Anda di halaman 1dari 12

RENCANA STRATEGI RONDE KEPERAWATAN

MENGATASI NYERI POST OP DENGAN TERAPI MURROTAL


DI RUANG BOUGENVILLE PAVILIUN AMBUN PAGI
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

OLEH:
Kelompok K’19
Mohd Akbar Riza, S. Kep 1841313025
Zikri Muklis, S.Kep 1841313003
Fanny Novriwinda, S. Kep 1841313027
Dian Novita Putri, S. Kep 1841313023
Fauziah, S. Kep 1841313024
Imalatunil Khaira, S. Kep 1841313013
Rini Safitri, S. Kep 1841313022
Indri Arimurti, S. Kep 1841313019
Lentina Sosomar, S. Kep 1841313004

PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
SAK RONDE KEPERAWATAN
Topik : Terapi Murottal
Sasaran : perawat bougenville
Hari/tanggal : 22 Oktober 2019
Waktu : 14.00 – 30 WIB (30 menit)

A. Latar Belakang
Operasi atau pembedahan merupakan semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh yang akan dilakukan tindakan pembedahan dengan membuat
sayatan (Potter & Perry, 2010). Tindakan pembedahan dilakukan pada
berbagai penyakit karena indikasi tertentu. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) diperkirakan setiap tahun ada 230 juta operasi utama
dilakukan di seluruh dunia, satu untuk setiap 25 orang hidup. Penelitian di 56
negara dari 192 negara diperkirakan ada 234,2 juta prosedur pembedahan
dilakukan setiap tahun dan berpotensi menimbulkan komplikasi dan
kematian. Sedangkan di Indonesia terjadi peningkatan pembedahan setiap
tahunnya dimana pada tahun 2009 terdapat 46,87% kasus pembedahan, tahun
2010 sebesar 53,22%, tahun 2011 sebesar 51,59%, dan tahun 2012 sebesar
53,68% (WHO, 2013).
Pembedahan dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien karena
tindakan pembedahan dapat menyebabkan trauma pada jaringan yang dapat
menimbulkan nyeri. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang
mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama
menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada individu. Nyeri
merupakan sumber frustasi, baik pasien maupun tenaga kesehatan (Potter &
Perry, 2010). The international assosiation for the study of pain mendefinikan
nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan
aktual. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang disebabkan oleh stimulus tertentu Intensitas bervariasi mulai dari nyeri
ringan sampai nyeri berat namun menurun sejalan dengan proses
penyembuhan (Price & Wilson, 2014).
Nyeri dapat diatasi dengan intervensi manajemen nyeri terutama pada
nyeri post operasi yaitu dengan pemberian terapi farmakologi dan terapi non
farmakologi. Terapi farmakologi terkadang dapat menimbulkan efek samping
yang juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien. Banyak pilihan
terapi non farmakologi yang merupakan tindakan mandiri perawat dengan
berbagai keuntungan diantaranya tidak menimbulkan efek samping, simple
dan tidak berbiaya mahal. Terapi ini dapat dilakukan dengan cara tehnik
relaksasi, distraksi, stimulasi dan imajinasi terbimbing (Rosdalh & Kawalski,
2015).
Tanda-tanda vital merupakan indikator status kesehatan yang
menandakan efektivitas sirkulasi, respirasi, fungsi saraf dan endokrin.
Pengukuran tanda-tanda vital memberikan data dasar untuk mengetahui
respon terhadap stress fisiologi dan psikologi, rangsangan nyeri, respon
terhadap terapi serta perubahan fisiologis (Pacagnellaet al., 2013). Pada
kondisi ini, pasien sangat membutuhkan manajemen nyeri. Manajemen
nyeri yang tepat adalah yang mencakup semua aspek nyeri, seperti fisik
dan psikokognitif (McGrath, 2004). Terdapat dua pendekatan manajemen
nyeri pasca bedah yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Secara
farmakologis mencakup pemberian obat-obatan seperti analgetik dan
analgesik. Pemberian obat-obatan ini harus tepat karena dapat menim-
bulkan efek samping adiksi. Pemberian obat jenisnarkotika tidak terlalu
dianjurkan karena dapat mengaburkan diagnosis. Cara non-farmakologis,
seperti distraksi dapat digunakan untuk me-lengkapi. Ada berbagai macam
teknik distraksi, diantaranya distraksi visual, taktil, audiotori, dan
intelektual. Terapi musik atau terapi murottal merupakan metode distraksi
audiotori yang banyak diteliti. Mengenai terapi murottal atau pembacaan
ayat Al-Qur’an beberapa studi menyebutkan efek yang sama dengan terapi
usik. Pada penelitian tiga pria dan dua perempuan, Robb (2012)
menemukan bahwa mereka mendapatkan ketenangan sebanyak 65% ketika
mendengarkan murottal meski tidak memahami Bahasa Arab dan tidak
diberi tahu bahwa yang diperdengarkan adalah ayat AlQuran. Responden
hanya mendapatkan ketenangan sebanyak 35% ketika mendengarkan
alunan bahasa Arab yang bukan dari AlQuran. Izzat danArif (2011)
mengatakan bahwa terapi murottal dapat menurunkan tekanan darah. Di
Pakistan, mendengarkan AlQuran telah dijadikan sebagai salah satu terapi
pengobatan untuk berbagai penyakit. Al-Quran merupakan sarana
pengobatan untuk mengembalikan keseimbangan sel yang rusak. Jika
mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual
(IQ) dan kecerdasan emosi (EQ), maka bacaan AlQuran juga me-
mengaruhi kecerdasan spiritual (SQ) (Shihab, 1998). Penelitian yang
dilakukan oleh Sodikin (2012) di RS Cilacap menyatakan terapi bacaan
Al-Quran dapat bersinergi dengan terapi farmakologi dalam menurunkan
nyeri. Pemberian terapi Al-Quran memberikan efek non farmakologi
dalam mengatasi nyeri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan sosialisasi kepada perawat diharapkan perawat dapat
mengaplikasikan teknik non farmakologi untuk mengatasi nyeri pasien
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu:
a. Menjelaskan pengertian terapi murrotal
b. Menjelaskan manfaat terapi murrotal
c. Mengetahui pengaruh terapi murrotal untuk penurunan nyeri
d. Mampu mempraktekkan terapi murrotal
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Pokok Bahasan
Terapi murrotal dalam penurunan nyeri
2. Sasaran
Pasien beserta keluarga yang dirawat di Ruang Rawat Bougenville
3. Materi
 Ceramah
4. Media dan Alat
 Lembar balik dan leaflet
5. Setting Tempat
Peserta sosialisasi

Keterangan :

: penyaji

:Fasilitator

: moderator

D. Proses Pelaksanaan
No. Tahapan & Kegiatan Penyaji Kegiatan Audien
Waktu
1. Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab salam
(5 menit)  Memperkenalkan anggota  Memperhatikan
klompok dan pembimbing
 Melakukan kontrak waktu  Menyepakati
 Menjelaskan tujuan dan kontrak
materi
2. Kerja  Penyampaian materi  Mengemukakan
(15 menit)  Tanya jawab dan memberi pendapat
kesempatan pada peserta
untuk mengajukan  Mendengarkan
pertanyaan
 evaluasi  Mendengarkan
dan
memperhatikan
3. Penutup  Menyimpulkan  Mendengarkan
(5 menit)  Salam penutup
 Menjawab salam

E. Evaluasi
Evaluasi akan dilakukan adalah:
1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai satuan acara penyuluhan.
c. Pasien dan keluarga ditempat penyuluhan sesuai kontrak yang
disepakati.
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias dalam menyimak uraian materi tentang materi
pengertian, manfaat, pengaruh terapi murrotal terhadap penurunan nyeri,
dan prosedur terapi murrotal.

3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit peserta mampu
a. Peserta mampu menjelaskan pengertian terapi murrotal
b. Peserta mampu menyebutkan manfaat terapi murrotal
c. Pasien mampu mengetahui pengaruh terapi murrotal terhadap
penurunan nyeri
d. Pasien mampu mempraktekkan terapi murrotal
Lampiran Materi
A. Pengertian murottal

Murottal merupakan salah satu musik yang memiliki pengaruh


positif bagi pendengarnya (Widayarti, 2011 dikutip oleh Rohmi Handayan
dkk, 2014). Mendengarkan ayat-ayat Al-qur‟an yang dibacakan secara
tartil dan baner, akan mendatangkan ketenangan jiwa. Lantunan ayat-ayat
Al-qur‟an secara fisik mengandung unsur-unsur manusia yang merupakan
instrumen penyembuhan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara
dapat menurunkan hormone-hormon stress, mengaktifkan hormon
endofrin alami, meningkatkan perasaan rileks, memperbaiki sistem kimia
tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat
pernafasan, detak jantung, denyut nadi dan aktivitas gelombang otak
(Heru, 2008 dikutip oleh Rohmi Handayani, Dyah Fajarsari, Dwi Retno
Trisna Asih, Dewi Naeni Rohmah, 2014).
Murottal adalah rekaman suara Al-qur‟an yang dilagukkan oleh
seorang qori‟ (pembaca Al-qur‟an) (Heru, (2008) dalam Siswantinah
(2011). Secara fisik lantunan Al-qur‟an merupakan unsure suara manusia
sedangkan instrumennya merupakan suara manusia merupakan
penyembuhan menabjubkan dan alat yang mudah untuk dijangkau.
Terapi murottal qur‟an Hadi, Wahyuni dan Purwaningsih dalam
Zahrofi (2013) menjelaskan bahwa terapi murottal Al-qur‟an yaitu terapi
religi dimana seseorang akan dibacakan atau diperdengarkan ayat-ayat Al-
qur‟an selama beberapa menit sehingga akan memberikan dampak positif
bagi tubuh seseorang. Sedangkan menurut Potter & Perry (2005), terapi
musik maupun suara harus didengarkan minimal 15 menit untuk
memberikan efek terapeutik. Terapi murottal Al-qur‟an terbukti bisa
mengaktifkan sel-sel tubuh dengan mengubah getaran suara menjadi
gelombang yang ditangkap tubuh, menurunkan stimuli reseptor nyeri.
Berdasarkan penelitian dilakukan oleh (Fitriyatun lis, 2014) dan
(Handayani dkk, 2014) mengenai terapi murottal Al-qur‟an, diperoleh
rentang waktu pemberian terapi murottal Al-qur‟an selama 11-15 menit.
Terapi murottal Al-qur‟an dapat mempercepat penyembuhan, hal
ini telah dibuktikan oleh beberapa ahli seperti yang dilakukan oleh Ahmad
Al Khadi direktur utama Islamic Medicine Institute for Education and
Research di Florida, Amerika Serikat dengan hasil penelitian menunjukkan
97% bahwa mendengarkan ayat suci Al-qur‟an memiliki pengaruh
mendatangkan ketenangan dan menurunkan ketegangan urat saraf reflektif
(Remolda, 2009).
B. Manfaat terapi murotal Al-qur‟an
Manfaat terapi murottal Al-qur‟an ini dibuktikan dalam berbagai
penelitian. Manfaat tersebut diantaranya adalah:
1) Bisa menurunkan kecemasan
Berdasarkan penelitian (Zahrofi, dkk 2013) dan (Zanzabiela dan Alphianti,
2014) bahwa pemberian murrotal Al-qur‟an memiliki pengaruh terhadap
tingkat kecemasan responden (pasien). Pada penelitian itu responden (pasien)
yang diberikan terapi murottal Al-qur‟an memiliki tingkat kecemasan yang
lebih rendah dibandingkan pasien yang tidak diberikan terapi murotal qur‟an.
2) Menurunkan perilaku kekerasan
Pada penelitian (Widhowati SS, 2010) menunjukkan terapi audiodengan
murottal surat Ar-Rahman pada kelompok perlakuan lebih efektif dalam
menurunkan perilaku kekerasan dibandingkan dengan kelompok control yang
tidak mendapatkan terapi audio.
3) Mengurangi nyeri
Terapi murottal Al-qur‟an terbukti bisa menurunkan tingkatnyeri. Hal ini
terbukti berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2013) dan
(Handayani dkk, 2014) bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi murottal
Al-qur‟an terhadap tingkat nyeri. Pada kedua penelitian tersebut kelompok
yang diberikan terapi murottal.mAl-qur‟an memiliki tingkat nyeri yang
lebih rendah dibandingkan kelompok yang tidak diberikan terapi
murottal Al-qur‟an.

4) Meningkatkan kualitas hidup


Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi dkk (2002)
menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kualitas hidup
responden (pasien) sebelum dan sesudah diberikan intervensi bacaan
Al-qur‟an secara murottal pada kelompok kontrol dan kelompok
intervensi. Pada kelompok intervensi, kualitas hidup responden
meningkat setelah diberikan terapi murottal Al-qur‟an.

