ini berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik,
petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor situasional yang
mempengaruhi persepsi. 20
4. Faktor Personal
Faktor ini bedasar atas pengalaman, motivasi dan kepribadian seseorang. 21

Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Persepsi,“ https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/persepsi, diakses 12


18

Desember 2020
19
Pitus A Partanto M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 2001), hlm. 591.
Ifa Chaerunisyah,” Persepsi Masyarakat Terhadap Kesetaraan Gender di Desa Buku Kecamatan
20

Mapilli Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat,”Skripsi Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik
UIN Alauddin Makassar Jurusan Sosiologi Agama, (2016), Hlm. 15.
21
Jalaludin Rakhmat,“Psikologi Komunikasi,“(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hal. 52-58.
B. Pengertian Mahasiswa
Menurut KBBI pengertian dari 'mahasiswa’ adalah seseorang yang belajar di perguruan
tinggi. Dalam struktur pendidikan di negara Indonesia sendiri, mahasiswa merupakan status
pendidikan tertinggi diantara yang lainnya. Sedangkan pandangan ahli seperti Knopfemacher
beranggapan bahwa Mahasiswa adalah seseorang calon sarjana yang dalam keterlibatannya
dengan perguruan tinggi yang didik dan diharapkan untuk menjadi calon-calon yang
intelektual.22
Fungsi dan peran mahasiswa adalah:
1. Peran moral
Mahasiswa memiliki kebebasan dalam menentukan kehidupannya, sehingga mahasiswa
memiliki tanggung jawab moral oleh diri sendiri untuk menjalakan kehidupan yang sesuai
dengan moral hidup di masyarakat.
2. Peran Sosial
Mahasiswa dianggap sebagai individu yang kritis dan peka terhadap lingkungannya. Oleh
sebab itu, mahasiswa dituntut untuk tidak hanya memahami kehidupan sosial di
lingkungannya, tetapi terjun langung untuk membantu dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lewat program pemberdayaan, maupun program lainnya.
3. Peran Intelektual
Tidak semua orang dapat melanjutkan pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi.
Mahasiswa merupakan orang beruntung yang dapat menempuh hingga pendidikan tinggi dan
dipandang memiliki kecerdasan intelektual diatas rata-rata. Maka dari itu, mahasiswa haruslah
berperan penting demi mengembangkan ilmu pengetahuan dibidangnya masing-masing, dan
menerapkannya untuk memajukan negaranya. 23

C. Pengertian Gender
Sebelum memahami konsep gender, terlebih dahulu kita harus bisa membedakan
konsep gender dan jenis kelamin (seks). Pengertian seks (jenis kelamin) merupakan pembagian
2 jenis kelamin manusia yang dibedakan berdasarkan biologis yang melekat pada jenis kelamin
tertentu .24 Menurut Manssour Fakih, manusia berjenis kelamin laki-laki adalah manusia yang

22
Aris Kurniawan,” Pengertian Mahasiswa Menurut Para Ahli Beserta Peran Dan Fungsinya,”
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-mahasiswa/, diakses 13 Desember 2020.
23
Ibid.
24
Vina Salfiana,” Pengertian Gender dan Sosialisasi Gender,”
http://repository.ut.ac.id/4666/1/SOSI4418-M1.pdf, diakses 13 Desember 2020.
memiliki sifat seperti, manusia yang memiliki penis, memiliki jakala (kalamenjing) dan
memproduksi sperma, sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan
saluran untuk melahirkan, memproduksi sel telur, memiliki alat vagina dan mempunyai alat
menyusui.25
Memasuki pemahaman mengenai konsep gender menurut Jary dan Jry dalam
Dictionary of Sociology, ada dua pengertian dari gender. Pertama, kata gender dibedakan untuk
membedakan laki-laki dan perempuan bedasar pada anatomi jenis kelaminnya. Dalam
pengertian kedua yang banyak digagas oleh para sosiolog dan psikolog, gender lebih dartikan
ke pembagian antara maskulin dan feminim melalui atribut-atribut sosial dan psikologi
sosialnya.26 Gender dapat pula dimaknai sebagai perbedaan antara laki-laki dan perempuan
yang ditimbulkan oleh nilai-nilai sosial budaya yang berbeda sesuai lingkungan dan berubah
bersama waktu dibedakan dengan hayati yang bersifat kodrati dan tetap. 27 Bedasarkan
pemahaman yang dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pengartian gender
merupakan perbedaan dari perilaku antara laki-laki dan perempuan yang bukan didasari oleh
aspek biologis dan juga bukan kodrat dari Tuhan, melainkan dibentuk dari proses sosial yang
sudah berlangsung lama. Perbedaan perilaku antara laki-laki dengan perempuan sendiri, selain
dipengaruhi oleh aspek biologis (genetik) juga dipengaruhi oleh kebudayaan yang ada didalam
masyarakat.

D. Kesetaraan dan Ketidaksetaraan Gender


Pemahaman mengenai kata ‘setara’ memiliki artian setingkat atau seimbang.
Kesetaraan dalam pemahaman ini berarti menunjuk pada kondisi yang seimbang dan sederajat,
atau sejajar. Kesetaraan juga berarti tidak berat sebelah. Kesetaraan juga berarti persamaan dan
kesederajatan.28 Dapat dimaknai kesetaraan gender sebagai kesamaan kondisi bagi semua
orang tanpa melihat gendernya untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya dari berbagai
segi seperti kegiatan berpolitik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan
dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan
tersebut.29

25
Ibid.
26
Ibid.
27
Ifa Chaerunisyah,” Persepsi Masyarakat Terhadap Kesetaraan Gender...,” Hlm. 19.
28
Lutfiyah, “Gender dan Makna Persamaan”, Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. 4 No. ( Oktober
2010, Hlm. 52.
29
Ibid.
Ada berbagai ketidaksetaraan gender yang terjadi di masyarakat seperti diskriminasi,
ketidakadilan struktural, dan lain sebagainya. Diutarakan oleh Mansour Fakih, ada beberapa
garis besar ketidakadilan gender terutama perempuan yang terjadi di masyarakat, seperti:
a. Marginalisasi Perempuan
Akibat dari adanya marginalisasi yang menimpa suatu gender, hal ini menimbulkan
permasalahan aru yaitu kemiskinan yang terjadi di dalam masyarakat. Penyebab dari
kemiskinan ini diakibatkan adanya penggusuran, bencana alam, dan eksploitasi yang
mengekang hak-hak seseorang. Masginalisasi ini biasa terjadi di tempat pekerjaan, rumah
tangga, dan masyarakat.
b. Perempuan pada Subordinasi
Perempan dianggap sebagai individu yang irasional atau emosional sehingga perempuan
dianggap tidak bisa menjadi pemimpin. Subordinasi perempuan terdapat dalam berbagai
bentuk dan waktu dan bersifat tendensional atau tidak tertentu.
c. Stereotip pada Perempuan
Stereotip merupakan masalah yang merugikan dan menyebabkan diskriminasi dan
ketidakadilan. Hal ini bersumber dari adanya suatu pandangan terhadap gender bedasarkan
jenis kelaminnya
d. Kekerasan terhadap Perempuan
Kekerasan adalah sebuah serangan atau invasi (assault) terhadap fisik maupun integritas mental
psikologi seseorang.30 Kekerasan memiliki berbagai sumber, salah satunya adalah kekerasan
yang bersumber dari pandangan gender. Kekerasan ini memiliki beragam bentuk baik fisik
maupun non fisik. Kekerasan fisik seperti pelecehan, pemerkosaan, dan kekerasan yang dapat
melukai lainnya. Sedangkan kekerasan non fisik memiliki bentuk seperti pelecehan verbal, dan
eksploitasi perempuan seperti dijadikan figur pornografi demi keuntungan seseorang. 31
e. Beban Ganda Perempuan
Peraempuan dianggap memiliki sifat rajin, namun tidak cocok untuk dijadikan pemimpin.
Akibat dari hal ini adalah perempuan dianggap sebagai pekerja domestik yang hanya
mengurusi urusan rumahnya saja. 32

30
Ifa Chaerunisyah,” Persepsi Masyarakat Terhadap Kesetaraan Gender...,” Hlm. 27.
31
Mansour Fakih,”Analisis Gender dan Transformasi Sosial,”(Yogyakarta: INSISTPress, 2016), hlm.
17-19.
32
Ibid.
Berbagai macam bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan yang terjadi, dapat
berimplikasi kepada banyak hal. Dari individunya sendiri, dapat menyebabkan luka fisik
maupun non fisik (psikis) terhadap individu yang terdiskriminasi. Permasalahan lain yang
ditimbukan seperti kemiskinan, kekerasan, pelecehan, kasus bunuh diri, dan lain sebagainya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN

1. Metodologi Penelitian
1a. Jenis dan Subjek Penelitian
Penelitian yang digunakan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan penelitian deskriptif. Penyampaian akan disajikan dengan data yang diolah menjadi
sebuah teori baru. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Tahun Angkatan 2020.

1b. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data


Data akan diperoleh langsung dari subjeknya, dengan teknik pengumpulan data secara
primer menggunakan perangkat kuesioner Google Form. Pertanyaan yang diajukan adalah:
1. Apakah anda memahami konsep gender dan kesetaraan gender? Jawaban ya/tidak.
2. Apakah anda menyetujui adanya kesetaraan gender di masyarakat? Jawaban ya/tidak.
3. Apa alasan anda setuju/tidak setuju dengan kesetaraan gender? Jawaban berupa paragraf.

1c. Teknik Pengelolahan Data dan Analisis Data


Teknik pengolahan dan analisis akan menggunakan Reduksi Data. Reduksi Data (Data
Reduction) Reduksi merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian
rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. 33

2. Hasil Penelitiian
2a. Pembagian Kuesioner
• Data dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada
responden sejumlah dua puluh satu (21) responden. Delapan belas (18) responden
menyelesaikan kuesionernya hingga akhir pertanyaan. Terdapat tiga (3) responden
yang tidak menjawab pertanyaan terakhir yaitu “ Apa alasan anda setuju/tidak setuju
dengan kesetaraan gender?.” Adapun hasil perhitungan akan disajikan dengan tabel
dibawah ini.
• Apakah anda memahami konsep gender dan kesetaraan gender?

33 Ifa Chaerunisyah,” Persepsi Masyarakat Terhadap Kesetaraan Gender...,” Hlm. 40.


Tabel 2.1

Berdasarkan tabel diatas, semua responden menyatakan telah memahami konsep gender dan
kesetaraan gender.
• Apakah anda menyetujui adanya kesetaraan gender di masyarakat?
Tabel 2.2

Berdasarkan tabel diatas, semua responden menyetujui adanya kesetaraan gender di


masyarakat.

• Apa alasan anda setuju/tidak setuju dengan kesetaraan gender?


Tabel 2.3
karena saya gasuka dianggep sebelah mata dan diperlakukan tidak layak hanya krn
perempuan
Manusia, laki laki maupun perempuan memiliki hak yang sama dan tidak bisa dibedak2an
meskipun kodratnya tidak sama
kesetaraan gender akan membawa masyarakat lebih maju lagi.
agar tidak adanya ketimpangan-ketimpangan/diskriminasi perlakuan terhadap gender yang
satu dengan lainnya.
setiap gender mempunyai kesempatan dan hak yang sama (setuju)
Kesetaraan gender merupakan hak tiap manusia, bahwasannya laki-laki tidak akan pernah
ada tanpa perempuan dan begitupun sebaliknya.
menurut gue pribadi, kesetaraan gender tuh se simple, gue bisa lo bisa. karena pd dasarnya
gaboleh tuh suatu peluang didasari sm gender, mksdnya kalo ada peluang , gabisa cuma
cowo yg boleh atau cuma cewe yg boleh, both of them should feel the same way and
achieve the same thing. kesetaraan gender juga bentuk implementasi ham kan dan kenapa
gue juga setuju juga karena peran kedua gender ini itu dibutuhkan dalam jumlah yang sama
dlm berkehidupan.
agar tidak ada perasaan lebih tinggi/rendah dari opposite gender
Kesetaraan gender bukan hanya sekadar pemikiran dari para cendekiawan, namun hal ini
perlu untuk diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Majunya sebuah
peradaban mengindikasikan bahwa terdapat koridor untuk menyetarakan peranan wanita
dan pria. Hal ini dikarenakan untuk menciptakan atmosfer kehidupan yang sehat dan
damai, tidak ada celah dalam pengkerdilan terhadap hak-hak asasi perempuan.
karena tidak seharusnya seseoranh diperlakukan berbeda hanya karena gender mereka
berbeda
Perempuan deseve better
agar dapat menyetarakan laki laki dan perempuan sehingga tidak ada pandangan yang
merendahkan perempuan terutama
Karena semua manusia memiliki kodrat yang sama sebagai mahluk ciptaan tuhan
Perlu adanya kesetaraan gender agar mampui dan menjunjung tinggi rasa keadilan
substanif masyarakat
setuju karena masih banyak perlakuan di masyarakat bahkan di kebijakan hukum sendiri
menunjukkan ketidaksetaraan antara perempuan dan laki laki
agar tidak lagi terjadi diskriminasi ataupun stereotip terhadap kedua gender
Kesetaraaan gender sendiri merupakan bentuk dari hak asasi manusia. Dengan adanya
kesetaraan diharapkan perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama dalam
mengembangkan diri.

Berdasarkan tabel diatas, delapan belas responden memberikan pendapatnya atas


persetujuannya terhadap kesetaraan gender.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada tabel-tabel yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI) tahun angkatan
2020 telah memahami pengertian gender dan kesetaraan gender. Selain itu mahasiswa FH UI
tahun angkatan 2020 juga menyetujui adanya kesetaraan gender di masyarakat. 18 dari 21
mahasiswa juga memberikan opininya terkait setuju/tidak setujunya dengan kesetaraan gender.
Analisis pada tabel 2.3, semua mahasiswa mendukung adanya kesetaraan gender melalui
berbagai opini yang disampaikan. Garis besar atas opini-opini yang telah disampaikan
sebelumnya adalah, kesetaraan gender merupakan salah satu bentuk dari Hak Asasi Manusia,
bentuk pengimplementasian dari kesetaraan gender antara lain, tidak adanya diskriminasi di
berbagai lini yang berdasar kepada gender seseorang. Setiap gender harus memiliki peluang
yang sama untuk mengembangkan diri, dengan begitu masyarakat akan semakin maju, damai
dan sejahtera.

B. Implikasi Penelitian
Harapan dari hasil penelitian ini adalah permasalahan gender dan kesetaraan gender
dapat semakin tersosialisasi di masyarakat. Selain meningkatnya pehamaman akan akan gender
dan kesetaraan gender, pembahasan mengenai pentingnya kesetaraan dan penghapusan
diskriminasi terhadap suatu gender dapat diterapkan oleh masyarakat luas, sehingga terjadi
perubahan pola pikir masyarakat, terutama Mahasiswa FH UI tahun angkatan 2020 yang
mengedepankan kesetaraan dan meniadakan budaya-budaya yang merendahkan suatu gender.
DAFTAR PUSTAKA

A Partanto, Pitus dan Al Barry, M. Dahlan, (2001), Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola.

Danardono, Donny, Purwoko, Joko dan Hadiyono, (2014), Diskriminasi, Kekerasan dan
Hilangnya Hasrat atas Kesetaraan Gender,” Jurnal Perempuan, 1.

Dede Nurul Qomairah,(2019), Persepsi Masyarakat Mengenai Kesetaraan Gender Dalam


Keluarga,” Jurnal Cendekiawan Ilmiah, vol.4, 53.

Fakih, Mansour, (2016), Analisis Gender dan Transformasi Sosial,”(Yogyakarta:


INSISTPress..

Ifa Chaerunisyah,” Persepsi Masyarakat Terhadap Kesetaraan Gender di Desa Buku


Kecamatan Mapilli Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat ,”Skripsi
Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar Jurusan Sosiologi
Agama, (2016), Hlm. 15.

Indri, Maharani, (2017, Mei 6), Menyikapi Ekspresi Gender Anak Milenial, Tirto.id, diakses
pada 11 Oktober 2020 melalui, https://tirto.id/menyikapi-ekspresi-gender-anak-
milenial-coaZ.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2016), Persepsi, kbbi.kemdikbud.go.id, diakses pada12


Desember 2020 melalui, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/persepsi.

