OLEH:
Kelompok K’19
Mohd Akbar Riza, S. Kep 1841313025
Zikri Muklis, S.Kep 1841313003
Fanny Novriwinda, S. Kep 1841313027
Dian Novita Putri, S. Kep 1841313023
Fauziah, S. Kep 1841313024
Imalatunil Khaira, S. Kep 1841313013
Rini Safitri, S. Kep 1841313022
Indri Arimurti, S. Kep 1841313019
Lentina Sosomar, S. Kep 1841313004
A. Latar Belakang
Operasi atau pembedahan merupakan semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh yang akan dilakukan tindakan pembedahan dengan membuat
sayatan (Potter & Perry, 2010). Tindakan pembedahan dilakukan pada
berbagai penyakit karena indikasi tertentu. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) diperkirakan setiap tahun ada 230 juta operasi utama
dilakukan di seluruh dunia, satu untuk setiap 25 orang hidup. Penelitian di 56
negara dari 192 negara diperkirakan ada 234,2 juta prosedur pembedahan
dilakukan setiap tahun dan berpotensi menimbulkan komplikasi dan
kematian. Sedangkan di Indonesia terjadi peningkatan pembedahan setiap
tahunnya dimana pada tahun 2009 terdapat 46,87% kasus pembedahan, tahun
2010 sebesar 53,22%, tahun 2011 sebesar 51,59%, dan tahun 2012 sebesar
53,68% (WHO, 2013).
Pembedahan dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien karena
tindakan pembedahan dapat menyebabkan trauma pada jaringan yang dapat
menimbulkan nyeri. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang
mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama
menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada individu. Nyeri
merupakan sumber frustasi, baik pasien maupun tenaga kesehatan (Potter &
Perry, 2010). The international assosiation for the study of pain mendefinikan
nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan
aktual. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang disebabkan oleh stimulus tertentu Intensitas bervariasi mulai dari nyeri
ringan sampai nyeri berat namun menurun sejalan dengan proses
penyembuhan (Price & Wilson, 2014).
Nyeri dapat diatasi dengan intervensi manajemen nyeri terutama pada
nyeri post operasi yaitu dengan pemberian terapi farmakologi dan terapi non
farmakologi. Terapi farmakologi terkadang dapat menimbulkan efek samping
yang juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien. Banyak pilihan
terapi non farmakologi yang merupakan tindakan mandiri perawat dengan
berbagai keuntungan diantaranya tidak menimbulkan efek samping, simple
dan tidak berbiaya mahal. Terapi ini dapat dilakukan dengan cara tehnik
relaksasi, distraksi, stimulasi dan imajinasi terbimbing (Rosdalh & Kawalski,
2015).
Tanda-tanda vital merupakan indikator status kesehatan yang
menandakan efektivitas sirkulasi, respirasi, fungsi saraf dan endokrin.