C. Mekanisme murottal Al-qur‟an sebagai terapi


Setelah membaca Al-qur‟an ataupun mendengarkan bacaan Al-
qur‟an implus atau rangsangan suara akan diterima oleh daun telinga
pembacanya, kemudian telinga memulai proses mendengarkan. Secara
fisiologi pendengaran adalah proses dimana telinga informasi
kesususnan saraf pusat. Setiap bunyi dihasilkan oleh sumber bunyi
atau getaran udara akan diterima oleh telinga. Getaran tersebut diubah
menjadi implus mekanik di telinga tengah dan diubah menjadi implus
elektrik ditelinga dalam dan diteruskan melalui saraf pendengaran
menuju ke korteks pendengaran diotak. Suara bacaan Al-qur‟an akan
ditangkap oleh daun telinga yang akan disalurkan kelubang telinga
dan mengenai membrane timpani, sehingga membuat bergetar.
Getaran ini akan diteruskan ke tulang-tulang pendengaranyang
bertautan yang satu dengan yang lainnya.
Getaran suara tersebut akan disalurkan kesaraf N VII
(Vestibule Cokhlearis) menuju ke otak tepatnya dibagian pendengaran.
Dari daerah pendengaran sekunder sinyal bacaan Al-qur‟an akan
diteruskan kebagian posterotemporalis lobus temporalis otak yang
dikenal dengan area wemicke. Sebab Al-qur‟an bisa memberikan
kesan positif pada hipokampus dan amigdala, sehingga akan
menimbulkan suasana hati yang lebih positif. Selain membaca al-
qur‟an kita juga bisa memperoleh manfaat meskipun hanya
mendengarkannya, namun efek yang ditimbulkan tidak sehebat bila
kita membacanya dengan lisan.
D. Pengaruh murottal qur’an terhadap nyeri post operasi
Murottal bekerja untuk otak dimana ketika didorong dengan
rangsangan terapi murottal qur‟an maka otak akan memproduksi zat
kimia yang dinamakan zat neuropeptide. Molekul ini menyangkut
kedalam reseptor-reseptor dan memberikan umpan balik
(Abdurrochman, 2008). Mendengarkan ayat-ayat qur‟an, seorang
muslim dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar,
secara umum mereka merasakan adanya penurunan depresi,
ketenangan jiwa dan sedihan (Siswantinah, 2011). Mendengarkan
murottal qur‟an terdapat faktor keyakinan yaitu agama islam.
Umat islam mempercayai bahwa al-qur‟an bisa
menyembuhkan penyakit atau bisa menjadikan sebagai obat. Sehingga
dengan mendengarkan murottal qur‟an akan membawa subjek merasa
dekat dengan Tuhan dan menyerahkan segala permasalahan yang
dimiliki kepada Tuhan, hal ini akan berpengaruh menambah keadaan
menjadi lebih rileks.
E. Prosedur
a. Persiapkan alat dan bahan: Hp (terisi musik murrotal) dan handsfree
b. Cara-cara terapi murrotal:
1) Cobalah untuk mendengarkan musik murrotal 20-30 menit setiap
hari
2) Usahakan dalam keadaan duduk atau berbaring sambil
memejamkan mata
3) Dalam mendengarkan musik aturlah nafas serileks mungkin
4) Gunakan headphone agar tidak terganggu suara lingkungan sekitar

DAFTAR PUSTAKA
Rochmawati, Puji. 2018. Pengaruh Murrotal Quran Terhadap Nyeri Post Operasi
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan; Aplikasi Dalam Praktk Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika
Djohan (2006). Terapi Musik: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta.

Potter, Patricia A dan Perry, Anne Griffin, (2005). Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses dan Praktik, Yasmin Asih, dkk (penterjemah), 2005. Edisi 4, Vol.1.
EGC. Jakarta
Tamsuri, A (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. EGC. Jakarta
Young & Koopsen (2007). Spritualitas, Kesehatan dan Penyembuhan. Bina
Media
Perintis: Medan.
DAFTAR PUSTAKA

Novita, Dian. 2012. Pengaruh terapi musik untuk penurunan nyeri


Djohan (2006). Terapi Musik: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta.
Potter, Patricia A dan Perry, Anne Griffin, (2005). Fundamental
Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik, Yasmin Asih, dkk (penterjemah), 2005. Edisi
4, Vol.1.EGC. Jakarta
Tamsuri, A (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. EGC. Jakarta
Young & Koopsen (2007). Spritualitas, Kesehatan dan Penyembuhan.
Bina Media Perintis: Medan.

Anda mungkin juga menyukai