Kurniawan, Aris, (2020, November 20), Pengertian Mahasiswa Menurut Para Ahli Beserta
Peran Dan Fungsinya, gurupendidikan.co.id, diakses pada 13 Desember 2020 melalui,
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-mahasiswa/.

Kurniawan, Dian, (2018, Agustus 2), Sri Mulyani: Ketidaksetaraan Gender Timbulkan
Kemiskinan, liputan6.com, diakses pada 15 Desember 2020 melalui,
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3607884/sri-mulyani-ketidaksetaraan-gender-
timbulkan-kemiskinan

Listyana, Rohmaul dan Hartono, Yudi, (2015), Persepsi Dan Sikap Masyarakat Terhadap
Penanggalan Jawa Dalam Penentuan Waktu Pernikahan (Studi Kasus Desa Jonggrang
Kecamatan Barat Kabupaten Magetan Tahun 2013), Jurnal Agastya, Vol 5 No 1, 121.

Lutfiyah, (2010), Gender dan Makna Persamaan”, Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol. 4 No.
1, 52.

Nelien Haspels dan Busakorn Suriyasarn,” Aksi Penanggulangan Pekerja Anak serta
Perdagangan Perempuan dan Anak,” Jurnal Meningkatkan Kesetaraan Gender,
(November 2003), Hal. 6.

Purwanti, Arin, (2015, Mei 20), Muatan Materi Dan Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan
Gender, eprints.ums.ac.id, Diakses pada 11 Oktober 2020 melalui,
http://eprints.ums.ac.id/33035/2/BAB%201.pdf.
Putra, Arif ,(2019, Desember 8), Pengertian Gender Menurut WHO, Ternyata Beda dengan
Seks, sehatq.com, diakses pada 21 November 2020 melalui,
https://www.sehatq.com/artikel/pengertian-gender-dan-perbedaannya-dengan-seks.

Rahminawati, Nan, (2001), Isu Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan (Bias Gender),” Jurnal
Mimbar 3, 274.

Rakhmat, Jalaludin, (2009), Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Riadi, Muchlisin, (2019, April 9), Kesetaraan Gender - Teori, Peran dan Keadilan,
kajianpustaka.com, diakses pada 23 november 2020 melalui,
https://www.kajianpustaka.com/2019/04/kesetaraan-gender-teori-peran-dan-
keadilan.html.

Salfiana, Vina, (2016, Oktober 28), Pengertian Gender dan Sosialisasi Gender,
repository.ut.ac.id, diakses pada 13 Desember 2020 melalui,
http://repository.ut.ac.id/4666/1/SOSI4418-M1.pdf.

Tim Penulis KemenPPPA, (2017 Juni 9), Mencapai Kesetaraan Gender Dan Memberdayakan
Kaum Perempuan, kemenpppa.gp.id, diakses pada 12 Desember 2020 melalui,
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1439/mencapai-kesetaraan-
gender-dan-memberdayakan-kaum-
perempuan#:~:text=Pengertian%20kesetaraan%20gender%20merujuk%20kepada,dal
am%20kesetaraan%20gender%20dewasa%20ini.

Tim Penulis Liputan6.com (2020, Maret 12), Liputan6.com, Kemajuan Kesetaraan Gender
Melambat, Bagaimana Status Indonesia?, diakses pada 11 Oktober 2020 melalui,
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4200302/kemajuan-kesetaraan-gender-
melambat-bagaimana-status-indonesia.

Tim Penulis MaPPI, (2018, November 23), Ketidakadilan Gender & Kekerasan Terhadap
Perempuan Vol.II, mappifhui.org, diakses pada 23 November 2020 melalui,
http://mappifhui.org/2018/11/23/ketidakadilan-gender-kekerasan-terhadap-
perempuan-vol-ii/.

Vera Yanti Sitorus, Agnes, (2016), Dampak Ketimpangan Gender Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi, Kementrian Sosial Republik Indonesia, Vol 2, 92.

Anda mungkin juga menyukai