Pengukuran tanda-tanda vital memberikan data dasar untuk mengetahui
respon terhadap stress fisiologi dan psikologi, rangsangan nyeri, respon
terhadap terapi serta perubahan fisiologis (Pacagnellaet al., 2013). Pada
kondisi ini, pasien sangat membutuhkan manajemen nyeri. Manajemen
nyeri yang tepat adalah yang mencakup semua aspek nyeri, seperti fisik
dan psikokognitif (McGrath, 2004). Terdapat dua pendekatan manajemen
nyeri pasca bedah yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Secara
farmakologis mencakup pemberian obat-obatan seperti analgetik dan
analgesik. Pemberian obat-obatan ini harus tepat karena dapat menim-
bulkan efek samping adiksi. Pemberian obat jenisnarkotika tidak terlalu
dianjurkan karena dapat mengaburkan diagnosis. Cara non-farmakologis,
seperti distraksi dapat digunakan untuk me-lengkapi. Ada berbagai macam
teknik distraksi, diantaranya distraksi visual, taktil, audiotori, dan
intelektual. Terapi musik atau terapi murottal merupakan metode distraksi
audiotori yang banyak diteliti. Mengenai terapi murottal atau pembacaan
ayat Al-Qur’an beberapa studi menyebutkan efek yang sama dengan terapi
usik. Pada penelitian tiga pria dan dua perempuan, Robb (2012)
menemukan bahwa mereka mendapatkan ketenangan sebanyak 65% ketika
mendengarkan murottal meski tidak memahami Bahasa Arab dan tidak
diberi tahu bahwa yang diperdengarkan adalah ayat AlQuran. Responden
hanya mendapatkan ketenangan sebanyak 35% ketika mendengarkan
alunan bahasa Arab yang bukan dari AlQuran. Izzat danArif (2011)
mengatakan bahwa terapi murottal dapat menurunkan tekanan darah. Di
Pakistan, mendengarkan AlQuran telah dijadikan sebagai salah satu terapi
pengobatan untuk berbagai penyakit. Al-Quran merupakan sarana
pengobatan untuk mengembalikan keseimbangan sel yang rusak. Jika
mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual
(IQ) dan kecerdasan emosi (EQ), maka bacaan AlQuran juga me-
mengaruhi kecerdasan spiritual (SQ) (Shihab, 1998). Penelitian yang
dilakukan oleh Sodikin (2012) di RS Cilacap menyatakan terapi bacaan
Al-Quran dapat bersinergi dengan terapi farmakologi dalam menurunkan
nyeri. Pemberian terapi Al-Quran memberikan efek non farmakologi
dalam mengatasi nyeri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan sosialisasi kepada perawat diharapkan perawat dapat
mengaplikasikan teknik non farmakologi untuk mengatasi nyeri pasien
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu:
a. Menjelaskan pengertian terapi murrotal
b. Menjelaskan manfaat terapi murrotal
c. Mengetahui pengaruh terapi murrotal untuk penurunan nyeri
d. Mampu mempraktekkan terapi murrotal
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Pokok Bahasan
Terapi murrotal dalam penurunan nyeri
2. Sasaran
Pasien beserta keluarga yang dirawat di Ruang Rawat Bougenville
3. Materi
Ceramah
4. Media dan Alat
Lembar balik dan leaflet
5. Setting Tempat
Peserta sosialisasi
Keterangan :
: penyaji
:Fasilitator
: moderator
D. Proses Pelaksanaan
No. Tahapan & Kegiatan Penyaji Kegiatan Audien
Waktu
1. Pembukaan Mengucapkan salam Menjawab salam
(5 menit) Memperkenalkan anggota Memperhatikan
klompok dan pembimbing
Melakukan kontrak waktu Menyepakati
Menjelaskan tujuan dan kontrak
materi
2. Kerja Penyampaian materi Mengemukakan
(15 menit) Tanya jawab dan memberi pendapat
kesempatan pada peserta
untuk mengajukan Mendengarkan
pertanyaan
evaluasi Mendengarkan
dan
memperhatikan
3. Penutup Menyimpulkan Mendengarkan
(5 menit) Salam penutup
Menjawab salam
E. Evaluasi
Evaluasi akan dilakukan adalah:
1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai satuan acara penyuluhan.
c. Pasien dan keluarga ditempat penyuluhan sesuai kontrak yang
disepakati.
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias dalam menyimak uraian materi tentang materi
pengertian, manfaat, pengaruh terapi murrotal terhadap penurunan nyeri,
dan prosedur terapi murrotal.
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit peserta mampu
a. Peserta mampu menjelaskan pengertian terapi murrotal
b. Peserta mampu menyebutkan manfaat terapi murrotal
c. Pasien mampu mengetahui pengaruh terapi murrotal terhadap
penurunan nyeri
d. Pasien mampu mempraktekkan terapi murrotal
Lampiran Materi
A. Pengertian murottal
DAFTAR PUSTAKA
Rochmawati, Puji. 2018. Pengaruh Murrotal Quran Terhadap Nyeri Post Operasi
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan; Aplikasi Dalam Praktk Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika
Djohan (2006). Terapi Musik: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta.